Pembangunan Gereja Paroki Tigalingga

Pembangunan Gereja Paroki sedang berlangsung. Kami sangat mengarapkan uluran kasih para Saudara untuk membantu.

Gotong Royong Pembangunan Gereja

Tidak ada kata yang bisa melukiskan pengalaman indah pada waktu gotong royong pengecoran lantai 2 bangunan Gereja selain, suatu keyakinan bahwa semuanya dapat terlaksana adalah karena MUKJIJZAT ALLAH BEKERJA.

Pengecoran Lantai Panti Imam Gereja

Pengecoran Lantai 2 bangunan Gereja ini dilakukan pada hari Selasa, 30 Agustus 2011 yang lalu. Luas yang dicor adalah 19 m x 24 m. Hujan yang mengguyur tidak menyurutkan semangat umat.

Kerjasama Imam dan Umat

Uskup emeritus KAM, Mgr. A.G.Pius Datubara OFM.Cap, datang berkunjung ke Paroki dan memberi semangat pada umat dalam pembangunan Gereja Paroki. Para pastor juga ikut berkerja bersama umat dalam pembangunan Gereja.

Misa Tridentin: Warisan Liturgi Yang Dipertahankan

HIDUPKATOLIK.com - Paus Benediktus XVI mengeluarkan Surat Apostolik Summorum Pontificum yang menjamin penggunaan Misa Tridentin...

Pembinaan Para Pengurus Gereja

Tidak sedikit umat katolik yang kerap menganggap bahwa Liturgi adalah sekedar perayaan wajib biasa yang dilaksanakan pada hari minggu.

Pertemuan Ibu-Ibu dan Pesta Pelindung Paroki

Pertemuan para ibu se-paroki telah terlaksana pada hari Kamis-Sabtu, 15 s/d 16 Juli 2011. Pertemuan ini mengundang semua ibu katolik yang ada di paroki untuk hadir dalam pertemuan/pembinaan para ibu katolik dan juga segaligus menjalin kebersamaan para ibu. Penutupan pertemuan sikaligus Pesta Pelindung Paroki.

Pembinaan Asmika se-Paroki

Biarkanlah anak-anak datang kepada-Ku; inilah yang menjadi tema dari pertemuan dan pembinaan minggu gembira yang telah berlangsung dengan sangat baik.

Mudika Ambil bagian dalam pembangunan Gereja Paroki

Mudika paroki tidak mau berpangku tangan melihat pembangunan Gereja paroki. Para mudika juga ambil bagian dengan mengumpulkan kerikil di sungai.

Pengecoran Lantai Balkon Gereja (Bagian 1)

Umat dari lingkungan paroki dan juga dari beberapa stasi kembali bekerja sama dengan bergotong royong membangun gereja paroki. Untuk kali ini, umat bergotong royong men-cor lantai balkon bangunan Gereja.

Pengecoran Lantai Balkon Gereja (Bagian 2)

Allah peduli. Karena kepedulian Allah atas pembangunan rumah-Nya ini, maka kami kamipun peduli dan bisa melanjutkan pembangunanini. Kepedulian Allah kami rasakan juga lewat kepedulian para Saudara.

Pengecoran Lantai Balkon Gereja (Bagian 3)

Mari kita memuliakan Tuhan, tidak hanya dengan kata2 indah, tetapi dengan perbuatan nyata dengan rela berkorban.

Pertemuan akhir Tahun 2011 Pengurus Gereja se-Paroki

Para pengurus Gereja adalah ‘ujung tombak’ Gereja khususnya di stasi-stasi. Peran para pengurus Gereja ini sangat sentral dalam kehidupan Gereja di stasi-stasi.

Gua Maria dan Menyambut Hari Raya Natal

Persiapan menyambut hari Raya Natal 25 Desember 2011.

Rahmat dan Perlindungan Tuhan

Pastor Anton Manik O.Carm selamat dari kecelakaan mobil masuk jurang.

Rekoleksi dan Aksi Panggilan

Biarkanlah anak-anak datang kepada-Ku.

Pesan Prapaskah Kepausan 2012

"Kita Tidak Boleh Diam Saja terhadap Kejahatan" "Marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih dan dalam pekerjaan baik" (Ibr. 10:24).

Pembangunan Gereja Santo Petrus Stasi Rante Besi

Dalam kemiskinan, kesederhanaan, umat membangunan Gereja. Meraka tidak memiliki uang, tetapi mereka memiliki harapan dan iman pada Tuhan.

Misa Perdana Pastor Andreas Korsini Lamtarida Simbolong O.Carm

Puji Syukur pada Tuhan, karena berkat-Nya, misa Perdana Pastor Andreas Lamtarida Simbolon O.Carm bersama 4 Pastor Karmel yang baru ditahbiskan, dapat terlaksana dengan baik pada hari Rabu 31 Oktober 2012 di Stasi Gundaling 1, paroki Maria dari gunung Karmel Tigalingga.

Bakti Sosial : Pengobatan Gratis

Dalam Rangka Menyongsong Jubileum Gereja Katolik di Dairi dan Pakpak Bharat, diadakan bakti Sosial Pengobatan Gratis di Paroki Maria dari Gunung Karmel Tigalingga, pada 9 Desember 2012 yg lalu. Puji syukur pada Tuhan, kegiatan ini berlangsung dengan sangat memuaskan.

Mari Berbagi Berkat Tuhan

 photo UskupEmeritusKAMMgrPiusDautabra.jpg Photobucket

MENDAMBAKAN BERKAT TUHAN

SYALOM...SELAMAT DATANG.
"Maka hendaklah sekarang ini kelebihan kamu mencukupkan kekurangan mereka, agar kelebihan mereka kemudian mencukupkan kekurangan kamu, supaya ada keseimbangan."(2Kor 8:14)
"Muliakanlah Tuhan dengan hartamu dan dengan hasil pertama dari segala penghasilanmu." (Amsal 3:9)
"Janganlah menahan kebaikan dari pada orang-orang yang berhak menerimanya, padahal engkau mampu melakukannya." (Amsal 3:27)
"Barangsiapa mempunyai harta duniawi dan melihat saudaranya menderita kekurangan tetapi menutup pintu hatinya terhadap saudaranya itu, bagaimanakah kasih Allah dapat tetap di dalam dirinya?" (1 Yohanes 3:17)
Saya Pastor Paroki Maria dari Gunung Karmel Tigalingga, atas nama Panitia Pembangunan dan semua umat, memohon bantuan uluran kasih/dana untuk pembangunan Gereja Paroki. Kami sangat membutuhkan berkat Tuhan lewat uluran tangan dari para donatur.
Kami berharap dan berdoa Para Saudara berkenan berbagi berkat Tuhan kepada kami untuk pembangunan Gereja ini yang adalah rumah Tuhan sendiri.
BRI 5379 Unit Tigalingga Sidikalang
No. Rekening : 5379-01-000112-50-8
Nama : PANITIA PEMBANGUNAN GEREJA KATOLIK.
ATAU
BCA KCU MEDAN
NO.0222053453.
Atas Nama : ADYTIA PERMANA P.
(Adytia Permana P. adalah Romo Adytia Permana Perangin-angin O.Carm. Beliau dulu bertugas di Paroki Tigalingga, juga mengawali pembangunan ini, namun sekarang beliau bertugas di Keuskupan Agung Medan sebagai ekonom.Beliau kami minta buka rekening di BCA khusus untuk pembangunan ini, karena di daerah kami tidak ada BCA.)
Kami sangat senang bila sudah mentransfer persembahan, bapak/ibu/saudara/saudari memberitahukan ke kami melalui:
E mail ke :.
parokimariagk3lingga@yahoo.com
atau di SMS ke:.
Romo Anton Manik O.Carm : 081370836645
Romo Willy O.Carm : 081333837433
Untuk lebih jelasnya permohnan kami ini, Para Saudara dapat melihatnya di sini.... Sehubungan dengan Gambar pembangunan dapat melihatnya di sini....
Demikian kiranya Permohonan ini kami sampaikan. Atas dukungan, doa dan bantuan Bapak, Ibu dan Para Saudara-Saudari, kami mengucapkan banyak terima kasih.Berkat Tuhan senantiasa menyertai kita semua. Amin.
HORMAT KAMI:
Pastor Antonius Manik O.Carm

VARIA PAROKI

REKOLEKSI DAN AKSI PANGGILAN TELAH TERLAKSANA DENGAN SANGAT BAIK ;"> "APA YANG KAMU CARI?" (Yoh 1:38).
Puji syukur pada Tuhan, karena Rekoleksi dan Aksi panggilan untuk siswa-siswi Katolik Usia SMP dan SMA se-paroki Tigalingga sudah terlaksana dengan sangat baik. Kegiatan ini dihadiri hampir 400 orang anak. Semuanya dapat terlaksana hanya karena berkat Tuhan. Terimakasih juga kami sampaikan kepada semua Saudara yang telah mendukung dan mendoakan kegaitan kami ini. Kegiatan ini dilaksanakan hanya dengan menggunakan dana partisipasi peserta dan swadaya paroki, karena tidak mendapatkan bantuan dari donatur manapun, namun karena berkat Tuhan dan doa para Saudara, semuanya dapat berjalan dengan sangat baik. Semoga dari antara anak-anak ini, kelak ada yang menjadi Imam dan biarawan-biarawati.
Photobucket
Tuhan memberkati kita.
Kegembiraan dan Persaudaraan
Photobucket
Hari Ulang tahun Romo Anton M.Carm yang seharusnya tanggal 15 Januari 2010, baru dirayakan hari Minggu Minggu 16 Januari 2011 lalu, bersama Romo-romo Karmel se-Dairi, bersama beberapa umat Paroki Tigalingga di Aula Paroki Tigalingga. Pada kesempatan itu, Rm. Bernad O.Carm, pastor paroki Sidikalang memberi kado ulang tahun yakni 20 sak semen untuk pembangunan Gereja dan Rm. Anton sendiri menyumbangkan semua hadiah ultah untuk pembangunan Gereja. Saat itu, hadiah uang yang diperoleh sebanyak Rp. 1.100.000,-. Lumayanlah untuk tambahan dana pembangunan Gereja. Trimakasih buat semuanya.
Saldo Pesta Pelantikan Pengurus Gereja dan Penerimaan Sakramen Krisma, 6-7 Nop. 2010.
Pada hari Kamis 18 Nopember 2010 telah diadakan Evaluasi dan pembubaran Panitia. Saldo dari kegiatan tersebut adalah Rp. 22.320.500 Acara ini dapat berjalan dengan baik karena partisipasi semua umat. Dana juga bisa Saldo karena umat menyumbangkan hasil-hasil pertanian mereka dengan harapan ada Saldo untuk pembangunan Gereja Paroki.Jadi selain dana partisipasi dari umat, juga umat menyumbangkan hasil pertanian yang dibutuhkan untuk mengurangi dana konsumsi. Syukur pada Tuhan, akhirnya memang ada saldo untuk dana pembangunan Gereja. Terimakasih kami ucapkan kepada semua umat Paroki, DPP, Para Panitia, Para Donatur dan siapa saja yang mendoakan dan mendukung kegitan ini. Yesus memberkati kita semua selalu. Amin.

RENUNGAN: MINGGU XXXI, 31 Oktober 2010

RENUNGAN:
MINGGU XXXI/C/2010
Keb 11:22-12:2 2 Tes 1:11-22 Luk19:1-10


PENGANTAR:
Seringkali orang untuk mencapai sesuatu yang merupakan keinginannya, rela melakukan apa saja. Seorang pejabat rela menjadi ‘budak’ atasan atau menjilat atasan, demi mendapatkan keinginannya. Lebih parah lagi, ada orang yang menjadi ‘budak setan’ demi beroleh kekayaan atau pangkat. Pada saat demikian orang bisa ‘melupakan’ harga dirinya dean bahkan ‘menjual’ harga dirinya sebagai pribadi yang bermartabat. Hanya sayang, hal ini hanya berlaku untuk mengejar hal yang duniawi.
Adapula kebiasaan yang terjadi yakni orang menyimpulkan sesuatu hal hanya berdasarkan pengalaman tertentu atau karena perilaku orang-orang tertentu. Tetapi hal itu menjadi berlaku secara umum, padahal belum tentu demikian adanya. Mialnya, karena ulah seseorang pejabat perpajakan yang koruptor, orang langsung mengambil kesimpulan bahwa yang kerja di instansi demikian, semuanya pasti koruptor. Bahkan mengatakanbahwa semua orang yang bekerja di instansi pemerintahan dianggap ‘bejat’, koruptor. Padahal belum tentu semuanya demikian, dan padahal pasti masih banyak orang yang punya hari tulus dan murni. Sehingga karena fenomena demikian, mereka langsung dihukum oleh banyak orang karena ulah orang-orang tertentu yang mengangap dirinya bersih dan baik. Padahal mungkin kita tidak melakukan seperti yang mereka lakukan, tetapi melakukan hal yang sama hanya bentuknya lain.

PERMENUNGAN
Kisah yang kita dengar hari ini sungguh menarik dan sungguh mewakili fenomena yang ada dalam kehidupan sekarang. Dalam injil yang kita dengar hari ini, ditampilkan seorang tokoh yang dianggap pendosa, orang yang disingkirkan karena pekerjaannya. Apakah memang dia seperti yang dianggap orang pada saat itu? Kita tidak tahu, yang jelas Zakeus dianggap orang berdosa, orang jahat dan harus disingkirkan dalam kehidupan bersama. Namun menarik bahwa Injil menceritakan bahwa dia mempunyai kerinduan hati yang mendalam, dia masih punya hati untuk sesuatu hal yang baik. Hal itu dinyatakan dengan meneritakan kerinduan dia untuk melihat Yesus, yang tentunya sudah dia dengar kabar berita tentang Yesus. Dalam hal ini, tidak sedikit orang yang mengatakan bahwa keinginan Zakeus untuk melihat Yesus bukan murni, hanya sekedar penasaran. Tapi menurut kami lebih dari sekedar penasaran saja, tetapi Zakeus masih memiliki benih-benih kebaikan dalam hatinya, dia masih punya hati untuk sesuatu hal yang baik. Kalau hal ini tidak ada, tentu dia tidak akan mau repot-repot memanjat pohon supaya bisa melihat Yesus. Coba kita banyangkan orang dewasa memanjat pohon dan bergelantungan di sana, di depan orang banyak hanya untuk melihat Yesus. Hal itukan tentu tidak wajar dan perbuatan yang memalukan. Namun ternyata hal yang ‘memalukan’ itu dilakukan oleh Yesus demi bisa melihat Yesus. Jelas ada kerinduan mendalam dalam diri Zakeus, sehingga dia melupakan harga dirinya, rasa malu. Kerinduan hatinya ini juga diketahui oleh Yesus, sehingga Yesus bukan hanya menyapa Zakeus supaya turun tetapi malah mengatakan bahwa Dia harus menginap di rumahnya. Kami yakin, Tuhan tahu bagaimana hati Zakeus sehingga tidak hanya menyapa tetapi malah mau tinggal dan makan di rumah zakeus yang dicap pendosa dan orang jahat.
Sikap Yesus ini memang aneh bagi pikiran orang-orang saat itu, juga tentu bagi kita sekarang ini. Karena biasanya ketika seseorang diberi cap jelak, cap itu tidak akan hilang dengan sendirinya, dan itu menyebabkan orang lain menyingkirkannya. Seorang napi, seringkali dianggap jahat dan harus ‘disingkirkan’ juga saat mereka bebas dari tahanan. Padahal, mungkin saja mereka masuk sel karena membela diri atau karena difitnah. Namun karena cap napi dianggap jahat sudah beredar dalam masyarakat dan berlaku umum, setiap napi itu dianggap jelak oleh orang-orang yang merasa baik. Oleh karena itulah, orang-orang saat itu begitu kaget dan protes ketika Yesus bertindah lain dari apa yang sudah berlaku umum. Sikap Yesus yang tidak ‘terikut-ikut’ dengan pandangan yang berlaku umum, dan sapaan Yesus yang penuh kasih ini, merupakan peristiwa luar biasa bagi zakeus dan ini mengubah hidupnya. Pertemuan dan merasakan cinta kasih Yesus, mampu mengubah semua hidupnya.
Injil yang kita dengarkan hari ini sungguh luar biasa indah. Apa yang dapat kita renungkan dari bacaan Injil hari ini?
Sebagaimana kami katakan dalam pengantar, seringkali orang dengan gampang mengorbankan harga dirinya untuk hal-hal duniawi, tetapi untuk hidup berimannya hal itu kurang tampak. Banyak diantara kita yang mengatakan sebagai orang beriman, tetapi tidak ada kerinduan dalam dirinya untuk ‘melihat’ dan bertemu dengan Yesus Tuhannya. Beriman seringkali dianggap hanya atribut belakan, bahkan hanya untuk mencari kesenangan. Dalam hal ini yang kami maksudkan adalah, orang demikian beragama atau menjalankan imannya, manakala dianggap menguntungkan dan tidak merasa sulit. Ketika dianggap sulit dan membutuhkan pengorbanan, mereka tidak menjalankannya. Sikap beriman juga harus tampak dalam kerinduan untuk melihat dan ‘bertemuan atau makan’ bersama dengan Yesus. Kerinduan itu tentu menuntut suatu sikap pengorbanan yang berani ‘melepaskan’ harga diri, kebanggaan diri. Melihat dan ingin bertemua dengan Yesus ini kita maksudkan dengan sikap kesungguhan untuk mengikuti Yesus Kristus. Dalam mengikuti Yesus Kristus, dari kita juga dituntut pengorbanan dalam arti harus berani melepas ‘kebanggaan-kebanggaan dunia yang ada pada kita’, dan bahkan harus berani tanpa rasa malu-malu mencari cara agar ‘melihat dan bertemua dengan Yesus’. Sehingga selama kita belum berkorban demi kerinduan itu, bisa dikatakan bahwa kita belum sungguh-sungguh beriman. Kesungguhan, kerinduan dan ketulusan kita untuk mengikuti Yesus akan membawa kita pada suatu suka cita merasakan cinta kasih Allah kita. Hal ini akan mengubah hidup kita. Nah, banyak orang mengatakan dirinya beriman, tetapi iman dan ‘pertemuannya’ dengan Yesus belum mengubah hidupnya seperti yang dikehendaki oleh Tuhan.
Hal lain yang bisa kita renungkan dan teladani adalah sikap Yesus yang tidak terikut-ikut dengan pandangan masyarakat yang belum tentu benar. Seringkali ketika kita mendengar cap jelak yang diberikan kepada seseorang, kitapun langsung mencap seseorang itu jelak dan kita singkirkan, padahal mungkin tidak demikian adanya. Mungkin kita juga dengan gampang memeri cap jelek kepada orang lain sehingga orang itu disingkirkan. Kita seringkali menganggap diri kita baik, karena kita tidak dipenjara, tidak terhukum atau tidak melakukan perbuatan jahat, padahal mungkin kita melakukan hal yang sama, hanya mungkin belum ketahuan orang atau bentuknya lain. Karena sikap itu, kita seringkali menganggap orang lain jahat dan harus disingkirkan, bahkan mungkin menyebarkannya kepada orang lain. Mari kita teladani sikap Yesus, memandang dan bergaul dengan manusia bukan menurut apa katak orang atau tidak terpengaruh dengan cap jelak yang diberikan oleh orang kepada seseorang. Yesus memandang zakeus demikian juga kita manusia sebagai anak-anakNya yang harus dikasihi dan diselamatkan. Kitapun dapat melakukan hal yang sama, dengan tidak dengan gampang mengangap orang lain jelek tetapi kita berani memandang orang lain sesame kita, anak-anak Allah yang mendambakan kasih dan juga harus diselamatkan. Mungkin kita tidak bisa bersikap seperti Yesus yang menyapa dan berteman dengan zakeus, yakni dengan menyapa dan bergaul dengan orang-orang yang ‘tersingkir’ atau disingkirkan’, tetapi paling tidak kita tidak membencin dan menyingkirkan mereka. Tetapi sebagai pengikut Kristus, kita tentunya ikut ‘mencari, menyapa dan bergaul’ dengan orang-orang yang disingkirkan. Banyak di lingkungan kita yang merasa tersingkir atau disingkirkan, beranikah kita mencari, menyapa dan bergaul dan pada akhirnya membantu mereka untuk kembali ke pangkuan Allah?

REFLEKSI PRIBADI:
1. Adakah kerinduan kita untuk ‘melihat dan bertemua’ dengan Yesus.
2. Apakah ‘pertemuan’ dan iman kita akan Yesus, sudah mengubah hidup kita?
3. Sudah adakah orang yang kita singkirkan dan sudah berapa orang?
4. Mari kita membawa cinta kasih Tuhan, kepada sesame yang ‘disingkirkan dan tersingkir’.

Pendidikan Agama Katolik untuk Siswa di Sekolah Non Katolik.

PENDIDIKAN IMAN KATOLIK SISWA-SISWI
Pendidikan iman Katolik bagi anak-anak yang sekolah Negeri atau swasta bukan katolik, tanggungjawab siapa?


"Seringkali terjadi anak-anak sudah berpisah dari orang tuanya atau keluarganya demi melanjutkan pendidikan. Mereka terpaksa tidak lagi satu rumah dengan orangtua mereka, dan orang tuapun ‘terpaksa’ melepas anak-anak mereka demi sekolah di tempat lain. Hal ini tentu demi pendidikan dan masa depan anak. Hanya seringkali yang memprihatinkan adalah pendidikan iman anak-anak. Pada umumnya di daerah pedesaan, anak-anak tinggal di tempat kost atau kost di rumah orang atau keluarga yang bukan katolik. Tentu hal ini akan berdampak bagi pendidikan dan penghayatan iman katolik anak. Kerap terjadi anak-anak menjadi ‘terikut’ dengan iman tempat mereka kost. Belum lagi pada umumnya anak-anak yang melanjutkan sekolah di sekolah Negeri, seringkali tidak ada pendidikan atau guru agama katolik, sehingga anak-anak Katolik digabung dengan anak-anak dari Gereja lain, dan mereka mengikuti pendidikan agama Protestan. Tetapi anehnya, ketika ujian akhir kepada mereka disuguhi ujian materi agama katolik. Selama pendidikan mereka mendapat pendidikan agama protestan, tetapi ketika ujian mereka diberi materi Katolik, tentu merepotkan mereka, sehingga tentu nilai agama dalam rapot jadi jelek. Pihak sekolah sendiri nampaknya tidak peduli dengan hal ini, dan seakan-akan tidak peduli dengan iman anak-anak katolik. Seringkali alasan yang diberikan adalah karena anak-anak katolik jumlahnya sedikit sehingga ‘rugi’ mencari guru honor untuk pendidikan agama Katolik untuk anak-anak yang katolik. Memang di sisi lain, seringkali kita kesulitan dalam tenaga pendidikan agama katolik untuk sekolah-sekolah di pedesaan. Sekarang ini orang berlomba-lomba mengajar di perkotaan. Saya rasa bukan karena tidak banyak lulusan dari sekolah pendidikan agama katolik, tetapi mungkin mereka hanya mengkhususkan diri mendidik anak-anak perkotaan.
Hal lain yang dapat kita temui adalah bahwa kalaupun di sekolah tertentu ada pendidikan agama Katolik dan ada gurunya, tetapi seringkali pendidikan agama hanya sebagai sampingan, sambilan dibandingkan dengan kurikulum lain. Sering kami temua bahwa pendidikan agama katolik dilakukan pada jam-jam kosong saja, misalnya hari tertentu setelah jam pelajaran selesai. Hal ini tentu kurang mendukung dan kurang baik, Karena anak-anak sudah lapar, lelah dan seharusnya sudah pulang tetapi ‘seakan terpaksa’ mengikuti pelajaran agama Katolik. Ada pula yang terjadi mereka disatukan dalam suatau ruangan ‘aula’ atau sebenarnya bukan local yang layak untuk tempat pembelajaran. Semuanya ini, tanpa sadar menanamkan kepada benak anak, bahwa pendidikan Agama Katolik itu hanya sambilan, hal yang kurang penting, bukan suatu kebutuhan dalam hidup.
Demikian kiranya gambaran singkat dari situasi pendidikan Agama Katolik bagi anak-anak kita yang menjalani pendidikan di sekolah sekolah negeri dan mereka tinggal kost. Apakah orang tua pernah mempertimbangkan dan memikirkan hal ini? Orang tua kerapkali kurang memperhatikan hal ini, mereka hanya taunya anaknya sekolah. Apakah pendidikan agama mereka terjamin atau tidak, mereka kurang perhatian. Anak-anak yang sekolah di sekolah yayasan Katolik, mungkin hal ini kuran menjadi persoalan. Persoalan ini seringkali ada bila anak-anak sekolah di sekolah negeri. Selain kenyataan itu, bisa dikatakan hampir semua anak-anak yang melanjutkan sekolah di sekolah negeri dan tinggal kost, tidak ke Gereja pada hati Minggu. Jadi komplit sudah keprihatinan atas pendidikan iman Katolik anak-anak kita. Ini tanggungjawab siapa? Dari kenyataan ini, kita tidak usah heran bila kita tidak memiliki banyak Generasi Gereja kita yang militant. Kita juga tidak usah heran bila banyak anak-anak katolik yang akhirnya berpaling ke agama atau ke gereja lain. Ini adalah keprihatinan kita bersama.
Atas dasar inilah, makanya di paroki Tigalingga diadakan misa khusus untuk siswa-siswa Katolik yang sekolah di negeri. Kegiatan itu diadakan setiap Sabtu malam pada akhir bulan. Pesertanya adalah anak-anak katolik dari SMP Negeri 1, SMP Swasta Nusantara, SMA negeri 1 dan SMA Swasta Nusantara. Kegiatan ini baru dimulai dan sampai saat ini, banyak anak yang hadir, walaupun belum semuanya. Kegiatan yang diadakan adalah Misa bersama di Gereja dan setelah itu diadakan pembinaan atau menonton bersama di Aula paroki. Anak-anak yang kost, menginap di Aula paroki. Paroki bersama guru agama mereka masih mencoba dan berusaha mencari format yang pas, sehingga anak-anak mempunyai kerinduan untuk berkumpul dan juga pembinaan dan pendidikan Iman Katolik yang tidak mereka dapatkan, mereka peroleh dalam kegiatan tersebut. Kami mencoba dan akan berusaha. Kami yakin pengalaman ini, juga pasti dailami para orang tua dan terjadi di paroki-paroki lain. Sehingga lewat coretan ini, kami hanya mau berbagi dan sekaligus mengajak kita bermenung bersama sehubungan dengan pendidikan agama katolik bagi generasi Gereja kita. Sekian, semoga Tuhan memberkati kita semua.

MINGGU BIASA XXXI: 31 Oktober 2010 (BAHASA TOBA)

MINGGU BIASA XXXI: 31 Oktober 2010
HARI MINGGU
Keb 11:22-12:2, Mzm 145;1-2,8-9, 10-11,13cd-14, 2Tes 1:11-2:2, Luk 19:1-10
“Ai na ro do Anak ni jolma i mangalului jala paluahon na mago.”


Dung i dibongoti, laos dibolus Ibana ma huta Jeriko. Jadi adong ma disi sahalak, induk ni angka sijalo beo, na margoar Sakeus; na mora do ibana. Dipangido rohana, naeng idaonna rupa ni Jesus; alai ndang tarbahensa siala natorop i, ai pardaging na metmet ibana. Gabe marlojong ibana tu jolo, dipanaek ma hau galagala sada, anggiat diida Ibana, ai i do dalan sibolusonna. Dung sahat tusi, mamereng ma Jesus tu ginjang, laos ninna ma mandok ibana: O Sakeus, hatop ma ho mijur, ai ingkon sorang Ahu tu jabumi sadari on!Jadi hatop ma ibana mijur; las rohana manjangkon Jesus.Marnida i marungutungut ma nasida sude, mandok: Na sorang do Ibana hape tu halak sipardosa! Gabe ro ma si Sakeus, didok ma tu Tuhan i: Olo, Tuhan, satonga ni angka artangki ma hulehon tu angka na pogos; jala ia adong na huangati, siopat lompit ma hupaulak.Jadi didok Jesus ma tu ibana: Dapotan tua do pangisi ni jabu on sadari on, ai pinompar ni si Abraham do nang ibana.Ai na ro do Anak ni jolma i mangalului jala paluahon na mago.

BACAAN MINGGU BIASA XXXI ; 31 Oktober 2010 (BAHASA KARO)

MINGGU BIASA XXXI : 31 Oktober 2010
HARI MINGGU
Keb 11:22-12:2, Mzm 145;1-2,8-9, 10-11,13cd-14, 2Tes 1:11-2:2, Luk 19:1-10
“Sabap Anak Manusia si isuruh Dibata reh guna nelamatken kalak si papak."

Jesus bengket ku kuta Jeriho janah terus Ia erdalan mentasi kota e. I bas kota e lit me sekalak kepala pengalo cuke, gelarna Sakeus. Ia bayak. Ia merincuh kal ngidah ise kin Jesus e. Tapi la idahna perbahan nterem kal jelma arah lebena dingen ia pe gendek ka. E maka kiam ia ngelebei jelma si nterem e, jenari inangkihna batang kayu, guna ngenehen Jesus si mentas arah dalan e.Asum Jesus seh i bas ingan e, itatap Jesus ku datas janah nina man Sakeus, "O Sakeus pedasken nusurken! Sabap sendah kesilang ateKu i rumahndu." Minter nusur Sakeus janah ialo-alona Jesus alu ermeriah ukur. Tapi jungut-jungut kalak si nterem ngidah si e nina, "Kesilang Ia i rumah kalak perdosa." Tapi tedis Sakeus janah nina man Tuhan, "Setengah i bas erta-ertangku kubereken man kalak musil; janah adi lit kalak enggo kutipu, kuulihken man bana empat kali lipat." Ngaloi Jesus nina, "I bas wari enda enggo reh keselamaten man isi jabu enda. Kam pe kesusuren Abraham kap. Sabap Anak Manusia si isuruh Dibata reh guna nelamatken kalak si papak."

BACAAN BAHASA INDONESIA : 31 Oktober 2010

MINGGU 31 Oktober 2010
HARI MINGGU
BIASA XXXI
Keb 11:22-12:2, Mzm 145;1-2,8-9, 10-11,13cd-14, 2Tes 1:11-2:2, Luk 19:1-10

“Sebab Anak Manusia datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang."

Yesus masuk ke kota Yerikho dan berjalan terus melintasi kota itu. Di situ ada seorang bernama Zakheus, kepala pemungut cukai, dan ia seorang yang kaya. Ia berusaha untuk melihat orang apakah Yesus itu, tetapi ia tidak berhasil karena orang banyak, sebab badannya pendek. Maka berlarilah ia mendahului orang banyak, lalu memanjat pohon ara untuk melihat Yesus, yang akan lewat di situ. Ketika Yesus sampai ke tempat itu, Ia melihat ke atas dan berkata: "Zakheus, segeralah turun, sebab hari ini Aku harus menumpang di rumahmu." Lalu Zakheus segera turun dan menerima Yesus dengan sukacita. Tetapi semua orang yang melihat hal itu bersungut-sungut, katanya: "Ia menumpang di rumah orang berdosa."
Tetapi Zakheus berdiri dan berkata kepada Tuhan: "Tuhan, setengah dari milikku akan kuberikan kepada orang miskin dan sekiranya ada sesuatu yang kuperas dari seseorang akan kukembalikan empat kali lipat." Kata Yesus kepadanya: "Hari ini telah terjadi keselamatan kepada rumah ini, karena orang ini pun anak Abraham. Sebab Anak Manusia datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang."

Renungan : Sabtu 30 Okto 2010

30 Okt - Ef 6:1-9; Luk 14:1, 7-11
"Kerendahan hati dan kesederhanaan, adalah keutamaan kristiani!"
(Flp 1:18b-26,Luk 14:1, 7-11)


Pada suatu hari Sabat Yesus datang ke rumah salah seorang pemimpin dari orang-orang Farisi untuk makan di situ. Semua yang hadir mengamat-amati Dia dengan saksama. Karena Yesus melihat, bahwa tamu-tamu berusaha menduduki tempat-tempat kehormatan, Ia mengatakan perumpamaan ini kepada mereka: "Kalau seorang mengundang engkau ke pesta perkawinan, janganlah duduk di tempat kehormatan, sebab mungkin orang itu telah mengundang seorang yang lebih terhormat dari padamu, supaya orang itu, yang mengundang engkau dan dia, jangan datang dan berkata kepadamu: Berilah tempat ini kepada orang itu. Lalu engkau dengan malu harus pergi duduk di tempat yang paling rendah. Tetapi, apabila engkau diundang, pergilah duduk di tempat yang paling rendah. Mungkin tuan rumah akan datang dan berkata kepadamu: Sahabat, silakan duduk di depan. Dan dengan demikian engkau akan menerima hormat di depan mata semua tamu yang lain. Sebab barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan."
demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

Permenungan:
Sekarang ini begitu menjamur ‘sekolah-sekolah tinggi’ yang menjamin lulusan akan mendapat gelar, bahkan menjadi akan ‘cepat lulus’. Sehingga tidak jarang seseorang baru kuliah beberapa tahun, sudah wisuda dan mendapat gelar S1 atau S2 atau S3. Ada pula yang menawarkan gelar HC. Semua ini merupakan gambaran hidup sekarang ini yang ‘gila’ akan hormat dan pangkat/gelar. Sehingga bisa saja dalam nama seseorang bayak gelar yang menggantung. Kadang saya berpikir, kapan dia itu berkarya dan memberi waktu kepada keluarga kalau selama hidup hanya sekolah-sekolah untuk mendapatkan gelar. Jadi permenungan kita, ‘Apakah gelar, kehormatan yang diberikan kepada seseorang hal itu menunjukkan mutu seseorang? Rasanya secara umum orang menganggap gelar, kehormatan dsb, dianggap sebagai kebanggan dan mutu seseorang. Ituah pikiran manusia sekarang ini sehingga orang berlomba untuk mendapat gelar, mengejar kehormatan, kedudukan dan seakan berlomba untuk mempertahankan nama baik. Saat ini, banyak orang yang menganggap dirinya ‘penting’, terhormat’ dan harus disanjung-sanjung.
Sabda Yesus hari ini, rasanya beda dengan paham yang hidup dalam kehidupan kita. Gelar dan pangkat, atau sesuatu penampilan luar yang seringkali kita perjuangan dan kejar, itu tidaklah menunjukkan mutu seseorang apalagi di hadapan Tuhan. Apa yang dikatakan oleh Yesus dalam warta gembira ini, merupakan hal yang benar dan sekaligus mengingatkan kita bahwa pikiran Tuhan tidak seperti pikiran kita. Perumpamaan yang diberikan oleh Yesus sungguh menarik. Coba kita bayangkan, kalau kita merasa diri kita terhormat, sehingga ketika menghadiri sebuah pesta langsung menempati tempat terhormat, padahal ada undangan yang lebih terhormat dari kita dan tempat itu disediakan bagi dia. Tentu tuan rumah ‘akan mengusir’ kita, sehingga tentu rasa malu yang akan kita tanggung. Sehingga lebih ‘aman’ seperti yang dikatakan oleh Yesus, bersikap rendah hati dan sederhana. Tetapi sikap ini hendaknya menjadi sikap batin dan prinsip hidup kita. Justru dengan sikap hidup demikian, kita mengaayati hidup iman bahwa semua yang kita miliki adalah anugerah Tuhan, sehingga tidak perlu untuk disombongkan. Sikap batin demikian juga akan melahirkan hidup yang bermutu dan bahkan justru kita akan mendapat hormat dari banyak orang. Tetapi hal itu kita hanyati bukan untuk mencari hormat, tetapi karena itulah sikap batin kita. Nah, beranikah kita bersikap rendah hati dan hidup sederhana?

Renungan : Jumat, 29 Oktober 2010

Jumat, 29 Oktober 2010
Luk 14 : 1 – 6

KASIH: HAL UTAMA DALAM HIDUP

Pada suatu hari Sabat Yesus datang ke rumah salah seorang pemimpin dari orang-orang Farisi untuk makan di situ. Semua yang hadir mengamat-amati Dia dengan saksama.Tiba-tiba datanglah seorang yang sakit busung air berdiri di hadapan-Nya.Lalu Yesus berkata kepada ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi itu, kata-Nya: "Diperbolehkankah menyembuhkan orang pada hari Sabat atau tidak?" Mereka itu diam semuanya. Lalu Ia memegang tangan orang sakit itu dan menyembuhkannya dan meyuruhnya pergi. Kemudian Ia berkata kepada mereka: "Siapakah di antara kamu yang tidak segera menarik ke luar anaknya atau lembunya kalau terperosok ke dalam sebuah sumur, meskipun pada hari Sabat?" Mereka tidak sanggup membantah-Nya.Demikianlah warta gembira bagi kita hari ini.


Permenungan:
Kenyataan berbicara kepada kita bahwa seringkali kita berusaha mengamat-amati rekan kerja kita dengan tujuan menemukan kesalahan dan kemudian kesalahan itu menjadi dasar untuk menjatuhkan rekan kita tersebut. Bahkan kita seringkali berusaha untuk menjebak rekan kita supaya jatuh dalam sebuah kesalahan.
Fakta yang seperti ini juga dialami Yesus pada masa hidup dan karya-Nya. Lukas, penulis Injil, mengisahkan salah satu peristiwa yang terjadi dalam hidup Yesus. Yesus masuk ke rumah salah seorang pemimpin kaum Farisi karena diundang makan. Semua yang hadir di situ mengamat-amati Yesus, kalau-kalau Dia melakukan suatu kegiatan yang tidak diperbolehkan oleh Hukum dan kebiasaan Yahudi. Tentunya kaum Farisi sudah menyiapkan cara untuk menjebak Yesus. Ketika Yesus berada di situ, tiba-tiba datang kepada-Nya seorang yang sakit busung air. Yesus tahu apa yang dipikirkan oleh kaum Farisi. Maka, Yesus bertanya kepada mereka: “Apakah diperbolehkan menyembuhkan orang pada hari Sabat?” Ternyata pertanyaan ini tidak bisa dijawab oleh mereka. Dikisahkan oleh St Lukas: “Mereka semua diam!” Yesus kemudian menyembuhkan orang yang sakit busung air tersebut. Dan setelah itu Yesus bertanya lagi kepada mereka: “Siapakah diantara kamu yang tidak segera menarik keluar anaknya atau lembunya kalau terperosok ke dalam sebuah sumur, meskipun pada hari Sabat?”
Kisah ini mengajarkan kepada kita tentang satu hal yang sangat penting dan paling utama untuk diamalkan dalam hidup kita, yakni KASIH. Kenyataan menjebak atau mencari kesalahan orang lain tidak akan ada kalau kita mengedepankan penghayatan akan cinta kasih dalam hidup dan karya kita. Semua hukum yang berlaku harus berada dibawah hukum cinta kasih. Cinta kasih adalah segala-galanya bagi kita murid-murid Kristus.

Indahnya Keheningan Batin

INDAHNYA KEHENINGAN

PENGANTAR:

Judul ini mungkin terasa aneh dan sulit untuk diwujudkan mengingat hidup yang sekarang ini penuh dengan keramaian, baik itu keramaian dari luar diri sendiri dan terutama keramaian yang ada dalam diri sendiri. Menciptakan keheningan dengan menghindari keramaian dari luar diri sendiri, itu gampang yakni pergi ke tempat sunyi, yah misalnya tempat sunyi jauh dari keramaian kota, tetapi jangan ke hutan liar, ntar malah tersesat atau malah dimangsa binatang liar. Tetapi mengupayakan keheningan dengan artian terlepas dari keramaian dari dalam diri, itu yang rada sulit. Ini yang kita namakan dengan keheningan batin, di mana kita mengalami kesendirian, berada hanya diri kita sendiri yang polos di hadapan Tuhan.
Keheningan batin ini rasanya semakin langka atau sulit kita wujudkan mengingat tuntutan hidup yang semakin berat, yang menuntut perjuangan, menuntut perhatian yang banyak, keterlibatan total dan sebagainya. Bahkan mungkin sebagian orang menganggap keluar sejenak dari kehidupan, aktifitas sehari-hari untuk tinggal dalam keheningan, itu adalah sesuatu yang sia-sia, membuang-buang waktu. Sebab ada istilah yang mengatakan, ‘kehilangan waktu semenit, sejam dan sehari, itu sama halnya kehilangan kesempatan dalam hidup’. Benarkah kita tidak membutuhkan keheningan dalam hidup ini dan benarkah bahwa tidak bisa lagi diupayakan keheningan dalam hidup yang sekarang? Mari kita jawab dalam hati kita masing-masing.

APA YANG KITA CARI DALAM HIDUP?
Dalam coretan ini yang mau kita bagi adalah sehubungan dengan keheningan batin. Memang benar bahwa hidup yang sekarang semakin berat, menuntut suatu perjuangan, keterlibatan total supaya tidak ketinggalan, agar dapat bersaing dan agar dapat ‘bertahan hidup’. Bahkan seakan waktu 24 jam dirasa kurang untuk hidup kita. Hal ini tidak bisa kita pungkuri. Namun mungkin hal yang perlu kita renungkan adalah:
1. Apakah dengan hidup demikian bukan menjadikan diri kita ‘budak’ dari waktu, pekerjaan dan hidup dunia ini?
2. Apakah dengan hidup demikian, kita menemukan kebahagiaan yang sejati?
3. Apa sebenarnya yang kita cari dalam hidup ini? Apakah hal itu bisa kita temukan bila hanya dengan hidup demikian?

MENGAPA HENING ITU SULIT?
Tidak sedikit orang sebenarnya membutuhkan keheningan batin dalam hidupnya dan ingin berusaha memberi waktu untuk tinggal dalam keheningan batin. Namun hal itu sulit karena begitu banyaknya keinginan yang tidak teratur dalam pikiran mereka. Pikiran yang tidak teratur yang kita maksudkan adalah rencana yang begitu banyak, hasrat, niat, harapan, angan-angan dan ambisi yang lumayan besar. Memang benar bahwa kita harus punya perencanaan, keinginan, harapan dalam hidup ini. Namun semunya tentu harus berpijak dalam ‘dunia nyata’ diri kita. Yang seringkali terjadi semuanya itu tidak realistis, tidak sesuai dengan apa yang kita butuhkan dan memang perlu dalam hidup kita. Untuk itu kita berlu berani bersyukur atas berkat dan apa yang sudah kita terima dan berani berkata cukup. Selama kita belum berani bersyukur dan berkata ‘cukup’, kita tidak akan bisa masuk dalam keheningan batin. Pikiran kita akan selalu dipenuhi dengan ‘rencana proyek besar’ dalam hidup kita. Kalau semuanya dapat terwujud, tentu menambah kebahagiaan. Namun bukan rahasia, tidak semua yang kita rencanakan, yang kita inginkan atau harapkan pasti akan terwujud, karena kita manusia biasa, punya keterbatasan diri dan hidup bersama orang lain. Bahayanya, bila terlalu banyak angan-angan dan hal itu tidak terwujud, bisa membuat orang ‘salah kamar’. Hal ini tentu tidak ada orang yang mengharapkannya.
Selain hal di atas, mungkin orang juga merasa bahwa dirinya membutuhkan keheningan atau sejenak tinggal dalam keheningan. Namun setelah masuk dalam keheningan mereka mengalami suatu ketakutan dalam dirinya. Memang saat kita menyediakan waktu untuk sejenak berhening diri, di mana yang ada adalah diri kita seutuhnya, atau berpusat pada kedirian kita, saat itu kita pasti akan menemukan banyak kelemahan dalam diri kita. Hal ini bisa terjadi karena memang kecenderungan kita adalah lebih mudah melihat kekurangan dalam diri kita. Kalau sekiranya kita diminta menuliskan apa kekurangan dan kelebihan dalam diri kita, pasti kolom yang paling banyak terisi adalah kolom kekurangan. Dari kenyataan ini, seakan diri kita tidak mempunyai kelebihan yang dapat dibanggakan dan yang bisa membuat kita bertahan dalam hidup kita. Dalam keheningan atau kesendirian itu, kita pasti menemukan siapa diri kita yang sebenarnya dan hal ini bisa membuat kita takut masuk dalam keheningan atau kesendirian, hal ini pula bisa membuat kita frustrasi karena akhirnya sadar bahwa kita adalah manusia lemah dan sarat dalam kekurangan. Tetapi frustrasi atau ketakukan terjadi karena kalau kita tidak sadar diri, tidak mengenal diri kita sebenarnya siapa. Ini yang dikatakan oleh orang sebagai gambaran orang yang belum dewasa. Padahal dengan mengetahui diri atau fondasi yang ada pada dirinya, seseorang dapat merencanakan suatu hal yang real yang mendarat dengan situasinya dan bisa tahu yang apa perlu dan berguna bagi hidupnya. Tetapi hal ini sulit, karena seringkali kita mengingkari kelemahan dan kekurangan yang ada pada diri kita. Nah karena takut akan hal itu, orang seringkali menjadi takut pula masuk dalam ‘ke keheningan batin’ atau ‘kesendirian diri’.

PERLU KAH KEHENINGAN ITU?
Apapun alasan kita untuk menolak atau menghindar dari kekehingan batin, mari kita dengan jujur mengakui bahwa kita membutuhkan keheningan terutama keheningan batin tersebut. Kita perlu menarik diri keluar sejenak dari keramaian baik yang dari luar diri kita maupun yang ada dalam diri kita. Kita perlu masuk dalam keheningan terutama keheningan batin. Namun memang juga perlu disadari, situasi dan lingkungan sangat mendukung untuk masuk dalam keheningan batin yang sejati. Maka perlu mengupayakan suasana hening, jauh dari keramaian sekitar. Apakah kita bisa keluar dari kesibukan setiap hari? Apakah kita bisa keluar dari keramaian luar? Apakah kita bisa keluar sejenak dari ‘tuntutan pekerjaan’ atau tuntutan hidup? Jawabannya adalah BISA…PASTI BISA. Kita membuat rencana besar dan mewujudkannya saja bisa, apalagi hanya memberi waktu sejenak keluar dari kehidupan atau kesibukan sehari-hari dan masuk ke dalam keheningan. Hal ini kan tidak terlalu membutuhkan biaya besar, tenaga dan pemikiran yang begitu ekstra, yang diperlukan adalah kemauan..kemauan. Oleh karena itu kemauan dan usaha merupakan modal utama. Kalau kita memang mau, kita bisa mengupayakan tempat, waktu dan bentuk yang tepat, cocok dan penting buat kita.

DALAM KEHENINGAN KITA BERADA HANYA BERSAMA DIRI SENDIRI DAN TUHAN
Dalam aktifitas setiap hari, kita tentu bertemu dengan banyak orang, berpikir tentang banyak hal, baik itu rekan atau orang lain dan banyak rencana-rencana. Karena begitu banyak yang kita pikirkan, mungkin kita tidak sadar bahwa salam satu hari bisa saja kita tidak pernah memikirkan diri kita atau kebutuhan terdalam bagi diri kita dan juga tidak pernah memikirkan Tuhan’. Tanpa sadar, kita hanyut dalam suatu rutinitas hidup dan ini pasti akan menimbulkan rasa bosan, jenuh dan terasa hampa. Rasa ini bisa membuat orang ‘lari mencari’ sesuatu yang kurang. Hanya sayang sering orang tidak tahu apa yang dia cari, apa yang dia butuhkan, sehingga mencari ke tempat yang tidak benar dan akhirnya tidak menemukan apa-apa yang dicari dan dibutuhkan.
Dalam keheningan batin yang didukung oleh keheningan situasi sekeliling, kita hadir dengan dengan semua kedirian kita, hanya kita sendiri dalam arti seluruh hidup kita hanya terarah pada diri sendiri, kita menghadirkan diri kita di hadapan Tuhan, bersama Tuhan yang mengasihi kita, yang memberi kita hidup. Kita coba melihat diri kita seutuhnya tanpa ditutupi atau dipoles kesombongan, rencana-rencana atau atribut-atribut yang selama ini kita banggakan. Apa yang kita temukan dan bagaimana reaksi kita? Tergantung sikap batin kita masing-masing. Namun apapun yang kita temukan, kita memiliki suatu keyakinan, bahwa Tuhan yang memberi kita hidup, pasti Tuhan punya rencana indah atas hidup kita dan Dia yang akan menyempurnakannya. Dengan demikian, kita tidak perlu takut dan gelisah bila masuk dalam ‘kesendirian atau keheningan’.

KEHENINGAN ADALAH BELAJAR UNTUK DISIPLIN DIRI
Kita mungkin bisa dengan mudah menghindar dan menolak godaan-godaan dari luar diri kita. Tetapi menolak dan menghindari godaan dari dalam diri kita, itu jauh lebih sulit. Dalam keheningan, kita melatih pikiran supaya lebih terarah dan melatih lidah kita agar tidak selalu berkata-kata. Dalam hidup sehari-hari, mungkin kalau kita sadari dengan jujur, lidah dan pikiran kita mendominasi hidup kita. Mari kita renungkan, berapa menit kita beri kesempatan bagi telinga kita untuk mendengar dengan sungguh-sungguh apa yang kita butuhkan dan apa yang harus kita lakukan dan terutama mendengar suara Tuhan, kehendak Tuhan bagi hidup kita? Dalam keheningan kita memberi kesempatan untuk telinga untuk mendengar dan melatih pendegaran kita terutama mendengar dengan hati dan iman.

DALAM KEHENINAN, KITA MAU MENDENGAR KEHENDAK TUHAN
Sebagai orang beriman, tentu kita ingin setia melaksanakan kehendak Tuhan. Namun persoalannya, kita tentu kita tidak tahu dengan pasti apa kehendak Tuhan kepada kita dan bagi kita. Bagaimana kita bisa melaksanakan kehendak Tuhan, kalau kita sendiri tidak mau mendengar dia berbicara kepada kita. Bagaimana kita mau mendengar kalau kita tidak pernah memberi waktu untuk mendengar, kita hanya sibuk bergerak, pikiran sibuk dengan rencana-rencana besar ataupun ambisi.
Suara Tuhan itu halus, lembut yang kalah dengan hingar binger dan propaganda dunia. Dalam keheningan itulah kita mau mencoba mendengar kehendak Tuhan bagi kita. Kita tidak usah terlalu bermimpi untuk mendengar suara atau kehendak Tuhan bagi kita dengan ‘teriakanNya’ yang gampang kita dengar, atau lewat ‘pewahyuan’. Dalam keheningan melatih pendengaran untuk mendengar kehendak Tuhan, itu berarti kita memberi waktu seutuhnya untuk Tuhan, tidak bercabang dan tidak terbagi-bagi dengan hal-hal duniawi. Tuhan tidak meminta banyak waktu, tetapi Tuhan mengharapkan kesungguhan hati kita. Berapa sih waktu yang sudah kita habiskan untuk Tuhan dibandingkan dengan waktu yang kita habiskan untuk urusan hidup dunia kita?

DALAM KEHENINGAN KITA BUKAN MAU MENCARI ‘KESIBUKAN BARU’
Maksud dari masuk dalam keheningan terutama bukan untuk menghindari keramaian atau persoalan hidup, tetapi berusaha masuk pada inti kehidupan kita, kedirian kita dan terutama mau tinggal bersama Tuhan. Ini bukan hal yang gampang. Kadang kala ketika orang sulit masuk dan bertahan dalam keheningan itu, orang lari pada kativitas membaca buku-buku rohani. Hal ini baik juga, tetapi kurang tepat dan sesuai dengan tujuan dari keheningan yang kita upayakan dan perjuangkan sebagaimana kita katakana di atas. Hindarkanlah aktivitas membaca buku-buku rohani bila masuk dalam keheningan, karena hal itu bisa menghalangi perjumpaan kita dengan Tuhan dan menghalangi kita mendengar kehendak Tuhan atas diri kita. Sangat lebih bagus bila berdoa atau membaca kitab Suci pada waktu yang demikian. Oleh karena itulah kita katakana, dalam keheningan kita bukan mencari kesibukan baru.

DALAM dan LEWAT KEHENINGAN KITA MEROLEH SEMANGAT DAN KEKUATAN BARU, HIDUP YANG LEBIH BERBOBOT
Seringkali kita hidup bukan di atas dan dalam diri kita sendiri, tetapi di atas dan dalam angan-angan, rencana atau bahkan ambisi pribadi serta baying-bayang ketakutan ataupun tuntutan orang lain. Mungkin kita pernah menyadari dan mengalaminya. Nah, sampai kapan kita hidup dalam keadaan demikian? Kalau kita bertahan dalam situasi demikian, tidak usah heran kalau suatu saat kita akan mengalami kebosanan dan kegagalan. Dalam keheningan yang kita upayakan dan jalankan dengan sebaik-baiknya, kita masuk dalam suatu penemuan” penemuan diri seutuhnya, penemuan rencana, kehendak yang tepat dan berguna untuk hidup kita dan teristimewa ‘penemuan’ Allah dan kehendakNya pada dan bagi kita.

MASIH BUTUHKAH KITA AKAN KEHENINGAN
Singkat kata dari corat soret ini adalah suatu permenungan bersama kita. Masih perlukah keheningan itu bagi Anda. Beranikah kita masuk dalam keheningan?

Renungan : Kamis, 28 Oktober 2010

Kamis, 28 Oktober 2010
Luk 6 : 12 – 19
(Pesta St. Simon dan Yudas Rasul)
PILIHAN ALLAH

"
Pada waktu itu pergilah Yesus ke bukit untuk berdoa dan semalam-malaman Ia berdoa kepada Allah.Ketika hari siang, Ia memanggil murid-murid-Nya kepada-Nya, lalu memilih dari antara mereka dua belas orang, yang disebut-Nya rasul:Simon yang juga diberi-Nya nama Petrus, dan Andreas saudara Simon, Yakobus dan Yohanes, Filipus dan Bartolomeus,Matius dan Tomas, Yakobus anak Alfeus, dan Simon yang disebut orang Zelot,Yudas anak Yakobus, dan Yudas Iskariot yang kemudian menjadi pengkhianat.
Demikianlah Warta Injil bagi kita hari ini.

Permenungan:
Yesus adalah Tuhan, Putera Allah yang lahir ke dunia untuk menebus dosa manusia. Untuk mencapai misi-Nya, Yesus memilih 12 orang untuk menjadi rasul-rasul-Nya. Ada Simon yang diberi-Nya nama Petrus, dan Andreas saudara Simon, Yakobus dan Yohanes, Filipus dan Bartolomeus, Matius dan Tomas, Yakobus anak Alfeus, dan Simon yang disebut orang zelot, Yudas anak Yakobus, dan Yudas Iskariot yang kemudian menjadi pengkhianat. Pilihan Yesus ini sangat menarik dan membawa kita kepada pertanyaan reflektif: “Mengapa Yesus memilih mereka?” Munculnya pertanyaan ini memiliki dasar dan alasan yang cukup kuat karena pilihan Yesus jatuh pada orang-orang biasa. Para rasul bukan dari kalangan orang kaya, bukan juga orang yang terkenal, dan juga bukan orang yang memiliki pengaruh dalam masyarakat. Mereka sama sekali tidak memiliki latar belakang pendidikan yang khusus. Mereka semua adalah rakyat jelata.
Menilik pada kenyataan ini, kita tentu akan mengambil kesimpulan bahwa ternyata karya Yesus tidak terletak pada orang-orang besar, yang memiliki pengaruh yang luas dalam masyarakat, tetapi terletak pada tangan orang-orang biasa, yang sama sekali tidak memiliki pengaruh dalam kehidupan bermasyarakat. Bagi kita ini adalah hal yang luar biasa. Tuhan Yesus memilih orang-orang sederhana, orang-orang biasa yang kemudian berubah menjadi manusia luar biasa. Kita tentu ingat akan sosok Ibu Teresa dari Kalkuta. Seorang suster yang mengabdikan hidupnya di tempat yang tidak terjamah orang-orang besar dan berpengaruh, tersembunyi diantara orang-orang yang menderita kelaparan dan berpenyakitan. Ibu Teresa dari Kalkuta bukanlah ahli Teologi atau ahli Kitab Suci yang diundang kemana-mana untuk memberikan rekoleksi dan retret. Dia adalah sosok sederhana yang kemudian mengajarkan banyak hal yang merupakan ajaran Yesus kepada dunia.
Ternyata para rasul adalah manusia-manusia sederhana yang sama sekali tidak memiliki pengaruh yang luas di tengah kehidupan masyarakat dipiih Yesus untuk mewartakan ajaran-Nya. Kita semua adalah orang-orang yang biasa yang juga dipilih Yesus untuk mewartakan sabada-Nya di tempat kerja kita masing-masing baik dalam kata maupun tindakan.

Renungan : Rabu 27 Oktober 2010

(Ef 6:1-9; Luk 13:22-30)
"Berjuanglah untuk masuk melalui pintu yang sesak itu!"


"Kemudian Yesus berjalan keliling dari kota ke kota dan dari desa ke desa sambil mengajar dan meneruskan perjalanan-Nya ke Yerusalem. Dan ada seorang yang berkata kepada-Nya: "Tuhan, sedikit sajakah orang yang diselamatkan?" Jawab Yesus kepada orang-orang di situ: "Berjuanglah untuk masuk melalui pintu yang sesak itu! Sebab Aku berkata kepadamu: Banyak orang akan berusaha untuk masuk, tetapi tidak akan dapat. Jika tuan rumah telah bangkit dan telah menutup pintu, kamu akan berdiri di luar dan mengetok-ngetok pintu sambil berkata: Tuan, bukakanlah kami pintu! dan Ia akan menjawab dan berkata kepadamu: Aku tidak tahu dari mana kamu datang. Maka kamu akan berkata: Kami telah makan dan minum di hadapan-Mu dan Engkau telah mengajar di jalan-jalan kota kami. Tetapi Ia akan berkata kepadamu: Aku tidak tahu dari mana kamu datang, enyahlah dari hadapan-Ku, hai kamu sekalian yang melakukan kejahatan! Di sanalah akan terdapat ratap dan kertak gigi, apabila kamu akan melihat Abraham dan Ishak dan Yakub dan semua nabi di dalam Kerajaan Allah, tetapi kamu sendiri dicampakkan ke luar. Dan orang akan datang dari Timur dan Barat dan dari Utara dan Selatan dan mereka akan duduk makan di dalam Kerajaan Allah. Dan sesungguhnya ada orang yang terakhir yang akan menjadi orang yang terdahulu dan ada orang yang terdahulu yang akan menjadi orang yang terakhir." (Luk 13:22-30), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.
Setiap hendak melanjutkan pendidikan ke Perguruan tingga, setiap anak yang hendak melanjutkan ke jenjang pendidikan dan juga para orang tua pasti akan mempersiapkan segala sesuatu yang perlu. Selain itu juga pasti gelisah apakah nanti bisa masuk perguruan tinggi yang diinginkan atau tidak. Orang yang merasa kurang pintar mempersiapkannya dengan sungguh-sungguh, ada pula karena merasa pintar, jadi tenang-tenang saja. Selain persiapan belajar, orang tua juga persiapkan biaya untuk pembiaan, uang kuliah bila lulus dan juga ada yang persiapkan ‘uang sogok’ bila anaknya gak lulus dan siapa tahu bisa nyogok. Pada saat pengumuman, jelas pasti ada yang gak lulus dan ada yang lulus. Mungkin yang sungguh persiapan pasti lulus, walau tentu ada juga yang gak lulus, yang tidak mempersiapkan diri karena anggap enteng, merasa udah pintar besar kemungkinan tidak lulus. Fenomena lain juga, pasti ada upaya sogok menyogok bias masuk pada unversitas tertentu.
Dalam pengalaman di atas, di satu sisi kita semua mengiyakan pendapat bahwa untuk mencapai dan memperoleh sesuatu yang lebih besar, lebih tinggi, lebih baik dibutuhkan suatu perjuangan dan pengorbanan. Keingingan tidak cukup hanya sebatas angan-angan tetapi menuntut perjuangan keras. Hanya disisi lain, manusia zaman sekarang ini meninginginkan seuatu yang lebih baik tetapi menolak usaha, kerja keras atau pengorbanan. Sekarang ini orang selalu ingin semuanya secara instan dan kalau boleh menyogok pun jasi.
Mental demikianpun tidak jarang sudah merasuki dalam kehidupan beriman. Sadar atau tidak sadar kita semua mengharapkan hidup bahagia terutama pada kehidupan kekal, tetapi kita ‘menolak’ jalan perjuangan untuk mencapainya. Tidak sedikit orang ingin instan untuk hidup kekal dan bahkan seakan kalau boleh nyogok Tuhan dengan memberi sumbangan ini, sumbangan itu dengan berpikir supaya masuk surge, bukan karena ingin berbuat baik dengan tulus. Ada pula orang yang berpikir dan udah puas hanya beragama dan itu sudah cukup dianggap ‘tiket’ masuk surga. Ada pula yang merasa bangga, berpuas diri karena udah katolik dari leluhurnya dan itu jadi jaminan.
Hari ini pola piker yang demikian diobrak-abrik Yesus. Pola pikir demikian tidak sesuai dengan pola piker Tuhan sendiri. Yesus mengharapkan iman hendaknya berbuah dalam kehidupan dan perbuatan nyata, yang terutama Nampak dalam perbuatan cinta kasih kepada sesame. Untunglah Tuhan tidak bisa disogok, kalau sekiranya bisa disogok, wah surga hanya milik orang-orang kaya saja.
Jadi semua kita dipanggil untuk masuk dalam kebahagiaan surge, dan semua tanpa kecuali harus melalui jalan sebagaimana yang diamanatkan oleh Tuhan, tidak ada jalan pintas dan bahkan kita harus siap menempuh jalan ‘yang sulit’. Tetapi barang siapa yang setia, dia akan sampai pada tujuan yakni kebahagiaan surge, dan barang siapa yang tidak setia, dia akan sampai pada tujuan yang tidak kita kehendaki, yakni ‘neraka’, suatu tempat yang ada hanya penderitaan yang tidak berkesudahan. Dua tujuan ini sudah pasti, sekarang tergantung kita, tujuan mana yang hendak kita tempuh. Amin.

Renungan Selasa : 26 Oktober 2010

Selasa : 26 Okt 2010 (Ef 5:21-33; Luk 13:18-21)
"Kita hendaknya membawa damai dalam hidup dan kebahagiaan bagi sesama "

"Maka kata Yesus: "Seumpama apakah hal Kerajaan Allah dan dengan apakah Aku akan mengumpamakannya? Ia seumpama biji sesawi, yang diambil dan ditaburkan orang di kebunnya; biji itu tumbuh dan menjadi pohon dan burung-burung di udara bersarang pada cabang-cabangnya." Dan Ia berkata lagi: "Dengan apakah Aku akan mengumpamakan Kerajaan Allah? Ia seumpama ragi yang diambil seorang perempuan dan diadukkan ke dalam tepung terigu tiga sukat sampai khamir seluruhnya." (Luk 13:18-21), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Dalam kunjungan ke Gereja stasi minggu kemarin, ada satu keluarga umat yang berasal dari kampung sebelah sekitar 5 kilometer dari Gereja stasi. Beliau bercerita bahwa di tempatnya hanya keluarga mereka yang Katolik, walaupun sebenarnya ada beberapa perantau yang pulang kampung dulunya katolik, tetapi karena di kampung itu tidak ada katolik, mereka jadi bergabung dengan Gereja Protestan yang ada di situ. Jadi hanya tinggal merekalah yang setia tetap Katolik walaupun mereka harus bergabung dengan umat katolik di kampung lain. Sabda Yesus hari ini rasanya cocok bagi keluarga ini dan sekaligus menjadi suatu penegasan bagi mereka bahwa walaupun mereka sendiri tetap mendapat tugas dan perutusan supaya tetap hidup dalam iman mereka. Bukan berarti karena minoritas dan tidak ada Gereja katolik, orang wajar bila tidak menghayati imannya dan bergabung atau bahkan berpaling dari imannya. Tetapi berapakah yang seperti itu dalam hidup sekarang ini?
Seringkali terjadi dengan alasan sebagai kelompok minoritas, menjadi alasan untuk tidak hidup dalam imannya. Seringkali juga terjadi dengan alasan di tempat tinggal tidak ada Gereja Katolik, dan ini menjadi alasan untuk ‘bergabung’ dengan Gereja yang ada di tempatnya pada hari Minggu dan hari-hari biasa, baru ketika baptisan atau perkawinan mereka , dan kematian, mereka datang ke Gereja Katolik dan mengaku diri Katolik. Adapula yang menggap menjadi orang kristiani hanyalah urusan di dalam Gereja atau ketika ibadah saja, sedangkan dalam kehidupan sehari-hari iman kristiani mereka ‘ditanggalkan’ dan berbaur dengan yang mayoritas dan kehidupan dunia.
Atas semuanya itu, warta Gembira hari ini menjadi suatu jawaban bagi kita. Warta Gembira hari ini mengajarkan bahwa semua orang kristiani di manapun dan kapanpun serta dalam jumlah besar atau kecil harus tetap hidup sebagai orang kristiani yang sejati. Dalam hal ini Yesus mengatakan bahwa kita hendaknya hidup sebagai ragi yang dicampurkan dalam tepung. Kita orang kristiani memang harus didup dalam dunia bersama dengan orang lain, tetapi hendaknya bukan berarti kehilangan identitas kita sebagai orang kristiani. Dengan menghayati iman kristiani, kita memberi warta tersendiri dan bahkan berusaha menjadi hidup itu lebih baik dan lebih indah. Kita tidak usah minder karena minoritas dan juga tidak usah terlalu berpikir untuk melakukan suatu perubahan besar dalam kehidupan bersama orang lain. Kesetiaan kita menghayati iman kristiani yang mungkin hanya bisa melakukan hal yang kecil, tetapi bila kita lakukan dengan penuh iman, hal itu akan menjadi suatu ‘besar’ karena Tuhan sendiri yang akan mengubahnya menjadi sesuatu yang besar. Untuk itu kita harus senantiasa bersatu dan bekerjasama dengan Tuhan sendiri, agar yang kecil yang kita lakukan diubah Tuhan menjadi yang besar.
Refleksi hari ini:
1. Tetaplah setia menjadi orang kristiani hari ini.
2. Berusahalah agar hidup kekristenan membawa damai, hidup yang penuh harapan dan kebahagiaan sehingga banyak orang yang merindukan kehadirannya dan ingin bernaung di dalamnya.

Renungan : Senin 25 Oktober 2010

Senin 25 Oktober 2010(Ef 4:32-5:8; Luk 13:10-17)

"Hai ibu, penyakitmu telah sembuh."

Pada suatu kali Yesus sedang mengajar dalam salah satu rumah ibadat pada hari Sabat. Di situ ada seorang perempuan yang telah delapan belas tahun dirasuk roh sehingga ia sakit sampai bungkuk punggungnya dan tidak dapat berdiri lagi dengan tegak. Ketika Yesus melihat perempuan itu, Ia memanggil dia dan berkata kepadanya: "Hai ibu, penyakitmu telah sembuh." Lalu Ia meletakkan tangan-Nya atas perempuan itu, dan seketika itu juga berdirilah perempuan itu, dan memuliakan Allah. Tetapi kepala rumah ibadat gusar karena Yesus menyembuhkan orang pada hari Sabat, lalu ia berkata kepada orang banyak: "Ada enam hari untuk bekerja. Karena itu datanglah pada salah satu hari itu untuk disembuhkan dan jangan pada hari Sabat." Tetapi Tuhan menjawab dia, kata-Nya: "Hai orang-orang munafik, bukankah setiap orang di antaramu melepaskan lembunya atau keledainya pada hari Sabat dari kandangnya dan membawanya ke tempat minuman? Bukankah perempuan ini, yang sudah delapan belas tahun diikat oleh Iblis, harus dilepaskan dari ikatannya itu, karena ia adalah keturunan Abraham?" Dan waktu Ia berkata demikian, semua lawan-Nya merasa malu dan semua orang banyak bersukacita karena segala perkara mulia, yang telah dilakukan-Nya." (Luk 13:10-17),
demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

Perbuatan cinta kasih yang dilakukan oleh Yesus sungguh luar biasa. Dia tidak pernah menunggu untuk berbuat baik, tidak pernah mengenal tempat dan bahkan tidak takut kepada orang lain ataupun berani melanggar aturan umum yang dibuat manusia demi melakukan perbuatan baik. Lebih menarik lagi, perembuan yang sedang sakit itu tidak meminta supaya disembuhkan oleh Yesus, tetapi Yesus tahu kerinduan hati wanita itu, Yesus tahu apa yang sangat dia butuhkan dan rindukan selama ini. Sehingga walaupun dia tidak memintanya secara langsung kepada Yesus, Yesus menyembuhkannya.
Lewat Injil hari ini tentu menjadi suatu pencerahan bagi kita akan cinta kasih Yesus yang senantiasa bekerja dan menyertai kita kapanpun. Seringkali kita kurang percaya akan kasih dan berkat Tuhan pada zaman sekarang ini. Seakan-akan kita merasa bahwa kasih, mukjizat Allah tidak lagi bekerja sekarang ini, telah dikalahkan oleh kemajuan zaman. Keraguan ini semakin besar karena seringkali kita merasa doa-doa kita seakan tidak dikabulkan oleh Tuhan. Dalam injil tadi wanita itu tidak meminta langsung, tetapi Yesus tahu apa yang sangat dirindukannya, apa yang sangat dia perlukan. Demikianpun halnya mau dikatakan kepada kita, tidak ada yang bisa membatasi Allah untuk melimpahkan berkatnya kepada kita. Allah sanggup melakukan perbuatan besar kepada kita pada waktu kapanpun, dimanapun dan Allah akan selalu mencarai jalan untuk menyalurkan kasihNya kepada kita. Dia juga tahu apa yang kita butuhkan. Hanya seringkali kedosaan dan kekurang percayaan kita yang jadi pengahalang cinta dan berkatNya. Dan yang seringkali juga terjadi, kita kurang percaya kepada Dia bahwa Dia akan memberikan yang terbaik kepada kita sehingga kita meminta ini itu, padahal tidak perlu untuk hidup kita. Sehingga manakala tidak sesuai harapan kita, kita langsung kecewa dan tidak percaya. Hari ini kita diajak percaya sepenuhnya kepada Yesus, dan percaya bahwa Dia akan senantiasa membariakan apa yang perlu dan yang terbaik kepada kita sehingga kita belajar menyerahkan seluruh hidup kita kepada-Nya.
Hal lain yang menjadi permenungan kita adalah meneladan sikap Yesus, yang tidak menunda berbuat baik kepada sesama kita. Allah sudah berbuat baik kepada kita, kitapun harus melakukan hal yang sama kepada sesame kita. Janganlah kiranya kita beragama tetapi tidak mengayati dan mengamalkannya dalam hidup. Singkatnya mari kita meneladan sikap Yesus bukan sikap orang-orang Farisi tersebut. Amin.
Reflekasi hari ini:
1. Adakah kita pernah menyadari perbuatan cinta Tuhan yang sungguh luar biasa dalam hidup ini?
2. Perbuatan baik apa yang kira-kira akan Anda lakukan kepada sesame pada hari ini?

 
Maka hendaklah sekarang ini kelebihan kamu mencukupkan kekurangan mereka, agar kelebihan mereka kemudian mencukupkan kekurangan kamu, supaya ada keseimbangan! (2Kor 8:14)