Pembangunan Gereja Paroki Tigalingga

Pembangunan Gereja Paroki sedang berlangsung. Kami sangat mengarapkan uluran kasih para Saudara untuk membantu.

Gotong Royong Pembangunan Gereja

Tidak ada kata yang bisa melukiskan pengalaman indah pada waktu gotong royong pengecoran lantai 2 bangunan Gereja selain, suatu keyakinan bahwa semuanya dapat terlaksana adalah karena MUKJIJZAT ALLAH BEKERJA.

Pengecoran Lantai Panti Imam Gereja

Pengecoran Lantai 2 bangunan Gereja ini dilakukan pada hari Selasa, 30 Agustus 2011 yang lalu. Luas yang dicor adalah 19 m x 24 m. Hujan yang mengguyur tidak menyurutkan semangat umat.

Kerjasama Imam dan Umat

Uskup emeritus KAM, Mgr. A.G.Pius Datubara OFM.Cap, datang berkunjung ke Paroki dan memberi semangat pada umat dalam pembangunan Gereja Paroki. Para pastor juga ikut berkerja bersama umat dalam pembangunan Gereja.

Misa Tridentin: Warisan Liturgi Yang Dipertahankan

HIDUPKATOLIK.com - Paus Benediktus XVI mengeluarkan Surat Apostolik Summorum Pontificum yang menjamin penggunaan Misa Tridentin...

Pembinaan Para Pengurus Gereja

Tidak sedikit umat katolik yang kerap menganggap bahwa Liturgi adalah sekedar perayaan wajib biasa yang dilaksanakan pada hari minggu.

Pertemuan Ibu-Ibu dan Pesta Pelindung Paroki

Pertemuan para ibu se-paroki telah terlaksana pada hari Kamis-Sabtu, 15 s/d 16 Juli 2011. Pertemuan ini mengundang semua ibu katolik yang ada di paroki untuk hadir dalam pertemuan/pembinaan para ibu katolik dan juga segaligus menjalin kebersamaan para ibu. Penutupan pertemuan sikaligus Pesta Pelindung Paroki.

Pembinaan Asmika se-Paroki

Biarkanlah anak-anak datang kepada-Ku; inilah yang menjadi tema dari pertemuan dan pembinaan minggu gembira yang telah berlangsung dengan sangat baik.

Mudika Ambil bagian dalam pembangunan Gereja Paroki

Mudika paroki tidak mau berpangku tangan melihat pembangunan Gereja paroki. Para mudika juga ambil bagian dengan mengumpulkan kerikil di sungai.

Pengecoran Lantai Balkon Gereja (Bagian 1)

Umat dari lingkungan paroki dan juga dari beberapa stasi kembali bekerja sama dengan bergotong royong membangun gereja paroki. Untuk kali ini, umat bergotong royong men-cor lantai balkon bangunan Gereja.

Pengecoran Lantai Balkon Gereja (Bagian 2)

Allah peduli. Karena kepedulian Allah atas pembangunan rumah-Nya ini, maka kami kamipun peduli dan bisa melanjutkan pembangunanini. Kepedulian Allah kami rasakan juga lewat kepedulian para Saudara.

Pengecoran Lantai Balkon Gereja (Bagian 3)

Mari kita memuliakan Tuhan, tidak hanya dengan kata2 indah, tetapi dengan perbuatan nyata dengan rela berkorban.

Pertemuan akhir Tahun 2011 Pengurus Gereja se-Paroki

Para pengurus Gereja adalah ‘ujung tombak’ Gereja khususnya di stasi-stasi. Peran para pengurus Gereja ini sangat sentral dalam kehidupan Gereja di stasi-stasi.

Gua Maria dan Menyambut Hari Raya Natal

Persiapan menyambut hari Raya Natal 25 Desember 2011.

Rahmat dan Perlindungan Tuhan

Pastor Anton Manik O.Carm selamat dari kecelakaan mobil masuk jurang.

Rekoleksi dan Aksi Panggilan

Biarkanlah anak-anak datang kepada-Ku.

Pesan Prapaskah Kepausan 2012

"Kita Tidak Boleh Diam Saja terhadap Kejahatan" "Marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih dan dalam pekerjaan baik" (Ibr. 10:24).

Pembangunan Gereja Santo Petrus Stasi Rante Besi

Dalam kemiskinan, kesederhanaan, umat membangunan Gereja. Meraka tidak memiliki uang, tetapi mereka memiliki harapan dan iman pada Tuhan.

Misa Perdana Pastor Andreas Korsini Lamtarida Simbolong O.Carm

Puji Syukur pada Tuhan, karena berkat-Nya, misa Perdana Pastor Andreas Lamtarida Simbolon O.Carm bersama 4 Pastor Karmel yang baru ditahbiskan, dapat terlaksana dengan baik pada hari Rabu 31 Oktober 2012 di Stasi Gundaling 1, paroki Maria dari gunung Karmel Tigalingga.

Bakti Sosial : Pengobatan Gratis

Dalam Rangka Menyongsong Jubileum Gereja Katolik di Dairi dan Pakpak Bharat, diadakan bakti Sosial Pengobatan Gratis di Paroki Maria dari Gunung Karmel Tigalingga, pada 9 Desember 2012 yg lalu. Puji syukur pada Tuhan, kegiatan ini berlangsung dengan sangat memuaskan.

Mari Berbagi Berkat Tuhan

 photo UskupEmeritusKAMMgrPiusDautabra.jpg Photobucket

MENDAMBAKAN BERKAT TUHAN

SYALOM...SELAMAT DATANG.
"Maka hendaklah sekarang ini kelebihan kamu mencukupkan kekurangan mereka, agar kelebihan mereka kemudian mencukupkan kekurangan kamu, supaya ada keseimbangan."(2Kor 8:14)
"Muliakanlah Tuhan dengan hartamu dan dengan hasil pertama dari segala penghasilanmu." (Amsal 3:9)
"Janganlah menahan kebaikan dari pada orang-orang yang berhak menerimanya, padahal engkau mampu melakukannya." (Amsal 3:27)
"Barangsiapa mempunyai harta duniawi dan melihat saudaranya menderita kekurangan tetapi menutup pintu hatinya terhadap saudaranya itu, bagaimanakah kasih Allah dapat tetap di dalam dirinya?" (1 Yohanes 3:17)
Saya Pastor Paroki Maria dari Gunung Karmel Tigalingga, atas nama Panitia Pembangunan dan semua umat, memohon bantuan uluran kasih/dana untuk pembangunan Gereja Paroki. Kami sangat membutuhkan berkat Tuhan lewat uluran tangan dari para donatur.
Kami berharap dan berdoa Para Saudara berkenan berbagi berkat Tuhan kepada kami untuk pembangunan Gereja ini yang adalah rumah Tuhan sendiri.
BRI 5379 Unit Tigalingga Sidikalang
No. Rekening : 5379-01-000112-50-8
Nama : PANITIA PEMBANGUNAN GEREJA KATOLIK.
ATAU
BCA KCU MEDAN
NO.0222053453.
Atas Nama : ADYTIA PERMANA P.
(Adytia Permana P. adalah Romo Adytia Permana Perangin-angin O.Carm. Beliau dulu bertugas di Paroki Tigalingga, juga mengawali pembangunan ini, namun sekarang beliau bertugas di Keuskupan Agung Medan sebagai ekonom.Beliau kami minta buka rekening di BCA khusus untuk pembangunan ini, karena di daerah kami tidak ada BCA.)
Kami sangat senang bila sudah mentransfer persembahan, bapak/ibu/saudara/saudari memberitahukan ke kami melalui:
E mail ke :.
parokimariagk3lingga@yahoo.com
atau di SMS ke:.
Romo Anton Manik O.Carm : 081370836645
Romo Willy O.Carm : 081333837433
Untuk lebih jelasnya permohnan kami ini, Para Saudara dapat melihatnya di sini.... Sehubungan dengan Gambar pembangunan dapat melihatnya di sini....
Demikian kiranya Permohonan ini kami sampaikan. Atas dukungan, doa dan bantuan Bapak, Ibu dan Para Saudara-Saudari, kami mengucapkan banyak terima kasih.Berkat Tuhan senantiasa menyertai kita semua. Amin.
HORMAT KAMI:
Pastor Antonius Manik O.Carm

VARIA PAROKI

REKOLEKSI DAN AKSI PANGGILAN TELAH TERLAKSANA DENGAN SANGAT BAIK ;"> "APA YANG KAMU CARI?" (Yoh 1:38).
Puji syukur pada Tuhan, karena Rekoleksi dan Aksi panggilan untuk siswa-siswi Katolik Usia SMP dan SMA se-paroki Tigalingga sudah terlaksana dengan sangat baik. Kegiatan ini dihadiri hampir 400 orang anak. Semuanya dapat terlaksana hanya karena berkat Tuhan. Terimakasih juga kami sampaikan kepada semua Saudara yang telah mendukung dan mendoakan kegaitan kami ini. Kegiatan ini dilaksanakan hanya dengan menggunakan dana partisipasi peserta dan swadaya paroki, karena tidak mendapatkan bantuan dari donatur manapun, namun karena berkat Tuhan dan doa para Saudara, semuanya dapat berjalan dengan sangat baik. Semoga dari antara anak-anak ini, kelak ada yang menjadi Imam dan biarawan-biarawati.
Photobucket
Tuhan memberkati kita.
Kegembiraan dan Persaudaraan
Photobucket
Hari Ulang tahun Romo Anton M.Carm yang seharusnya tanggal 15 Januari 2010, baru dirayakan hari Minggu Minggu 16 Januari 2011 lalu, bersama Romo-romo Karmel se-Dairi, bersama beberapa umat Paroki Tigalingga di Aula Paroki Tigalingga. Pada kesempatan itu, Rm. Bernad O.Carm, pastor paroki Sidikalang memberi kado ulang tahun yakni 20 sak semen untuk pembangunan Gereja dan Rm. Anton sendiri menyumbangkan semua hadiah ultah untuk pembangunan Gereja. Saat itu, hadiah uang yang diperoleh sebanyak Rp. 1.100.000,-. Lumayanlah untuk tambahan dana pembangunan Gereja. Trimakasih buat semuanya.
Saldo Pesta Pelantikan Pengurus Gereja dan Penerimaan Sakramen Krisma, 6-7 Nop. 2010.
Pada hari Kamis 18 Nopember 2010 telah diadakan Evaluasi dan pembubaran Panitia. Saldo dari kegiatan tersebut adalah Rp. 22.320.500 Acara ini dapat berjalan dengan baik karena partisipasi semua umat. Dana juga bisa Saldo karena umat menyumbangkan hasil-hasil pertanian mereka dengan harapan ada Saldo untuk pembangunan Gereja Paroki.Jadi selain dana partisipasi dari umat, juga umat menyumbangkan hasil pertanian yang dibutuhkan untuk mengurangi dana konsumsi. Syukur pada Tuhan, akhirnya memang ada saldo untuk dana pembangunan Gereja. Terimakasih kami ucapkan kepada semua umat Paroki, DPP, Para Panitia, Para Donatur dan siapa saja yang mendoakan dan mendukung kegitan ini. Yesus memberkati kita semua selalu. Amin.

Renungan Hari Minggu Biasa VI (Thn A) 13 Februari 2011

Renungan Hari Minggu Biasa VI (Thn A) 13 Februari 2011
Sir 15:15-20, Mzm 119:1-2,4-5,17-18,33-34, 1Kor 2:6-10, Mat 5:17-37

“Jika hidup keagamaanmu tidak lebih benar dari pada hidup keagamaan ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, sesungguhnya kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga.”

BACAAN INJIL:
"Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya. Karena Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya selama belum lenyap langit dan bumi ini, satu iota atau satu titikpun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat, sebelum semuanya terjadi. Karena itu siapa yang meniadakan salah satu perintah hukum Taurat sekalipun yang paling kecil, dan mengajarkannya demikian kepada orang lain, ia akan menduduki tempat yang paling rendah di dalam Kerajaan Sorga; tetapi siapa yang melakukan dan mengajarkan segala perintah-perintah hukum Taurat, ia akan menduduki tempat yang tinggi di dalam Kerajaan Sorga. Maka Aku berkata kepadamu: Jika hidup keagamaanmu tidak lebih benar dari pada hidup keagamaan ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, sesungguhnya kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga.
Kamu telah mendengar yang difirmankan kepada nenek moyang kita: Jangan membunuh; siapa yang membunuh harus dihukum. Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang marah terhadap saudaranya harus dihukum; siapa yang berkata kepada saudaranya: Kafir! harus dihadapkan ke Mahkamah Agama dan siapa yang berkata: Jahil! harus diserahkan ke dalam neraka yang menyala-nyala.

Sebab itu, jika engkau mempersembahkan persembahanmu di atas mezbah dan engkau teringat akan sesuatu yang ada dalam hati saudaramu terhadap engkau, tinggalkanlah persembahanmu di depan mezbah itu dan pergilah berdamai dahulu dengan saudaramu, lalu kembali untuk mempersembahkan persembahanmu itu. Segeralah berdamai dengan lawanmu selama engkau bersama-sama dengan dia di tengah jalan, supaya lawanmu itu jangan menyerahkan engkau kepada hakim dan hakim itu menyerahkan engkau kepada pembantunya dan engkau dilemparkan ke dalam penjara. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya engkau tidak akan keluar dari sana, sebelum engkau membayar hutangmu sampai lunas.

Kamu telah mendengar firman: Jangan berzinah. Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang memandang perempuan serta menginginkannya, sudah berzinah dengan dia di dalam hatinya. Maka jika matamu yang kanan menyesatkan engkau, cungkillah dan buanglah itu, karena lebih baik bagimu jika satu dari anggota tubuhmu binasa, dari pada tubuhmu dengan utuh dicampakkan ke dalam neraka. Dan jika tanganmu yang kanan menyesatkan engkau, penggallah dan buanglah itu, karena lebih baik bagimu jika satu dari anggota tubuhmu binasa dari pada tubuhmu dengan utuh masuk neraka.

Telah difirmankan juga: Siapa yang menceraikan isterinya harus memberi surat cerai kepadanya. Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang menceraikan isterinya kecuali karena zinah, ia menjadikan isterinya berzinah; dan siapa yang kawin dengan perempuan yang diceraikan, ia berbuat zinah.

Kamu telah mendengar pula yang difirmankan kepada nenek moyang kita: Jangan bersumpah palsu, melainkan peganglah sumpahmu di depan Tuhan. Tetapi Aku berkata kepadamu: Janganlah sekali-kali bersumpah, baik demi langit, karena langit adalah takhta Allah, maupun demi bumi, karena bumi adalah tumpuan kaki-Nya, ataupun demi Yerusalem, karena Yerusalem adalah kota Raja Besar; janganlah juga engkau bersumpah demi kepalamu, karena engkau tidak berkuasa memutihkan atau menghitamkan sehelai rambutpun. Jika ya, hendaklah kamu katakan: ya, jika tidak, hendaklah kamu katakan: tidak. Apa yang lebih dari pada itu berasal dari si jahat.
Demikianlah Injil Tuhan bagi kita hari ini.

RENUNGAN:
Sering kita melihat adanya slogan-slogan, misalnya berbunyi demikian, ‘Warga Negara yang baik adalah warga yang taat membayar pajak.’ Atau , ‘Warga negara yang baik adalah warga yang taat pada aturan.’ Mungkin juga pada akhirnya dikatakan bahwa penganut agama yang baik adalah penganut agama yang taat pada aturan agamanya. Banyak peraturan yang ada dalam hidup kita, ada peraturan agama dan ada pula peraturan yang dibuat oleh Negara. Tujuan dari semuanya tentu adalah baik, demi mengatur hidup bersama dan juga hidup manusia dalam hubungannya dengan Tuhan. Namun tidak bisa dipungkuri bahwa kerap juga terjadi bahwa peraturan tersebut dibuat karena kasus yang telah terjadi dan juga dibuat hanya demi kepentingan pribadi atau kelompok tertentu. Tidak sedikit peraturan dibuat oleh beberapa kelompok yang kuat atau meyoritas demi kepentingan kelompok itu meskipun seakan demi kepentingan lebih banyak orang. Misalnya, coba kita simak dengan cerdas, peraturan yang dibuat pemerintah menyangkut kehidupan agama di Indonesia ini yakni SKB sebenarnya lebih menguntungkan kelompok mana? Manakala peraturan itu dibuat berdasarkan jumlah terbanyak, peraturan yang lahir adalah lebih menguntungkan kelompok yang lebih banyak pula.
Pada umumnya juga yang terjadi bahwa orang di satu sisi melihat peraturan itu seakan menghalangi kebebasan pribadi, yang seakan mengekang kebebasan manusia, tidak mempu melihat kedalaman tujuan dari suatu peraturan. Demikian juga halnya bahwa tidak sedikit orang yang hanya sekedar menjalankan peraturan kareta takut dikatakan tidak taat pada peraturan atau juga karena takut dihukum karena melanggar peraturan.

Peraturan dan taat pada peraturan itu baik, Yesus sendiri menyatakan hal itu. Yesus mengatakan bahwa diri-Nya datang tidak untuk menghilangkan atau mengurangi peraturan Taurat yang sudah berlaku, tetapi diadatang untuk menggenapinya. Yesus juga mengkritik sikap manusia yang hanya sekedar mentaati hukum Taurat secara harifiah, yang tidak mengerti dan tidak menghayati kedalaman maksud hukum Taurat itu dibuat. Yesus juga mengkritik sikap orang yang menganggap bahwa hanya dengan menjalankan atau mentaati peraturan itu mereka sudah dibenarkan oleh Tuhan. Sikap seperti itu ada dalam diri ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi. Yesus mengharapkan agar para pengikut-Nya tidak meniru ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, tetapi hidup keagamaan mereka tidak hanya sekedar mentaati peraturan tetapi dengan mentaati peraturan hidup iman dan hati mereka hendaknya juga diubah sesuai dengan maksud dari peraturan itu. Ketaatan menjalankan peraturan hendaknya bukan menjadi tujuan akhir, tetapi perubahan hiduplah yang seharusnya menjadi tujuan akhir.

Yesus mengatakan bahwa Dia datang untuk menggenapi hukum Taurat, bukan dalam arti untuk menyempurnakannya dengan penambahan aturan, tetapi untuk meluruskan kembali tujuan dari hokum itu yang sebenarnya. Karena yang terjadi adalah bahwa orang hanya menjalangkan secara harafiah, dan tidak merubah kedalaman hati dan hidup mereka. Sikap orang demkian adalah sikap orang-orang munafik. Untuk itu Yesus mengatakan bahwa orang berdosa bukan hanya setelah melakukan atau melanggar peraturan itu, tetapi manakala orang hanya merencanakan atau memikirkan perbuatan tidak baik dalam hatinya, orang itu sudah berdosa.

Sebagai contoh Yesus mengatakan bahwa orang berdosa bukan hanya bila sudah membunuh orang lain, tetapi hanya dengan marah kepada saudaranya, mengatakan kafir dan jahil saja, itupun sudah dianggap melakukan dosa. Dalam hal ini, Yesus mau mengatakan cinta kasih kepada sesama haruslah senantiasa menjiwai seluruh hidup kita, sebab manakala cinta kasih kepada sesama itu ada dalam diri kita, tentu kita mengupayakan niat, pikiran dan perbuatan yang tidak baik kepada sesama kita.

Lebih lanjut Yesus mengatakan bahwa ibadah kita kuranglah berguna bila kita tidak mencintai sesama. Bahkan Yesus mengatakan bila saat kita merayakan ibada, lalu kita mengingat bahwa ada orangyang sakit hati dengan kita atau kita berselisih dengan sesama, kita harus berani meninggalkan ibadah atau persembahan kita itu. Persembehan seberapapun besarnya akan sia-sia bila tidak dilandasi oleh cinta kasih. Demikian juga, ibadah kita tidak sempurna bila kita tidak mengasihi sesama. Ini semua mau mengatkan betapa pentingnya cinta kasih kepada sesama.

Cinta kasih inipulah kiranya yang mendasari atau landasan hidup suami isteri. Suami yang sungguh mencintai isterinya, tentu diapun tidak akan berpikir untuk bermain-main hati dengan wanita lain, dia tentu tidak akan berpikir untuk memiliki wanita lain, demikian sebaliknya. Cinta kasih yang tulus dan mendalam, akan menghindarkan suami isteri dari godaan dari luar untuk menyeleweng atau berselingkuh dan menghindarkan mereka untuk bercerai.

Dengan demikian, jelaslah bahwa cinta kasih kepada sesama, ketulusan, kejujuran dan kebersihan hati, itulah kiranya yang harus menjiwai dan mendasari kehidupan kita baik dalam menjalankan aturan yang berlaku, sehingga tidak hanya sekedar taat pada aturan yang pada akhirnya membuat kita bersikap munafik. Orang yang demikian, akan berani mengatakan : ya, pada kebenaran dan mengatakan : tidak, pada ketidak benaran. Semoga sabda Tuhan hari ini membuat kita selalu memelihara dan mengupayakan kekudusan hidup kita, sehingga hidup keagamaan kita lebih baik dari orang-orang munafik. Amin.

Bacaan Hari Minggu Biasa VI (Thn A) 13 Februari 2011 (Bahasa Batak Toba)

Bacaan Hari Minggu Biasa VI (Thn A)
13 Februari 2011 (Bahasa Batak Toba)

Sir 15:15-20, Mzm 119:1-2,4-5,17-18,33-34, 1Kor 2:6-10, Mat 5:17-37

“Songon on ma hatamuna: Olo, anggo olo; ndang, ia ndang!

BARITA NAULI:

Unang ma dirimpu rohamuna: Ahu ro mangarumpakkon patik i, manang hata ni angka panurirang i pe. Ndang ro Ahu mangarumpakkon; na pajongjongkon do Ahu! Ai hata na sintong do na hudok on tu hamu: Rasirasa sega langit dohot tano on, na so tupa sega sian patik i nanggo sada sisiasia manang sanggurit pe, paima saut saluhutna i. Asa manang ise na mangarumpakkon sada sian angka patik na ummetmet i jala dipodahon i tu jolma, i ma goaron na ummetmet di harajaon banua ginjang i; alai na mangulahon jala mangajarhonsa, i do goaron na balga di harajaon banua ginjang i. Ai hudok ma tu hamu: Molo so andul dumenggan hatigoranmuna sian hatigoran ni angka sibotosurat dohot Parise, ndang habongotan hamu harajaon banua ginjang i. Dibege hamu do hata na tu angka ompu na robi: "Unang ho mambunu!" Ia pamunu siuhumon do. Alai Ahu do mandok tu hamu: Tu jolo ni paruhuman ma ganup na tarrimas tu donganna; jala tama hona uhum ni rapot godang do ganup na mandok tu donganna: Hurang ajar! Alai na pola mandok tu donganna: Pe ho sisoada!, tama dapot api na roko do i. Asa molo diboan ho sipelehononmu tu langgatan, dung i tarsingot roham disi di sogo ni roha ni donganmu dompak ho, tadingkon ma sipelehononmi di jolo ni langgatan i; laho ma ho jolo mardenggan dohot donganmi; dung pe i, asa ro ho pasahathon sipelehononmi! Tung denggan ma roham maradophon alomi; alai tibu, binsan rap dope hamu di tongandalan! So tung sanga dipasahat alomi ho tu panguhum, gabe dipasahat panguhum i ho tu opasna, gabe dihurungkon ho maon. Situtu do na hudok on tu ho: Na so tupa ho ruar sian i, anggo so sahat gararmi sude ro di na saduit! Dibege hamu do hata na tu angka ompu na robi: "Unang ho mangalangkup!" Alai Ahu mandok tu hamu: Manang ise na mamereng boruboru huhut marsangkap na roa, nunga saut dilangkup i di bagasan rohana. Molo digasipi mata siamunmi ho, pulsikkon ma i jala bolongkon! Ai dengganan do mago dagingmu deba nuaeng, unang bolong dagingmi hibul sogot tu api na roko! Jala molo digasipi tangan siamunmi ho, gotap ma i jala bolongkon! Ai dengganan mago ruas ni dagingmu sada nuaeng, unang bolong dagingmu hibul sogot tu api na roko! Angkup ni i didok do: "Manang ise na palahohon jolmana, ingkon dilehon do surat sirang tu ibana." Alai Ahu mandok tu hamu: Ganup na palahohon na niolina, ia so ala ni na marmainan, na palangkuphonsa do! Pangalangkup do nang na mambuat na sirang i! Angkup ni i, dibege hamu do hata na tu angka ompu na robi: "Ndang jadi tolononmu na tutu! Naung saut diuarihon ho tu Debata, ingkon gararonmu do!" Alai Ahu mandok tu hamu: Sandok na so tupa hamu manolon nang maruari pe: Manang tu langit i, ai habangsa ni Debata do i; manang tu tano on, ai sidegean ni patna do i; manang tu huta Jerusalem pe, ai huta ni Raja na bolon i do i. Angkup ni i, ndang jadi ho manolon tu ulum; ai ndang marhuaso ho mambahen bontar manang birong obukmu nanggo sada. Songon on ma hatamuna: Olo, anggo olo; ndang, ia ndang! Nasa na ganda sian i, sian na jahat do i
Songoni ma hata ni Debata na dipatolhas tu hita sadari on.

Bacaan Hari Minggu Biasa VI (Thn A) 13 Februari 2011 (Bahasa Batak Karo)

Bacaan Hari Minggu Biasa VI (Thn A)
13 Februari 2011 (Bahasa Batak Karo)

Sir 15:15-20, Mzm 119:1-2,4-5,17-18,33-34, 1Kor 2:6-10, Mat 5:17-37

“Katakenlah, 'ue' adi tuhu janah katakenlah, 'lang' adi la tuhu.”

BERITA SIMERIAH:
"Ola iakapndu Aku reh ncedai Undang-undang si ibereken Musa ras si iajarken nabi-nabi. Aku reh labo ncedai, tapi guna nehken si enggo isuratkenna e. Ingetlah katangKu enda! Seh masap langit ras doni, sada titik ntah sada bagin si kitikna pe i bas Undang-undang e la bene adi langa kin seh kerina kai si enggo isuratken e. E maka ise la ngikutken si enggo isuratken e, aminna gia bagin si kitikna, janah ibabaina papak kalak si deban, ia me si la mehergana i bas Kinirajan Surga. Tapi ise ngikutkenca janah ibabaina kalak si deban ngikutken si enggo isuratken e, ia me si mbelinna i bas Kinirajan Surga. Kukataken pe man bandu maka labo kam banci bengket ku bas Kinirajan Surga adi la kin tutusen atendu erbahan si ngena ate Dibata asa guru-guru agama ras kalak Parisi." "Enggo ietehndu maka nai ikataken man nini-nininta, 'Ola munuh; kalak si munuh iadili.' Tapi genduari Kukataken man bandu: Ise merawa nandangi seninana, iadili pagin, ise si ngisakken kalak, arus iadili i lebe-lebe Pengadilen Agama. Janah ise ngataken seninana: 'O kemali!', ia pagin itamaken ku api naraka. Dage, adi asum atendu nehken persembahen man Dibata ingetndu maka sangkut ukur seninandu nandangi kam, tadingkenlah lebe persembahenndu e jenari erdame ras ia. Kenca bage persembahkenlah persembahenndu e man Dibata. Adi iaduken kalak kam janah ibabana ku pengadilen, erdamelah ras ia ope denga seh i pengadilen. Sabap adi enggo seh i pengadilen iendeskenna me kam man hakim, jenari iendesken hakim kam man polisi. Kenca bage itamaken polisi kam ku bas penjara. Adi kam i bas penjara, lanai kam ipulahina adi langa kin bali utangndu e kerina." "Enggo ietehndu maka lit ikataken, 'Ola erlua-lua.' Tapi genduari Kukataken man bandu: Ise ngenehen sekalak diberu, jenari leket ukurna ras diberu e, si tuhuna ia enggo erlua-lua i bas ukurna. Dage, adi matandu si kemuhen erbahanca kam erdosa, pulditkenlah e jenari ambekkenlah! Sabap ulin sada bagin badanndu bene asa kerina iambekken ku bas naraka. Adi tanndu si kemuhen erbahanca kam erdosa, keretlah e jenari ambekken! Sabap ulin bene sada tanndu asangken kerina badanndu iambekken ku bas naraka." "Lit ka pengajaren bagenda, 'Ise ngulihken ndeharana, arus ibahanna surat mulih man ndeharana!' Tapi genduari Kukataken man bandu: Ise ngulihken ndeharana labo erkiteken ndeharana e erlua-lua ras kalak si deban, ia si erbahanca ndeharana e erlua-lua adi sereh ia man kalak si deban, janah ji ngempoi diberu e pe erlua-lua." "Enggo pe ietehndu maka i bas nini-nininta nai lit pengajaren bagenda, 'Ola ersumpah kerna si la tuhu, tapi bahanlah kai si enggo isumpahkenndu i lebe-lebe Tuhan.' Tapi genduari Kukataken man bandu: Ola ersumpah kerna kai-kai pe, ola ersumpah i bas gelar langit, sabap langit kap ingan kundul Dibata; ola ersumpah i bas gelar doni, sabap doni kap ingan naheNa; bage pe ola ersumpah i bas gelar Jerusalem, sabap Jerusalem kuta Raja Simbelin kap. I bas gelar takalndu pe ola kam ersumpah, sabap labo kam erkuasa nalihken selambar buk pe jadi mbentar ntah mbiring. Katakenlah, 'ue' adi tuhu janah katakenlah, 'lang' adi la tuhu. Lain asangken si e i bas Iblis nari kap rehna."
Enda me kap Injil Tuhanta.

Bacaan Hari Minggu Biasa VI (Thn A) 13 Februari 2011

Bacaan Hari Minggu Biasa VI (Thn A) 13 Februari 2011
Sir 15:15-20, Mzm 119:1-2,4-5,17-18,33-34, 1Kor 2:6-10, Mat 5:17-37

“Jika ya, hendaklah kamu katakan: ya, jika tidak, hendaklah kamu katakan: tidak.”

BACAAN INJIL:

"Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya. Karena Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya selama belum lenyap langit dan bumi ini, satu iota atau satu titikpun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat, sebelum semuanya terjadi. Karena itu siapa yang meniadakan salah satu perintah hukum Taurat sekalipun yang paling kecil, dan mengajarkannya demikian kepada orang lain, ia akan menduduki tempat yang paling rendah di dalam Kerajaan Sorga; tetapi siapa yang melakukan dan mengajarkan segala perintah-perintah hukum Taurat, ia akan menduduki tempat yang tinggi di dalam Kerajaan Sorga. Maka Aku berkata kepadamu: Jika hidup keagamaanmu tidak lebih benar dari pada hidup keagamaan ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, sesungguhnya kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga. Kamu telah mendengar yang difirmankan kepada nenek moyang kita: Jangan membunuh; siapa yang membunuh harus dihukum. Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang marah terhadap saudaranya harus dihukum; siapa yang berkata kepada saudaranya: Kafir! harus dihadapkan ke Mahkamah Agama dan siapa yang berkata: Jahil! harus diserahkan ke dalam neraka yang menyala-nyala. Sebab itu, jika engkau mempersembahkan persembahanmu di atas mezbah dan engkau teringat akan sesuatu yang ada dalam hati saudaramu terhadap engkau, tinggalkanlah persembahanmu di depan mezbah itu dan pergilah berdamai dahulu dengan saudaramu, lalu kembali untuk mempersembahkan persembahanmu itu. Segeralah berdamai dengan lawanmu selama engkau bersama-sama dengan dia di tengah jalan, supaya lawanmu itu jangan menyerahkan engkau kepada hakim dan hakim itu menyerahkan engkau kepada pembantunya dan engkau dilemparkan ke dalam penjara. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya engkau tidak akan keluar dari sana, sebelum engkau membayar hutangmu sampai lunas. Kamu telah mendengar firman: Jangan berzinah. Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang memandang perempuan serta menginginkannya, sudah berzinah dengan dia di dalam hatinya. Maka jika matamu yang kanan menyesatkan engkau, cungkillah dan buanglah itu, karena lebih baik bagimu jika satu dari anggota tubuhmu binasa, dari pada tubuhmu dengan utuh dicampakkan ke dalam neraka. Dan jika tanganmu yang kanan menyesatkan engkau, penggallah dan buanglah itu, karena lebih baik bagimu jika satu dari anggota tubuhmu binasa dari pada tubuhmu dengan utuh masuk neraka. Telah difirmankan juga: Siapa yang menceraikan isterinya harus memberi surat cerai kepadanya. Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang menceraikan isterinya kecuali karena zinah, ia menjadikan isterinya berzinah; dan siapa yang kawin dengan perempuan yang diceraikan, ia berbuat zinah. Kamu telah mendengar pula yang difirmankan kepada nenek moyang kita: Jangan bersumpah palsu, melainkan peganglah sumpahmu di depan Tuhan. Tetapi Aku berkata kepadamu: Janganlah sekali-kali bersumpah, baik demi langit, karena langit adalah takhta Allah, maupun demi bumi, karena bumi adalah tumpuan kaki-Nya, ataupun demi Yerusalem, karena Yerusalem adalah kota Raja Besar; janganlah juga engkau bersumpah demi kepalamu, karena engkau tidak berkuasa memutihkan atau menghitamkan sehelai rambutpun. Jika ya, hendaklah kamu katakan: ya, jika tidak, hendaklah kamu katakan: tidak. Apa yang lebih dari pada itu berasal dari si jahat.
Demikianlah Injil Tuhan bagi kita hari ini.

Renungan Harian : Sabtu 12 Februari 2011

Renungan Harian : Sabtu 12 Februari 2011
Kej 3:9-24; Mrk 8: 1-10

"Bila kita berharap Yesus melimpahkan rahmat kepada kita, kita juga harus rela berbagi dengan sesama."

BACAAN INJIL:

Pada waktu itu ada pula orang banyak di situ yang besar jumlahnya, dan karena mereka tidak mempunyai makanan, Yesus memanggil murid-murid-Nya dan berkata: "Hati-Ku tergerak oleh belas kasihan kepada orang banyak ini. Sudah tiga hari mereka mengikuti Aku dan mereka tidak mempunyai makanan. Dan jika mereka Kusuruh pulang ke rumahnya dengan lapar, mereka akan rebah di jalan, sebab ada yang datang dari jauh." Murid-murid-Nya menjawab: "Bagaimana di tempat yang sunyi ini orang dapat memberi mereka roti sampai kenyang?" Yesus bertanya kepada mereka: "Berapa roti ada padamu?" Jawab mereka: "Tujuh." Lalu Ia menyuruh orang banyak itu duduk di tanah. Sesudah itu Ia mengambil ketujuh roti itu, mengucap syukur, memecah-mecahkannya dan memberikannya kepada murid-murid-Nya untuk dibagi-bagikan, dan mereka memberikannya kepada orang banyak. Mereka juga mempunyai beberapa ikan, dan sesudah mengucap berkat atasnya, Ia menyuruh supaya ikan itu juga dibagi-bagikan. Dan mereka makan sampai kenyang. Kemudian orang mengumpulkan potongan-potongan roti yang sisa, sebanyak tujuh bakul. Mereka itu ada kira-kira empat ribu orang. Lalu Yesus menyuruh mereka pulang. Ia segera naik ke perahu dengan murid-murid-Nya dan bertolak ke daerah Dalmanuta.
Demikianlah Injil Tuhan bagi kita hari ini.

RENUNGAN:
Salah satu dari 18 kebohongan yang diungkap oleh para tokoh agama adalah pemerintah mengatakan bahwa angka kemiskinan di Negara ini sudah berkurang. Menurut para tokoh agama data itu adalah data yang mereka buat, tidak sesuai dengan realitas di lapangan. Dilapangan ditemukan tingkat kemiskinan masyarakat melebihi data yang dibuat oleh pemerintah. Justru yang terjadi saat ini adalah pemiskinan masyarakat dan ketidak pedulian pemerintah terhadap rakyat miskin. Padahal sebelum mereka menduduki jabatan mereka yang sekarang, mereka mengkampanyekan diri sebagai orang yang prihatin dengan orang-orang miskin, bekerja untuk rakyat dan mau membantu rakyat kecil untuk meningkatkan kesejahteraan hidup mereka. Namun semuanya hanya janji-janji kosong belaka, hanya untuk mendapatkan dukungan untuk beroleh jabatan yang mereka gunakan untuk memperkaya diri. Pemerinah atau para pejabat seringkali mencari simpati masyarakat dengan kegiatan social, tetapi sebenarnya itu adalah proyek pemiskinan dan memperkaya dirinya, karena anggaran selalu dipotong untuk kepentingan orang-orang tertentu. Sekarang ini orang peduli kepada orang miskin, bukan untuk belarasa atau kepedulian untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat tetapi hanya mendata dan memperkaya diri.

Sangat berbeda halnya dengan Yesus Kristus. Ketika Yesus melihat orang banyak yang mengikuti-Nya kelaparan dan tidak mempunyai makanan, Yesus berbela rasa dengan mereka. Hati Yesus tergerak untuk memberi mereka makan. Yesus tidak mempersalahkan orang banyak itu, karena mereka tidak membawa bekal yang cukup, dan juga tidak mempersalahkan para murid. Tetapi Yesus memberi mereka makan sampai kenyang dan bahkan sisa dari roti itu ada 7 bakul. Yesus sungguh Tuhan yang penuh belaskasih, yang senantiasa peduli dengan kebutuhan kita. Orang yang mengikuti dan percaya kepada-Nya tidak akan dibiarkan ‘kelaparan’ atau pergi dengan tangan kosong, Dia tidak membiarkan para pengikut-Nya celaka. Cinta kasih Tuhan inilah yang harus kita yakini. Lewat bacaan hari ini, iman kita dikuatkan bahwa barang siapa yang percaya kepada-Nya dan setia mengikuti-Nya, tidak akan ditolak, tidak akan pulang dengan tangan kosong, tetapi Tuhan akan memperhatikan hidupnya, Tuhan akan melimpahkan rahmat-Nya, yang kita butuhkan sehingga kita tetap bisa bertahan hidup.

Kita sebagai pengikut Yesus juga hendaknya belajar dari Yesus yang berbelas kasih, berbelarasa dengan orang-orang miskin dan kelaparan. Ketika melihat orang miskin atau peminta-minta, kita seringkali merasa bahwa kita tidak punya apa-apa untuk diberikan, merasa bahwa kita sendiri masih kekurangan sehingga tidak mau berbagi. Ada pula yang mempersalahkan orang miskin itu dengan berpikir bahwa mereka miskin karena mereka malas, tidak mau bekerja keras untuk hidup. Yesus memberi makan 4 ribu orang lebih dari hanya 7 potong roti, tetapi dari yang sedikit roti itu, semua menjadi kenyang dan malah masih ada sisa 7 bakul. Dari yang sedikit yang kita miliki, bila kita rela berbagi dengan orang miskin, Tuhan akan menyempurnakannya sehingga orang yang kita bantu dan kita sendiri tidak akan menjadi kekurangan. Berbelarasa dengan orang miskin dan kepalaran, merupakan kewajiban bagi kita yang mengikuti Yesus Kristus. Hidup kekristenan bukan soal rajin ke Gereja, banyaknya mengikuti kegiatan di Gereja, tetapi sejauh mana kita ikut berbelarasa dengan orang miskin, sejauhmana kita rela berbagi roti dengan sesama yang membutuhkannya. Kita sering mengharapkan rahmat berlimpah dari Yesus, tetapi kita sendiri tidak rela berbagi dengan sesama. Bagaimana mungkin kita berharap Yesus mau berbagi berkat dengan kita, kita sendiri tidak terlebih dahulu rela berbagi. Bila kita berharap Yesus melimpahkan rahmat kepada kita, kita juga harus rela berbagi dengan sesama. Semakin banyak berkat yang kita miliki, semakin banyak kesempatan yang kita miliki untuk berbagi dengan sesama. Semoga kita rela berbagi sukacita, berkat dengan sesama yang membutuhkan, maka Yesus Tuhan juga akan semakin melimpahkan berkat-Nya kepada kita. Amin.

PESAN BAPA SUCI PAUS BENEDICTUS XVI UNTUK HARI ORANG SAKIT SEDUNIA KE-19 11 Februari 2011

PESAN BAPA SUCI PAUS BENEDICTUS XVI UNTUK
HARI ORANG SAKIT SEDUNIA KE-19
11 Februari 2011
oleh Doa dan Ucapan Syukur pada 11 Februari 2011 jam 12:56

“OLEH BILUR-BILURNYA KAMU TELAH SEMBUH” (1 Pet 2:24)


Saudara saudari terkasih,

Setiap tahun, Gereja memperingati Hari Orang Sakit Sedunia pada Peringatan Santa Perawan Maria dari Lourdes, yang biasanya dirayakan pada setiap tanggal 11 Februari. Hal ini, sebagaimana diharapkan oleh Venerabilis Paus Yohanes Paulus II, merupakan kesempatan yang baik dan tepat untuk merenungkan misteri penderitaan, terutama untuk mengajak komunitas-komunitas gerejani dan masyarakat sipil lainnya lebih peka terhadap saudara-saudari kita yang sakit.
Jika setiap orang adalah saudara, terlebih lagi orang yang lemah, yang menderita dan yang membutuhkan perhatian, maka mereka harus menjadi pusat perhatian kita, sehingga tak seorangpun dari mereka merasa dilupakan atau dipinggirkan. Karena sesungguhnya: “Tolok ukur kemanusiaan pada dasamya ditentukan oleh kaitan antara penderitaan dengan si penderita. Hal ini berlaku baik bagi individu maupun masyarakat. Suatu masyarakat yang tak mampu menerima para penderita dan tak mampu berbagi derita dengan mereka dan berbelas-kasih terhadap mereka, adalah masyarakat yang bengis dan tidak manusiawi” (Ensiklik “Spe Salvi”, No. 38). Semoga aneka inisiatif yang dirancang oleh masing-masing keuskupan pada peringatan ini menjadi suatu pendorong dan semakin efektif dalam memberi perhatian kepada mereka yang menderita, termasuk dalam konteks peringatan akbar yang akan dilangsungkan di tempat peziarahan gua Maria di Altotting, Jerman pada tahun 2013 nanti.

1. Saya masih ingat ketika dalam serangkaian kunjungan pastoral ke Turin, saya dapat berhenti sejenak dalam refleksi dan doa saya di depan kain Kafan Suci, di hadapan Wajah yang menderita, yang mengundang kita untuk merenungkan Diri-Nya, yang mau menerima beban derita manusia dari setiap jaman dan tempat, bahkan penderitaan kita, kesulitan-kesulitan kita, dosa­dosa kita. Betapa banyak orang beriman sepanjang sejarah telah mengunjungi kain kafan, yang digunakan untuk membungkus tubuh seorang yang disalibkan, sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Injil yang telah disampaikan kepada kita tentang penderitaan dan wafat Yesus! Merenungkan hal ini adalah suatu undangan untuk merefleksikan apa yang ditulis oleh St. Petrus : “Oleh bilur-bilurNya kamu telah sembuh” (1 Petrus 2:24).

Putera Allah telah menderita, la telah wafat, tetapi la telah bangkit kembali. Memang benarlah demikian karena melalui peristiwa-peristiwa tersebut luka-lukaNya menjadi tanda penebusan, pengampunan dan perdamaian kembali kita dengan Bapa. Namun demikian peristiwa derita, wafat dan kebangkitan tersebut sekaligus juga menjadi ujian iman bagi para Murid dan iman kita. Setiap kali Tuhan berbicara tentang penderitaan dan wafat-Nya, para murid tidak dapat mengerti, mereka menolaknya dan menyangkalnya. Bagi mereka, sama dengan bagi kita, penderitaan itu selalu penuh dengan misteri, sulit untuk kita terima dan kita tanggung. Sebab peristiwa-peristiwa yang telah terjadi di Yerusalem dalam hari-hari itu, membuat dua orang Murid dari Emaus berjalan dengan hati sedih, dan hanya ketika Dia yang bangkit berjalan bersama dengan mereka, maka terbukalah mereka terhadap pemahaman yang baru (bdk. Lukas 24:13-31). Bahkan Rasul Thomas sendiri menunjukkan kesulitannya untuk meyakini jalan penebusan melalui penderitaan : “Sebelum aku melihat bekas paku pada tangan-Nya don sebelum aku mencucukkan jariku ke dalam bekas paku itu dan mencucukkan tanganku ke dalam lambung-Nya, sekali-kali aku tidak akan percaya” (Yoh.20:25). Namun sebelum Yesus menunjukkan luka­luka-Nya, jawaban-nya (rasul Thomas) telah berubah menjadi sebuah pernyataan iman yang mengharukan: “Ya Tuhanku dan Allahku!” (Yoh. 20:28). Apa yang pada awalnya merupakan halangan besar, sebab hal ini merupakan tanda kegagalan Yesus yang nyata, menjadi bukti cinta yang begitu kuat, berkat perjumpaan dengan Dia yang telah bangkit: “Hanya Allah yang mengasihi kita sampai berani menanggung bagi diri-Nya luka-luka don penderitaan kita, khususnya penderitaan yang bukan karena kesalahan-Nya sendiri, Allah semacam itulah yang pantas diimani” (Pesan Urbi et Orbi, Paskah 2007).

2. Saudara-saudari yang sedang sakit dan menderita, alangkah baik sekali bahwa melalui penderitaan Kristus kita dapat melihat, dengan mata pengharapan, semua kejahatan yang menimpa umat manusia. Berkat kebangkitan-Nya, Tuhan tidak menyingkirkan penderitaan dan kejahatan dari dunia, melainkan Dia telah menaklukan derita dan kejahatan itu dari akarnya. Keangkuhan kejahatan Dia lawan dengan keagungan kasih-Nya. Oleh karena itu, la menunjukkan kepada kita bahwa jalan menuju kedamaian dan sukacita adalah Kasih: “Sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi” (Yoh.13:34). Kristus, sang Pemenang atas maut, hidup dan tinggal di tengah-tengah kita. Dan bersama St. Thomas kita berkata : “Ya Tuhanku don Allahku!” Marilah kita mengikuti Tuhan yang selalu siap untuk mempersembahkan hidup kita bagi saudara­-saudara kita (1Yoh.3:16), menjadi pembawa kabar sukacita tanpa takut akan penderitaan. Inilah sukacita Kebangkitan.

St. Bernardus pernah mengatakan: “Allah tidak dapat menderita, tetapi la dapat menderita bersama.” Allah, yang adalah Kebenaran dan Kasih dalam diri manusia, berkenan menderita bagi dan bersama dengan kita. la menjadi manusia supaya dapat menderita bersama dengan manusia dalam arti yang sebenarnya, dalam darah dan daging. Oleh karena itu, Dia telah masuk dalam diri seorang Manusia untuk berbagi dan menanggung derita bagi setiap penderitaan manusia. la menawarkan pengiburan terhadap semua penderitaan, suatu penghiburan karena keterlibatan kasih Allah, yang membuat bintang pengharapan bersinar (bdk. Ensiklik “Spe Solvi” 39).
Saya ulangi sekali lagi pesan ini kepada kamu, Saudara dan Saudari, supaya kamu menjadi saksi akan hal ini melalui derita, hidup dan imanmu.

3. Sambil menanti pertemuan di Madrid, Agustus 2011, pada perayaan Hari Kaum Muda Sedunia, saya juga akan menyampaikan suatu refleksi khusus bagi kaum muda, terutama mereka yang pernah mengalami penderitaan penyakit. Seringkali, Penderitaan dan Salib Yesus menyebabkan ketakutan, karena seolah-olah menjadi penyangkalan terhadap kehidupan. Kenyataannya justru sangat berlawanan! Salib adalah Jawaban “ya” dari Allah bagi umat manusia, suatu ungkapan tertinggi dan terdalam kasih Allah, sumber yang mengalir untuk kehidupan kekal. Dari hati Yesus yang terluka, hidup ilahi mengalir. la sendiri sanggup membebaskan dunia dari kejahatan dan menjadikan Kerajaan-Nya: kerajaan keadilan, perdamaian dan kasih tumbuh, kerajaan yang kita semua cita-citakan. (bdk. Pesan untuk Hari Kaum Muda Sedunia 2011, no. 3).

Kaum muda yang terkasih, belajarlah “melihat” dan “menjumpai” Yesus di dalam Ekaristi, di mana la hadir bagi kita secara nyata, yang menjadikan diri­Nya makanan untuk perjalanan kita, tetapi ketahuilah bagaimana mengenal dan melayani Dia, yaitu di dalam diri saudara-saudara yang miskin, sakit, menderita dan dalam kesulitan, juga yang membutuhkan bantuanmu (bdk. Ibid, no. 4). Bagi kamu semua hai kaum muda, baik yang sakit maupun yang sehat, saya ulangi lagi undangan untuk membangun jembatan kasih dan solidaritas, supaya tidak seorangpun merasa sendirian, melainkan dekat dengan Allah dan menjadi bagian dari keluarga besar anak-anak-Nya (bdk. Audiensi Umum, 15 November 2006)

4. Ketika merenungkan bilur-bilur Yesus, kita arahkan pandangan kita kepada Hati-Nya yang Mahakudus di mana kasih Allah dinyatakan dengan cara yang paling agung. Hati Tersuci adalah Kristus yang tersalib, dengan lambung-Nya tertembus oleh tikaman tombak, dari sanalah darah dan air mengalir (bdk. Yoh. 19:34): “simbol Sakramen-sakramen Gereja, sehingga semua orang yang ditarik kepada hati Sang Juru Selarnat, boleh minum dari sumber air keselamatan abadi” (Missa Romawi, Prefasi Hari Raya Hati Kudus Yesus). Khususnya kamu semua yang sedang menderita sakit, hendaknya merasakan betapa dekatnya dengan Hati Kudus Yesus yang penuh kasih dan ambilah air dari mata air ini dengan iman dan sukacita, sambil bercloa : “Air lambung Kristus, bersihkanlah aku. Sengsara Kristus, kuatkanlah aku. 0 Yesus yang baik, dengarkanlah aku. Dalam luka-luka-Mu, sembunyikanlah aku” (doa St. Ignatius Loyola).

5. Mengakhiri pesan saya untuk Hari Orang Sakit Sedunia ini, saya ingin mengungkapkan kasih saya bagi setiap orang, sambil merasakan keterlibatan saya di dalam penderitaan dan pengharapanmu sehari-hari dalam persekutuan dengan Kristus yang tersalib dan bangkit, hingga la memberimu damai dan kesembuhan batin. Semoga bersama Kristus yang telah wafat dan bangkit, Santa Perawan Maria yang kepadanya kita mohon dengan penuh iman, selalu menjagamu karena gelarnya adalah Pelindung orang sakit dan Penghibur orang yang menderita. Di bawah kaki salib, terpenuhilah di sana nubuat Simeon: hatinya sebagai Ibu tertembus pedang (bdk. Luk. 2:35). Dari jurang penderitaannya, karena partisipasinya dalam penderitaan Puteranya, Maria dimampukan menerima misi barunya: menjadi ibu Kristus di dalam anggota-anggota (Gereja-Nya). Pada saat penyaliban, Yesus menyerahkan kepada Maria setiap murid-Nya: “Inilah anakmu” (bdk. Yoh. 19:26-27). Kasih keibuan Maria bagi
Putera-nya menjadi kasih keibuan bagi setiap orang di antara kita dalam penderitaan kita sehari­hari (bdk. Khotbah di Lourdes, 15 September 2008).

Saudara-saudari terkasih, pada Hari Orang Sakit Sedunia ini, saya juga mengundang para penguasa untuk lebih menginventasikan lagi sistem-sistem kesehatan yang dapat menyediakan bantuan dan dukungan bagi yang menderita, terlebih mereka yang paling miskin dan yang paling membutuhkan. Dan bagi semua keuskupan, saya menyampaikan salam kasih kepada para uskup, para imam, kaum religius, para seminaris, para petugas kesehatan, para sukarelawan dan semua orang yang membaktikan dirinya dengan kasih untuk merawat dan meringankan luka-luka setiap saudara-saudari yang sakit, di rumah-rumah sakit atau di panti-panti perawatan, maupun dalam keluarga. Dalam wajah-wajah orang-orang yang sakit itu, ketahuilah bagaimana agar dapat melihat Wajah di antara wajah-wajah itu: Wajah Kristus sendiri.

Saya kenangkan kamu semua dalam doa saya, seraya memberikan berkat khusus apostolik.

Disadur dari : http://katolisitas.org/2011/01/31/pesan-bapa-suci-untuk-hari-orang-sakit-sedunia-2011/

Vatikan Tak Restui Aplikasi Pengakuan Dosa Virtual

Vatikan Tak Restui Aplikasi Pengakuan Dosa Virtual
11 Februari 2011 08:48

(Jakarta 10/2/2011)Selang beberapa hari pasca dirilsnya aplikasi pengakuan dosa virtual di iOS dan sempat beredar, Vatikan pada akhirnya tidak menyetujui kehadiran aplikasi tersebut. Pimpinan tertinggi gereja Katolik itu pun memperingatkan bahwa pengakuan dosa via aplikasi tidak diperbolehkan.

Padahal sebelumnya dalam sebuah konferensi yang dihadiri para Uskup di Inggris, aplikasi tersebut diperbolehkan. Karena sifatnya hanya sebagai alat bantu persiapan sebelum sakramen pengakuan dosa sesungguhnya.

Seperti dikutip detikINET, Kamis (10/2/2011), kepada AFP juru bicara Vatikan Federico Lombardi memperjelas akar permasalahan aplikasi pengakuan dosa secara virtual tersebut. Ia mengatakan, komunikasi tatap muka antara umat dan pastor dalam ruang pengakuan dosa, tak dapat digantikan dengan teknologi.

"Hal ini tidak bisa digantikan oleh aplikasi komputer. Saya harus menekankan untuk menghindari ambiguitas pengakuan dosa di iPhone," paparnya.

Sementara itu, Patrick Leinen sang developer mengaku membuat aplikasi ini karena terinspirasi Bapa Suci Paus Benediktus XVI, dalam karyanya kepada generasi muda untuk memanfaatkan teknologi. Ia juga mengatakan, sebelumnya aplikasinya itu telah disetujui oleh Uskup Kevin C. Rhodes dari Keuskupan Fort Wayne. (detikinet)

Disadur dari : http://www.mirifica.net/

Renungan Harian “ Jumat 11 Februari 2011

Renungan Harian “ Jumat 11 Februari 2011
Kej 3:1-8, Mzm 32:1-2,5,6,7, Mrk 7:31-37
(SP Maria di Lourdes,Benediktus Aniane, Hari orang Sakit Sedunia)

Semoga kita yang bisa mendengar, tidak menulikan diri dan semoga kita yang bisa berbicara tidak menggagapkan atau membisukan diri akan kebenaran dan sabda Tuhan.

BACAAN INJIL:
Kemudian Yesus meninggalkan pula daerah Tirus dan dengan melalui Sidon pergi ke danau Galilea, di tengah-tengah daerah Dekapolis. Di situ orang membawa kepada-Nya seorang yang tuli dan yang gagap dan memohon kepada-Nya, supaya Ia meletakkan tangan-Nya atas orang itu. Dan sesudah Yesus memisahkan dia dari orang banyak, sehingga mereka sendirian, Ia memasukkan jari-Nya ke telinga orang itu, lalu Ia meludah dan meraba lidah orang itu. Kemudian sambil menengadah ke langit Yesus menarik nafas dan berkata kepadanya: "Efata!", artinya: Terbukalah! Maka terbukalah telinga orang itu dan seketika itu terlepas pulalah pengikat lidahnya, lalu ia berkata-kata dengan baik. Yesus berpesan kepada orang-orang yang ada di situ supaya jangan menceriterakannya kepada siapapun juga. Tetapi makin dilarang-Nya mereka, makin luas mereka memberitakannya. Mereka takjub dan tercengang dan berkata: "Ia menjadikan segala-galanya baik, yang tuli dijadikan-Nya mendengar, yang bisu dijadikan-Nya berkata-kata."
Demikianlah Injil Tuhan bagi kita hari ini.

RENUNGAN:
Kisah penyembuhan kali ini, sungguh berbeda dengan kisah penyembuhan yang kemarin kita dengarkan. Dalam Injil hari ini, seakan Yesus bekerja keras untuk menyembuhkan orang tuli dan gagap yang dibawa kepada-Nya untuk disembuhkan. Kalau dalam kisah penyembuhan kemarin, Yesus tidak perlu menjamah atau bertemu dengan si sakit, Dia hanya menyembuhkan dari jarak jauh, tetapi kali ini Yesus memisahkan orang itu dari orang banyak dan membawanya ke tempat di mana mereka hanya berdua saja. Yesus juga memasukkan jari-Nya ke lidah orang itu, meludah, meraba lidah orang itu dan menengadah ke langit, menarik nafas lalu berkata “Efata”, artinya: Terbukalah. Sesudah itu, orang itupun sembuh. Mungkin kita bertanya mengapa Yesus dalam menyembuhkan penyakit tuli dan gagap seakan harus berjuang dan bekerja keras? Inilah cara Yesus dalam menyembuhkan. Tetapi yang penting, menurut kami bahwa penyakit tuli dan gagap adalah termasuk penyakit serius yang perlu menanganan khusus, bukan hanya sekedar disembuhkan dari penyakit itu.

Orang yang tuli biasanya juga bisu atau gagap. Orang yang berpenyakit demikian, tidak mampu berelasi dengan orang lain, dirinya seakan tertutup dari dunia lain. Tetapi orang bisa saja dapat mendengar tetapi pura-pura tuli dari suara dari luar, atau bahkan menulikan diri dari suara-suara lain. Orang sebenarnya bisa saja berkata-kata tetapi dia menjadi gagap atau bisa. Penyakit yang demikian adalah penyakit di mana orang menutup diri dari dunia sekitar, dia hidup hanya untuk dirinya, tidak peduli dengan dunia sekitarnya dan tidak berani mengatakan sesuatu pendapat yang benar karena dia hanya sibuk dengan dirinya. Penyakit yang demikian saat ini menggejala dalam hidup kita, khususnya dalam diri para penjabat dan penguasa.

Sekarang ini begitu banyak suara-suara yang meneriakkan kritikan, kebenaran demi perbaikan atau kesejahteraan banyak orang. Tetapi semua suara kritikan atau seruan kebenaran itu seakan tidak didengarkan oleh para pemerintah dan penguasa. Mereka menutup telinga atas semuanya, dan tetap melakukan apa yang sudah menjadi keingingan mereka. Kita masih ingat, peristiwa para tokoh agama menyampaikan 18 kebohongan kepada pemerintah dengan tujuan untuk perbaikan bangsa ini, tetapi para penguasa tidak mendengar dengan hati, tetapi mendengar dengan kuasa dan jabatannya, sehingga mereka gagap untuk menyerukan kebenaran. Demikian juga halnya, semua orang, termasuk penguasa atau pemerintah sudah mendengar tragedy yang dialami komunitas Ahmadiah dan juga perusakan Gereja, tetapi mereka tidak mendengar sungguh, sehingga tidak gagap untuk menyuarakan kebenaran, mereka hanya mengeluarkan kata-kata penghiburan, kata-kata manis belaka. Bahkan tidak sedikit yang dengan cerdik untuk membela diri dan malahan mempersalahkan orang lain.

Penyakit yang demikian juga menggejala di tengah masyarakat kita. Oleh karena itu dibutuhkan pendekatan khusus dan kita berdoa semoga Tuhan membuka telinga mereka sehingga mereka mau mendengarkan kebenaran, semoga Tuhan juga membukan pengikat lidah mereka sehingga mereka bisa mengatakan kebenaran.

Penyakit itu juga bisa jadi ada dalam diri kita. Kita sudah mendengarkan Sabda Tuhan, tetapi kita gagap untuk mewartakannya. Di sekitar kita banyak orang yang berseru, berteriak minta pertolongan kita, tetapi kita pura-pura tuli. Kita melihat ketidak adilan, tetapi kita hanya diam, tidak berani menyuarakan kebenaran. Kita hanya sibuk dengan diri sendiri, kepentingan pribadi dan tidak peduli dengan lingkungan sekitar dan bahkan seakan menutup diri dari dunia luar. Oleh karena itu, mari kita mohon kepada Yesus agar kita disembuhkan dari ketulian dan kegagapan kita dalam mewartakan kebenaran. Untuk itu, kita perlu membina hubungan dengan Yesus, menyediakan waktu sendiri hanya bersama dengan Yesus. Semoga kita yang bisa mendengar, tidak menulikan diri dan semoga kita yang bisa berbicara tidak menggagapkan atau membisukan diri akan kebenaran dan sabda Tuhan. Amin.

Pastor Lombardi menjelaskan penggunaan iPhone dalam Pengakuan Dosa

Pastor Lombardi menjelaskan penggunaan iPhone
dalam Pengakuan Dosa

Oleh Shirley Hadisandjaja Mandelli
Milano, 10 Februari 2011.

Membaca beberapa berita yang tersebar di beberapa media masa internet, yang mengatakan bahwa Vatikan melarang penggunaan iPhone dalam pengakuan dosa, ada baiknya membaca dengan teliti dan memahami penjelasan Pastor Lombardi, juru bicara Vatikan.

Pastor Lombardi mengatakan kepada portal berita Katolik Zenit tanggal 9 Februari bahwa penggunaan iPhone dalam pengakuan dosa tidak dapat menggantikan kehadiran fisik dari pastor pengakuan.

Kehadiran aplikasi iPhone dan teknologi-teknologi baru lainnya yang serupa di dalam Sakramen Pengakuan Dosa boleh digunakan untuk membantu umat dalam persiapan pemeriksaan batin sebelum pengakuan dosa yang sebenarnya, tetapi selamanya tidak akan dapat menggantikan dialog tatap muka antara umat dan pastor, karena tanpa kehadiran pastor tidak akan ada sakramen.

Juru bicara Vatikan itu menjelaskan hal ini sehubungan dengan ketidakyakinan yang dinyatakan oleh beberapa jurnalis yang mewartakan informasi dari Vatikan tentang pemakaian aplikasi iPhone untuk mengaku dosa (lihat berita Zenit tanggal 4 Februari 2011).

Dihadapkan pada beberapa informasi yang menunjukkan bahwa pengakuan dosa dilakukan "melalui" iPhone, Pastor Lombardi menjelaskan bahwa "sangat penting untuk memahami bahwa Sakramen Tobat memerlukan dialog pribadi antara umat dan pastor dan pengampunan hanya dapat dilakukan oleh pastor pengakuan".

"Hal ini tidak dapat digantikan oleh aplikasi komputer," jadi "membicarakan 'Pengakuan Dosa dengan iPhone' adalah suatu hal yang tak mungkin," katanya.

Dalam dunia di mana banyak orang menggunakan media komputer untuk membaca dan merenungkan (misalnya, juga teks untuk berdoa), namun Pastor Lombardi menambahkan bahwa kita tidak dapat mengecualikan bahwa ada umat yang berdoa dalam persiapan untuk pengakuan dosa dengan bantuan alat-alat digital, seperti yang dilakukan di masa lalu dengan teks dan pertanyaan-pertanyaan yang tertulis di lembar kertas, yang membantu dalam pemeriksaan batin mereka.

Dalam hal ini, Pastor Lombardi menekankan, hal itu akan menjadi sebuah alat bantu pastoral digital yang mungkin bermanfaat bagi umat, yang memahami dengan baik bahwa penggunaan teknologi itu tidak dapat menggantikan Sakramen Pengakuan Dosa.

"Penting juga untuk mengetahui adanya kegunaan pastoral yang nyata dalam pemakaian alat teknologi dan bukan saja suatu bisnis yang didorong oleh realitas keagamaan dan spiritual yang penting seperti sebuah Sakramen," katanya.

Jadi dalam hal ini, tidaklah benar dan tidaklah tepat menuduh Vatikan tidak menyetujui kehadiran aplikasi iPhone yang sengaja dibuat oleh Patrick Leinen untuk mempermudah umat dalam persiapan pemeriksaan batin sebelum menerima Sakramen Tobat di hadapan pastor. Yang benar adalah Pastor Lombardi, selaku juru bicara Vatikan merasa bertanggungjawab untuk menjelaskan dengan tepat agar iPhone tersebut tidak disalahgunakan oleh umat, - yang kadang merasa risih mengakui dosa-dosa dihadapan pastor - sebagai alat untuk menerima Sakramen Tobat, karena selamanya sebuah Sakramen hanya dapat diterima oleh umat dengan kehadiran fisik seorang pastor yang memberikannya.

Shirley Hadisandjaja Mandelli
Cesate, Milano
Italia
Disadur dari : http://www.facebook.com/


Renungan Harian: Kamis 11 Februri 2011

Renungan Harian: Kamis 11 Februri 2011
Kej 2:18-25, Mzm 128:1-2,3,4-5, Mrk 7:24-30
(Skolastika)

"Cinta kasih Allah, tidak terbatas kepada manusia."

BACAAN INJIL:
Lalu Yesus berangkat dari situ dan pergi ke daerah Tirus. Ia masuk ke sebuah rumah dan tidak mau bahwa ada orang yang mengetahuinya, tetapi kedatangan-Nya tidak dapat dirahasiakan. Malah seorang ibu, yang anaknya perempuan kerasukan roh jahat, segera mendengar tentang Dia, lalu datang dan tersungkur di depan kaki-Nya. Perempuan itu seorang Yunani bangsa Siro-Fenisia. Ia memohon kepada Yesus untuk mengusir setan itu dari anaknya. Lalu Yesus berkata kepadanya: "Biarlah anak-anak kenyang dahulu, sebab tidak patut mengambil roti yang disediakan bagi anak-anak dan melemparkannya kepada anjing." Tetapi perempuan itu menjawab: "Benar, Tuhan. Tetapi anjing yang di bawah meja juga makan remah-remah yang dijatuhkan anak-anak." Maka kata Yesus kepada perempuan itu: "Karena kata-katamu itu, pergilah sekarang sebab setan itu sudah keluar dari anakmu." Perempuan itu pulang ke rumahnya, lalu didapatinya anak itu berbaring di tempat tidur, sedang setan itu sudah keluar.
Demikianlah Injil Tuhan bagi kita hari ini.

RENUNGAN:

Pernah seorang suster anak paroki Tigalingga yang bekarya di Surabaya mengeluh kepada kami, dia bercerita bahwa dia membawa Proposal pembangunan Gereja Paroki Tigalingga karena beliau ingin membantu paroki dalam pencarian dana. Beliau dengan penuh semangat membawa proposal dan pergi ke salah satu paroki di Surabya, paroki yang lumayan besar dengan berpikir meminta tolong kepada pastor atau paroki itu untuk membantu dalam mencari dana dari beberapa umat. Suster itu dengan polos berpikir dan berharap bahwa pastor di paroki itu biss menghimbau beberapa umat di paroki itu. Saat bertemu pastor rekan di paroki itu, pastor itu mengatakan bahwa hal itu tidak diperbolehkan karena sudah antar keuskupan dan harus meminta ijin uskup setempat. Suster itu baru mengerti akan kebijakan itu, dan akhirnya dia mengatakan agar paling tidak paroki bisa membantu sedikit. Pastor rekan tersebut mengatkaan bahwa dia akan membicarakannya dengan pastor kepala paroki. Suster itupun pulang dengan berjanji akan datang kembali setelah pastor rekan itu membicarakan proposal itu dengna pastor kepala paroki.

Beberapa hari kemudian suster itu kembali bertanya bagaimana jadinya proposal itu, apakah paroki bisa memberi sedikit bantuan. Suster itu menerima jawaban dari pastor rekan dengan mengatakan bahwa paroki juga tidak bisa membantu karena paroki tidak punya dana khusus untuk membantu pembangunan Gereja, apalagi antar keuskupan dan antar pulau. Dana paroki diperuntukkan untuk kegiatan paroki dan pelayanan umat diparoki itu. Kalaupun paroki membantu pembangunan Gereja, ‘hanya’ untuk paroki yang ada di Keuskupan setempat. Suster itupun seakan diingatkan agar tidak mencarai dana dari umat lain. Suster itu berpikir “Apakah umat di situ tidak boleh membantu umat katolik yang ada di tempat lain? Apakah paroki tidak bisa membantu paroki di tempat lain, yang jelas juga sama-sama katolik? Apakah dana yang ada diparoki itu yang jelas-jelas mampu memberi, hanya diperuntukkan untuk paroki itu saja, tidak bisa membantu umat katolik di paroki lain? Itulah pikiran beliau sehubungan dengan hal tersebut.

Mungkin cerita di atas bisa sedikit dikaitkan dengan Injil hari ini. Seorang perempuan Yunani dari Siro datang meminta pertolongan dari Yesus. Yesus jelas adalah keturunan Yahudi. Bagi bangsa Yahudi umumnya menganggap bahwa bangsa di luar Yahudi adalah kafir dan bahkan menganggap mereka anjing. Yesus mengingatkan status yang diberikan bangsa Yahudi itu kepada wanita yang meminta pertolongan kepadaNya yang adalah keturunan Yahudi. Maksud Yesus mengatakan hal itu tentu bukan mau menghina wanita itu dan tentu bukan dengan maksud bahwa Dia juga berpikir demikian tentang bangsa Yunani, bukan juga seperti Yahudi lainnya menganggap bangsa Yunani dan peremuan itu adalah anjing. Yesus mengatakan demikian tentu dihadapan beberapa orang Yahudi dan mendengar apa yang dikatan Yesus. Yesus seakan mau mengatakan bahwa seorang perempuan dari keturunan bangsa Yunani, yang dianggap kafir dan keturunan anjing, tetapi justru datang kepada Yesus meminta pertolongan dan dia percaya kepada Yesus. Kepercayaan wanita itu semakin nyata ketika wanita itu tidak tersinggung akan perkataan Yesus, dan tidak malu akan status yang diberikan orang Yahudi atas bangsanya. Walaupun bangsanya dianggap hina, tetapi dia berani datang kepada Yesus, percaya kepada Yesus dan memohon pertolongan. Yesus yang tidak memandang rendah wanita itu dan bangsanya, nyata jelas dengan pujian Yesus atas iman wanita itu, dan dengan memberi kesembuhan kepada anak peremuan itu hanya dengan mengatakan, "Karena kata-katamu itu, pergilah sekarang sebab setan itu sudah keluar dari anakmu."

Lewat peristiwa ini Yesus menegaskan kepada orang yang ada pada saat itu dan juga kepada kita bahwa cinta kasih Allah tidak diperuntukkan hanya untuk bangsa tertentu, hanya untuk kelompok Yahudi, tetapi Dia datang untuk membawa keselamatan, mewartakan cinta kasih dan Kerajaan Allah kepada semua orang, kepada suku bangsa yang percaya kepada-Nya dan memohon pertolongan kepada-Nya dengan tulus ikhlas dan iman yang dalam. Cinta kasih Allah menembus batas, tanpa sekat-sekat yang membeda-bedakan atau mengelompokkan orang.

Cinta kasih kitapun hendaknya demikian. Dalam berbuat kasih hendaknya tidak melihat tempat, status, kedudukan orang yang hendak kita bantu. Bahkan Yesus seringkali ‘melanggar’ aturan yang ada demi menyatakan cinta kasih-Nya kepada manusia.

Kita juga bisa belajar dari perempuan itu, yang tidak malu akan status bangsanya datang kepada Yesus dengan iman mendalam memohon pertolongan. Mari kita belajar beriman dari perempuan itu. Apapun status kita, entah itu karena kondisi kita atau diberikan orang lain, hendaknya kita tidak takut datang kepada Yesus untuk memohon pertolongan. Yesus tidak membutuhkan status, kedudukan, pangkat kita, Dia tidak pula tidka melihat pakaian yang kita kenakan, dan lain-lain, tetapi Yesus melihat kedalaman iman kita kepada-Nya. Kita hendaknya datang tanpa rasa malu kepada Yesus dan menyerahkan diri seutuhnya kepada Dia, layaknya seperti suami isteri yang tidak merasa malu telanjang di hadapan pasangan. Berkat ikatan suci perkawinan mereka, mereka saling menyerahkan diri seutuhnya kepada pasangan mereka dan yakin bahwa pasangannya tidak akan mempermalukannya. Demikian juga Yesus, Dia tidak akan mempermalukan kita, tetapi akan berkata kepada kita, ‘: "Karena kata-katamu itu, pergilah sekarang sebab setan itu sudah keluar dari anakmu." Atau : "Karena imanmu itu, pergilah sekarang sebab Aku telah mengabulkan permohonanmu" Amin.

Mgr Puja: Umat Katolik Jangan Terpancing

Mgr Puja: Umat Katolik Jangan Terpancing

(Magelang 8/2/2011)Uskup Agung Semarang Mgr Johannes Pujasumarta meminta umat Katolik di Temanggung bersikap cerdas dan tidak terpancing emosi. Hal ini ia sampaikan terkait amuk massa di daerah tersebut pascasidang kasus penistaan agama.

"Saya minta umat bersikap cerdas dan tidak emosi, juga tidak membalas kekerasan dengan kekerasan," katanya ketika dihubungi dari Magelang, Selasa (8/2/2011) malam.

Dua gereja dan satu kompleks pendidikan Kristen di Temanggung serta sejumlah kendaraan bermotor dirusak massa pascasidang dengan terdakwa Antonius Richmond Bawengan (50). Pada sidang Selasa siang itu, terdakwa divonis hukuman lima tahun penjara.

Uskup menyesalkan terjadinya amuk massa tersebut karena cara-cara kekerasan tidak sesuai dengan kehidupan masyarakat yang beradab. "Kalau ada masalah, selalu harus diselesaikan secara tepat, tidak dengan jalan kekerasan," katanya.

Peristiwa Temanggung menjadi pelajaran bagi semua orang bahwa tindak kekerasan dengan merusak milik orang lain bukan solusi yang cerdas untuk menyelesaikan suatu masalah.

Ia mengatakan, akal budi yang sehat dan hati nurani yang jernih tetap dapat menjadi pemandu setiap orang yang berakhlak mulia dalam hidup bersama. "Saya minta semua pihak menahan diri, tidak membalas kekerasan dengan kekerasan," katanya.

Pada kesempatan itu, ia juga meminta, terutama umat dan kalangan gereja setempat, menyampaikan kabar peristiwa itu secara memadai agar situasi tetap kondusif.

Ia juga mengajak umat berdoa agar setiap orang tetap mengutamakan kehendak-Nya, membangun hidup bermasyarakat yang bermartabat dan beradab.

Mgr Pujasumarto mengatakan, Vikaris Jenderal Keuskupan Agung Semarang Romo P Riana Prapdi sudah berada di Temanggung untuk melihat keadaan gereja setempat dan mengumpulkan berbagai informasi untuk dilaporkan kepadanya.

"Hingga saat ini (sekitar pukul 20.00 WIB), saya masih menunggu laporan Romo Riana, yang tadi saya utus ke Temanggung," katanya.(kompas.com)

Disadur dari :http://www.mirifica.net/09 Februari 2011 08:14

Vatikan 'Restui' Pengakuan Dosa Virtual

Vatikan 'Restui' Pengakuan Dosa Virtual


(Jakarta 9/2/2011) Pertama kalinya dalam sejarah gereja Katolik Roma, iPhone digunakan sebagai alat bantu sebelum pengakuan dosa (Confession). Apakah hal ini bakal menghapus tradisi lama Vatikan?

Pengakuan dosa adalah sebuah sakramen dalam gereja Katolik Roma. Sakramen ini dilakukan oleh umat Katolik setidak-tidaknya satu kali dalam satu tahun menjelang Paskah atau Natal.

Seiring berkembangnya teknologi, Vatikan pun merestui sebuah aplikasi bernama 'Confession: A Roman Catholic App' yang kini telah ada di App Store seharga USD 1,99.

Saat menggunakan aplikasi ini, umat Katolik bisa memilih list dosa-dosa yang ada di aplikasi tersebut, atau menambahkannya sendiri. Layaknya Sakramen pengakuan dosa pada umumnya, umat Katolik pun bisa memilih tujuh penetensi (denda dosa dalam bentuk doa) yang berbeda setelahnya.


Vatikan Restui Aplikasi Ini

Aplikasi ini bukanlah kontroversi. Pasalnya Vatikan selaku pimpinan tertinggi Gereja Katolik telah merestuinya. Tentunya hal ini takkan menghapus tradisi lama Sakramen pengakuan dosa, karena aplikasi ini hanya berfungsi sebagai alat persiapan sebelum umat melakukan pengakuan dosa sesungguhnya.

Dalam sebuah konferensi yang dihadiri para Uskup di Inggris, juru bicara gereja Katolik memberi pernyataan kepada BBC, yang dikutip detikINET, Rabu (9/2/2011).

"Gereja percaya bahwa teknologi serta aplikasi kreatif bakal membantu umat untuk melakukan Sakramen pengakuan dosa secara lebih baik," paparnya.

Hal ini secara tak langsung menjadi bagian dari langkah Paus Benediktus XVI dalam berkaraya, seiring bertumbuhnya dunia digital bagi perkembangan Gereja Katolik sedunia. (detik.com)

Disadur dari : http://www.mirifica.net/09 Februari 2011 14:12

Video Seruan FPI Untuk Melakukan Pembunuhan Massal

Video Seruan FPI Untuk Melakukan Pembunuhan Massal

RENUNGAN HARIAN : Rabu 9 Februari 2011

RENUNGAN HARIAN : Rabu 9 Februari 2011
Kej 2:4b-15-17, Mzm 104:1-2a,27-28,29bc, Mrk 7:14-23
(Aloysius Versiglia, Callistus Caravario)

"Menjadikan hati kita sebagai tempat kediaman Allah, akan membuat kita terhindar dari perbuatan-perbuatan yang menajiskan."

BACAAN INJIL:
"Lalu Yesus memanggil lagi orang banyak dan berkata kepada mereka: "Kamu semua, dengarlah kepada-Ku dan camkanlah. Apa pun dari luar, yang masuk ke dalam seseorang, tidak dapat menajiskannya, tetapi apa yang keluar dari seseorang, itulah yang menajiskannya." [Barangsiapa bertelinga untuk mendengar hendaklah ia mendengar!] Sesudah Ia masuk ke sebuah rumah untuk menyingkir dari orang banyak, murid-murid-Nya bertanya kepada-Nya tentang arti perumpamaan itu. Maka jawab-Nya: "Apakah kamu juga tidak dapat memahaminya? Tidak tahukah kamu bahwa segala sesuatu dari luar yang masuk ke dalam seseorang tidak dapat menajiskannya, karena bukan masuk ke dalam hati tetapi ke dalam perutnya, lalu dibuang di jamban?" Dengan demikian Ia menyatakan semua makanan halal. Kata-Nya lagi: "Apa yang keluar dari seseorang, itulah yang menajiskannya, sebab dari dalam, dari hati orang, timbul segala pikiran jahat, percabulan, pencurian, pembunuhan, perzinahan, keserakahan, kejahatan, kelicikan, hawa nafsu, iri hati, hujat, kesombongan, kebebalan. Semua hal-hal jahat ini timbul dari dalam dan menajiskan orang."
Demikianlah Injil Tuhan bagi kita hari ini.

RENUNGAN:

Undang-undang atau peraturan seringkali dibuat untuk menghindarkan orang berperilaku yang tidak baik karena pengaruh dari luar. Misalnya undang-undang porno grafi atau porno aksi dibuat karena dilihat bahwa saat ini di internet begitu maraknya film-film porno. Dalam hal ini, pemerintah sampai-sampai memblokir akses internet lewat HP. Masih banyak contoh yang bisa kita ambil sehubungan dalam hal ini. Pada intinya, tindakan itu dilakukan karena ada indikasi bahwa banyak peristiwa atau pengaruh dari luar itu tidak baik dan akan merusak manusia. Oleh karena itu, agar yang dari luar itu tidak merusak pribadi manusia, maka dibuatlah peraturan-peraturan.

Hal yang demikian juga bisa kita kaitkan dengan kerusuhan, perusakan dan kekerasan yang dilandasi oleh agama sebagaimana yang baru-baru ini terjadi dan sudah sering terjadi di Negara kita ini. Pihak tertentu merasa bahwa ajaran dalam agama lain, misalnya yang diajarkan Ahmadiah itu tidak benar, dianggap bisa merusak ajaran agamanya, maka agama Ahmadiah itu harus dibubarkan. Bahkan seakan bila perlu para pengikutnya yang tetap membangkan harus dibunuh. Pembunuhan dengan alasan berbau agama seakan dilegalkan. Demikian juga kiranya dengan agama Kristen, dianggap tidak baik dan dapat merusak agama tertentu dan para penganutnya, sehingga harus ‘dimusnahkan’ juga. Perilaku yang demikian mengindikasikan bahwa yang dari luar diri manusia dan di luar kelompok dianggap tidak baik, haram sehingga harus ditolak, disingkirkan dan kalau perlu dimusnahkan.

Apa pun dari luar, yang masuk ke dalam seseorang, tidak dapat menajiskannya, tetapi apa yang keluar dari seseorang, itulah yang menajiskannya."

Benarkah selamanya yang dari luar itu tidak baik?
Tentu tidak selamanya, bahkan yang tidak baik dari luar itu bisa menjadi berguna untuk seseorang. Banyak hal atau kejadian dari luar diri atau dari luar kelompok juga mempunyai nilai-nilai positif yang sebenarnya berlaku umum. Namun seringkali karena fanatisme yang tidak sehat akan prinsip pribadi atau atas ajaran agamanya, membuat seseorang atau kelompok itu tidak terbuka melihat, mengakui dan menerima kebaikan yang ada di luar dirinya atau kelompoknya. Fanatisme yang tidak sehat ini membuat seseorang menutup diri dari lingkungan sekitar. Fanatisme yang tidak sehat ini juga bisa dilandasi kesombongan yang berlebihan karena menganggap bahwa hanya dirinya dan kelompoknyalah yang benar, yang lain di luar diri dan kelompoknya dianggap tidak baik. Fanatisme yang demikian juga bisa menjadi gambaran kebodohan, ketololan dan ketidakyakinan dengan diri ataupun prinsip ajaran yang dia anut sehingga ada ketakutan bahwa apa yang dari luar itu akan mempengaruhi dirinya dan orang-orang yang ada dalam kelompok itu. Sebab kalau seseorang punya keyakinan yang kuat, apa yang dari luar tidak akan mempengaruhi dan merusak dirinya. Kalau sekiranya kelompok itu yakin akan keyakinan yang mereka anut dan yakin bahwa anggota dalam kelompok itu sungguh meyakini keyakinan mereka, tentu yang dari luar diri mereka tidak akan merusak dan mempengaruhi mereka. Namun karena tidak yakin, yang dari luar itu dianggap tidak baik, takut dipengaruhi atau dirusak, maka yang dari luar itu ditolak bahkan dihancurkan.

Memang peristiwa yang terjadi atau apa yang dari luar pasti ada yang nyata-nyata tidak baik. Tetapi justru sebenarnya itu juga bisa berguna sebagai tantangan bagi seseorang atau kelompok untuk semakin membina diri, membina keyakinan kelompok sehingga yang tidak baik dari luar itu tidak sampai mempengaruhi dan merusak ke dalam.

Apa yang keluar dari seseorang, itulah yang menajiskannya.

Mengacu pada pengajaran Yesus hari ini, kita melihat bahwa gambaran yang di atas tadi kuranglah tepat. Memang peraturan baik juga dibuat agar manusia terhindar dari perbuatan yang tidak baik. Kekahwatiran atau kewaspadaan akan pengaruh-pengaruh dari luar memang juga baik. Tetapi Yesus menekankan bahwa yang paling penting adalah kedalaman batin seseorang. Yesus mengatakan bahwa keadaan batin atau hari seseorang akan menentukan perilaku yang keluar dari seseorang itu. Batin dan hati yang bersih, suci, tulus dan jujur pada akhirnya akan membuahkan perilaku yang baik dan benar pula. Tetapi batin dan hati yang tidak baik, yang tidak bersih, tidak tulus dan jujur akan membuahkan kejahatan. Hati yang tidak bersih inilah yang pada akhirnya menajiskan hidup karena membuahkan perilaku yang jahat. Sehingga bisa dikatakan bahwa kalau kita melakukan perbuatan jahat, itu berarti hati dan batin kita juga jahat. Demikian juga halnya kalau kita memandang sesuatu itu atau orang lain, atau keyakinan orang lain itu tidak baik, jahat, bisa juga dikatakan kita tidak mempunya hati, batin yang bersih pula. Yesus sendiri menegaskan hal ini dengan mengatakan, "Apa yang keluar dari seseorang, itulah yang menajiskannya, sebab dari dalam, dari hati orang, timbul segala pikiran jahat, percabulan, pencurian, pembunuhan, perzinahan, keserakahan, kejahatan, kelicikan, hawa nafsu, iri hati, hujat, kesombongan, kebebalan. Semua hal-hal jahat ini timbul dari dalam dan menajiskan orang."

Oleh karena itu, mari kita senantiasa membina hati kita, membersihkan hati kita dengan senantiasa mendekatkan diri kepada Tuhan, sesama, lingkungan dan ciptaan Tuhan. Kita berusaha menjadikan hati kita menjadi tempat kediakan Allah, supaya kita terhindar dari pikiran dan perbuatan jahat yang menajiskan diri kita, sesama dan hidup kita. Amin.

Video Ucapan Terimakasih dan Permohonan Paroki Tigalingga

Video Ucapan Terimakasih dan Permohonan
Paroki Tigalingga

Antonius juga lecehkan agama Katolik

Antonius juga lecehkan agama Katolik

Tradisi kerukunan beragama yang selama ini diwariskan turun temurun akhirnya terkoyak juga dengan kerusuhan siang tadi (8/2) yang menyebabkan tiga gereja dirusak massa.

Massa yang kecewa dengan keputusan pengadilan yang memvonis Antonius Richmond Bawean, seorang Kristen Protestan, dengan hukuman 5 tahun penjara, merusak pengadilan serta tiga gereja Katolik dan Protestan, termasuk termasuk Gereja Katolik Santo Petrus dan Paulus di Temenggung.

Menurut Romo Aloysius Budi Purnomo, Ketua Komisi Hubungan Antar Agama Gereja Katolik di Keuskupan Agung Semarang, tindakan anarkis ini akibat tuntutan lima tahun terhadap Antonius tidak bisa memuaskan kemarahan warga.

Kasus penistaan agama yang dilakukan Antonius berawal ketika Antonius, yang memegang KTP Kebon Jeruk, Jakarta, datang ke Temanggung untuk mengunjungi rumah sanak saudaranya tahun 2010 lalu.

Di Temanggung, ia malah menyebarkan pamflet-pamflet dan buku yang isinya memprovokasi sekaligus melecehkan agama Katolik maupun Islam.
”Salah satu isinya, dia menyebarkan pamflet anti Bunda Maria. Itu kan pengingkaran iman Katolik seutuhnya. Nah, dalam rangka itu, dia juga mengutip Alquran,” kata Romo Budi seperti dilansir Vivanews.

Meskipun sudah dilecehkan oleh Antonius, Gereja Katolik setempat tidak ikut mengadukan Antonius ke pihak berwajib.

“Provokasi yang dilakukan Antonius itu sangat merugikan iman Katolik dan juga iman saudara kami yang Muslim,” kata Romo Budi.

Baca selengkapnya: Di Temanggung, Antonius Juga Lecehkan Katolik

Sumber :Vivanews

Di Temanggung, Antonius Juga Lecehkan Katolik

Di Temanggung, Antonius Juga Lecehkan Katolik
Romo Budi: “Provokasi itu merugikan iman Katolik dan juga saudara kami yang Muslim."
Selasa, 8 Februari 2011, 15:27 WIB
Siswanto

VIVAnews –
Temanggung, Jawa Tengah, selama ini dikenal sebagai kota yang sejuk dan tenang. Kesejukan itu juga terlihat dalam kehidupan sosial. Kerukunan dan keharmonisan sesama umat beragama sangat terjaga.

Hari ini, Selasa 8 Februari 2011, kesejukan kota itu robek oleh kerusuhan. Tiga gereja dirusak massa lantaran mereka dihalangi polisi menghadiri sidang yang mengadili Antonius Richmond Bawengan, seorang Kristen Protestan yang didakwa melakukan penodaan agama. Polisi cemas massa akan melakukan tindakan anarkis di ruang sidang.

Perusakan tempat ibadah ini, menurut Romo Aloysius Budi Purnomo, Ketua Komisi Hubungan Antar Agama Gereja Katolik yang bertugas di Semarang, merupakan pelampiasan ketidakpuasan massa terhadap tuntutan jaksa lima tahun penjara kepada Antonius.

Tradisi kerukunan di Temanggung, kata Romo Budi, sebetulnya sudah berlangsung turun-temurun dan selama ini tidak pernah terganggu aksi rusuh semacam itu. Romo Budi tidak mau berprasangka buruk ada dalang di balik aksi ini. Dia percaya pihak yang berwajib akan dapat segera mengungkapnya.

Kasus yang menjerat Antonius ini, kata Romo Budi, bermula sekitar setahun lalu, yaitu di tahun 2010. Saat itu, Antonius yang memegang KTP Jakarta, datang ke Temanggung untuk mengunjungi rumah sanak saudaranya. Di Temanggung, dia malah terjerat hukum karena menyebarkan pamflet-pamflet dan buku yang isinya memprovokasi sekaligus melecehkan agama Katolik maupun Islam.

“Salah satu isinya, dia menyebarkan pamflet anti Bunda Maria. Itu kan pengingkaran iman Katolik seutuhnya. Nah, dalam rangka itu, dia juga mengutip Alquran,” kata Romo Budi.
Bunda Maria sangat dimuliakan dalam Gereja Katolik.

Setelah selesai disidik, Selasa ini, 8 Februari 2011, sidang pembacaan tuntutan terhadap terdakwa dilangsungkan di PN Temanggung. Mendengar jaksa menuntut Antonius lima tahun penjara, massa yang menghadiri persidangan marah.

Dengan beringas, mereka lalu merusak gedung pengadilan, termasuk membakar dan merusak tiga gereja Katolik dan Kristen Protestan.

Romo Budi heran kenapa massa merusak gereja, dan juga merusak Gereja Katolik Santo Petrus dan Paulus. Padahal, kata Romo Budi, Katolik sendiri sebenarnya ikut dinodai oleh tindakan ngawur Antonius.

Dalam perkara ini, Gereja Katolik setempat tidak ikut mengadukan Antonius ke pihak berwajib. “Provokasi yang dilakukan Antonius itu sangat merugikan iman Katolik dan juga iman saudara kami yang Muslim," kata Romo Budi. (kd)

Sumber : VIVAnews
http://nasional.vivanews.com/news/read/203558-antonius-dan-perusakan-gereja-di-temanggung

KWI Minta Perusak Gereja Temanggung Ditangkap

KWI Minta Perusak Gereja Temanggung Ditangkap
Romo Benny: "Kalau pemerintah tidak bertindak tegas maka pelaku bisa merasa kebal hukum."
Selasa, 8 Februari 2011, 13:51 WIB

VIVAnews -
Sekretaris Konferensi Wali Gereja Indonesia (KWI) Romo Benny Susetyo menyesalkan terjadinya perusakan tiga gereja di Temanggung, Jawa Tengah, Selasa, 8 Februari 2011.

“Mengapa peristiwa seperti ini masih terjadi lagi?” kata Romo Benny kepada VIVAnews.com. Dia meminta pemerintah segera turun tangan untuk mengatasi masalah ini secara tegas karena sudah berulang kali terjadi. Dia juga meminta polisi segera menangkap dan menghukum para pelaku.

“Kalau pemerintah tidak bergerak maka pelaku bisa merasa kebal hukum. Itu artinya hancur sudah peradaban hukum Indonesia,” katanya.

Sikap tegas pemerintah terhadap semua pelaku perusakan tempat ibadah, Romo Benny melanjutkan, sekaligus untuk membuktikan bahwa pemerintah memang tidak melakukan kebohongan publik sebagaimana ramai dibicarakan selama ini.

“Bila pemerintah tak mau dianggap melakukan kebohongan publik, lakukan tindakan tegas, jangan hanya berwacana saja. Jangan lagi ada alasan tidak siap atau tidak bisa mengatasi,” katanya.

Seperti diberitakan sebelumnya, tiga gereja, yakni Gereja Bethel Indonesia, Gereja Pantekosta, dan Gereja Katolik Santo Petrus dan Paulus dibakar dan dirusak massa. Selain merusak tempat ibadah, mereka juga menghancurkan kendaraan yang berada di sekitar Gereja Pantekosta.

Menurut keterangan Romo Budi di Jawa Tengah, amuk massa ini merupakan buntut dari kerusuhan yang terjadi usai persidangan kasus penistaan agama dengan terdakwa Antonius Richmond Bawengan di Pengadilan Negeri Temanggung, di Jalan Sudirman. Massa tidak puas dengan majelis hakim yang memvonis Antonius dengan hukuman lima tahun penjara. (kd)

Sumber : VIVAnews

http://nasional.vivanews.com/news/read/203535-kwi-minta-perusak-gereja-temanggung-ditangkap

Gereja Katolik Santo Petrus Paulus, Temanggung diamuk massa

Gereja Katolik Santo Petrus Paulus, Temanggung
diamuk massa

Selasa, 8 Februari 2011, pagi ini jam 11.10 saya mendapat berita dari Rama Sadhana, MSF, pastor pembantu Paroki Temanggung, bahwa Gereja Katolik Santo Petrus dan Paulus, Temanggung diamuk massa. Berita selengkapnya menyusul. Mohon supaya berita disampaikan kepada pihak-pihak yang bertanggungjawab untuk mengatasi masalah tersebut.

Mengetahui terjadinya peristiwa itu Rm. F.X. Krisno Handoyo, Vikep Kedu, segera meluncur menuju tempat kejadian peristiwa. Dari Rama Krisno Handoyo, yang saya kontak melalui telpon jam 15.25 saya terima kabar bahwa Rm. Sadhana, dalam keadaan takut diamankan di kantor Koramil setempat. Digambarkannya keadaan di dalam gereja yang diamuk massa. Kursi-kursi diobrak-abrik. Kaca-kaca pecah. Altar, tabernakel, patung-patung porak poranda karena ulah massa yang tak terkendali. Upaya untuk membakar gereja Katolik Temanggung dapat digagalkan.

Peristiwa amuk massa terhadap tempat ibadat terjadi lagi, hari ini terjadi di Temanggung. Ada tiga Gereja yang diserang oleh massa yakni Gereja Bethel Indonesia Jl Soepeno, Gereja Kristen Protestan, dan Gereja Katolik Temanggung. Dari keterangan DetikNews diberitakan bahwa, “Kerusuhan ini dipicu oleh ketidakpuasan massa atas tuntutan 5 tahun penjara kepada terdakwa penistaan agama Antonius Richmond Bawengan. Massa yang terdiri dari beberapa ormas ini tidak terima dan marah. Tuntutan itu dinilai sangat ringan dari perbuataan terdakwa yang menyebarkan selebaran menjelek-jelekkan agama Islam.”Silakan click:amuk massa di Temanggung: Massa-diduga-dari-luar-Temanggung-perbatasan-dan-gereja-dijaga-aparat.

Dari peristiwa itu kita dapat belajar bahwa tindak kekerasan dengan merusak milik orang lain bukan solusi yang cerdas untuk menyelesaikan masalah. Semoga akal budi yang sehat, hati nurani yang jernih tetap dapat menjadi pemandu diri kita dalam hidup bersama yang berakhlak mulia. Saya meminta semua pihak untuk menahan diri agar tidak membalas kekerasan dengan kekerasan.

Saya meminta agar berita-berita yang dipublikasi mengenai peristiwa amuk massa di Temanggung tersebut dirumuskan secara memadai, sesuai dengan keadaannya. Berita yang tidak memadai dapat secara salah membentuk opini publik yang salah pula.

Sementara berita ini ditulis, Rama P. Riana Prapdi, Vikaris Jenderal Keuskupan Agung Semarang sedang meluncur menuju Temanggung. Marilah kita berdoa kepada Allah, yang bersama kita sembah dan muliakan, agar kita tetap mengutamakan kehendak-Nya membangun hidup bermasyarakat yang bermartabat dan beradab.

Salam, doa ‘n Berkah Dalem,
Semarang, 8 Februari 2011


+ Johannes Pujasumarta
Uskup Keuskupan Agung Semarang

Sumber : http://pujasumarta.multiply.com/

RENUNGAN HARIAN : Selasa 8 Februari 2011

RENUNGAN HARIAN : Selasa 8 Februari 2011
Kej 1:20-2:4a, Mzm 8:4-5,6-7,8-9, Mrk 7:1-13
(Hieronimus Emilianus, Yosefina Bakhita)


Hidup yang benar, baik, dan kebenaran iman, tidak dinyatakan dalam kekerasan tetapi dalam perbuatan cinta kasih dan pengampunan kepada sesama.

BACAAN INJIL:
Pada suatu kali serombongan orang Farisi dan beberapa ahli Taurat dari Yerusalem datang menemui Yesus. Mereka melihat, bahwa beberapa orang murid-Nya makan dengan tangan najis, yaitu dengan tangan yang tidak dibasuh. Sebab orang-orang Farisi seperti orang-orang Yahudi lainnya tidak makan kalau tidak melakukan pembasuhan tangan lebih dulu, karena mereka berpegang pada adat istiadat nenek moyang mereka; dan kalau pulang dari pasar mereka juga tidak makan kalau tidak lebih dahulu membersihkan dirinya. Banyak warisan lain lagi yang mereka pegang, umpamanya hal mencuci cawan, kendi dan perkakas-perkakas tembaga. Karena itu orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat itu bertanya kepada-Nya: "Mengapa murid-murid-Mu tidak hidup menurut adat istiadat nenek moyang kita, tetapi makan dengan tangan najis?" Jawab-Nya kepada mereka: "Benarlah nubuat Yesaya tentang kamu, hai orang-orang munafik! Sebab ada tertulis: Bangsa ini memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya jauh dari pada-Ku. Percuma mereka beribadah kepada-Ku, sedangkan ajaran yang mereka ajarkan ialah perintah manusia. Perintah Allah kamu abaikan untuk berpegang pada adat istiadat manusia." Yesus berkata pula kepada mereka: "Sungguh pandai kamu mengesampingkan perintah Allah, supaya kamu dapat memelihara adat istiadatmu sendiri. Karena Musa telah berkata: Hormatilah ayahmu dan ibumu! dan: Siapa yang mengutuki ayahnya atau ibunya harus mati.Tetapi kamu berkata: Kalau seorang berkata kepada bapanya atau ibunya: Apa yang ada padaku, yang dapat digunakan untuk pemeliharaanmu, sudah digunakan untuk korban?yaitu persembahan kepada Allah?,maka kamu tidak membiarkannya lagi berbuat sesuatupun untuk bapanya atau ibunya. Dengan demikian firman Allah kamu nyatakan tidak berlaku demi adat istiadat yang kamu ikuti itu. Dan banyak hal lain seperti itu yang kamu lakukan."
Demikianlah Injil Tuhan bagi kita hari ini.

RENUNGAN:

Kekerasan yang terjadi selama ini terhadap kelompok Islam Ahmadiyah sungguh memprihatinkan. Kekerasan dari pihak tertentu terhadap kelompok lain juga sudah sering terjadi di Negara kita ini. Seringkali yang menjadi pemicu adalah karena kelompok tertentu merasa dirinya atau kelompoknyalah yang benar, merasa mereka hidup taat dan sesuai dengan aturan sedangkan kelompok lain dianggap tidak benar, menyimpang dari ajaran mereka atau iman mereka, menyimpang dari peraturan yang ada dalam kelompok mereka. Dari beberapa kejadian kita melihat bahwa prinsip kelompok yang merasa diri benar itu, menganggap orang atau kelompok lain yang tidak sealiran dengan mereka harus dihentikan, ‘dimusnahkan’ dan seakan sah-sah saja mereka membunuh orang yang tidak se-aliran dengan mereka. Hal ini yang dapat kita lihat dalam video kekerasan terhadap Ahmadiyah di Cikeusik, pandeglang, banten 06-02-2011. (Video kekerasan ini dapat dilihat di sini

Ketaatan pada ajaran agama atau aturan kelompok mereka seakan menghalalkan melenyapkan nyawa orang lain. Apakah Tuhan yang mereka sembah dalam agama mereka memang menginjinkan pembunuhan terhadap orang lain yang tidak se-aliran dengan mereka? Tentu Tuhan itu mahabaik, Dia mengasihi semua manusia dan Dia tentu tidak pernah mengijinkan pembunuhan terhadap sesama bahkan melarang umat-Nya berbuat jahat kepada sesama manusia.

Namun kenyataan yang terjadi adalah kelompok yang satu melenyapkan kelompok yang lain dan bahkan membunuh orang lain. Menanggapi kejadian yang sadis ini, pemerintah maupun para penegak umum dengan gaya bicara yang diatur dengan mimik wajah yang pura-pura sedih mengatakan bahwa kejadian itu sangat memprihatinkan dan bertentangan dengan HAM, bertentangan dengan peraturan yang berlaku dan merusak kerukunan beragama. Namun selama ini mereka tetap tidak berani mengambil tindakan tegas, ada ketakutan dan seakan pembiaran kekerasan dalam hidup ini.

Orang Farisi dan beberapa ahli Taurat merasa diri mereka benar, merasa diri orang yang taat pada aturan warisan nenek moyang dan juga pada aturan agama. Oleh karena itu mereka langsung menegur Yesus karena mereka melihat beberapa orang murid-Nya makan dengan tangan najis, yaitu dengan tangan yang tidak dibasuh. Menanggapi kritikan mereka itu, Yesus justru balik menyerang mereka sebagai orang munafik. Dalam hal ini bukan karena Yesus membela orang yang melanggar peraturan, bukan tidak taat pada aturan, tetapi Yesus menggunakan kesempatan itu untuk menehur orang-orang Farisi dan ahli-ahli taurat yang hidupnya munafik. Mereka itu seringkali hanya taat menjalankan peraturan, hanya untuk dipuji orang lain, tetapi malah tidak menjalankan cinta kasih, bahkan mereka justru banyak menindas orang-orang kecil. Yesus berani mengkritik, menegur dengan tegas orang yang merasa dirinya baik, benar, orang-orang yang munafik. Tentu karena Yesus adalah Tuhan, Dia itulah kebenaran dan hidup dalam kebenaran. Sedangkan pemerintah dan penguasa tidak berani bertindak keras terhadap pelaku kejahatan yang merasa dirinya benar dan menindas orang lain. Mengapa? Mungkin karena hidup mereka juga tidak benar.

Yesus tidak menyukai orang yang bersikap munafik, yang merasa hidupnya baik dan benar. Yesus juga mengharapkan agar orang tidak hanya taat pada aturan saja dan melupakan perbuatan cinta kasih kepada sesama. Bagi Yesus, cinta kasih kepada sesama, itulah puncak dari iman, cinta kasih juga harus menjadi dasar hidup kita dan juga mendasari adanya peraturan. Namun kenyataannya, orang hanya taat pada peraturan, melupakan cinta kasih, orang juga membuat peraturan bukan untuk kesejahteraan banyak orang tetapi untuk kepentingan pribadi/ kelompok dan bahkan untuk menindas orang lain. Bibir seringkali memuliakan Tuhan, meneriakkan nama Tuhan, tetapi hidup jauh dari Tuhan dan sabda-Nya. Apa yang kita katakan, kita imani hendaknya terungkap dalam perbuatan terutama perbuatan baik kepada sesama.

Apakah kita termasuk orang-orang yang munafik?

Sekarang ini banyak orang yang hidup dalam kepuraan-puraan, orang berpenampilan terhormat tetapi perilakunya tidak terhormat. Banyak orang yang bibirnya berkata manis, tetapi perilakunya banyak membuat orang menderita. Semoga kita terhindar dari sikap hidup munafik. Untuk itu mari kita berusaha agar hidup sesuai dengan iman kita, sesuai dengan apa yang kita katakan. Kita hendaknya tidak hidup hanya sekedar menjalankan peraturan, tetapi hidup mengutamakan cinta kasih kepada sesama manusia yang kita nyatakan dalam perbuatan nyata. Janganlah kiranya hanya dalam perkataan saja, tetapi perbuatan jauh dari apa yang kita katakan. Untuk itu kita harus senantiasa tinggal dalam Allah dan Allah tinggal dalam hati kita.

Yesus adalah Tuhan, Dia adalah kebenaran dan hidup dalam kebenaran. Namun keilahian-Nya tidak menghakimi bahkan membunuh manusia yang hidup dalam ketidakbenaran. Malah Yesus menjadi korban dari orang-orang yang munafik. Yesus menyatakan keilahian dan kekudusan-Nya bukan dengan kekerasan tetapi dengan perbuatan cinta kasih. Kematian di salib merupakan puncak perlakuan orang-orang munafik terhadap Yesus. Namun walaupun demikian, Yesus tidak mengutuk orang-orang yang membunuh-Nya tetapi memohonkan ampun kepada mereka. Yesus memberi teladan kepada kita bahwa hidup yang benar dan baik, tidak dinyatakan dalam kekerasan tetapi dalam perbuatan cinta kasih dan pengampunan kepada sesama. Semoga kita berani berusaha untuk senantiasa hidup dalam Allah dan Allah dalam kita. Amin.

Ironi di Tengah Kerukunan Beragama

Ironi di Tengah Kerukunan Beragama

Editor: Jodhi Yudono
Selasa, 8 Februari 2011 | 01:08 WIB

Ilustrasi Penyer
angan Ahmadiyah
Oleh Hanni Sofia

Istora Senayan, Jakarta, Minggu (6/2), gegap gempita. Ratusan orang dari berbagai agama tumpah ruah di gedung olahraga bersejarah itu.
Di antara mereka ada tokoh agama dan tokoh nasional, bahkan utusan PBB pun hadir untuk menghembuskan nafas kerukunan antarumat beragama. Tidak tanggung-tanggung, seluruh dunia.

"The World Interfaith Harmony Week 2011" adalah pesta umat yang disebut Ketua Presidiumnya Din Syamsuddin sebagai Pekan Kerukunan Antarumat Beragama Dunia.
"Semoga acara ini bisa memberikan pesan kepada seluruh umat di Indonesia. Sebagai bangsa yang majemuk, kita tetap menjalin persatuan dan kesatuan sebagai bangsa yang besar," kata Din.

Maksud kegiatan itu, demikian Din, adalah mengakhiri perjalanan panjang pertikaian antaragama dan kekerasan sehingga umat beragama hidup layak dan damai tanpa perang maupun kekerasan.

Namun, kontras dengan seruan mulia itu, muncul ironi dari Pandeglang, Banten yang pada waktu bersamaan malah menodai acara agung tersebut.

Siapapun tidak menginginkan kerukunan beragama ternodai oleh bentrok mengatasnamakan agama, apalagi itu terjadi tepat di tengah perayaan kerukunan umat sedunia.

Seribuan warga Kecamatan Cikeusik, Kabupaten Pandeglang, Banten, menyerang jamaah Ahmadiyah di Desa Umbulan di kecamatan itu, Minggu, atau hari di mana perhelatan mulia di Gelora Senayan diadakan.

Sekitar pukul 10.30 WIB atau hampir bersamaan dengan acara yang mengagungkan kerukunan dibuka atau saat barongsai perlambang penghormatan terhadap masyarakat Tionghoa digelarkan untuk membuka acara itu, bentrok berdarah pecah di Cikeusik.
Kepala Polres Pandeglang AKBP Alex Fauzy Rasyad menyatakan, serangan terhadap jamaah Ahmadiyah dipicu oleh pernyataan bernada menantang dari anggota jamaah Ahmadiyah kepada warga setempat.

Pada peristiwa itu, sejumlah orang dikabarkan tewas, meski jumlahnya masih belum dipastikan karena polisi belum bersedia mengumumkannya.

Namun Sekretaris Kecamatan Cikeusik, Najmudin, menyebut tiga anggota jamaah Ahmadiyah meninggal dunia dalam bentrokan itu. Sedangkan tokoh masyarakat di sekitar situ, Lukman, menyebut enam orang anggota jamaah Ahmadiyah meninggal akibat bentrokan.

Ketua Presidium Inter-Religious Council Indonesia, Din Syamsiddin, sebagai penyelenggara acara di Istora Senayan, menolak mengomentari bentrok berdarah itu.
"Saya belum mendapatkan informasi yang jelas mengenai hal itu. Hal itu juga lebih merupakan wilayah MUI (Majelis Ulama Indonesia)," kata Din yang juga Wakil Ketua Umum MUI Pusat itu.
Bentrok di Cikeusik itu bukan yang pertama kalinya. Sebaliknya, rentetan peristiwa serupa terekam baik dalam sejarah kerukunan umat beragama di Indonesia.

Terus terulang

Rekam jejak ribut pengikut Ahmadiyah dengan masyarakat yang berujung bentrok berdarah hampir terjadi setiap tahun. Setengah tahun lalu, keributan serupa terjadi Desa Manislor, Kabupaten Kuningan, Jawa Barat.

Aang Suganda, Bupati Kuningan waktu itu mengatakan, keributan serupa itu kerap terjadi di wilayahnya.
"Apalagi menghadapi bulan Ramadan. Biasanya ini sering terulang," katanya.
Menurut Aang, pemerintah kabupatennya sudah menempuh berbagai upaya untuk meredam bentrokan, bahkan pada 2004 sudah mengeluarkan Surat Keputusan Bersama (SKB) dengan beberapa instansi lain. SKB itu sampai ditandatangani juga oleh Kepala Kejaksaan Negeri dan Kantor Kementerian Agama. Setelah SKB dikeluarkan pada 2004, hasil akhirnya bisa dituai. Keributan bisa diredam, sampai akhirnya muncul aksi penyegelan masjid jamaah Ahmadiyah pertengahan 2010 yang menyulut bentrok massa.

Waktu itu, Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Djoko Suyanto bahkan menginstruksikan langsung aparat keamanan untuk mengambil langkah pencegahan sebelum entrok serupa di kemudian hari.

Dalam monolognya pada Pekan Kerukunan Antarumat Beragama Sedunia, seniman Butet Kartaraharja menilai bentrok di Banten itu ancaman terhadap kerukunan beragama di Indonesia. Yang sangat memukul Butet itu adalah peristiwa terjadi justru ketika semua umat menggelar Pekan Kerukunan Antarumat Beragama Sedunia. Butet mempertanyakan polisi yang disebutnya membiarkan umat beragama di Indonesia tidak teguh menjalankan ibadahnya. Butet juga mengingatkan pemerintah. "Dengan semangat kerukunan beragama, saya ingatkan kepada pemerintah agar jangan bohong bahwa kerukunan kita dalam ancaman bahaya," katanya. Dalam situasi seperti itu, demikian Butet, ada dua hal cukup penting yang perlu ditegaskan bangsa ini, yakni kehidupan berbangsa dan beragama. Dan ia menawarkan persoalan itu diselesaikan atas dasar toleransi beragama, bukan toleransi politik atau lainnya. "Toleransi beragama adalah toleransi yang bertujuan untuk membangun kemaslahatan semua umat beragama supaya tercipta kerukunan," katanya.

Dalam kerangka ini, ketokohan agamawan, sebut Butet, menjadi inspirasi untuk menyelesaikan masalah itu. (*)

Sumber : Compas Com

Video kekerasan terhadap Ahmadiyah di Cikeusik, pandeglang, banten 06-02-2011

Video kekerasan terhadap Ahmadiyah di Cikeusik, pandeglang, banten 06-02-2011
Perhatian: 18+ berisi adegan sadis dan kekejaman!!!



Penyerangan Ahmadiyah, Presiden: Investigasi Insiden Cikeusik!

Penyerangan Ahmadiyah
Presiden: Investigasi Insiden Cikeusik!

JAKARTA, KOMPAS.com — Presiden Susilo Bambang Yudhoyono meminta jajaran pemerintah daerah dan kepolisian melakukan investigasi menyeluruh terhadap kasus benturan fisik antara massa dan pengikut aliran Ahmadiyah di Cikeusik, Banten. Hal itu disampaikan Presiden dalam jumpa pers di Kantor Presiden, Jakarta, Senin (7/2/2011).

"Saya instruksikan dilakukan investigasi menyeluruh untuk mengetahui sebab akibat dan kejadian yang sebenarnya, dengan tujuan, siapa yang lalai, siapa yang bersalah, melanggar hukum, harus diberikan sanksi. Hal ini termasuk manakala sesungguhnya benturan ini bisa dicegah, tetapi pencegahan tidak cukup efektif dilakukan, baik oleh aparat keamanan maupun pemda," kata Presiden.

Dikatakan Presiden, dirinya tak dapat menoleransi aksi kekerasan yang dilakukan atas nama agama tertentu. "Saya ingin kesepakatan yang dicapai pada 2008 sebagai opsi terbaik untuk menyelesaikan masalah ini dijalankan. Kesepakatan itu dapat mencegah bentrokan horizontal jika ditepati, dipatuhi, dan dijalankan," kata Presiden.

Pada kesempatan tersebut, Presiden kembali menyesalkan insiden kekerasan tersebut. Presiden juga mengucapkan belasungkawa kepada keluarga korban yang tewas akibat bentrokan fisik.

Seperti diberitakan, sekitar 1.000 warga Kecamatan Cikeusik, Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten, menyerang jemaah Ahmadiyah di Desa Umbulan, Minggu (6/2/2011) sekitar pukul 10.30. Bentrokan dipicu kedatangan sejumlah anggota jemaah Ahmadiyah dari luar daerah. Akibat peristiwa itu, tiga anggota jemaah Ahmadiyah tewas.

Penulis: Hindra Liu | Editor: Inggried
Sumber :http://oase.kompas.com/

 
Maka hendaklah sekarang ini kelebihan kamu mencukupkan kekurangan mereka, agar kelebihan mereka kemudian mencukupkan kekurangan kamu, supaya ada keseimbangan! (2Kor 8:14)