Pembangunan Gereja Paroki Tigalingga

Pembangunan Gereja Paroki sedang berlangsung. Kami sangat mengarapkan uluran kasih para Saudara untuk membantu.

Gotong Royong Pembangunan Gereja

Tidak ada kata yang bisa melukiskan pengalaman indah pada waktu gotong royong pengecoran lantai 2 bangunan Gereja selain, suatu keyakinan bahwa semuanya dapat terlaksana adalah karena MUKJIJZAT ALLAH BEKERJA.

Pengecoran Lantai Panti Imam Gereja

Pengecoran Lantai 2 bangunan Gereja ini dilakukan pada hari Selasa, 30 Agustus 2011 yang lalu. Luas yang dicor adalah 19 m x 24 m. Hujan yang mengguyur tidak menyurutkan semangat umat.

Kerjasama Imam dan Umat

Uskup emeritus KAM, Mgr. A.G.Pius Datubara OFM.Cap, datang berkunjung ke Paroki dan memberi semangat pada umat dalam pembangunan Gereja Paroki. Para pastor juga ikut berkerja bersama umat dalam pembangunan Gereja.

Misa Tridentin: Warisan Liturgi Yang Dipertahankan

HIDUPKATOLIK.com - Paus Benediktus XVI mengeluarkan Surat Apostolik Summorum Pontificum yang menjamin penggunaan Misa Tridentin...

Pembinaan Para Pengurus Gereja

Tidak sedikit umat katolik yang kerap menganggap bahwa Liturgi adalah sekedar perayaan wajib biasa yang dilaksanakan pada hari minggu.

Pertemuan Ibu-Ibu dan Pesta Pelindung Paroki

Pertemuan para ibu se-paroki telah terlaksana pada hari Kamis-Sabtu, 15 s/d 16 Juli 2011. Pertemuan ini mengundang semua ibu katolik yang ada di paroki untuk hadir dalam pertemuan/pembinaan para ibu katolik dan juga segaligus menjalin kebersamaan para ibu. Penutupan pertemuan sikaligus Pesta Pelindung Paroki.

Pembinaan Asmika se-Paroki

Biarkanlah anak-anak datang kepada-Ku; inilah yang menjadi tema dari pertemuan dan pembinaan minggu gembira yang telah berlangsung dengan sangat baik.

Mudika Ambil bagian dalam pembangunan Gereja Paroki

Mudika paroki tidak mau berpangku tangan melihat pembangunan Gereja paroki. Para mudika juga ambil bagian dengan mengumpulkan kerikil di sungai.

Pengecoran Lantai Balkon Gereja (Bagian 1)

Umat dari lingkungan paroki dan juga dari beberapa stasi kembali bekerja sama dengan bergotong royong membangun gereja paroki. Untuk kali ini, umat bergotong royong men-cor lantai balkon bangunan Gereja.

Pengecoran Lantai Balkon Gereja (Bagian 2)

Allah peduli. Karena kepedulian Allah atas pembangunan rumah-Nya ini, maka kami kamipun peduli dan bisa melanjutkan pembangunanini. Kepedulian Allah kami rasakan juga lewat kepedulian para Saudara.

Pengecoran Lantai Balkon Gereja (Bagian 3)

Mari kita memuliakan Tuhan, tidak hanya dengan kata2 indah, tetapi dengan perbuatan nyata dengan rela berkorban.

Pertemuan akhir Tahun 2011 Pengurus Gereja se-Paroki

Para pengurus Gereja adalah ‘ujung tombak’ Gereja khususnya di stasi-stasi. Peran para pengurus Gereja ini sangat sentral dalam kehidupan Gereja di stasi-stasi.

Gua Maria dan Menyambut Hari Raya Natal

Persiapan menyambut hari Raya Natal 25 Desember 2011.

Rahmat dan Perlindungan Tuhan

Pastor Anton Manik O.Carm selamat dari kecelakaan mobil masuk jurang.

Rekoleksi dan Aksi Panggilan

Biarkanlah anak-anak datang kepada-Ku.

Pesan Prapaskah Kepausan 2012

"Kita Tidak Boleh Diam Saja terhadap Kejahatan" "Marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih dan dalam pekerjaan baik" (Ibr. 10:24).

Pembangunan Gereja Santo Petrus Stasi Rante Besi

Dalam kemiskinan, kesederhanaan, umat membangunan Gereja. Meraka tidak memiliki uang, tetapi mereka memiliki harapan dan iman pada Tuhan.

Misa Perdana Pastor Andreas Korsini Lamtarida Simbolong O.Carm

Puji Syukur pada Tuhan, karena berkat-Nya, misa Perdana Pastor Andreas Lamtarida Simbolon O.Carm bersama 4 Pastor Karmel yang baru ditahbiskan, dapat terlaksana dengan baik pada hari Rabu 31 Oktober 2012 di Stasi Gundaling 1, paroki Maria dari gunung Karmel Tigalingga.

Bakti Sosial : Pengobatan Gratis

Dalam Rangka Menyongsong Jubileum Gereja Katolik di Dairi dan Pakpak Bharat, diadakan bakti Sosial Pengobatan Gratis di Paroki Maria dari Gunung Karmel Tigalingga, pada 9 Desember 2012 yg lalu. Puji syukur pada Tuhan, kegiatan ini berlangsung dengan sangat memuaskan.

Mari Berbagi Berkat Tuhan

 photo UskupEmeritusKAMMgrPiusDautabra.jpg Photobucket

MENDAMBAKAN BERKAT TUHAN

SYALOM...SELAMAT DATANG.
"Maka hendaklah sekarang ini kelebihan kamu mencukupkan kekurangan mereka, agar kelebihan mereka kemudian mencukupkan kekurangan kamu, supaya ada keseimbangan."(2Kor 8:14)
"Muliakanlah Tuhan dengan hartamu dan dengan hasil pertama dari segala penghasilanmu." (Amsal 3:9)
"Janganlah menahan kebaikan dari pada orang-orang yang berhak menerimanya, padahal engkau mampu melakukannya." (Amsal 3:27)
"Barangsiapa mempunyai harta duniawi dan melihat saudaranya menderita kekurangan tetapi menutup pintu hatinya terhadap saudaranya itu, bagaimanakah kasih Allah dapat tetap di dalam dirinya?" (1 Yohanes 3:17)
Saya Pastor Paroki Maria dari Gunung Karmel Tigalingga, atas nama Panitia Pembangunan dan semua umat, memohon bantuan uluran kasih/dana untuk pembangunan Gereja Paroki. Kami sangat membutuhkan berkat Tuhan lewat uluran tangan dari para donatur.
Kami berharap dan berdoa Para Saudara berkenan berbagi berkat Tuhan kepada kami untuk pembangunan Gereja ini yang adalah rumah Tuhan sendiri.
BRI 5379 Unit Tigalingga Sidikalang
No. Rekening : 5379-01-000112-50-8
Nama : PANITIA PEMBANGUNAN GEREJA KATOLIK.
ATAU
BCA KCU MEDAN
NO.0222053453.
Atas Nama : ADYTIA PERMANA P.
(Adytia Permana P. adalah Romo Adytia Permana Perangin-angin O.Carm. Beliau dulu bertugas di Paroki Tigalingga, juga mengawali pembangunan ini, namun sekarang beliau bertugas di Keuskupan Agung Medan sebagai ekonom.Beliau kami minta buka rekening di BCA khusus untuk pembangunan ini, karena di daerah kami tidak ada BCA.)
Kami sangat senang bila sudah mentransfer persembahan, bapak/ibu/saudara/saudari memberitahukan ke kami melalui:
E mail ke :.
parokimariagk3lingga@yahoo.com
atau di SMS ke:.
Romo Anton Manik O.Carm : 081370836645
Romo Willy O.Carm : 081333837433
Untuk lebih jelasnya permohnan kami ini, Para Saudara dapat melihatnya di sini.... Sehubungan dengan Gambar pembangunan dapat melihatnya di sini....
Demikian kiranya Permohonan ini kami sampaikan. Atas dukungan, doa dan bantuan Bapak, Ibu dan Para Saudara-Saudari, kami mengucapkan banyak terima kasih.Berkat Tuhan senantiasa menyertai kita semua. Amin.
HORMAT KAMI:
Pastor Antonius Manik O.Carm

VARIA PAROKI

REKOLEKSI DAN AKSI PANGGILAN TELAH TERLAKSANA DENGAN SANGAT BAIK ;"> "APA YANG KAMU CARI?" (Yoh 1:38).
Puji syukur pada Tuhan, karena Rekoleksi dan Aksi panggilan untuk siswa-siswi Katolik Usia SMP dan SMA se-paroki Tigalingga sudah terlaksana dengan sangat baik. Kegiatan ini dihadiri hampir 400 orang anak. Semuanya dapat terlaksana hanya karena berkat Tuhan. Terimakasih juga kami sampaikan kepada semua Saudara yang telah mendukung dan mendoakan kegaitan kami ini. Kegiatan ini dilaksanakan hanya dengan menggunakan dana partisipasi peserta dan swadaya paroki, karena tidak mendapatkan bantuan dari donatur manapun, namun karena berkat Tuhan dan doa para Saudara, semuanya dapat berjalan dengan sangat baik. Semoga dari antara anak-anak ini, kelak ada yang menjadi Imam dan biarawan-biarawati.
Photobucket
Tuhan memberkati kita.
Kegembiraan dan Persaudaraan
Photobucket
Hari Ulang tahun Romo Anton M.Carm yang seharusnya tanggal 15 Januari 2010, baru dirayakan hari Minggu Minggu 16 Januari 2011 lalu, bersama Romo-romo Karmel se-Dairi, bersama beberapa umat Paroki Tigalingga di Aula Paroki Tigalingga. Pada kesempatan itu, Rm. Bernad O.Carm, pastor paroki Sidikalang memberi kado ulang tahun yakni 20 sak semen untuk pembangunan Gereja dan Rm. Anton sendiri menyumbangkan semua hadiah ultah untuk pembangunan Gereja. Saat itu, hadiah uang yang diperoleh sebanyak Rp. 1.100.000,-. Lumayanlah untuk tambahan dana pembangunan Gereja. Trimakasih buat semuanya.
Saldo Pesta Pelantikan Pengurus Gereja dan Penerimaan Sakramen Krisma, 6-7 Nop. 2010.
Pada hari Kamis 18 Nopember 2010 telah diadakan Evaluasi dan pembubaran Panitia. Saldo dari kegiatan tersebut adalah Rp. 22.320.500 Acara ini dapat berjalan dengan baik karena partisipasi semua umat. Dana juga bisa Saldo karena umat menyumbangkan hasil-hasil pertanian mereka dengan harapan ada Saldo untuk pembangunan Gereja Paroki.Jadi selain dana partisipasi dari umat, juga umat menyumbangkan hasil pertanian yang dibutuhkan untuk mengurangi dana konsumsi. Syukur pada Tuhan, akhirnya memang ada saldo untuk dana pembangunan Gereja. Terimakasih kami ucapkan kepada semua umat Paroki, DPP, Para Panitia, Para Donatur dan siapa saja yang mendoakan dan mendukung kegitan ini. Yesus memberkati kita semua selalu. Amin.

Teolog ‘Tuhan sudah mati’ telah wafat

Teolog ‘Tuhan sudah mati’ telah wafat

William Hamilton, seorang teolog kontroversial yang mengatakan pada tahun 1960-an bahwa Tuhan sudah mati, telah meninggal, Selasa (28 Februari) di apartemennya di pusat kota Portland, Amerika Serikat, dalam usia 87 tahun.

Hamilton mengatakan dia telah dihantui oleh pertanyaan-pertanyaan tentang Tuhan sejak ia masih remaja. Beberapa tahun kemudian, ketika kesimpulannya itu diterbitkan di majalah TIME, edisi 8 April 1966, ia menemukan dirinya di tengah badai teologis.

Saat Time memunculkan gerakan baru “teologi radikal,” Hamilton sebagai salah satu tokoh kuncinya mendapat ancaman mati dan surat-surat dari orang yang marah dikirim ke meja redaksi majalah itu.

Dia kehilangan gelar sebagai profesor teologi di sekolah yang kini Colgate Rochester Divinity School tahun 1967.

Hamilton pindah mengajar agama di New College di Sarasota, Florida, dan kemudian mengajar di Portland State University tahun 1970.

Hamilton mengajar mata pelajaran agama, kritik sastra dan kematian selama 14 tahun hingga pensiun.

“Dia adalah seorang guru berbakat dan inspiratif, orang intelektual yang dinamis dan luas,” ujar Ronald Carson, yang bertemu Hamilton tahun 1962 dan telah menjadi temannya selama 50 tahun.

Carson mengenang kembali ketika Hamilton berbicara selama sekitar 10 menit dan ia merasa “terpesona.”

“Saya tidak tahu apa yang dikatakan,” katanya, “tapi saya ingat dari sesi itu dan berpikir, ‘saya akan senang untuk menjadi seperti dia.”

Sumber: Theologian who said “God is dead” has died

Disadur dari: www.cathnewsindonesia.com

RENUNGAN HARI MINGGU PRAPASKAH II : 4 Maret 2012

RENUNGAN HARI MINGGU PRAPASKAH II : 4 Maret 2012
Kej 22:1-2,9a,10-13,15-18, Mzm 116:10,15,16-17,18-19, Rm 8:31b-34, Mrk 9:2-10

BACAAN INJIL: Mrk 9:2-10

“Inilah Anak-Ku terkasih.”

Enam hari kemudian Yesus membawa Petrus, Yakobus dan Yohanes dan bersama-sama dengan mereka Ia naik ke sebuah gunung yang tinggi. Di situ mereka sendirian saja. Lalu Yesus berubah rupa di depan mata mereka, dan pakaian-Nya sangat putih berkilat-kilat. Tidak ada seorangpun di dunia ini yang dapat mengelantang pakaian seperti itu. Maka nampaklah kepada mereka Elia bersama dengan Musa, keduanya sedang berbicara dengan Yesus. Kata Petrus kepada Yesus: "Rabi, betapa bahagianya kami berada di tempat ini. Baiklah kami dirikan tiga kemah, satu untuk Engkau, satu untuk Musa dan satu untuk Elia." Ia berkata demikian, sebab tidak tahu apa yang harus dikatakannya, karena mereka sangat ketakutan. Maka datanglah awan menaungi mereka dan dari dalam awan itu terdengar suara: "Inilah Anak yang Kukasihi, dengarkanlah Dia." Dan sekonyong-konyong waktu mereka memandang sekeliling mereka, mereka tidak melihat seorangpun lagi bersama mereka, kecuali Yesus seorang diri. Pada waktu mereka turun dari gunung itu, Yesus berpesan kepada mereka, supaya mereka jangan menceriterakan kepada seorangpun apa yang telah mereka lihat itu, sebelum Anak Manusia bangkit dari antara orang mati. Mereka memegang pesan tadi sambil mempersoalkan di antara mereka apa yang dimaksud dengan "bangkit dari antara orang mati."

RENUNGAN:

Yesuslah Anak Allah. Barang siapa mendengarkan-Nya, dia akan beroleh mulia dari Tuhan.

Ada sebuah kisah yang menceritakan adanya kebakaran di sebuah rumah bertingkat. Apa menyala dan menimbulkan banyak asap. Semua penghuni rumah sudah berlari keluar tetapi ternyata saat semua orang berusaha memadamkan api dan menyaksikan kebakaran itu, ada suara anak kecil yang berteriak dari atas loteng. Anak itu menanangis, berteriak memanggil ayahnya dan meminta tolong, namun yang kedengaran adalah hanya suara, karena asap tebal membuat anak itu tidak kelihatan. Ayah anak itu mendengar suara anaknya dan berjalan tepat di bahwa suara anaknya berteriak. Ayahnya itu berkata, “Anakku, lompatlah, ayah ada di bawah dan ayah akan menangkapmu di bawah sehingga engkat tidak akan celaka.” Mendengar suara ayahnya dari bawah, walaupun tetap tidak bisa melihat ayahnya, anak itupun melompat dari atas dan tepat di pelukan ayahnya. Anak itu tidak melihat ayahnya, hanya mendengar suara ayahnya dan yakin bahwa ayahnya pasti akan menangkapanya, maka dia berani melompat dari atas.

Mendengar orang yang kita kasihi dan kita tahu mengasihi kita, membuat kita berani untuk melaksanakan apa yang dikatakan karena yakin bahwa orang yang kita kasihi itu pasti tidak akan mencelakakan kita.

Dalam injil hari ini, Yesus membawa Petrus, Yakobus dan Yohanes ke sebuah gunung yang tinggi. Di gunung itu ketiga murid mengalami suatu pengalaman yang luar biasa, yakni Yesus berubah rupa, dan pakaian-Nya sangat putih berkilat-kilat. Tidak ada seorangpun di dunia ini yang dapat mengelantang pakaian seperti itu. Maka nampaklah kepada mereka Elia bersama dengan Musa, keduanya sedang berbicara dengan Yesus. Pengalaman itu bagi para murid adalah suatu pengalaman yang sungguh luar biasa. Peristiwa itu seakan memberi suatu pengajaran kepada mereka, apa gunanya mengikuti Yesus, yakni bahwa Yesus yang mereka ikuti adalah Tuhan dan merekapun akan beroleh kemuliaan dari Tuhan. Karena begitu senangnya Petrus menawarkan untuk membuat 3 kemah, satu untuk Yesus, satu untuk musa dan satu untuk Elia. Saking gembiranya, Petrus hanya berpikir membuat kemah 3 buah, sedangkan untuk mereka tidak perlu.

Mereka begitu sangat bahagia, karena di gunung itu mereka mengalami kemuliaan Tuhan. Mereka menawarkan membuat kemah, karena mereka tidak mau kehilangan peristiwa mulia itu dan ingin tetap berada dalam kemuliaan Tuhan yang mereka alami. Namun tiba-tiba turun awan yang menaungi mereka dan dari dalam awan itu ada suara yang berseru, "Inilah Anak yang Kukasihi, dengarkanlah Dia." Awan dan suara itu seakan menyadarkan para murid bukan hanya siapa Yesus yang mereka ikuti, tetapi juga disadarkan bahwa untuk menikmati kemuliaan Tuhan adalah hanya dengan mendengarkan Yesus.

Dalam pengalaman hidup beriman, kitapun mungkin pernah mengalami pengalaman yang menyenangkan, pengalaman yang membuat kita merasa damai dan bahkan pengalaman yang merasa betapa indahnya beriman kepada Tuhan. Hal seperti itu bisa terjadi saat-saat kita mengikuti perayaan ekaristi, mengikuti kegiatan rohani, mungkin sehabis rekoleksi, retret dan juga saat berziarah. Pada saat demikian, kita merasa damai dan seakan tidak mau melepaskan kedamaian itu, sehingga kita membangun niat-niat yang baik. Mungkin orang yang melakukan jiarah, merasa waktu terlalu cepat berlalu dan sekan enggan untuk pulang. Karena itu membangun niat, kelak akan jiarah lagi.

Pada saat-saat demikian kita merasakan damai, tidak ingin rasa damai itu cepat berlalu dari kita. Itu suatu pertanda bahwa kita merindukan damai dan merindukan kelak beroleh kemuliaan Tuhan. Namun lewat pengalaman para murid lewat suara yang berseru, kita diingatkan bahwa untuk mencapai kedamaian kekal atau sampai ke kemuliaan Allah, jalan satu-satunya adalah hanya dengang mendengarkan Sabda Yesus. Mendengarkan sabda Tuhan/Yesus tentu tidak hanya saat berada di atas gunung, bukan hanya saat-saat rekoleksi atau retret atau saat Ziarah, tetapi mendengarkan Tuhan harus diwujudkan dalam kehidupa sehari-hari.

Dari sebab itu, dalam masa Prapaskah ini, baiklah kita semakin banyak mendengarkan Sabda Tuhan, baik itu lewat membaca kitab suci maupun lewat ibadah-ibadah dan dalam Ekaristi kudus. Mendengarkan sabda Tuhan, tentu tidak hanya mengangguk-angguk tetapi apa yang didengarkan sungguh dilaksanakan. Berani melaksanakan sabda Tuhan karena percaya bahwa Tuhan tidak akan mencelaki kita, tetapi malah Tuhan akan membawa kita ke kemuliaan Tuhan, kedamaian hidup yang sejati. Sama halnya seperti anak dalam cerita di atas, anak itu mendengarkan suarau ayahnya dan berani melompat walau tidak melihat ayahnya, karena dia percaya bahwa ayahnya tidak berbohong dan ayahnya pasti menangkapnya. Demikian juga halnya kita dalam mendengarkan sabda Tuhan. Kita setia melaksanakan sabda Tuhan karena kita percaya bahwa Tuhan tidak akan menyesatkan, tidak akan mencelakai kita, tetapi Tuhan pasti akan menyelamatkan kita.

Sabda Tuhan itu memang seringkali tidak masuk akal dan seringkali tidak sesuai dengan kehendak kita. Namun kita harus percaya bahwa Tuhan tidak akan pernah mencelakai kita, Tuhan tidak meminta kita melakukan sesuatu yang akan mencelakai kita. Dalam bacaan I, Tuhan meminta Abraham membawa anaknya Ishak ke tanah Moria dan mempersembahkan dia di sana sebagai korban bakaran pada salah satu gunung yang akan dikatakan Tuhan kepada-Nya. Perintah Tuhan ini tentu tidak masuk akal, sebab Tuhan memberi Ishak anak satu-satunya pada masa tuanya Abraham, tetapi Tuhan malah meminta Abraham untuk menjadikan anaknya itu sebagai korban persembahan. Walau tidak masuk akal, Abraham tetap menuruti perintah Tuhan, Abraham tetap yakin bahwa sabda Tuhan itu adalah yang terbaik dan harus dilaksanakan. Ternyata Tuhan menguji kesetiaan Abraham dan Abraham setia. Bagi Abraham setia mengikuti Sabda Tuhan, walaupun seakan tidak masuk akal, itu lebih penting dibandingkan yang berharga padanya, juga anaknya. Abraham siap mengorbankan anaknya demi mendengarkan sabda Tuhan. Namun meskipun anaknya tidak jadi dipersembahkan, Abraham setia pada sabda Tuhan. Dan memang Tuhan tidak merencanakan agar Abraham mempersembahkan anaknya, hanya menguji kesetiaan Abraham dan Abraham lulus.

Sabda Tuhan memang seringkali tidak masuk akal kita. Namun yakinlah bahwa Tuhan tidak akan pernah meminta kita melakukan hal yang menyesatkan dan membinasakan kita. Tuhan tidak akan pernah meminta kita untuk membunuh orang lain, tetapi Tuhan meminta kesetiaan kita dalam mendengarkan dan melaksanakan sabda Tuhan. Namun yang seringkali terjadi, kita sulit mendengarkan dan melaksanakan sabda Tuhan, karena kita kurang yakin akan Tuhan. Kita seringkali kurang yakin bahwa Tuhan akan memberikan yang terbaik bagi kita. Seakan kita berpikir bahwa melakukan sabda kita atau kehendak itu, itulah yang terbaik dan sabda Tuhan itu seringkali tidak masuk akal. Tetapi dari pengalaman Abraham, kita diyakinkan bahwa kesetiaan kita melaksanakan sabda Tuhan, kita akan beroleh berkat berlimpah.

Kita semua tentu rindu dan mengaharapkan beroleh kemuliaan Tuhan baik sekarang maupun kelak. Merindukan kemuliaan Tuhan dalam hidup sekarang adalah kerinduan agar Tuhan memberi kita hidup bahagia. Kita ingin dimuliakan Tuhan, tetapi kita sendiri kurang percaya pada-Nya dan tidak memuliakan Tuhan. Agar kita beroleh kemuliaan Tuhan adalah dengan memuliakan Tuhan sendiri. Jalan untuk memuliakan Tuhan adalah dengan mendengarkan Yesus dan melaksanakan sabda itu dalam hidup setiap hari. Sabda Tuhan, tidak akan pernah menyesatkan dan membinasakan kita, tetapi akan membawa kita pada kemuliaan Tuhan. Semoga kita semakin rajin mendengarkan dan melaksanakan sabda Yesus. Amin.

BACAAN HARI MINGGU PRAPASKAH II : 4 Maret 2012

BACAAN HARI MINGGU PRAPASKAH II : 4 Maret 2012
Kej 22:1-2,9a,10-13,15-18, Mzm 116:10,15,16-17,18-19, Rm 8:31b-34, Mrk 9:2-10

BACAAN I: Kej 22:1-2,9a,10-13,15-18

“Kurban bapa Abraham leluhur kita.”

Setelah semuanya itu Allah mencoba Abraham. Ia berfirman kepadanya: "Abraham," lalu sahutnya: "Ya, Tuhan." Firman-Nya: "Ambillah anakmu yang tunggal itu, yang engkau kasihi, yakni Ishak, pergilah ke tanah Moria dan persembahkanlah dia di sana sebagai korban bakaran pada salah satu gunung yang akan Kukatakan kepadamu." Sampailah mereka ke tempat yang dikatakan Allah kepadanya. Lalu Abraham mendirikan mezbah di situ, disusunnyalah kayu, diikatnya Ishak, anaknya itu, dan diletakkannya di mezbah itu, di atas kayu api. Sesudah itu Abraham mengulurkan tangannya, lalu mengambil pisau untuk menyembelih anaknya. Tetapi berserulah Malaikat TUHAN dari langit kepadanya: "Abraham, Abraham." Sahutnya: "Ya, Tuhan." Lalu Ia berfirman: "Jangan bunuh anak itu dan jangan kauapa-apakan dia, sebab telah Kuketahui sekarang, bahwa engkau takut akan Allah, dan engkau tidak segan-segan untuk menyerahkan anakmu yang tunggal kepada-Ku." Lalu Abraham menoleh dan melihat seekor domba jantan di belakangnya, yang tanduknya tersangkut dalam belukar. Abraham mengambil domba itu, lalu mengorbankannya sebagai korban bakaran pengganti anaknya. Untuk kedua kalinya berserulah Malaikat TUHAN dari langit kepada Abraham, kata-Nya: "Aku bersumpah demi diri-Ku sendiri?demikianlah firman TUHAN?:Karena engkau telah berbuat demikian, dan engkau tidak segan-segan untuk menyerahkan anakmu yang tunggal kepada-Ku, maka Aku akan memberkati engkau berlimpah-limpah dan membuat keturunanmu sangat banyak seperti bintang di langit dan seperti pasir di tepi laut, dan keturunanmu itu akan menduduki kota-kota musuhnya. Oleh keturunanmulah semua bangsa di bumi akan mendapat berkat, karena engkau mendengarkan firman-Ku."

MAZMUR TANGGAPAN: Mzm 116:10,15,16-17,18-19

Reff: Bawalah kurbanmu bagi Tuhan, sembahlah Dia dalam istana yang kudus.

1. Berbelaskasihlah Tuhan dan adil; Allah kami adalah rahim.
Orang bersahaja dijaga-Nya, dan yang hina diselamatkan-Nya.

2. Apa balas budikau kepada Tuhan atas anugerah-Nya? Piala keselamatan akan kuangkat, dan nama Tuhan akan kuserukan.

3. Nadarku bagi Tuhan hendak kubayar di hadapan seluruh umat-Nya, kukurbankan pada-Mu kurban pujian, dan nama-Mu akan kuserukan.

4. Nadarku bagi Tuhan hendak kubayar di hadapan seluruh umat-Nya. Di dalam pelataran rumah Tuhan, di tengah-tengamu, ya Yerusalem.

BACAAN II: Rm 8:31b-34

“Allah tidak menyayangkan Anak-Nya sendiri.”

Sebab itu apakah yang akan kita katakan tentang semuanya itu? Jika Allah di pihak kita, siapakah yang akan melawan kita? Ia, yang tidak menyayangkan Anak-Nya sendiri, tetapi yang menyerahkan-Nya bagi kita semua, bagaimanakah mungkin Ia tidak mengaruniakan segala sesuatu kepada kita bersama-sama dengan Dia? Siapakah yang akan menggugat orang-orang pilihan Allah? Allah, yang membenarkan mereka? Siapakah yang akan menghukum mereka? Kristus Yesus, yang telah mati? Bahkan lebih lagi: yang telah bangkit, yang juga duduk di sebelah kanan Allah, yang malah menjadi Pembela bagi kita?

BACAAN INJIL: Mrk 9:2-10

“Inilah Anak-Ku terkasih.”

Enam hari kemudian Yesus membawa Petrus, Yakobus dan Yohanes dan bersama-sama dengan mereka Ia naik ke sebuah gunung yang tinggi. Di situ mereka sendirian saja. Lalu Yesus berubah rupa di depan mata mereka, dan pakaian-Nya sangat putih berkilat-kilat. Tidak ada seorangpun di dunia ini yang dapat mengelantang pakaian seperti itu. Maka nampaklah kepada mereka Elia bersama dengan Musa, keduanya sedang berbicara dengan Yesus. Kata Petrus kepada Yesus: "Rabi, betapa bahagianya kami berada di tempat ini. Baiklah kami dirikan tiga kemah, satu untuk Engkau, satu untuk Musa dan satu untuk Elia." Ia berkata demikian, sebab tidak tahu apa yang harus dikatakannya, karena mereka sangat ketakutan. Maka datanglah awan menaungi mereka dan dari dalam awan itu terdengar suara: "Inilah Anak yang Kukasihi, dengarkanlah Dia." Dan sekonyong-konyong waktu mereka memandang sekeliling mereka, mereka tidak melihat seorangpun lagi bersama mereka, kecuali Yesus seorang diri.

Pada waktu mereka turun dari gunung itu, Yesus berpesan kepada mereka, supaya mereka jangan menceriterakan kepada seorangpun apa yang telah mereka lihat itu, sebelum Anak Manusia bangkit dari antara orang mati. Mereka memegang pesan tadi sambil mempersoalkan di antara mereka apa yang dimaksud dengan "bangkit dari antara orang mati."

RENUNGAN PEKAN I PRAPASKAH, Sabtu 3 Maret 2012

RENUNGAN PEKAN I PRAPASKAH, Sabtu 3 Maret 2012
Ul 26:16-19, Mzm 119:1-2,4-5,7-8, Mat 5:43-48

BACAAN INJIL:

Kamu telah mendengar firman: Kasihilah sesamamu manusia dan bencilah musuhmu. Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu. Karena dengan demikianlah kamu menjadi anak-anak Bapamu yang di sorga, yang menerbitkan matahari bagi orang yang jahat dan orang yang baik dan menurunkan hujan bagi orang yang benar dan orang yang tidak benar. Apabila kamu mengasihi orang yang mengasihi kamu, apakah upahmu? Bukankah pemungut cukai juga berbuat demikian? Dan apabila kamu hanya memberi salam kepada saudara-saudaramu saja, apakah lebihnya dari pada perbuatan orang lain? Bukankah orang yang tidak mengenal Allahpun berbuat demikian? Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna."

RENUNGAN:

Hal biasa kita temukan bila ada seseorang yang mengadakan pesta atau dilantik menjadi seorang pejabat, pasti banyak para pengusaha atau para pejabat yang akan membuat papan bunga atau memberi kado hadiah ucapan selamat. Juga ketika seseorang hendak mencalonkan diri menjadi pejabat daerah ataupun pejabat tinggi, pasti banyak orang yang berusaha memberi sumbangan dengan alasan memberi dukungan. Namun sebenarnya itu dilakukan dengan harapan kelak bila seseorang itu menjadi orang penting, maka mereka berharap kelak akan mendapatkan balasan. Jadi intinya memberi demi mendapatkan dari yang diberi. Demikian juga halnya bahwa adalah hal yang sudah biasa, kita mengasihi orang yang mengasihi kita, orang umumnya mau bergaul dengan orang yang dianggap menguntungkan. Apakah mereka akan melakukan hal yang sama terhadap orang miskin, orang yang tidak mampu membalasa yang mereka berikan? Apakah memang orang mau mengasihi orang yang nyata-nyata membenci mereka? Kiranya, orang akan dengan mudah berkorban untuk orang yang mengasihi mereka, orang akan dengan mudah memberikan kepada orang yang jelas-jelas akan mampu membalasnya. Dengan kata lain, orang melakukan sesuatu demi mendapat balasan seperti yang dilakukannya.

Namun berbeda dengan sabda Yesus hari ini. Yesus justru mengajarkan hal yang sebaliknya. Yesus mengajarkan agar kita mengasihi bukan hanya orang yang mengasihi kita, kita diajarkan bukan hanya kepada orang yang berbuat baik kepada kita, tetapi juga kepada orang yang membenci kita dan musuh-musuh kita. Apa yang dimaksudkan oleh Yesus dalam ajaran ini bukan hanya sekedar tidak membalas kejahatan orang yang berbuat jahat kepada kita, tetapi juga berbuat baik kepada mereka. Dari sebab itu, Yesus mengatakan “berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu.” Ini jelas-jelas mengatakan bahwa kita juga harus berani berbuat baik.

Ajaran Yesus hari ini sungguh bertolak belakang dengan apa yang dianut oleh manusia pada umumnya, sehingga kita berpikir, “apakah hal ini mungkin kita laksanakan? Memang secara manusia ini adalah hal yang tidak mungkin dan sangat sulit untuk diwujudkan. Namun Yesus menegaskan bahwa justru dengan hidup demikian, nyatalah kita sebagai anak-anak Allah dan inilah kesempurnaan hidup. Sebab seperti Bapa sempurna dalam kasih, mengasihi kita walaupun kita sering berdosa, demikianpun kita hendaknya sempurna seperti Bapa. Bisa kita banyangkan kalau sekiranya Tuhan berpikir seperti pikiran manusia yang hanya mengasihi orang yang mengasihinya, berbuat baik hanya kepada orang yang berbuat baik kepadanya, tentu kita semua tidak layak mendapatkan dan mengharapkan kasih dari Allah. Namun syukurlah bahwa Tuhan tidak demikian. Oleh karena itu, kalau Allah sendiri mau mengasihi dan berbuat baik kepada kita yang berdosa ini, mengapa kita tidak melalukan hal yang sama kepada sesama kita. Hidup yang mengasihi sesama yang berbuat baik kepada kita dan juga musuh-musuh atau yang membenci kita, nyatalah bahwa kita adalah anak-anak Allah. Amin.

RENUNGAN PEKAN I PRAPASKAH, Jumat 2 Maret 2012

ENUNGAN PEKAN I PRAPASKAH, Jumat 2 Maret 2012
(Agnes dr Praha)
Yeh 18:21-28, Mzm 130:1-2,3-4ab,4c-6,7-8, Mat 5:20-26

BACAAN INJIL:
Maka Aku berkata kepadamu: Jika hidup keagamaanmu tidak lebih benar dari pada hidup keagamaan ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, sesungguhnya kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga. Kamu telah mendengar yang difirmankan kepada nenek moyang kita: Jangan membunuh; siapa yang membunuh harus dihukum. Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang marah terhadap saudaranya harus dihukum; siapa yang berkata kepada saudaranya: Kafir! harus dihadapkan ke Mahkamah Agama dan siapa yang berkata: Jahil! harus diserahkan ke dalam neraka yang menyala-nyala. Sebab itu, jika engkau mempersembahkan persembahanmu di atas mezbah dan engkau teringat akan sesuatu yang ada dalam hati saudaramu terhadap engkau, tinggalkanlah persembahanmu di depan mezbah itu dan pergilah berdamai dahulu dengan saudaramu, lalu kembali untuk mempersembahkan persembahanmu itu. Segeralah berdamai dengan lawanmu selama engkau bersama-sama dengan dia di tengah jalan, supaya lawanmu itu jangan menyerahkan engkau kepada hakim dan hakim itu menyerahkan engkau kepada pembantunya dan engkau dilemparkan ke dalam penjara. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya engkau tidak akan keluar dari sana, sebelum engkau membayar hutangmu sampai lunas.

RENUNGAN:

Hidup beriman, tidak sedekar menjalankan aturan agama, tetapi iman itu harus hidup, nyata dalam perbuatan nyata. Kiranya Yesus mengatakan bahwa hidup keagamaan pengikut-Nya harus lebih benar dari hidup keagamaan ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, bukanlah dalam maksud ketaatan dalam menjalankan atauran agama. Sebab orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat adalah orang-orang yang taat pada turan agama, dan rajin menjalankan ibadah. Namun mereka tidak menjalankannya dengan benar, sebab mereka melakukannya hanya untuk dilihat orang, hanya sebagai ketaatan, tidak tampak dalam kehidupan.

Demikian juga halnya, dalam kehidupan sehari-hari, pasti banyak orang yang begitu rajin menjalankan ibadah, rajin berdoa, aktif dalam kehidupan menggereja dan bahkan mungkin berjiarah ke tempat jiarah, dan ada yang sampai beberapa kali. Namun apakah mereka menjalankan hidup keagamaan mereka dengan benar? Hidup keagamaan dijalankan dengan benar bila hidup iman itu mengubah hidup seseorang menjadi lebih baik yakni hidup yang penuh kasih kepada sesama, hidup yang jauh dari perbuatan dosa dan hidup yang selalu berdamai dengan sesamanya. Namun bila seseorang taat pada kegiatan agama, tetapi tidak mengasihi sesama dan tidak berbuat baik kepada sesama, itulah orang yang menjalankan hidup keagamaannya tidak benar.

Maka hari ini, mari kita merenungkan hidup keagamaan kita, apakah sudah kita jalankan dengan benar atau tidak. Yesus mengatakan, bahwa sebelum kita mempersembahkan persembahan kepada Allah dan kita mengingat bahwa kita ada masalah dengan sesama, hendkanya kita terlebih dahulu berdamai dengan sesama kita, batu kita mempersembahkan persembahan kepada Allah. Kita jangan manunda-nunda waktu untuk berbuat baik kepada sesama, jangan sampai tiba waktunya, kita diserahkan kepada kebinasaan hidup. Amin.

Kebuntuan Pemimpin di Indonesia Harus Dipecahkan

Kebuntuan Pemimpin di Indonesia Harus Dipecahkan

(Jakarta 28/2/2012)Pemimpin di Indonesia harus memiliki sifat kepemimpinan profetik yang berani, tegar, dan tegas namun tetap menjunjung tinggi demokrasi.

Menurut rohaniawan, Franz Magnis Suseno, krisis dan kebuntuan dalam kepemimpinan harus bisa dipecahkan dengan mengakomodir sikap-sikap profetik dalam politik.

"Bangsa Indonesia harus memecahkan kebuntuan kepemimpinan yang bermutu dan kualitas. Jangan sampai kelemahan pemimpin yang sekarang berulang," kata Romo Magnis dalam diskusi bertajuk "Meneladani Misi Profetik dalam Kepemimpinan Nasional" di Megawati Institute, Jakarta, Selasa (2/2).

Menurut Romo Magnis, harus seorang pemimpin Indonesia di masa mendatang harus mempunyai visi, bersemangat, punya keberanian, mampu memimpin secara demokratis, dan berintegritas. "(Pemimpin) Harus mempunyai misi untuk bangsa. Tidak cukup hanya memecahkan masalah," kata Romo Magnis.

Ia menambahkan, seorang pemimpin di Indonesia tidak bisa loyo dan lemas. "Bagaimana bisa memimpin kalau sama-sama menangis seperti masyarakat," katanya.

Tokoh lintas agama tersebut mengatakan, perlu keberanian dalam diri seorang pemimpin. "Tapi bukan keberanian yang nekat," katanya.(micom)

Disadur dari: www.mirifica.net

RENUNGAN HARI BIASA PEKAN I PRAPASKAH, Kamis 1 Maret 2012

RENUNGAN HARI BIASA PEKAN I PRAPASKAH, Kamis 1 Maret 2012
Est 4:10a,10c-12,17-19, Mzm 138:1-2a,2bc-3,7c-8, Mat 7:7-12

BACAAN INJIL:

"Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu. Karena setiap orang yang meminta, menerima dan setiap orang yang mencari, mendapat dan setiap orang yang mengetok, baginya pintu dibukakan. Adakah seorang dari padamu yang memberi batu kepada anaknya, jika ia meminta roti, atau memberi ular, jika ia meminta ikan? Jadi jika kamu yang jahat tahu memberi pemberian yang baik kepada anak-anakmu, apalagi Bapamu yang di sorga! Ia akan memberikan yang baik kepada mereka yang meminta kepada-Nya." "Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka. Itulah isi seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi.

RENUNGAN:

Ada orang yang menyakini ungkapan yang mengatakan, “Lebih baik memberi, daripada meminta.” Namun ada juga yang meyakini dan menghidupi ungkapan, “Lebih baik meminta, daripada memberi.” Sebab pikiran mereka mengatakan bahwa dengan memberi itu berarti kehilangan, tetapi dengan meminta, kita mendapatkan sesuatu. Oleh karena itulah, pada umumnya banyak orang yang sangat sulit untuk memberi atau berbagi dengan orang lain. Lebih mudah menemukan orang yang lebih suka meminta. Misalnya, kalau kita mencari dana atau sumbangan, kita pasti sulit mendapatkan orang yang mau menyumbang, kalaupun ada yang menyumbang, banyak yang memberi hanya sekedarnya saja. Tetapi bila ada sesuatu yang mau dibagikan, pasti banyak orang yang datang untuk meminta dan mendapatkannya.

Orang seringkali sulit memberi kewajiban, tetapi begitu gampang untuk menuntut apa yang menjadi haknya. Injil hari ini memang berbicara tentang kebaikan Allah yang sungguh luar biasa. Yesus membandingkan kebaikan Allah dengan kebaikan manusia tua. Jelas memang tidak ada orang tua yang memberikan apa yang jelek kepada anak-anaknya. Orang tua pasti berusaha memberikan apa yang baik dan bahkan terbaik bagi anak-anaknya. Kalaupun ada orang tua memberikan yang tidak baik kepada anak-anaknya, itu orang tua yang jahat dan mungkin gila. Nah, orang tua atau manusia saja memberikan apa yang baik kepada anak-anaknya yang meminta kepadanya, apalagilah Allah sendiri. Malah kebaikan Allah melebihi kebaikan manusia, Allah akan memberikan yang terbaik bagi kita, yang kita butuhkan.Oleh karena itu, Yesus mengajarkan kepada kita agar kita mau meminta dengan tekun dan sabar kepada Allah. Ketekutan dan kesabaran kita dalam meminta kepada Allah, pasti akan membuahkan hasil, yakni Tuhan pasti akan mengabulkannya.

Namun walaupun injil hari ini menyatakan kebaikan Allah dan menjadi dasar kita meminta kepada Allah, tetapi menjadi suatu permenungan bagi kita, “Apakah yang kita minta itu memang perlu untuk kehidupan kita?” Justru seringkali kita tidak tahu apa yang kita minta dari Allah. Juga justru seringkali kita meminta sesuatu yang sebenarnya tidak perlu dan tidak kita butuhkan kepada Allah. Sehingga ketika Tuhan tidak mengabulkannya, kita langsung kecewa. Atau ketika seakan Tuhan lambat mengabulkannya, kita langsung kecewa. Atau ketika Tuhan mengabulkannya dengan pemberian lain, kita langsung kecewa karena menganggap bukan itu yang kita minta. Maka kita juga harus meminta apa yang memang perlu dan kita butuhkan. Kita juga harus percaya bahwa Tuhan tahu apa yang kita butuhkan dan perlukan untuk hidup dan keselamatan kita. Dari sebab itu, dalam meminta, juga harus dijiwai oleh iman bahwa semuanya kita serahkan kepada Tuhan dan kita yakin bahwa Tuhan akan memberikan yang terbaik bagi kita.

Selain itu, juga patut kita renungkan dan bertanya dalam hati, “Apakah memang kita layak meminta sesuatau yang yang besar dari Allah?” Ini perlu kita renungkan, sebab kita seringkali hanya meminta saja, tetapi sulit atau hampir tidak pernah mau memberi baik itu kepada Tuhan maupun kepada sesama. Kita seringkali berharap dan seakan memaksa agar Tuhan mengabulkan permohonan kita, padahal kita malah seringkali kita tidak pernah mau memberi apa yang diharapkan oleh Tuhan atas kita, yakni iman dan hidup baik. Demikian halnya dalam kehidupan sehari-hari dengan sesama kita, kita banyak meminta dari Tuhan, tetapi kita sendiri tidak pernah mau memberi atau berbagi dengan sesama. Dalam meminta juga menuntut kerelaan memberi. Inilah yang dikatakan oleh Yesus dalam ayat terakhir pada Injil hari ini, “Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka.” Sehingga jelas bagi kita, agar kita layak mengaharapkan belaskasih dari Tuhan, maka kita harus terlebih dahulu mengasihi Tuhan, lewat iman dan pengapdian kita pada Tuhan. Agar kita bisa berharap kasih karunia dari Tuhan, kita juga harus pertama-tama rela memberi atau berbagi kasih karunia Tuhan kepada sesama. Janganlah kita mengharapkan banyak dari Tuhan, sedangkan kita begitu pelit dan tidak mau berbagi kasih dengan sesama. Orang yang banyak memberi, maka mereka layak untuk mendapatkan banyak dan akan beroleh banyak. Amin.

Sinode: pentingnya peran keluarga dalam evangelisasi

Sinode: pentingnya peran keluarga dalam evangelisasi

Dalam persiapan akhir untuk Sinode Uskup sedunia di Vatikan mengenai evangelisasi baru, sebuah komite kardinal dan uskup membahas betapa sulitnya sekarang ini untuk menerapkan iman kepada orang lain.

“Berbagai kisah tentang ‘kegagalan evangelisasi,’ termasuk pengaruh dari budaya modern yang membuat penerapan iman sangat sulit,” kata siaran pers yang dikeluarkan di Vatikan, pada 27 Februari.

Dewan ordinari dari sekretariat jenderal Sinode Uskup bertemu di Vatikan pada 16 Februari untuk membahas sebuah draft dokumen yang sedang dikerjakan untuk sinode itu, yang akan diselenggarakan di Vatikan pada 7-28 Oktober, demikian Catholic News.

Tema dari sinode itu: “The New Evangelization for the Transmission of the Christian Faith.”

Dalam sebuah diskusi tentang tantangan iman dan mempraktekkan iman, para anggota dewan itu memilih fokus pada peran keluarga, kata pernyataan itu.

Dalam keluarga, tulis pernyataan itu, orang muda “belajar baik isi maupun praktek dari iman Kristen. Tugas keluarga yang tak bisa tergantikan itu dilanjutkan dalam katekese yang diberikan oleh lembaga Gereja, terutama melalui liturgi termasuk sakramen dan homili.”

Disadur dari: www.cathnewsindonesia.com

Karya karitatif, kunci evangelisasi baru

Karya karitatif, kunci evangelisasi baru

Iman Kristen yang otentik ditunjukkan melalui tindakan konkret seperti karya karitatif dan kegiatan tersebut merupakan bagian penting dari upaya evangelisasi baru Gereja Katolik, kata Paus Benediktus XVI kepada para anggota sebuah badan amal yang berbasis di Roma.

“Memberikan kesaksian melalui karya karitatif menyentuh hati manusia dengan cara yang khusus,” kata paus, dan “evangelisasi baru, terutama di kota kosmopolitan termasuk Roma, membutuhkan spirit yang besar dan kesiapan yang bijak untuk membantu.”

Paus membuat komentarnya itu pada 24 Februari selama sebuah audiensi dengan anggota Circolo di San Pietro, yang mengadakan dapur umum dan tempat penampungan di Roma, tetapi juga menggalang dana untuk kegiatan karitatif kepausan.

“Kita tahu bahwa autentisitas kesetiaan kita pada Injil diterapkan sebagian melalui perhatian dan peduli yang konkret yang kita menunjukkan kepada sesama kita, terutama yang paling lemah dan yang terpinggirkan,” katanya, seperti dilansir Catholic News.

Perhatian benar terhadap orang lain berarti berusaha untuk memenuhi semua kebutuhan manusiawi mereka,” fisik, moral dan spiritual,” dan “mengatasi kekerasan hati yang membuat kita tidak peduli terhadap penderitaan orang lain,” tambah paus itu.

Disadur dari: www.cathnewsindonesia.com

RENUNGAN HARI BIASA PEKAN I PRAPASKAH, Rabu 29 Februari 2012

RENUNGAN HARI BIASA PEKAN I PRAPASKAH, Rabu 29 Februari 2012
Yun 3:1-10, Mzm 51:3-4,12-13,18-19, Luk 11:29-32

BACAAN INJIL:

Ketika orang banyak mengerumuni-Nya, berkatalah Yesus: "Angkatan ini adalah angkatan yang jahat. Mereka menghendaki suatu tanda, tetapi kepada mereka tidak akan diberikan tanda selain tanda nabi Yunus. Sebab seperti Yunus menjadi tanda untuk orang-orang Niniwe, demikian pulalah Anak Manusia akan menjadi tanda untuk angkatan ini. Pada waktu penghakiman, ratu dari Selatan itu akan bangkit bersama orang dari angkatan ini dan ia akan menghukum mereka. Sebab ratu ini datang dari ujung bumi untuk mendengarkan hikmat Salomo, dan sesungguhnya yang ada di sini lebih dari pada Salomo! Pada waktu penghakiman, orang-orang Niniwe akan bangkit bersama angkatan ini dan mereka akan menghukumnya. Sebab orang-orang Niniwe itu bertobat waktu mereka mendengarkan pemberitaan Yunus, dan sesungguhnya yang ada di sini lebih dari pada Yunus!"

RENUNGAN:

Tanda memang perlu bagi kehidupan kita dan banyak tanda yang dipakai dalam kehidupan kita. Tanda itu bisa menunjuk atau mengarahkan pada hal yang baik tetapi bisa juga pada hal yang tidak baik. Misalnya saja, di jalan raya banyak tanda-tanda yang bertujuan untuk mengatur para pengendara dan juga untuk memberi arah bagi para pengendara atau pejalan di jalan raya. Namun walau demikian, seringkali tanda itu malah dilanggar atau kurang diperhatikan.

Orang banyak yang mengerumuni Yesus meminta tanda kepada Yesus, tanda bahwa Dia adalah Mesias. Yesus mengatakan bahwa mereka yang meminta tanda itu adalah angkatan yang jahat bukan karena tanda itu tidak perlu. Namun Yesus menyebut mereka jahat karena meminta tanda, adalah karena mereka sendiri sudah melihat tanda itu dalam diri Yesus, baik lewat pengajaran-Nya dan mukjizat yang telah dibuat oleh Yesus. Mereka sudah melihat semuanya itu, tetapi mereka tetap meminta tanda. Jadi bukan karena Yesus tidak memberi tanda bahkan diri-Nya sendiri telah menjadi tanda tetapi mereka tetap tidak percaya. Mereka itu dikatakan Yesus sebagai angkatan yang jahat.

Nah bagaimana dengan kita, apakah kita juga masih meminta tanda dari Yesus agar kita sungguh percaya? Yesus adalah tanda kehadiran Allah dan kasih Allah kepada manusia. Dia adalah tanda yang akan membawa kita kepada keselamatan. Juga masih banyak tanda yang dibuat Yesus dalam hidup kita agar kita mau percaya. Maka semoga kita tidak lagi manuntut tanda, tetapi percaya dan mengikuti Yesus yang adalah tanda, yang akan membawa kita kepada keselamatan kekal. Amin.

PESAN PRAPASKAH KEPAUSAN 2012

PESAN PRAPASKAH KEPAUSAN 2012

"Kita Tidak Boleh Diam Saja terhadap Kejahatan"

"Marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih dan dalam pekerjaan baik"
(Ibr. 10:24)

Saudara-saudari terkasih,

Masa Prapaska ini sekali lagi memberi kita suatu kesempatan untuk merefleksikan jantung kehidupan kristiani: amal kasih. Masa ini merupakan saat yang tepat untuk memperbarui perjalanan iman kita, baik secara perseorangan maupun sebagai suatu komunitas, dengan bantuan sabda Allah dan sakramen-sakramen. Perjalanan ini adalah perjalanan yang ditandai dengan doa dan saling berbagi, dengan keheningan dan puasa, sebagai antisipasi dari kegembiraan Paska.

Pada tahun ini saya ingin mengedepankan beberapa gagasan dalam terang sebuah kutipan singkat dari Alkitab yang diambil dari Surat kepada Orang Ibrani: "Marilah kita saling memperhatikan, supaya kita saling mendorong dalam kasih dan dalam pekerjaan baik". Kata-kata ini adalah bagian dari sebuah perikop di mana Penulis Kudus menasehati kita untuk menaruh kepercayaan kepada Yesus Kristus, sebagai Sang Imam Agung, yang telah memperolehkan bagi kita pengampunan dan membuka jalan menuju Allah. Memeluk Kristus menghasilkan buah dalam suatu kehidupan yang didasarkan atas tiga keutamaan ilahi: hal itu berarti mendekat kepada Tuhan "dengan hati yang tulus ikhlas dan keyakinan iman yang teguh" (ay. 22), sambil tetap "teguh berpegang pada pengakuan tentang pengharapan" (ay. 23), sambil tetap memperhatikan untuk menghayati suatu kehidupan "dalam kasih dan dalam pekerjaan baik" (ay. 24), bersama-sama dengan saudara dan saudari kita. Penulis surat itu menegaskan, bahwa untuk mempertahankan hidup ini tetap terbentuk oleh Injil, pentinglah mengambil bagian dalam liturgi dan doa bersama, sambil tetap mengingat tujuan eskatalogis yakni persekutuan penuh dengan Allah (ay. 25). Di sini saya ingin merenungkan ay. 24 yang memberikan kepada kita sebuah ajaran singkat, berharga dan tepat waktu tentang tiga aspek dalam kehidupan kristiani: perhatian kepada orang lain, saling membantu dan kekudusan pribadi.

1. "Marilah kita saling memperhatikan": tanggungjawab terhadap saudara dan saudari kita.

Aspek yang pertama ini adalah sebuah ajakan untuk "memperhatikan": kata Yunani yang dipergunakan di sini adalah katanoein, yang berarti ‘menyelidiki', ‘menaruh perhatian', ‘memperhatikan dengan cermat' dan ‘memperhitungkan sesuatu'. Kita menjumpai kata ini di alam Injil ketika Yesus mengajak murid-murid-Nya untuk "memperhatikan" burung-burung gagak yang, meskipun tidak berusaha, tetap berada di pusat perhatian dan pemeliharaan Penyelenggaraan Ilahi (bdk. Luk. 12:24), dan untuk "memperhatikan" balok di mata kita sendiri sebelum kita melihat selumbar yang ada di mata saudara kita (bdk. Luk. 6:41). Dalam sebuah ayat lain dari Surat kepada orang Ibrani ini kita mendapatkan anjuran untuk "memandang Yesus, Rasul dan Imam Besar yang kita akui" (3:1). Demikianlah kata-kerja yang mengantar ajakan kita ini mengatakan kepada kita untuk melihat orang lain, pertama-tama kepada Yesus, untuk memperhatikan satu sama lain, dan untuk tidak tinggal terasing dan acuh-tak-acuh terhadap nasib saudara-saudari kita. Namun demikian, sangat sering sikap kita justru yang sebaliknya: suatu sikap auch-tak-acuh dan tidak ada perhatian karena perasaan egoisme dan diberi topeng sebagai penghormatan terhadap privasi. Dewasa ini pun suara Tuhan meminta kita untuk menjadi "penjaga" bagi saudara dan saudari kita (Kej, 4:9), untuk membangun relasi yang didasarkan atas saling mengingat dan saling menaruh perhatian kepada kesejahteraan, kesejahteraan yang integral dari orang lain. Perintah agung untuk saling mengasihi satu sama lain menuntut bahwa kita mengakui tanggungjawab kita terhadap mereka yang, seperti diri kita sendiri, adalah ciptaan dan anak-anak Allah. Menjadi saudara dan saudari dalam kemanusiaan, dan sering juga malah sebagai saudara-saudari dalam iman, seharusnya membantu kita untuk mengenal di dalam diri sesama kita suatu "saya yang lain" (alter ego), yang juga dikasihi Tuhan secara tidak terhingga. Apabila kita memupuk cara pandang seperti ini terhadap saudara dan saudari kita itu, maka solidaritas, keadilan, belas-kasihan dan bela-rasa akan dengan sendirinya memancar dari dalam hati kita. Hamba Allah Paus Paulus VI menegaskan, bahwa dunia kita dewasa ini sedang menderita terutama kekurangan rasa persaudaraan: "Masyarakat manusia sedang menderita sakit keras. Penyebabnya bukan pertama-tama karena menipisnya sumber-sumber daya alam, bukan pula karena pengaturannya yang dilaksanakan secara monopoli oleh segelntir orang-orang yang diistimewakan saja, tetapi terutama karena semakin melemahnya ikatan persaudaraan manusiawi di antara pribadi-pribadi dan bangsa-bangsa" (Populorum Progressio, 66).

Memperhatikan sesama berarti juga menghendaki yang baik bagi mereka itu dalam segala bidang: bidang jasmani, bidang moril dan bidang rohani. Budaya kontemporer kita ini sepertinya sudah kehilangan rasa terhadap yang baik dan yang jahat, kendatipun ada suatu kebutuhan yang nyata untuk menegaskan kembali, bahwa kebaikan sungguh ada dan akan menang, karena Allah "murah hati dan bertindak dengan murah hati juga" (Mzm. 119:68). Kebaikan adalah apa saja yang memberi, melindungi dan mengembangkan kehidupan, persaudaraan dan persekutuan. Maka tanggungjawab terhadap sesama berarti menghendaki dan bekerja bagi kebaikan orang lain, dengan harapan, bahwa merekapun akan suka menerima kebaikan itu bersama dengan tuntutan-tuntutannya. Memperhatikan orang lain berarti menyadari kebutuhan-kebutuhannya. Kitab Suci mengingatkan kita akan bahaya, bahwa hati kita akan dikeraskan oleh semacam "anestesi rohani", yang membuat kita mati-rasa terhadap penderitaan orang lain. Penginjil Lukas mengisahkan dua dari perumpamana-perumpamaan Yesus sebagai contohnya.

Dalam perumpaan tentang seorang Samaria yang baik, imam dan orang Lewi itu "melewati dari seberang jalan" dengan sikap acuh-tak-acuh terhadap kehadiran orang yang dirampok habis-habisan dan dipukuli oleh penyamun (lih. Luk. 10:30-32). Dan dalam perumpamaan tentang Orang Kaya dan Lazarus, si kaya itu tidak mengindahkan kemiskinan Lazarus yang hampir mati kelaparan tepat di depan pintu rumahnya (lih.Luk. 16:19). Kedua perumpamaan itu menunjukkan contoh yang sebaliknya dari "menaruh perhatian", sambil melihat orang lain dengan kasih dan bela-rasa. Lalu apa yang menghalangi kita memandang saudara-saudari kita dengan pandangan kemanusiaan dan penuh kasih itu? Sering penyebabnya adalah memiliki banyak kekayaan material dan rasa ketercukupan, akan tetapi bisa juga kecenderungan untuk menempatkan kepentingan dan masalah kita sendiri di atas semua yang lain. Kita tidak pernah boleh merasa tidak mampu "menunjukkan belas-kasih" kepada mereka yang menderita. Hati kita tidak pernah boleh tertutup oleh urusan dan masalah-masalah kita sendiri sedemikian, sehingga tidak mampu mendengarkan jeritan kaum papa. Kerendahan hati serta pengalaman pribadi sendiri atas penderitaan dapat membangkitkan di dalam diri kita perasaan bela-rasa dan simpati, "Orang benar mengetahui hak orang lemah, tetapi orang fasik tidak mengertinya" (Ams. 29:7). Maka kita bisa memahami sabda bahagia bagi mereka "yang berduka-cita" (Mat 5:4), mereka yang pada akhirnya mampu melihat lebih jauh dari pada dirinya sendiri serta memiliki bela-rasa terhadap penderitaan sesamanya. Mengulurkan tangan kepada orang lain dan membuka hati kita terhadap kebutuhan mereka dapat menjadi kesempatan untuk mendapatkan keselamatan dan kebahagiaan.

"Memperhatikan satu sama lain" juga berarti menaruh perhatian kepada kesejahteraan rohani mereka. Di sini saya ingin menyebut salah satu aspek dari hidup kristiani, yang saya yakin telah cukup dilupakan: menegur secara persaudaraan dalam kaitan dengan keselamatan kekal. Dewasa ini, pada umumnya, kita merasa sangat peka terhadap gagasan tentang kasih dan pelayanan terhadap kesejahteraan jasmani dan material orang lain, tetapi kita hampir terdiam seribu bahasa mengenai tanggungjawab rohani kita terhadap saudara dan saudari kita. Padahal tidak demikian dengan Gereja Perdana atau dengan komunitas-komunitas yang sungguh-sungguh matang di dalam iman, mereka yang prihatin bukan saja terhadap kesehatan jasmani dari saudara dan saudari mereka, tetapi juga terhadap kesehatan rohani mereka serta terhadap tujuan akhir hidup mereka. Kitab Suci mengatakan kepada kita: "Kecamlah orang bijak, maka engkau akan dikasihinya; berilah orang bijak nasihat, maka ia akan menjadi lebih bijak; ajarilah orang benar, maka pengetahuannya akan bertambah (Ams. 9:8ss). Kristus sendiri memerintahkan kita untuk menegur saudara kita yang berdosa (lih. Mat. 18:15). Kata-kerja yang dipergunakan untuk melukiskan teguran persaudaraan itu „Ÿelenchein„Ÿ adalah kata yang sama yang dipergunakan untuk menyatakan tugas perutusan kenabian seorang kristiani untuk berbicara melawan suatu angkatan yang melakukan kejahatan (lih, Ef. 5:11). Tradisi Gereja telah memasukkan juga "hal menegur para pendosa" ini di antara perbuatan-perbuatan kasih yang bersifat spiritual. Pentinglah memulihkan kembali dimensi kasih kristiani ini. Kita tidak boleh diam saja terhadap kejahatan. Saya ingat akan semua orang kristiani yang, hanya karena pertimbangan manusiawi atau hanya karena kecocokan dengan selera pribadi lebih mengadaptasi mentalitas yang sedang berlaku umum dari pada menegur saudara dan saudarinya untuk menentang cara berpikir dan bertindak yang bertentangan dengan kebenaran dan yang tidak mengikuti jalan kebaikan.

Teguran secara kristiani, dari pihaknya, tidak pernah dimotivasi oleh semangat menuduh atau menyalahkan. Selalulah dia digerakkan oleh cinta dan belas-kasih dan memancar keluar dari perhatian yang tulus bagi kebaikan orang lain. Seperti dikataan oleh Rasul Paulus: "Kalaupun seorang kedapatan melakukan suatu pelanggaran, maka kamu yang rohani, harus memimpin orang itu ke jalan yang benar dalam roh lemah lembut, sambil menjaga dirimu sendiri, supaya kamu juga jangan kena pencobaan" (Gal. 6:1). Dalam dunia yang dilanda dengan individualisme seperti ini, adalah sangat mendasar untuk menemukan kembali pentingnya menegur secara persaudaraan, agar supaya kita, bersama-sama dapat menempuh jalan menuju ke kesucian. Kitab Suci sendiri menyebutkan, bahwa bahkan sampai "tujuh kali orang benar jatuh" (Ams. 24:16); memang kita semua ini lemah dan tidak sempurna (lih. 1Yoh. 1:8). Oleh karena itu, sungguh merupakan suatu pelayanan yang besar membantu orang lain dan membiarkan mereka memnatu kita, sehingga kita dapat terbuka terhadap seluruh kebenran tentang diri kta sendiri, meningkatkan hidup kita dan berjalan dengan lebih tegak di jalan Tuhan. Pastilah akan senantiasa dibutuhkan adanya suatu pandangan yang mengasihi dan mengingatkan, yang memahami dan mengerti, yang penuh keprihatinan dan pengampunan (bdk. Luk. 22:61), sebagaimana Allah sendiri telah bertindak dan akan senantiasa bertindak sedemikian dengan masing-masing kita semua.

2. "Saling memperhatikan": anugerah sikap timbal-balik (resiprositas).

"Menjaga" orang lain seperti ini sungguh sangat bertentangan dengan mentalitas yang, dengan menurunkan nilai hidup secara terbatas hanya sampai pada dimensi duniawi saja, gagal untuk bisa melihatnya dalam perspektif eskatalogis dan bisa menerima pilihan moril manapun dengan mengatas-namakan kebebasan pribadi. Suatu masyarakat, seperti masyarakat kita ini, dapat menjadi buta terhadap penderitaan jasmani dan terhadap tuntutan-tuntutan yang besifat spiritual dan moral dari hidup itu. Yang seperti ini tidak boleh terjadi dalam suatu komunitas kristiani! Rasul Paulus mendorong kita untuk mengejar "apa yang mendatangkan damai sejahtera dan yang berguna untuk saling membangun" (Rom. 14:19), demi kesejahteraan sesama kita "untuk membangunnya" (15"2), sambil mengupayakan, bukan keuntungan pribadi, melainkan "berusaha menyenangkan hati semua orang dalam segala hal, supaya mereka beroleh selamat" (1Kor 10:33). Saling menegur dan mendorong seperti ini di dalam semangat kerendahan hati dan kasih, haruslah menjadi bagian dari hidup Komunitas Kristiani.

Murid-murid Tuhan, diperstukan dengan Dia melalui Ekaristi, hidup dalam persekutuan yang mengikat mereka satu sama lain sebagai anggota dari tubuh yang satu dan sama. Ini berarti bahwa orang lain adalah juga bagian dari saya, dan bahwa hidupnya, keselamatannya juga menyangkut hidup dan keselamatan saya sendiri. Di sini kita menyentuh suatu aspek yang mendalam dari persekutuan: keberadaan kita berkaitan dengan keberadaan orang lain, yang bisa membawa kebaikan, tetapi juga keburukan. Baik dosa-dosa kita maupun perbuatan-perbuatan kasih kita memiliki dimensi sosial. Saling keterikatan ini dapat dilihat di dalam Gereja, tubuh mistik Kristus: Komunitas ini senantiasa melakukan pertobatan dan mohon pengampunan bagi dosa anggota-anggotanya, tetapi juga secara jitu bersukacita di dalam contoh-contoh keutamaan dan kasih yang ada di tengah-tengahnya. Seperti dikatakan oleh Santo Paulus: "Supaya anggota-anggota yang berbeda itu saling memperhatikan" (1Kor. 12:25), karena kita semua membentuk satu tubuh.

Perbuatan kasih terhadap saudara dan saudari kita, „Ÿseperti terungkap misalnya dalam memberi sedekah, suatu praktek yang bersama dengan doa dan puasa, mencirikhaskan masa Prapaskah„Ÿ berakar dalam hal persekutuan bersama ini. Umat kristiani dapat juga mengungkapkan keanggotaan mereka di dalam satu tubuh yang adalah Gereja itu dengan menaruh perhatian secara konkrit kepada yang termiskin dari yang mskin. Begitu juga halnya, perhatian satu sama lain ini berarti juga pengakuan terhadap kebaikan yang diperbuat oleh Tuhan kepada sesama kita itu dan juga merupakan ucapan syukur atas mukjijat-mukjijat rakhmat yang di dalam kebaikan-Nya tetap dikerjakan oleh Allah yang Mahakuasa itu di dalam diri anak-anak-Nya. Apabila seorang kristiani melihat Roh Kudus berkarya di dalam diri orang-orang lain, mereka tidak dapat bertindak lain kecuali bersukacita dan memuliakan Bapa yang di surga itu (bdk. Mat. 5:16).

3. ‘Supaya kita saling mendorong dalam kasih dan dalam pekerjaan baik": berjalan bersama dalam kekudusan.

Kata-kata dari Surat kepada Orang Ibrani ini (10:24) mendorong kita untuk ber-refleksi tentang panggilan kepada semua orang untuk kekudusan, yakni perjalanan yang terus-menerus dari kehidupan rohani, sementara kita mengharapkan anugerah-anugerah rohani yang lebih besar dan pada kasih yang senantiasa lebih luhur dan menghasilkan buah (bdk. 1Kor. 12:31 - 13:13). Sikap memperhatikan satu sama lain ini seharusnya memacu kita untuk semakin lama semakin mengefektifkan kasih, yang "seperti cahaya fajar, yang kian bertambah terang sampai rembang tengah hari" (Ams. 4:18), membuat kita menghayati setiap hari dalam hidup kita ini sebagai antisipasi dari hari keabadian yang sedang menantikan kita di dalam Allah.

Waktu yang diberikan Allah kepada kita dalam hidup ini sungguh berharga untuk menentukan dan melaksanakan perbuatan baik dalam kasih Allah. Dengan cara demikian Gereja sendiri senantiasa berkembang menuju ke kedewasaan Kristus secara penuh (bdk. Ef. 4:13). Nasehat-nasehat yang kita berikan untuk saling mendorong satu sama lain untuk mendapatkan kepenuhan kasih dan perbuatan baik itu ditempatkan di dalam dinamika perkembangan ke masa depan.

Sayangnya, selalu saja ada godaan untuk menjadi suam-suam kuku, untuk memadamkan Roh, untuk menolak menanamkan sebagai modal talenta yang kita terima, bagi kebaikan kita sendiri dan bagi kebaikan orang lain (bdk. Mat. 25:25ss.). Kita semua telah menerima kekayaan rohani dan jasmani yang dimaksudkan untuk dipergunakan bagi pemenuhan rencana Allah, bagi kebaikan Gereja dan bagi keselamatan kita sendiri secara pribadi (bdk Luk. 12:21b.; 1Tim. 6:18). Para pakar kehidupan rohani mengingatkan kita, bahwa di dalam kehidupan beriman, mereka yang tidak mengalami kemajuan, secara tak terelakkan sama dengan mengalami kemunduran.

Saudara-saudari terkasih, marilah kita terima ajakan, hari ini adalah hari yang paling tepat tiada duanya, untuk mencapai "standard yang tinggi dari hidup kristiani yang biasa itu" (Novo Millennio Ineunte, 31). Kebijaksanaan Gereja dalam mengakui dan memaklumkan orang-orang Kristiani tertentu yang menonjol sebagai Beato dan Santo juga dimaksudkan untuk memberi ilham kepada orang-orang lain untuk meneladan keutamaan-keutamaan mereka. Kepada kita Santo Paulus menasehatkan "untuk saling mendahului dalam memberi hormat" (Rom, 12:10).

Dalam dunia yang menuntut dari orang-orang Krisrtiani sebuah kesaksian yang terbarui akan kasih dan kesetiaan kepada Tuhan, kiranya kita semua ini merasakan mendesaknya kebutuhan untuk saling mendahului dalam amal-kasih, pelayanan dan perbuatan baik (bdk. Ibr. 6:10), Tuntutan ini secara khusus sungguh mendesak dalam masa kudus untuk mempersiapkan Paskah ini. Sambil mempersembahkan dalam doa harapan saya agar masa Prapaskah ini menjadi masa yang terberkati dan berbuah limpah, saya menyerahkan kalian semua dalam pengantaraan Bunda Maria tetap Perawan dan dengan tulus hati saya berikan kepada kalian semua Berkat Apostolik saya.

Dari Vatikan, 3 November 2011


Benediktus XVI, Paus


Disadur dari:www.mirifica.net

Santorum: Obama Sombong!

Santorum: Obama Sombong!

(Detroit 27/2/2012)Bakal calon Presiden Amerika Serikat (AS) dari Partai Republik Rick Santorum dinilai telah melontarkan isu-isu baru seperti dalam perdebatan sengit menjelang Pemilihan Umum Presiden yang akan berlangsung November 2012 mendatang. Santorum pun mendeskripsikan Presiden Barack Obama sebagai sosok sombong.

Dalam berbagai kampanyenya selama beberapa minggu terakhir Santorum kerap mendeskripsikan Presiden Barack Obama sebagai sosok yang sombong. Hal itu terkait dengan kebijakan Obama yang fokus agar rakyat AS mengejar pendidikan mereka setinggi mungkin.

Santorum juga menyoroti sikap Obama yang meremehkan gagasan tentang pemisahan gereja dan negara. Gagasan ini sebelumnya juga pernah diungkapkan oleh Presiden John F. Kennedy dalam kampanyenya pada tahun 1960.

Menurut Santorum, fokus kebijakan Presiden Obama agar rakyat AS mengejar pendidikan yang tinggi adalah bentuk indoktrinasi pikiran Obama terhadap rakyat AS.

"Presiden Obama pernah mengatakan, dia ingin agar semua orang di AS mengejar pendidikan hingga ke universitas. Betapa sombongnya Obama. Itu memang baik, namun ada yang lebih baik dimana para pria dan wanita harus pergi keluar rumah untuk bekerja keras setiap hari untuk menguji keterampilan mereka yang belum tentu diajarkan oleh para profesor di universitas yang sebagian berasal dari kalangan liberal. Mungkin Obama ingin menjadikan dirinya sebagai contoh bagi Anda," ujar Santorum seperti dikutip The Washington Post Senin, (27/2/2012).

Terkait dengan gagasan pemisahan gereja dan negara Santorum mengatakan, dirinya sangat tidak setuju dengan pemisahan gereja dan negara yang dilakukan secara mutlak.

"Saya tidak percaya di AS pemisahan gereja dan negara dilakukan secara mutlak. Gagasan yang menyebutkan gereja tidak memiliki pengaruh atau tidak terlibat dalam penyelenggaraan negara benar-benar bertentangan dengan tujuan dan visi negara kita," ujarnya.

Selama masa kampanyenya, Santorum yang merupakan mantan anggota Kongres AS dan Senator Pennsylvania itu diketahui kerap mengeluarkan pernyataan-pernyataan provokatif.

Belum lama ini, Santorum bahkan sempat mempertanyakan keimanan Obama yang ditudingnya memiliki teologi yang berbeda. Selain itu Santorum juga sempat mengeluarkan pernyataan yang menyebutkan, dirinya tidak mengakui keberadaan Negara Palestina.(okezone.com)

Disadur dari: www.mirifica.net

RENUNGAN HARI BIASA PEKAN I PRAPASKAH, Selasa 28 Februari 2012

RENUNGAN HARI BIASA PEKAN I PRAPASKAH, Selasa 28 Februari 2012
Yes 55:10-11, Mzm 34:4-5,6-7,16-17,18-19, Mat 6:7-15

BACAAN INJIL:

Lagipula dalam doamu itu janganlah kamu bertele-tele seperti kebiasaan orang yang tidak mengenal Allah. Mereka menyangka bahwa karena banyaknya kata-kata doanya akan dikabulkan. Jadi janganlah kamu seperti mereka, karena Bapamu mengetahui apa yang kamu perlukan, sebelum kamu minta kepada-Nya. Karena itu berdoalah demikian: Bapa kami yang di sorga, Dikuduskanlah nama-Mu, datanglah Kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di sorga. Berikanlah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya dan ampunilah kami akan kesalahan kami, seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami; dan janganlah membawa kami ke dalam pencobaan, tetapi lepaskanlah kami dari pada yang jahat. (Karena Engkaulah yang empunya Kerajaan dan kuasa dan kemuliaan sampai selama-lamanya. Amin.) Karena jikalau kamu mengampuni kesalahan orang, Bapamu yang di sorga akan mengampuni kamu juga. Tetapi jikalau kamu tidak mengampuni orang, Bapamu juga tidak akan mengampuni kesalahanmu."

RENUNGAN:

Apakah doa kita merupakan ungkapan iman?

Pertanyaan ini kiranya perlu kita renungkan. Sebab banyak orang yang tidak pernah berdoa, karena tidak tahu berdoa. Mengapa tidak tahu berdoa? Karena kurang beriman. Ada pula orang yang begitu rajin berdoa dan begitu lancar berdoa sehingga bisa doanya begitu panjang. Ada pula orang yang doanya begitu singkat.

Doa itu adalah salah satu ungkapanhidup orang beriman sehingga harus menjadi kebutuhan hidup orang beriman. Bila doa itu sudah menjadi kebutuhan hidup, tentu akan rajin berdoa dan tahu berdoa yang benar. Namun kiranya iman seseorang tidak bisa diukur hanya dengan doa saja. Yesus dengan tegas mengatakan agar doa-doa kita tidak panjang-pangjang dan bertele-tele seperti doa orang yang tidak mengenal Allah. Yesus mengatakan bahwa doa yang panjang dan bertele-tele adalah seperti doa yang tidak mengenal Tuhan, karena dalam doa itu seakan orang mendikte Tuhan dengan menerangkan semuanya, padahal Tuhan tahu apa yang kita perlukan.

Dari sebab itu, Yesus mengajarkan doa yang sungguh merupakan ungkapan iman, yakni dengan memberikan kita doa yang dikenal dengan Doa Bapa Kami. Doa Bapa Kami menjadi doa yang sangat bernilai bagi kita bukan hanya karena doa itu langsung diajarkan oleh Yesus, tetapi juga karena doa itu sungguh mengandung iman. Doa ini mengajarkan kita bahwa doa itu harus merupakan ungkapan iman kepada Tuhan bahwa Dia adalah Tuhan Allah pemilik sorga yang menjadi kerinduan hati kita, Dialah yang harus kita sembah, kita muliakan dan kita rindukan selalu. Dalam doa itu, kita juga diajak untuk selalu percaya akan kuasa dan kebaikan Tuhan, sehingga kita menyerahkan seluruh hidup kita kepada Tuhan. Kita percaya bahwa Tuhan akan memberikan kita yang terbaik bagi hidup kita. Dalam doa ini kita juga diajar untuk menyadari kelemahan dan bersikap rendah hati menyadari bahwa kita orang berdosa sehingga kita selalu membutuhkan pengampunan dari Tuhan, serta mengajar kita agar kita selalu berusaha hidup baik, terhindar dari hidup jahat sehingga kita mengharapkan pertolongan-Nya. Sehingga jelaskah bahwa doa Bapa Kami sungguh doa yang sangat bernilai karena merupakan doa yang mengandung iman yang mendalam.

Namun kiranya, kita tidak boleh lupa, bahwa memang berdoa itu penting dan baik. Tetapi doa itu harus mengalir dan merupakan ungkapan iman kita. Orang sungguh-sungguh berdoa dengan penuh iman adalah bila doa itu pada akhirnya berbuah dalam kehidupan yang baik. Sebab bisa saja orang begitu rajin berdoa dan banyak berdoa, tetapi hidupnya tidak seperti yang dikehendaki oleh Allah yakni hidup tanpa cinta kasih. Dalam ayat terakhir setelah mengajarkan Doa Bapa Kami, Yesus mengatakan, “Karena jikalau kamu mengampuni kesalahan orang, Bapamu yang di sorga akan mengampuni kamu juga. Tetapi jikalau kamu tidak mengampuni orang, Bapamu juga tidak akan mengampuni kesalahanmu." Kalimat terakhir ini tentu bukan hanya sekedar tambahan saja, juga kita mengerti bukan hanya soal pengampunan. Namun kalimat terakhir ini juga sangat penting kita perhatikan dan kita renungkan. Dengan ayat terakhir ini, Yesus mengatakan kepada kita, bahwa doa-doa kita itu juga harus membuat hidup kita semakin baik dan juga membuat kita mengasihi sesama kita. Sehingga dapata dikatakan bahwa doa orang beriman adalah bila hidupnya semakin lebih baik dan juga dia mengasihi sesamanya. Jadi bila seseorang banyak berdoa tetapi tidak mengasihi sesamanya, berarti dia belumlah berdoa dalam dan dengan iman. Seorang pendoa adalah juga seorang pencinta sesama manusia. Amin.

RENUNGAN HARI BIASA PEKAN I PRAPASKAH, Senin 27 Februari 2012

RENUNGAN HARI BIASA PEKAN I PRAPASKAH, Senin 27 Februari 2012
(Gabriel dr Bunda Berdukacita)
Im 19:1-2,11-18, Mzm 19:8,9,10,15, Mat 25:31-46

BACAAN INJIL:

"Apabila Anak Manusia datang dalam kemuliaan-Nya dan semua malaikat bersama-sama dengan Dia, maka Ia akan bersemayam di atas takhta kemuliaan-Nya. Lalu semua bangsa akan dikumpulkan di hadapan-Nya dan Ia akan memisahkan mereka seorang dari pada seorang, sama seperti gembala memisahkan domba dari kambing, dan Ia akan menempatkan domba-domba di sebelah kanan-Nya dan kambing-kambing di sebelah kiri-Nya. Dan Raja itu akan berkata kepada mereka yang di sebelah kanan-Nya: Mari, hai kamu yang diberkati oleh Bapa-Ku, terimalah Kerajaan yang telah disediakan bagimu sejak dunia dijadikan. Sebab ketika Aku lapar, kamu memberi Aku makan; ketika Aku haus, kamu memberi Aku minum; ketika Aku seorang asing, kamu memberi Aku tumpangan; ketika Aku telanjang, kamu memberi Aku pakaian; ketika Aku sakit, kamu melawat Aku; ketika Aku di dalam penjara, kamu mengunjungi Aku. Maka orang-orang benar itu akan menjawab Dia, katanya: Tuhan, bilamanakah kami melihat Engkau lapar dan kami memberi Engkau makan, atau haus dan kami memberi Engkau minum? Bilamanakah kami melihat Engkau sebagai orang asing, dan kami memberi Engkau tumpangan, atau telanjang dan kami memberi Engkau pakaian? Bilamanakah kami melihat Engkau sakit atau dalam penjara dan kami mengunjungi Engkau? Dan Raja itu akan menjawab mereka: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku. Dan Ia akan berkata juga kepada mereka yang di sebelah kiri-Nya: Enyahlah dari hadapan-Ku, hai kamu orang-orang terkutuk, enyahlah ke dalam api yang kekal yang telah sedia untuk Iblis dan malaikat-malaikatnya. Sebab ketika Aku lapar, kamu tidak memberi Aku makan; ketika Aku haus, kamu tidak memberi Aku minum; ketika Aku seorang asing, kamu tidak memberi Aku tumpangan; ketika Aku telanjang, kamu tidak memberi Aku pakaian; ketika Aku sakit dan dalam penjara, kamu tidak melawat Aku. Lalu merekapun akan menjawab Dia, katanya: Tuhan, bilamanakah kami melihat Engkau lapar, atau haus, atau sebagai orang asing, atau telanjang atau sakit, atau dalam penjara dan kami tidak melayani Engkau? Maka Ia akan menjawab mereka: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang tidak kamu lakukan untuk salah seorang dari yang paling hina ini, kamu tidak melakukannya juga untuk Aku. Dan mereka ini akan masuk ke tempat siksaan yang kekal, tetapi orang benar ke dalam hidup yang kekal."

RENUNGAN:

Allah menghendaki semua orang masuk dalam kebahagiaan sorga dan untuk itu Allah memanggil semua orang agar masuk ke dalam kerajaan sorga. Namun apa yang menjadi tanggapan manusia? Ada yang tidak menanggapi panggilan Allah. Ada yang menanggapinya namun hanya sekedar menanggapi. Dan tentu ada pula yang menanggapinya dengan serius, dan mereka inilah yang kelak akan sungguh masuk ke dalam kerajaan sorga.

Semua orang pasti merindukan agar kelak masuk surga, ini kerinduan hati kita umat beriman. Namun kiranya hanya kerinduan tidaklah cukup, juga hanya sekedar mendengar sabda Tuhan atau hanya sekedar mengikuti Tuhan, tidaklah cukup. Tuhan mengharapkan lebih dari itu semua, agar seseorang bisa masuk surga.

Dari Injil hari ini jelas bagi kita, bahwa iman kita kepada Yesus harus tampak nyata dalam perbuatan cinta kasih kepada sesama, terutama kepada orang-orang kecil dan miskin. Bahkan kasih dan perbautan baik kepada sesama terutama orang miskin menjadi kriteria utama seseorang bisa masuk surga. Sebab Yesus menyamakan diri-Nya dengan orang miskin, sehingga dengan berbuat kasih dan berbuat baik kepada sesama, itu sama halnya berbuat kepada Tuhan sendiri. Jadi jelas juga berbuat baikpun tidak hanya sekedar berbuat baik. Sebab bisa saja kita banyak berbuat baik kepada sesama, tetapi hanya kepada kerabat kita, kepada yang kita kenal, kepada orang-orang yang mengasihi kita. Bisa saja kita berbuat baik, tetapi hanya sebagai formalitas. Namun yang dituntut oleh Yesus adalah berbuat baik kepada orang-orang kecil dan miskin. Maka baiklah kiranya kita, tidak hanya sekedar mengatakan percaya kepada Tuhan, tetapi tidak mengasihi dan berbuat baik kepada sesama yang kecil dan miskin. Janganlah kita begitu rajin berdoa, aktif dalam banyak kegiatan Gereja, tetapi kita tidak berbuat kasih kepada sesama terutama yang orang-orang kecil dan miskin.

Bagi kita yang mungkin saat ini sedang mengali penderitaan dan persoalan hidup, atau yang mungkin lagi sakit atau yang tidak beruntung karena dalam keadaan miskin, tidak usah berputus asa, karena Tuhan menyamakan diri-Nya dengan orang kecil dan miskin. Itu berarti bahwa Yesus sangat mengasihi orang kecil dan miskin. Sehingga dengan demikian, kita selalu punya pengharapan dan berharap pada Yesus akan menolong kita. Amin.

 
Maka hendaklah sekarang ini kelebihan kamu mencukupkan kekurangan mereka, agar kelebihan mereka kemudian mencukupkan kekurangan kamu, supaya ada keseimbangan! (2Kor 8:14)