Pembangunan Gereja Paroki Tigalingga

Pembangunan Gereja Paroki sedang berlangsung. Kami sangat mengarapkan uluran kasih para Saudara untuk membantu.

Gotong Royong Pembangunan Gereja

Tidak ada kata yang bisa melukiskan pengalaman indah pada waktu gotong royong pengecoran lantai 2 bangunan Gereja selain, suatu keyakinan bahwa semuanya dapat terlaksana adalah karena MUKJIJZAT ALLAH BEKERJA.

Pengecoran Lantai Panti Imam Gereja

Pengecoran Lantai 2 bangunan Gereja ini dilakukan pada hari Selasa, 30 Agustus 2011 yang lalu. Luas yang dicor adalah 19 m x 24 m. Hujan yang mengguyur tidak menyurutkan semangat umat.

Kerjasama Imam dan Umat

Uskup emeritus KAM, Mgr. A.G.Pius Datubara OFM.Cap, datang berkunjung ke Paroki dan memberi semangat pada umat dalam pembangunan Gereja Paroki. Para pastor juga ikut berkerja bersama umat dalam pembangunan Gereja.

Misa Tridentin: Warisan Liturgi Yang Dipertahankan

HIDUPKATOLIK.com - Paus Benediktus XVI mengeluarkan Surat Apostolik Summorum Pontificum yang menjamin penggunaan Misa Tridentin...

Pembinaan Para Pengurus Gereja

Tidak sedikit umat katolik yang kerap menganggap bahwa Liturgi adalah sekedar perayaan wajib biasa yang dilaksanakan pada hari minggu.

Pertemuan Ibu-Ibu dan Pesta Pelindung Paroki

Pertemuan para ibu se-paroki telah terlaksana pada hari Kamis-Sabtu, 15 s/d 16 Juli 2011. Pertemuan ini mengundang semua ibu katolik yang ada di paroki untuk hadir dalam pertemuan/pembinaan para ibu katolik dan juga segaligus menjalin kebersamaan para ibu. Penutupan pertemuan sikaligus Pesta Pelindung Paroki.

Pembinaan Asmika se-Paroki

Biarkanlah anak-anak datang kepada-Ku; inilah yang menjadi tema dari pertemuan dan pembinaan minggu gembira yang telah berlangsung dengan sangat baik.

Mudika Ambil bagian dalam pembangunan Gereja Paroki

Mudika paroki tidak mau berpangku tangan melihat pembangunan Gereja paroki. Para mudika juga ambil bagian dengan mengumpulkan kerikil di sungai.

Pengecoran Lantai Balkon Gereja (Bagian 1)

Umat dari lingkungan paroki dan juga dari beberapa stasi kembali bekerja sama dengan bergotong royong membangun gereja paroki. Untuk kali ini, umat bergotong royong men-cor lantai balkon bangunan Gereja.

Pengecoran Lantai Balkon Gereja (Bagian 2)

Allah peduli. Karena kepedulian Allah atas pembangunan rumah-Nya ini, maka kami kamipun peduli dan bisa melanjutkan pembangunanini. Kepedulian Allah kami rasakan juga lewat kepedulian para Saudara.

Pengecoran Lantai Balkon Gereja (Bagian 3)

Mari kita memuliakan Tuhan, tidak hanya dengan kata2 indah, tetapi dengan perbuatan nyata dengan rela berkorban.

Pertemuan akhir Tahun 2011 Pengurus Gereja se-Paroki

Para pengurus Gereja adalah ‘ujung tombak’ Gereja khususnya di stasi-stasi. Peran para pengurus Gereja ini sangat sentral dalam kehidupan Gereja di stasi-stasi.

Gua Maria dan Menyambut Hari Raya Natal

Persiapan menyambut hari Raya Natal 25 Desember 2011.

Rahmat dan Perlindungan Tuhan

Pastor Anton Manik O.Carm selamat dari kecelakaan mobil masuk jurang.

Rekoleksi dan Aksi Panggilan

Biarkanlah anak-anak datang kepada-Ku.

Pesan Prapaskah Kepausan 2012

"Kita Tidak Boleh Diam Saja terhadap Kejahatan" "Marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih dan dalam pekerjaan baik" (Ibr. 10:24).

Pembangunan Gereja Santo Petrus Stasi Rante Besi

Dalam kemiskinan, kesederhanaan, umat membangunan Gereja. Meraka tidak memiliki uang, tetapi mereka memiliki harapan dan iman pada Tuhan.

Misa Perdana Pastor Andreas Korsini Lamtarida Simbolong O.Carm

Puji Syukur pada Tuhan, karena berkat-Nya, misa Perdana Pastor Andreas Lamtarida Simbolon O.Carm bersama 4 Pastor Karmel yang baru ditahbiskan, dapat terlaksana dengan baik pada hari Rabu 31 Oktober 2012 di Stasi Gundaling 1, paroki Maria dari gunung Karmel Tigalingga.

Bakti Sosial : Pengobatan Gratis

Dalam Rangka Menyongsong Jubileum Gereja Katolik di Dairi dan Pakpak Bharat, diadakan bakti Sosial Pengobatan Gratis di Paroki Maria dari Gunung Karmel Tigalingga, pada 9 Desember 2012 yg lalu. Puji syukur pada Tuhan, kegiatan ini berlangsung dengan sangat memuaskan.

Mari Berbagi Berkat Tuhan

 photo UskupEmeritusKAMMgrPiusDautabra.jpg Photobucket

MENDAMBAKAN BERKAT TUHAN

SYALOM...SELAMAT DATANG.
"Maka hendaklah sekarang ini kelebihan kamu mencukupkan kekurangan mereka, agar kelebihan mereka kemudian mencukupkan kekurangan kamu, supaya ada keseimbangan."(2Kor 8:14)
"Muliakanlah Tuhan dengan hartamu dan dengan hasil pertama dari segala penghasilanmu." (Amsal 3:9)
"Janganlah menahan kebaikan dari pada orang-orang yang berhak menerimanya, padahal engkau mampu melakukannya." (Amsal 3:27)
"Barangsiapa mempunyai harta duniawi dan melihat saudaranya menderita kekurangan tetapi menutup pintu hatinya terhadap saudaranya itu, bagaimanakah kasih Allah dapat tetap di dalam dirinya?" (1 Yohanes 3:17)
Saya Pastor Paroki Maria dari Gunung Karmel Tigalingga, atas nama Panitia Pembangunan dan semua umat, memohon bantuan uluran kasih/dana untuk pembangunan Gereja Paroki. Kami sangat membutuhkan berkat Tuhan lewat uluran tangan dari para donatur.
Kami berharap dan berdoa Para Saudara berkenan berbagi berkat Tuhan kepada kami untuk pembangunan Gereja ini yang adalah rumah Tuhan sendiri.
BRI 5379 Unit Tigalingga Sidikalang
No. Rekening : 5379-01-000112-50-8
Nama : PANITIA PEMBANGUNAN GEREJA KATOLIK.
ATAU
BCA KCU MEDAN
NO.0222053453.
Atas Nama : ADYTIA PERMANA P.
(Adytia Permana P. adalah Romo Adytia Permana Perangin-angin O.Carm. Beliau dulu bertugas di Paroki Tigalingga, juga mengawali pembangunan ini, namun sekarang beliau bertugas di Keuskupan Agung Medan sebagai ekonom.Beliau kami minta buka rekening di BCA khusus untuk pembangunan ini, karena di daerah kami tidak ada BCA.)
Kami sangat senang bila sudah mentransfer persembahan, bapak/ibu/saudara/saudari memberitahukan ke kami melalui:
E mail ke :.
parokimariagk3lingga@yahoo.com
atau di SMS ke:.
Romo Anton Manik O.Carm : 081370836645
Romo Willy O.Carm : 081333837433
Untuk lebih jelasnya permohnan kami ini, Para Saudara dapat melihatnya di sini.... Sehubungan dengan Gambar pembangunan dapat melihatnya di sini....
Demikian kiranya Permohonan ini kami sampaikan. Atas dukungan, doa dan bantuan Bapak, Ibu dan Para Saudara-Saudari, kami mengucapkan banyak terima kasih.Berkat Tuhan senantiasa menyertai kita semua. Amin.
HORMAT KAMI:
Pastor Antonius Manik O.Carm

VARIA PAROKI

REKOLEKSI DAN AKSI PANGGILAN TELAH TERLAKSANA DENGAN SANGAT BAIK ;"> "APA YANG KAMU CARI?" (Yoh 1:38).
Puji syukur pada Tuhan, karena Rekoleksi dan Aksi panggilan untuk siswa-siswi Katolik Usia SMP dan SMA se-paroki Tigalingga sudah terlaksana dengan sangat baik. Kegiatan ini dihadiri hampir 400 orang anak. Semuanya dapat terlaksana hanya karena berkat Tuhan. Terimakasih juga kami sampaikan kepada semua Saudara yang telah mendukung dan mendoakan kegaitan kami ini. Kegiatan ini dilaksanakan hanya dengan menggunakan dana partisipasi peserta dan swadaya paroki, karena tidak mendapatkan bantuan dari donatur manapun, namun karena berkat Tuhan dan doa para Saudara, semuanya dapat berjalan dengan sangat baik. Semoga dari antara anak-anak ini, kelak ada yang menjadi Imam dan biarawan-biarawati.
Photobucket
Tuhan memberkati kita.
Kegembiraan dan Persaudaraan
Photobucket
Hari Ulang tahun Romo Anton M.Carm yang seharusnya tanggal 15 Januari 2010, baru dirayakan hari Minggu Minggu 16 Januari 2011 lalu, bersama Romo-romo Karmel se-Dairi, bersama beberapa umat Paroki Tigalingga di Aula Paroki Tigalingga. Pada kesempatan itu, Rm. Bernad O.Carm, pastor paroki Sidikalang memberi kado ulang tahun yakni 20 sak semen untuk pembangunan Gereja dan Rm. Anton sendiri menyumbangkan semua hadiah ultah untuk pembangunan Gereja. Saat itu, hadiah uang yang diperoleh sebanyak Rp. 1.100.000,-. Lumayanlah untuk tambahan dana pembangunan Gereja. Trimakasih buat semuanya.
Saldo Pesta Pelantikan Pengurus Gereja dan Penerimaan Sakramen Krisma, 6-7 Nop. 2010.
Pada hari Kamis 18 Nopember 2010 telah diadakan Evaluasi dan pembubaran Panitia. Saldo dari kegiatan tersebut adalah Rp. 22.320.500 Acara ini dapat berjalan dengan baik karena partisipasi semua umat. Dana juga bisa Saldo karena umat menyumbangkan hasil-hasil pertanian mereka dengan harapan ada Saldo untuk pembangunan Gereja Paroki.Jadi selain dana partisipasi dari umat, juga umat menyumbangkan hasil pertanian yang dibutuhkan untuk mengurangi dana konsumsi. Syukur pada Tuhan, akhirnya memang ada saldo untuk dana pembangunan Gereja. Terimakasih kami ucapkan kepada semua umat Paroki, DPP, Para Panitia, Para Donatur dan siapa saja yang mendoakan dan mendukung kegitan ini. Yesus memberkati kita semua selalu. Amin.

RENUNGAN HARI MINGGU BIASA PEKAN XXVIII MINGGU 9 Oktober 2011

RENUNGAN HARI MINGGU BIASA PEKAN XXVIII
MINGGU 9 Oktober 2011
Yes 25:6-10a, Mzm 23:1-3a,3b-4,5,6, Flp 4:12-14,19-20, Mat 22:1-14

BACAAN INJIL: Mat 22:1-14

“ Siapa saja yang kamu jumpai, undanglah ke pesta nikah ini.”

Lalu Yesus berbicara pula dalam perumpamaan kepada mereka: "Hal Kerajaan Sorga seumpama seorang raja, yang mengadakan perjamuan kawin untuk anaknya. Ia menyuruh hamba-hambanya memanggil orang-orang yang telah diundang ke perjamuan kawin itu, tetapi orang-orang itu tidak mau datang. Ia menyuruh pula hamba-hamba lain, pesannya: Katakanlah kepada orang-orang yang diundang itu: Sesungguhnya hidangan, telah kusediakan, lembu-lembu jantan dan ternak piaraanku telah disembelih; semuanya telah tersedia, datanglah ke perjamuan kawin ini. Tetapi orang-orang yang diundang itu tidak mengindahkannya; ada yang pergi ke ladangnya, ada yang pergi mengurus usahanya, dan yang lain menangkap hamba-hambanya itu, menyiksanya dan membunuhnya. Maka murkalah raja itu, lalu menyuruh pasukannya ke sana untuk membinasakan pembunuh-pembunuh itu dan membakar kota mereka. Sesudah itu ia berkata kepada hamba-hambanya: Perjamuan kawin telah tersedia, tetapi orang-orang yang diundang tadi tidak layak untuk itu. Sebab itu pergilah ke persimpangan-persimpangan jalan dan undanglah setiap orang yang kamu jumpai di sana ke perjamuan kawin itu. Maka pergilah hamba-hamba itu dan mereka mengumpulkan semua orang yang dijumpainya di jalan-jalan, orang-orang jahat dan orang-orang baik, sehingga penuhlah ruangan perjamuan kawin itu dengan tamu. Ketika raja itu masuk untuk bertemu dengan tamu-tamu itu, ia melihat seorang yang tidak berpakaian pesta. Ia berkata kepadanya: Hai saudara, bagaimana engkau masuk ke mari dengan tidak mengenakan pakaian pesta? Tetapi orang itu diam saja. Lalu kata raja itu kepada hamba-hambanya: Ikatlah kaki dan tangannya dan campakkanlah orang itu ke dalam kegelapan yang paling gelap, di sanalah akan terdapat ratap dan kertak gigi. Sebab banyak yang dipanggil, tetapi sedikit yang dipilih."

RENUNGAN:
Pada umumnya bila seorang pejabat besar atau orang kaya berpesta, pasti banyak yang diundang dan banyak pula orang yang berusaha untuk hadir pada pesta tersebut. Bahkan mungkin orang yang diundang, berusaha untuk mendapatkan undangan pada pesta itu, atau mengaku diri diundang pada pesta itu. Sebab menghadiri pesta seorang pejabat atau orang kaya, dianggap suatu kebanggaan, menaikkan harga diri, karena itu pasti akan mengabadikan diri pada saat pesta itu. Juga selain itu, pasti ada niat tertentu dalam menghadiri undangan itu, yakni siapa tahu kelak mendapat sesuatu dari jabatan atau kekeyaan orang yang berpesta.

Namun suatu hal yang aneh terjadi dalam pesta pernikahan dalam perumpamaan dalam Injil hari ini. Yesus mengumpamakan kerajaan Allah seperti seorang raja yang mengadakan pesta pernikahan untuk anaknya. Raja itu mengundang rekan-rekannya untuk menghadiri pesta itu. Namun apa yang terjadi? Dari semua undangan yang dia harapkan tidak ada yang hadir, padahal semua makanan yang enak-enak sudah dipersiapkan demikian juga dengan acara sudah dipersiapkan. Lebih tragis lagi, bahwa yang diundang bukan hanya tidak peduli dengan undangan itu lalu sibuk dengan pekerjaannya, tetapi malah menangkap hamba-hamba raja itu, menyiksanya dan membunuhnya. Para undangan itu sungguh keras kepala dan jahat, mereka bukan hanya tidak menghargai undangan raja itu, tetapi malah menghina raja itu dengan memukul dan membunuh para utusan raja itu. Sikap mereka membuat raja itu marah dan lalu menyuruh pasukannya ke sana untuk membinasakan pembunuh-pembunuh itu dan membakar kota mereka.

Penolakan para undangan tidak membuat raja itu membatalkan atau membubarkan pesta. Maka raja itu menyuruh hamba-hambanya untuk mengundang siapa saja untuk hadir ke pestanya, untuk menikmati hidangan yang telah dipersiapkannya. Maka raja itu menyuruh hamba-hamba itu ke persimpangan-persimpangan jalan dan mengundang setiap orang yang mereka jumpai di sana ke perjamuan kawin itu. Maka pergilah hamba-hamba itu dan mereka mengumpulkan semua orang yang dijumpainya di jalan-jalan, orang-orang jahat dan orang-orang baik, sehingga penuhlah ruangan perjamuan kawin itu dengan tamu. Namun raja itu melihat bahwa ada undangan yang tidak mengenakan pakaian pesta. Itu dia anggap sebagai penghinaan, tidak menghormati raja dan pesta itu. Memang sikap raja ini terasa aneh karena dia tersinggung dan bahkan menghukum undangan yang tidak mengenakan pakaian pesta itu. Padahal jelas dia yang mengundang dan menyuruh hamba-hambanya mengundang siapa saja di persimpangan jalan sehingga jelas-jelas orang itu tidak punya persiapan untuk mengganti bajunya dengan pakaian pesta. Memang secara logika manusiawi kemarahan raja itu sulit kita mengerti. Maka perumpamaan ini harus kita mengerti dengan baik.

Perumpamaan ini menggambarkan kepada kita bahwa raja yang mengadakan pesta pernikahan adalah Allah sendiri yang mengadakan perjamuan sukacita di surga. Allah sudah menyediakan segala sesuatu untuk semua yang akan masuk ke dalam kerajaan surga, di sana ada sukacita berlimpah. Allah menghendaki semua orang untuk masuk ikut pada perjamuan itu, oleh karena itu Allah mengundang manusia. Allah mengundang kita lewat para utusan dan Gereja-Nya. Namun kiranya banyak orang sering tidak menanggapi undangan Tuhan kepada kita, kita sibuk dengan pekerjaan kita, dan malah ada pula yang menolak undangan dengan membunuh utusan Allah. Memang membunuh yang dimaksudkan bukan hanya dalam bentuk pembunuhan fisik, tetapi bisa dengan sikap mencela atau menghina para utusan, misalnya saat para pengurus Gereja atau Gereja mengajak kita ikut dalam undangan Tuhan, orang malah mengatakan, “Untuk apa ke Gereja, untuk apa beriman?” atau dengan kata-kata lain, yang mana hal itu seringkali bisa menjadi melemahkan iman para utusan. Namun kita harus ingat bahwa orang yang menolak undangan Tuhan, hidup mereka akan berakhir pada kebinasaan. Maka baiklah kita menanggapi undangan Tuhan.

Para Saudara yang dikasihi Tuhan, penolakan orang-orang atas tawaran dan undangan Tuhan kepada manusia untuk ikut masuk menikmati perjamuan surgawi, tidak membuat Tuhan membatalkan atau membubarkan pesta perjamuan surga. Allah tetap rindu, menghendaki kita masuk dalam perjamuan itu. Maka Tuhan selalu dan kapanpun mengundang kita semua. Perjamuan dan undangan Tuhan nyata dalam perayaan hari Minggu, khususnya dalam perayaan ekaristi. Dalam perayaan ekaristi, Tuhan sendiri telah menyediakan perjamuan itu dan menyediakan makanan untuk kita. Makanan rohani yang dipersiapkan Tuhan adalah Yesus sendiri yang mengorbankan diri dan menjadi roti kehidupan bagi kita. Namun apa yang terjadi? Kita seringkali menolak undangan Yesus untuk menghadiri perjamuan itu. Kita menolak undangan Yesus kepada kita untuk menghadiri perjamuan pada hari Minggu khususnya dalam perayaan Ekaristi, dengan berbagai alasan, misalnya sibuk bekerja di ladang, apalagi sekarang lagi musim tanam, menolak menghadiri ekaristi atau ibadat hari Minggu karena lagi musim panen, atau karena ada pesta keluarga, pesta tetanggan atau karena lagi ada tamu yang datang ke rumah. Bahkan mungkin ada dari antara kita yang malah memukul, membunuh utusan yakni dengan mengkritik atau menghina para pengurus Gereja.

Mungkin kita menanggapi undangan Tuhan, tetapi kita tidak mengenakan pakaian pesta. Mengenakan pakaian pesta yang dimaksudkan bukanlah dalam arti pakaian yang kita kenakan. Tetapi yang dimaksudkan adalah iman. Kita mungkin menghadiri undangan Tuhan, kita hadir dalam perayaan ekaristi, tetapi kita tidak mengenakan iman. Bisa jadi kita menghadiri ekaristi atau perayaan hari Minggu, hanya karena kewajiban saja. Ada yang menghadiri perjamuan Tuhan, tetapi hatinya tidak hadir, hati dan pikirannya sibuk pada bisnis atau sibuk bersms ria selama perjamuan.

Pakaian pesta yang dimaksudkan adalah iman yang hidup. Kita menanggapi undangan Tuhan menjadi pengikut-Nya, namun iman kita itu tidak hidup. Iman yang hidup adalah iman yang bukan hanya dalam perayaan liturgi saja, tetapi iman yang tampak nyata dalam perilaku hidup yang baik sesuai dengan kehendak Allah. Iman yang hidup tampak dalam kasih sebagaimana Yesus adalah kasih. Maka kita mengenakan pakaian pesta yakni kasih seperti kasih Allah kepada manusia. Singkat kata, pakaian pesta yang dimaksudkan oleh perumpamaan ini adalah iman yang hidup. Sehingga jelaslah menanggapi undangan Tuhan untuk masuk dalam perjamuan surga atau untuk ikut dalam perjamuan sruga, tidak cukup hanya menanggapi undangan Tuhan dengan menjadi pengikut-Nya atau dengan dibaptis. Tetapi undangan Tuhan kita tanggapi dengan mengenakan pakaian pesta, yakni iman yang hidup. Amin.

BACAAN HARI MINGGU BIASA PEKAN XXVIII MINGGU 9 Oktober 2011

BACAAN HARI MINGGU BIASA PEKAN XXVIII
MINGGU 9 Oktober 2011
Yes 25:6-10a, Mzm 23:1-3a,3b-4,5,6, Flp 4:12-14,19-20, Mat 22:1-14

BACAAN I: Yes 25:6-10a

“Tuhan akan menghidangkan suatu jamuan, dan akan menghapus air mata dari wajah segala orang.”

TUHAN semesta alam akan menyediakan di gunung Sion ini bagi segala bangsa-bangsa suatu perjamuan dengan masakan yang bergemuk, suatu perjamuan dengan anggur yang tua benar, masakan yang bergemuk dan bersumsum, anggur yang tua yang disaring endapannya. Dan di atas gunung ini TUHAN akan mengoyakkan kain perkabungan yang diselubungkan kepada segala suku bangsa dan tudung yang ditudungkan kepada segala bangsa-bangsa. Ia akan meniadakan maut untuk seterusnya; dan Tuhan ALLAH akan menghapuskan air mata dari pada segala muka; dan aib umat-Nya akan dijauhkan-Nya dari seluruh bumi, sebab TUHAN telah mengatakannya. Pada waktu itu orang akan berkata: "Sesungguhnya, inilah Allah kita, yang kita nanti-nantikan, supaya kita diselamatkan. Inilah TUHAN yang kita nanti-nantikan; marilah kita bersorak-sorak dan bersukacita oleh karena keselamatan yang diadakan-Nya!" Sebab tangan TUHAN akan melindungi gunung ini, tetapi Moab akan diinjak-injak di tempatnya sendiri, sebagai jerami diinjak-injak dalam lobang kotoran.

MAZMUR TANGGAPAN : Mzm 23:1-3a,3b-4,5,6,

Reff.: Aku akan tinggal di rumah Tuhan sepanjang segala masa.

1. Mazmur Daud. TUHAN adalah gembalaku, takkan kekurangan aku.
Ia membaringkan aku di padang yang berumput hijau, Ia membimbing aku ke air yang tenang;
Ia menyegarkan jiwaku. Ia menuntun aku di jalan yang benar oleh karena nama-Nya.

2. Ia menyegarkan jiwaku. Ia menuntun aku di jalan yang benar oleh karena nama-Nya.
Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku; gada-Mu dan tongkat-Mu, itulah yang menghibur aku.
3. Engkau menyediakan hidangan bagiku, di hadapan lawanku; Engkau mengurapi kepalaku dengan minyak; pialaku penuh melimpah
Kebajikan dan kemurahan belaka akan mengikuti aku, seumur hidupku; dan aku akan diam dalam rumah TUHAN sepanjang masa.

BACAAN II: Flp 4:12-14,19-20
“Segala perkara dapat kutanggangung dalam Dia yang menguatkan daku.”

Aku tahu apa itu kekurangan dan aku tahu apa itu kelimpahan. Dalam segala hal dan dalam segala perkara tidak ada sesuatu yang merupakan rahasia bagiku; baik dalam hal kenyang, maupun dalam hal kelaparan, baik dalam hal kelimpahan maupun dalam hal kekurangan. Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku. Namun baik juga perbuatanmu, bahwa kamu telah mengambil bagian dalam kesusahanku. Allahku akan memenuhi segala keperluanmu menurut kekayaan dan kemuliaan-Nya dalam Kristus Yesus. Dimuliakanlah Allah dan Bapa kita selama-lamanya! Amin.

BACAAN INJIL: Mat 22:1-14
“ Siapa saja yang kamu jumpai, undanglah ke pesta nikah ini.”

Lalu Yesus berbicara pula dalam perumpamaan kepada mereka: "Hal Kerajaan Sorga seumpama seorang raja, yang mengadakan perjamuan kawin untuk anaknya. Ia menyuruh hamba-hambanya memanggil orang-orang yang telah diundang ke perjamuan kawin itu, tetapi orang-orang itu tidak mau datang. Ia menyuruh pula hamba-hamba lain, pesannya: Katakanlah kepada orang-orang yang diundang itu: Sesungguhnya hidangan, telah kusediakan, lembu-lembu jantan dan ternak piaraanku telah disembelih; semuanya telah tersedia, datanglah ke perjamuan kawin ini. Tetapi orang-orang yang diundang itu tidak mengindahkannya; ada yang pergi ke ladangnya, ada yang pergi mengurus usahanya, dan yang lain menangkap hamba-hambanya itu, menyiksanya dan membunuhnya. Maka murkalah raja itu, lalu menyuruh pasukannya ke sana untuk membinasakan pembunuh-pembunuh itu dan membakar kota mereka. Sesudah itu ia berkata kepada hamba-hambanya: Perjamuan kawin telah tersedia, tetapi orang-orang yang diundang tadi tidak layak untuk itu. Sebab itu pergilah ke persimpangan-persimpangan jalan dan undanglah setiap orang yang kamu jumpai di sana ke perjamuan kawin itu. Maka pergilah hamba-hamba itu dan mereka mengumpulkan semua orang yang dijumpainya di jalan-jalan, orang-orang jahat dan orang-orang baik, sehingga penuhlah ruangan perjamuan kawin itu dengan tamu. Ketika raja itu masuk untuk bertemu dengan tamu-tamu itu, ia melihat seorang yang tidak berpakaian pesta. Ia berkata kepadanya: Hai saudara, bagaimana engkau masuk ke mari dengan tidak mengenakan pakaian pesta? Tetapi orang itu diam saja. Lalu kata raja itu kepada hamba-hambanya: Ikatlah kaki dan tangannya dan campakkanlah orang itu ke dalam kegelapan yang paling gelap, di sanalah akan terdapat ratap dan kertak gigi. Sebab banyak yang dipanggil, tetapi sedikit yang dipilih."

RENUNGAN HARI BIASA PEKAN XXVII, Sabtu 8 Oktober 2011

RENUNGAN HARI BIASA PEKAN XXVII, Sabtu 8 Oktober 2011
Yl 3:12-21, Mzm 97:1-2,5-6,11-12, Luk 11:27-28

Apa arti kebahagiaan bagi kita?

BACAAN INJIL
Ketika Yesus masih berbicara, berserulah seorang perempuan dari antara orang banyak dan berkata kepada-Nya: "Berbahagialah ibu yang telah mengandung Engkau dan susu yang telah menyusui Engkau." Tetapi Ia berkata: "Yang berbahagia ialah mereka yang mendengarkan firman Allah dan yang memeliharanya."

RENUNGAN:

Memang sungguh wajar perempuan yang menyaksikan dan mendengar pengajaran Yesus, berkata "Berbahagialah ibu yang telah mengandung Engkau dan susu yang telah menyusui Engkau." Maria sebagai ibu Yesus adalah memang orang yang bahagia. Yesus sendiri tentu tidak menyangkal hal itu, walaupun Yesus tidak mengiyakan, tetapi mengatakan bahwa yang berbahagia adalah mereka yang mendengarkan firman Allah dan yang memeliharanya. Kata-kata Yesus ini justru sudah terlaksana dalam diri Maria, sebab Maria adalah hamba Allah yang mendengarkan firman Tuhan dan memelihara firman itu dalam hidupnya. Jadi Maria bahagia bukan terutama karena dia telah mengandung Yesus yang adalah Tuhan, tetapi karena mendengarkan firman Allah dan memelihara dalam hidupnya.

Demikian jugalah kiranya seorang ibu bahagia bukan diukur dari kesuksesan anak-anaknya, bukan pula dari harta kekayaan yang ada padanya atau pada anak-anaknya. Sebab bila demikian, bisa disalah mengerti bahwa ibu yang anaknya tidak sukses atau tidak terkenal, berarti seakan tidak mengalami kebahagiaan hidup. Demikian juga kita, bahagia tidak diukur dari kesuksesan, harta yang kita miliki dan bukan juga dengan jabatan yang kita raih. Kebahagiaan yang demikian adalah semu. Kebahagiaan sejati adalah bila kita mendengarkan firman Allah, melaksanakannya dan memeliharanya dalam hidup kita. Inilah kebahagiaan sejati.
Maka baiklah kita mencari, meraih dan mengupayakan kebahagiaan sejati yakni dalam diri Yesus dengan mendengarkan firman Tuhan dan memeliharanya dalam hidup kita, bukan dari atau dalam yang sifatnya duniawi. Amin.

RENUNGAN HARI BIASA PEKAN XXVII, Jumat 7 Oktober 2011 Santa Perawan Maria Ratu Rosario

RENUNGAN HARI BIASA PEKAN XXVII, Jumat 7 Oktober 2011
Santa Perawan Maria Ratu Rosario
Yl 1:13-15,2:1-2, Mzm 9:2-3,6,16,8-9, Luk 11:15-26

BACAAN INJIL

Tetapi ada di antara mereka yang berkata: "Ia mengusir setan dengan kuasa Beelzebul, penghulu setan." Ada pula yang meminta suatu tanda dari sorga kepada-Nya, untuk mencobai Dia. Tetapi Yesus mengetahui pikiran mereka lalu berkata: "Setiap kerajaan yang terpecah-pecah pasti binasa, dan setiap rumah tangga yang terpecah-pecah, pasti runtuh. Jikalau Iblis itu juga terbagi-bagi dan melawan dirinya sendiri, bagaimanakah kerajaannya dapat bertahan? Sebab kamu berkata, bahwa Aku mengusir setan dengan kuasa Beelzebul. Jadi jika Aku mengusir setan dengan kuasa Beelzebul, dengan kuasa apakah pengikut-pengikutmu mengusirnya? Sebab itu merekalah yang akan menjadi hakimmu. Tetapi jika Aku mengusir setan dengan kuasa Allah, maka sesungguhnya Kerajaan Allah sudah datang kepadamu. Apabila seorang yang kuat dan yang lengkap bersenjata menjaga rumahnya sendiri, maka amanlah segala miliknya. Tetapi jika seorang yang lebih kuat dari padanya menyerang dan mengalahkannya, maka orang itu akan merampas perlengkapan senjata, yang diandalkannya, dan akan membagi-bagikan rampasannya. Siapa tidak bersama Aku, ia melawan Aku dan siapa tidak mengumpulkan bersama Aku, ia mencerai-beraikan." "Apabila roh jahat keluar dari manusia, iapun mengembara ke tempat-tempat yang tandus mencari perhentian, dan karena ia tidak mendapatnya, ia berkata: Aku akan kembali ke rumah yang telah kutinggalkan itu. Maka pergilah ia dan mendapati rumah itu bersih tersapu dan rapih teratur. Lalu ia keluar dan mengajak tujuh roh lain yang lebih jahat dari padanya, dan mereka masuk dan berdiam di situ. Maka akhirnya keadaan orang itu lebih buruk dari pada keadaannya semula."

RENUNGAN:
Memang pasti menyakitkan bila kita sudah berbuat baik tetapi malah dituduh malah sebaliknya atau dituduh punya maksud lain. Misalanya saat seseorang melakukan perbuatan baik, malah dituduh pura-pura baik atau cari perhatian. Lebih sakit lagi bila seseorang bermaksud menolong tetapi malah dituduh mau merampok. Juga misalnya, bila seseoarang mau membantu yang kecelakaan, tetapi malah dituduh sebagai orang yang melanggar orang itu.

Hal demikian yang dialami oleh Yesus sebagaimana yang kita dengarkan dalam injil hari ini. Yesus mengusir setan, tetapi malah Dia dituduh bersekongkol dengan setan, yang mana itu berarti Yesus dituduh menjadi kelompok setan. Tuduhan itu pasti sungguh menyakitkan. Mereka menuduh begitu karena mereka cemburu atas kuasa yang ada pada Yesus. Kecemburuan yang bersumber dari kesombongan diri, membuat mereka tidak mampu mengenali Yesus dan tidak mampu melihat kuasa Allah yang ada dalam diri Yesus. Yesus menanggapi tuduhan itu tidak dengan kemarahan tetapi justru Dia gunakan menjadi kesempatan untuk mengajar dan mengingatkan mereka bahwa setan sedang bekerja dan berdiam dalam diri mereka. Karena itulah mereka menuduhkan yang bukan-bukan kepada Yesus.

Bagi kita yang membaca atau mendengarkan Injil ini, hendaknya semakin percaya bahwa Yesus memang Tuhan yang berkuasa atas segala sesuatu, juga kejahatan takluk kepada-Nya. Sehingga dengan iman ini, kita senantiasa percaya dan berserah diri kepada Dia. Maka kita selalu mengandalkan Dia dalam hidup kita.

Selain itu, Yesus mengingatkan kita agar kita selalu waspada karena setan selalu mengincar dan berusaha untuk berdiam dalam diri kita. Untuk itu, kita harus selalu membersihkan diri kita dengan selalu mendekatkan diri pada Yesus. Baiklah kiranya kita menyingkirkan setan kesombongan dalam diri kita, yang bisa melahirkan kecemburuan atas orang lain dan pada akhirnya kita tidak mampu menghargai dan melihat kebaikan orang lain adalah, karya Allah atas orang itu dan juga buat kita. Maka semoga kita selalu waspada dengan selalu mendekatkan diri pada Yesus dan kita mohon agar Yesus mengusir setan-setan dalam diri kita. Amin.

PAIMBARUHON JANJI PARDONGANSARIPION Di Ari Minggu Keluarga Keuskupan Agung Medan Minggu 16 Oktober 2011

PAIMBARUHON JANJI PARDONGANSARIPION
Di Ari Minggu Keluarga Keuskupan Agung Medan
Minggu 16 Oktober 2011

* Dung, Jamita, susmi-istri dipangido laho paimbaruhon Janji Pardongansoripeorma marhite na manjohahon teks- naung rade (denggan ma asa teks janji i adong di sude suami-lstri).

* Une ma nian di tingki suami-istri paimbaruhan janjina i, ditiop Malim, manang petagas na asing Buku Nabadia huhut diangkat mandompakhon ruas. Molo ndang di ulaon ekaristi, dibahen ma Buku Nabadia di inganan na tama na boi idaoini sude ruas (ditakhtakan).

P. Harnu angka dongan na hinaholongan.

Sadari on tareahon di Hurianta on ''Ari Minggu Keluarga Keuskupan Agung Medan”. Angka darnang-dainang naung mardongansaripe, naeng paimbaruhon janji pardongensaripeonna di tingki on. Isi ni janji naung dihatahon uju parnasupasuon pairdongansiripeon diulahi jala dipaingot muse saonari, asa lam hot jala togu.

Maol do manghangoluhon janji pardongansaripeon naung pinahot ni Tuhan i, marhite HuriaNa. I do umbohen tapangido hagogoon-Na rnangurupi angka na mardongansaripe laho manghangoluhon i. Pos rohanta di pangurupion ni Tuhan i naung manjanjihon pandonganion-Na di ganup rumatangga na marsada di bagasan Ibana.

Ala ni i, pinangido tu hamu damang-dainang na marsaripe asa rap jongjong hamu huhut marsijalangan tangan, laho paimbaruhon Janji Pardongansaripeonmuna.

Paimbaruhon Janji Pardonganseripeon

Di hatahon/dijahahon angka ama:

Di adopan ni Debata dohot sude ruas ni Huria ua pungu dison, jala sian roha na tulus jala bulus Ahu .....,.... (dokma goarmu sandiri) paimbaruhon Janji Pardongansaripeon dohot donganku saripe (dokma goar ni ripem) naung sangolu raphon ahu saleleng on.

Marjanji do ahu ingkon lam burju ahu tu ibana di tingki las ni roha dohot arsak ni roha; tongtong huhaholongi jala hupasangap saleleng ahu mangolu. Songon i ma janji on hupairnbaru nuaeng di bagasan goar ni Debata marhite BukuNabadia.

Dihatahon/Dijahahon angka ina:

Di adopan ni Debata dohot sude ruas ni Huria na pungu dison, jala sian roha na tulus jala bulus Ahu ........(dokma goarmu sandiri) paimbaruhon Janji Pardongansaripeon dohot donganku saripe .......(dokma goar ni ripern) naung sangolu raphon ahu saleleng on.

Marjanji do ahu ingkon lam burju ahu tu ibana di tingki las ni roha dohot arsak ni roha;
tongtong huhaholongi jala hupasangap saleleng ahu mangolu.
Songon i ma janji on hupaimbaru nuaeng di bagasan goar ni Debata marhite Buku Nabadia.

Dung Puimbaruhon jlanji (molo di hagasan ulaon Ekaristi):
Malim: Di bagasan goar ni Huria nabadia, hupatogu do Janji Pardongansaripeon naung pinaimbarumuna on. Sai gabe rumatangga na daulat ma harnu songon ripe Nabadia- Nasaret, jala dipasupasu Debata Nasunhinagogo: (+) Ama, dohot Anak, dotrot Tondi Porbadia:
Umat: Amen

Dung Paimbaruhon Janji (molo ndang di ulaon Ekaristi):

P: Sai anggiat ma hita dipargogoi Debata Arna na di surgo i, lam manghangoluhon Janji Pardongansaripeon naung tapairnbaru nuaeng. Sai lam suman tu Ripe Nabadia Nasaret
ma rumatangganta, jala tongtong dipasupasu Debata Nasunhinagogo: (huhut mambahen tanda silang tu dirina)
Di bagasan goar ni Ama, dohot Anak, dohot Tondi Porbadia.

S: Amen.

Andorang so Pasupasu Parajungan, Tangilang Pasahathon Keluarga on rap dijahahon (denggan ma nian asa sude marnampuna teks ni tangiang on).
P. Tapasahat ma rumatangganta tu Debata, marhite na rap martangiang:

Tangiang Pasahathon Keluarga

Ale Debata pardenggan basa, dipaojak Ho do ganup rumatangga gabe inganan hamianan ni holongMu. HolongMi do na mangarahut hasadaon ni rumatangga asa lam mangerbang jala lam singkop hangoluan ni jolrna. Ale Ama Parholongroha, ro do hami nuaeng tu joloM, pasahathon dirinami, ngolunam i, ulaonnami, sangkapnami, bagasnami, holso nang pos ni rohanami, dok ni raha nang las ni rohanami, ianakhon dohot natuatuanami, nang sude nasa na adong di hami. Aiholan Ho do Parasiroha, parlinggoman ni ngolunami.

Hupasahat hami do muse rumatangganami tu Ripe Nabadia, Ripe Nasaret naung manjaga AnakMi, i rna Jesus Kristus na pinarrnudu-mudu ni Maria dohot Josef nabadia i.

Di bagasan Ripe Nabadia i do, AnakMi mandalini ngolu hajolmaonNa. Disi do lbana lam rnaroha jala mananda roha ni torop jolrna.

Sian Ripe Nabadia on do Ibana borhat laho paimbaruhon jala paluahon portibi on ala ni holong-Na na marsigorgor. Sai anggiat rna rumatagganami, lam suman tu ripe Nazaret, ripe na daulat, na badia i.

Ale Tuhan na pasadahon hami gabe sada rumatangga. Saonari ro do hami mangido pasupasuM. Urupi ma asa rumatangganami gabe Huria na metmet: na rnarsada di haporgeaon na togu, na rnangolu jala na marpos ni roha di bagasan tangiang, na pabagashon jala pararathon barita na uli ni HarajaonMu, na papatarhon panghobasion nionjar ni holongMu huhut sitindangi di hasintongan di ngolu siganup ari.

Ale Tuhan, hupangido hami dope tu Ho, bahen rna bagasnami gabe inganan na larnbok, na manondanghon holong songon Ripe Nabadia Nasaret. Sai marlomo ni roha ma torop jolma mian di bagasnami, jala manghilalahon hinuali ni holongMu marhite hami.

Suksukhon ma hasabasaM, asa tolap hami mangulahon nasa ulaon dohot joujouM di hami. Ai basabasaMi do na boi palashon rohanarni mangulahon sude ulaonnami.

Jalo ma tangiangnarni ou, na hupasahat hami tu Ho marhite Jesus Kristus, Tuhannami, na mangolu raphon Ho, di bagasan hasadaon ni Tondi Porbadia, nuaeng dohot tongtong; ro di saleleng ni lelengna.
Amen.

PEMBAHARUAN JANJI PERNIKAHAN Pada Perayaan Ekaristi atau Perayaan Sabda Hari Minggu Keluarga Keuskupan Agung Medan, 16 Oktober 2011

PEMBAHARUAN JANJI PERNIKAHAN
Pada Perayaan Ekaristi atau Perayaan Sabda
Hari Minggu Keluarga Keuskupan Agung Medan, 16 Oktober 2011

* Sesudah Homili atau Kotbah dalam Perayaan Ekaristi atau Perayaan Sabda hari Minggu Tanpa Imam, suami-istri diundang membaharui Janji Pernikahan dengan teks yang seharusnya ada pada semua suami dan istri.

* Sementara pasangan suami-istri membacakan Pemabaruan Janji Pernikahan ini, imam yang memimpin perayaan “mengangkat” Kitab Suci (atau) bila tanpa imam, Kitab Suci hendaknya ditakhatakan di hadapan seluruh umat.

P. Saudara-saudari terkasih
Hari ini adalah puncak Minggu Keluarga di kesukupan kita. Para bapak dan ibu, yakni suami-istri, diminta membarui Janji Pernikahannya. Suatu janji yang luhur dan mulia tidak selalu budah untuk mewujudkannya. Kita selalu membutuhkan pertolongan rahmat tuhan agar kita mampu dengan setia menghayatinya dalam hidup.
Kita percaya bahwa Tuhan yang hadir di tengah kita dalam persekutuan kita ini, dan dalam Sabda-Nya yang selalu kita dengarkan melalui Kitab Suci ini, akan senantiasa membantu kita.
Oleh sebab itu, para suami-istri dipersilahkan berdiri dan membacakan Pembaruan Janji Pernikahan, yang didahului oleh para suami.

(Sejauh bisa, bila duduk berdekatan, hendaknya suami-istri saling berjabat tangan sambil mengucapkan pembaruan janjinya.)

ISI PEMBARUAN JANJI PERNIKAHAN

Diucapkan bersama oleh para suami:

Di hadapan Tuhan dan seluruh umat yang hadir di sini, dan dengan hati yang tulus-ikhlas, saya......(sebut nama sendiri) membarui Janji Pernikahan dengan istri saya.......(sebutkan nama istri), yang telah satu hidup dengan saya selama ini. Saya berjanji akan tetap setia kepadanya dalam suka dan duka, dan tetap menjadi pasangan hidup yang baik baginya. Saya mau semakin mencintai dan menghormatinya seumur hidup. Demikian janji ini saya perbarui demi Allahd an Injil Suci.

Diucapkan bersama oleh para istri:

Di hadapan Tuhan dan seluruh umat yang hadir di sini, dan dengan hati yang tulus-ikhlas, saya......(sebut nama sendiri) membarui Janji Pernikahan dengan suami saya.......(sebutkan nama suami), yang telah satu hidup dengan saya selama ini. Saya berjanji akan tetap setia kepadanya dalam suka dan duka, dan tetap menjadi pasangan hidup yang baik baginya. Saya mau semakin mencintai dan menghormatinya seumur hidup. Demikian janji ini saya perbarui demi Allahd an Injil Suci.

Sesudah pembaruan Janji Pernikahan (Bila dalam Perayaan Ekaristi):

I. Atas nama Gereja Kudus, saya meneguhkan Pembaruan Janji Pernikahan bapak dan ibu. Dan semoga keluarga saudara semakin menyerupai Keluarga Kudus Nasareth dan diberkati oleh Allah yang mahakuasa: (+) dalam nama Bapa, Putera, dan Roh Kudus.
U. Amen.

(Bila dalam Perayaan Sabda tanpa imam):

P. Kiranya Bapa di surga menguatkan kita untuk menghayati janji pernikahan yang sudah kita perbarui hari ini. Semoga keluarga kita semakin menyerupai Keluarga Kudus Nasareth, dan senantiasa diberkati oleh Allah yang mahakuas: (Sambil membuat tanda salib pada diri sendiri) Dalam nama Bapa, dan Putra dan Roh Kudus.

Umat : amen.

Sebelum berkat dan Pengutusan, Doa Pembaktian keluarga berikut ini diucapkan bersama-sama (teks sebaiknya ada pada setiap umat).

P. Marilah membaktikan keluarga kita kepada Tuhan dengan berdosa bersama:

Allah Bapa yang maharahim, terdorong oleh cinta ilahi-Mu, Engkau menetapkan setiap keluarh menjadi tanda kehadiran-Mu, dalam membina kebersamaan hidup, perseketuan cinta, tempat berkembangnya setiap pribadi menjadi manusia seutuhnya.

Bapa yang mahacinta, kami sebagai keluarga kristiani yang telah dipersatukan dan dikuduskan, datang ke hadapan-Mu untuk membaktikan diri kami, hidup kami, pekerjaan kami, cinta-cita kami, anak-anak kami, orang tua kami, rumah kami, suka-duka kami, perjuangan kami dan segala yang ada pada kami, karena Engkaulah satu-satunya maharahim, tempat perlindungan kami.

Demikian juga kami percayakan diri kami kepada keluarha kudus-Mu, keluarga Nasaret, di mana Putra-Mu, yesus Kristus, hidup dan tinggal dalam asuhan Bunda Maria dan Yosef yang saleh. Dalam keluarga ini, Putra-Mu hidup sebagai manusia. Dari keluarga ini, hati-Nya bertumbuh menyapa hati banyak orang. Dari rumah Keluarga Kudus ini, Dia pergi membarui duni dengan cinta membara yang menyelamatkan. Kiranya semangat hidup Keluarga Kudus ini mewarnai rumah tangga kami.

Tuhan, kami telah Engkau persatukan dalam keluarga ini. Kini kami datang memohon berkat-Mu. Bantulah keluarga kami menjadi sungguh Gereja rumahtangga, bait iman dan ibadat, yang senantiasa membarui doa dan sakramen, pusat harapan dan kerinduan yang selalu berpegang teguh pada janji-Mu.

Di atas semuanya, buatlah keluarga kami memancarkan cinta yang bercahaya seperti Keluarga Kudus Nasaret. Buatlah rumah kami tempat teduh, di mana setiap orang rindu dan kerasan tinggal di dalamnya, karena saling mengerti, mencintai, memaafkan, dan menyemangati satu sama lain.

Limpahi kami dengan rahmat-Mu, yang memampukan kami untuk melaksanakan tugas dan panggilan kami ini.

Hanya dengan bantuan rahmat-Mu, yang memampukan kami untuk melaksanakan tugas dan panggilan kami. Hanya dengan bantuan rahmat-Mu, kami sanggup melakukan semua tugas kami dengan hati tulus dan riang gembira.

Doa ini kami haturkan kepada-Mu dengan pengataraan Yesus Kristus, Putera-Mu, Tuhan kami, yang hidup dan bertakhta bersama dengan Dikau, dalam persekutuan dengan Roh Kudus, Allah, sepanjang segala masa. Amin.

Berbagi Berita: Pemimpin Kristen bahas masa depan ekumenis

Pemimpin Kristen bahas masa depan ekumenis

Sekitar 275 pemimpin Kristen tengah mengadakan pertemuan di Manado, Sulawesi Utara, untuk merencanakan masa depan ekumenis, yang berlangsung 4-7 Oktober.

Ketua Global Christian Fellowship (GCF) mengumpulkan Gereja-Gereja dari Evangelis, Pantekosta, Protestan, Katolik dan Ortodoks, untuk menilai perubahan terbaru dalam kekristenan global.

“Kami berencana untuk meneliti kecenderungan global yang mengubah Kekristenan, mendengarkan laporan perkembangan dan perjuangan Gereja di berbagai belahan dunia, dan membahas bagaimana persekutuan kami dapat diperkuat untuk tujuan kesaksian kami bersama,” kata Pendeta Wesley Granberg-Michaelson, seorang penyelenggara GCF dan penasehat untuk hubungan ekumenis dari Gereja Reformasi di Amerika.

Rumor bahwa Kekristenan itu sudah mati, terutama di Afrika dan Asia, masih terlalu dini, kata Granberg-Michaelson.

“Faktanya bahwa hari ini mungkin ada 560 juta jemaat Pentakosta, yang berarti satu dari setiap empat Kristen adalah dari sebuah latar belakang Pantekosta,” kata Granberg-Michaelson.

“Kekristenan di Afrika dalam 100 tahun terakhir telah bertumbuh dari hanya sedikit menjadi 375 juta hingga 380 juta (pengikut), yang membuat kekristenan di Afrika menjadi pertumbuhan tercepat akibat kesaksian Kristen.

Granberg-Michaelson menyebutkan persekutuan ekumenis mencakup semua GCF. GCF didirikan selama musyawarah kedelapan Dewan Gereja Dunia di Zimbabwe tahun 1998, tetapi lebih banyak perwakilan dari WCC.

“Dewan Gereja Dunia, seperti yang ada, hanya mencakup seperempat dari kekristenan global,” kata Granberg-Michaelson, yang adalah direktur WCC bidang pelayanan Gereja dan masyarakat dari tahun 1988-1994.

“Seperti Dewan Gereja Dunia, GCF tidak dapat membangun sebuah meja yang luas. Ini adalah satu-satunya tempat yang akan memiliki luas penuh Kekristenan dunia mewakili dalam cara yang penuh arti. ”

Selengkapnya: Christian leaders plot ecumenical future in Indonesia


Disadur dari: www.cathnewsindonesia.com

RENUNGAN HARI BIASA PEKAN XXVII, KAMIS 6 Oktober 2011

RENUNGAN HARI BIASA PEKAN XXVII, KAMIS 6 Oktober 2011
Bruno, Isidorus De Loor, Diego de San Vitores
Mal 3:13-20a, Mzm 1:1-2,3,4,6, Luk 11:5-13

BACAAN INJIL

Lalu kata-Nya kepada mereka: "Jika seorang di antara kamu pada tengah malam pergi ke rumah seorang sahabatnya dan berkata kepadanya: Saudara, pinjamkanlah kepadaku tiga roti, sebab seorang sahabatku yang sedang berada dalam perjalanan singgah ke rumahku dan aku tidak mempunyai apa-apa untuk dihidangkan kepadanya; masakan ia yang di dalam rumah itu akan menjawab: Jangan mengganggu aku, pintu sudah tertutup dan aku serta anak-anakku sudah tidur; aku tidak dapat bangun dan memberikannya kepada saudara. Aku berkata kepadamu: Sekalipun ia tidak mau bangun dan memberikannya kepadanya karena orang itu adalah sahabatnya, namun karena sikapnya yang tidak malu itu, ia akan bangun juga dan memberikan kepadanya apa yang diperlukannya. Oleh karena itu Aku berkata kepadamu: Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu. Karena setiap orang yang meminta, menerima dan setiap orang yang mencari, mendapat dan setiap orang yang mengetok, baginya pintu dibukakan. Bapa manakah di antara kamu, jika anaknya minta ikan dari padanya, akan memberikan ular kepada anaknya itu ganti ikan? Atau, jika ia minta telur, akan memberikan kepadanya kalajengking? Jadi jika kamu yang jahat tahu memberi pemberian yang baik kepada anak-anakmu, apalagi Bapamu yang di sorga! Ia akan memberikan Roh Kudus kepada mereka yang meminta kepada-Nya."

RENUNGAN:

Terkadang bila saya saat cuti dan berkunjung ke paroki di kota besar, ada perasaan tidak enak, karena teman atau orang yang dikunjungi berpikir bahwa saya cuti sekaligus mencari dana. Sebab pernah saat berkunjung ke pastoran di kota besar, tuan rumah bertanya, “Sekalian cari dana ya? Hal yang sama juga dilontarkan oleh beberapa umat yang sudah mengenal saya. Yah, karena saya beberpa kali meminta atau mencari dana untuk pembangunan Gereja atau pelayanan di paroki desa, maka orang sering berpikiran bila pastor desa datang ke kota, pasti mau cari dana lagi. Padahal tidak selalu datang untuk mencari dana bantuan. Makana beberapa kali sehabis rapat dari Malang, saya langsung pulang ke paroki tempat saya bertugas. Gambaran keramahan yang ada dalam Injil hari ini, mungkin sulit ditemukan pada hidup sekarang ini.

Mungkin, gambaran yang diberikan Yesus pada Injil hari ini, yakni pada awal Injil sudah kurang banyak terjadi dalam kehidupan sekarang ini. Bisa jadi bila seseorang datang meminta bantuan berkali-kali, tidak tahu malu, orang yang dimintai merasa terganggu dan bisa jadi meminta orang lain atau polisi untuk mengusir orang tersebut. Juga sangat jarang orang menjamu tamu yang datang, apalgi sampai meminjam dari tetangga demi menjamu tamunya. Malah terkadang kita merasa keberatan dan terganggun bila ada orang bertamu pada malam hari, apalagi menghidangkan makanan untuk tamu itu, apalagi sampai meminjam dari orang lain. Kalaupun itu terjadi, pasti tamu tadi dianggap istimewa. Ini memang gambaran orang yang ramah dan mengasihi tamu sebagai orang yang harus dihormati dan dilayani.

Gambaran ini dipakai oleh Yesus dalam mengajar kita akan keramahan Allah kepada kita. Namun sebelum kita merenungan keramahan Allah yang pasti mengabulkan permohonan yang kita sampaikan dalam doa-doa kita, baiklah kita merenungkan dulu sebentar sehubungan dengan keramahan kita kepada sesama kita.

Ada ungkapan klasik yang mengatakan, “tamu adalah raja.” Yang artinya orang yang berkunjung ke rumah atau hadir dalam suatu perayaan tertentu harus dihormati dan dilayani. Dengan ungkapan ini, kita diajak untuk melihat kembali bagaimana sikap dan pandangan kita terhadap sesama kita. Ketika seseorang berkunjung ke tempat kita, baiklah kita menerimanya dengan penuh sukacita, tidak langsung berpikir bahwa dia itu datang pasti untuk meminta bantuan. Sebab belum tentu orang yang berkunjung datang ke rumah kita hanya untuk meminta bantuan, tetapi bisa saja kunjungan persaudaraan. Atau bisa saja memang orang meminta bantuan, tetapi bukan bantuan uang, tetapi butuh didengarkan atau mencari orang untuk diajak berbicara atau berbagi pengalaman, yang tentunya untuk saling memperkaya. Lebih dari itu, Yesus mengajar kita akan sikap perhatian, hormat dan kepedulian terhadap sesama yang mungkin membutuhkan pertolongan atau bantuan dari kita.

Kiranya penghormatan dan sikap peduli kita kepada sesama, apalagi bila kita berusaha untuk membantu sesama, itulah dasar utama kita untuk meminta pertolongan dari Tuhan. Bila kita menghormati dan peduli kepada sesama kita, maka layaklah kita meminta perhatian dan kepeduliaan Allah atas hidup dan permohonan-permohonan kita. Namun seringkali dalam doa, kita hanya meminta-minta dan mendesak-desak agar Allah peduli kepada kita, mengabulkan permohonan kita, padahal kita sendiri tidak peduli dengan sesama kita.
Yesus dalam Injil hari ini mengatakan bahwa Allah sungguh ramah dan peduli dengan kita, dan pasti akan mengabulkan permohonan yang kita sampaikan dalam doa. Yesus mengatakan, ‘Mintalah, carilah dan ketoklah”. Pengulangan kata yang berbeda tetapi mengandung makna yang sama, ini mau mengatakan agar kita sungguh-sungguh tidak dengan malu-malu meminta dan berusaha terus menerus dan tanpa malu meminta dari Tuhan. Ketekukan dan tidak malu meminta kepada Allah, tentu menunjukkan pentingnya apa yang yang kita butuhkan. Yesus mengatakan agar kita percaya bahwa Tuhan pasti mengabulkannya.

Namun mungkin banyak diantara kita yang kecewa dalam berdoa karena merasa Tuhan tidak pernah mengabulkan doa-doa kita. Juga yang sering terjadi, saat kita berdoa dan meminta dan seakan Tuhan tidak segera mengabulkannya, kita langsung berhenti dan malas berdoa kepada Tuhan. Atau mungkin kita pernah kecewa karena sudah meminta berkali-kali tapi seakan Tuhan tidak mendengarkannya atua mengabulkan doa-doa kita. Sebenarnya bisa saya katakan bahwa tidak ada doa yang tidak didengarkan dan dikabulkan oleh Tuhan. Hanya memang persoalannya, kita tidak sungguh-sungguh meminta dalam iman, kita juga tidak tahu apa yang kita minta, apakah memang perlu atau tidak. Malah sebenarnya, Tuhan pasti memberi apa yang perlu bagi kita, melebihi apa yang kita minta.

Maka para Saudara yang dikasihi Tuhan, berdoalah tidak jemu-jemunya kepada Tuhan, Tuhan pasti mendengar dan mengabulkannya. Namun ingat, sikap kasih dan peduli kita kepada sesama, itu juga menentukan kita layak mendapatkan sikap peduli dan belaskasih Allah pada kita. Amin.

RENUNGAN HARI BIASA PEKAN XXVII, RABU 5 Oktober 2011

RENUNGAN HARI BIASA PEKAN XXVII, RABU 5 Oktober 2011
Eugenius Bossilkoff, Albertus Marvelli, Raymundus dr Kapua
Yun 4:1-11, Mzm 86:3-4,5-6,9-10, Luk 11:1-4

BACAAN INJIL
Pada suatu kali Yesus sedang berdoa di salah satu tempat. Ketika Ia berhenti berdoa, berkatalah seorang dari murid-murid-Nya kepada-Nya: "Tuhan, ajarlah kami berdoa, sama seperti yang diajarkan Yohanes kepada murid-muridnya." Jawab Yesus kepada mereka: "Apabila kamu berdoa, katakanlah: Bapa, dikuduskanlah nama-Mu; datanglah Kerajaan-Mu. Berikanlah kami setiap hari makanan kami yang secukupnya dan ampunilah kami akan dosa kami, sebab kamipun mengampuni setiap orang yang bersalah kepada kami; dan janganlah membawa kami ke dalam pencobaan."

RENUNGAN:

Pada umumnya kita pasti hapal dengan Doa Bapa Kami. Doa ini sering kita doakan. Karena sudah sering kita doakan, maka terkadang kita tidak memahami makna yang dalam yang terdapat doa ini. Walaupun Doa ini umumnya kita hapal, tetapi terkadang juga ada umat yang tidak menghapal doa ini. Kalau ini terjadi tentu memang mereka itu tidak pernah atau sangat jarang hadir dalam ibadah hari Minggu atau pada kegiatan doa-doa umat. Bila doa ini tidak dihapal, bisa jadi orang itu juga pasti tidak pernah berdoa.

Namun bagi kita yang sudah sering berdoa dan sangat menghapal doa ini, patut merenungkan apa makna doa ini bagi kita maupun doa-doa yang lain. Seringkali kita berdoa, tetapi kita kurang mengerti akan apa yang kita doakan. Terlebih lagi terkadang doa-doa kita itu tidak keluar dari iman kita. Kadang kala doa-doa kita keluar mengalir dari bibir dan pikiran kita, bukan dari hati dan iman. Sama halnya dengan saat mendoakan Doa Bapa Kami, kata-kata itu keluar mengalir dari bibir kita dan kita doakan dengan tergesah-gesah, kurang menghayati kata-kata yang terdapat di dalam doa ini.

Secara singkat dapat kita temukan bahwa doa ini mengajarkan bahwa doa adalah ungkapan iman kepada Allah adalah Bapa kita, Dia adalah kudus dan kita mencintai Dia dan rindu akan Kerajaan Allah. Kita percaya bahwa Tuhan adalah Bapa kita yang kudus, maka kita memohon pertolongan dari-Nya. Dalam permohonan itu kita tidak meminta muluk-muluk, tetapi makanan secukupnya. Ini menunjukkan bahwa kita percaya bahwa Tuhan Bapa kita pasti akan mencukupi apa yang perlu pada kita dan Dia pasti tahu apa yang kita perlukan. Juga doa ini mengingatkan bahwa doa-doa kita itu harus berbuah dalam kehidupa yakni kasih kepada sesama. Doa itu adalah ungkapan kasih kita kepada Allah, dan percaya bahwa Allah mengasihi kita, walau kita tetap mengharapkan belaskasih Allah atas kita. Oleh karena itu, adalah suatu hal yang wajar kalau kita mengharapkan belaskasih Allah, kitapun harus berbelas kasih kepada sesama.

Maka hari ini, doa Bapa Kami mengajak kita untuk melihat kembali bagaimana kita berdoa selama ini. Banyak orang tidak tahu bagaimana sebenarnya berdoa yang baik dan benar. Doa bukan indahnya kata-kata yang keluar mengalir dari bibir dan pikiran, tetapi doa harus ungkapan iman dan berbuah dalam kehidupan. Bila seseorang banyak berdoa tetapi tidak memiliki kasih kepada sesama, berarti dia belum sungguh berdoa dalam iman. Doa yang keluar dari iman, pasti akan membuahkan hidup yang baik, hidup dalam kasih seperti Allah yang mengasihi kita semua. Amin.

RENUNGAN HARI BIASA PEKAN XXVII, SELASA 4 Oktober 2011

RENUNGAN HARI BIASA PEKAN XXVII, SELASA 4 Oktober 2011
Fransiskus dr Assisi
Yun 3:1-10, Mzm 130:1-2,3-4ab,7-8, Luk 10:38-42

"Di tengah kesibukan dan pekerjaan kita sehari-hari, mari kita menyediakan waktu duduk di bawah kaki Yesus untuk mendengarkan pengajaran-Nya. Amin."

BACAAN INJIL:

Ketika Yesus dan murid-murid-Nya dalam perjalanan, tibalah Ia di sebuah kampung. Seorang perempuan yang bernama Marta menerima Dia di rumahnya. Perempuan itu mempunyai seorang saudara yang bernama Maria. Maria ini duduk dekat kaki Tuhan dan terus mendengarkan perkataan-Nya, sedang Marta sibuk sekali melayani. Ia mendekati Yesus dan berkata: "Tuhan, tidakkah Engkau peduli, bahwa saudaraku membiarkan aku melayani seorang diri? Suruhlah dia membantu aku." Tetapi Tuhan menjawabnya: "Marta, Marta, engkau kuatir dan menyusahkan diri dengan banyak perkara, tetapi hanya satu saja yang perlu: Maria telah memilih bagian yang terbaik, yang tidak akan diambil dari padanya."

RENUNGAN:
Biasanya sehabis kunjungan ke stasi pada hari Minggu, sehabis misa stasi menyediakan makan bagi pastor dan rombongannya. Suatu ketika, kami makan di rumah ketua dewan stasi. Sesampai di rumah, kami melihat semua sudah terhidang di tikar, padahal belum lama selesai misa. Saya juga merasa bahwa istri pengurus gereja yang menghidangkan makanan tidak melihatnya tadi di Gereja saat perayaan ekaristi. Karena itu saya mencoba bertanya kepada dia siapa yang menghidangkan semuanya ini, kog cepat terhidang? Istri pengurus gereja menjawab, “Saya yang menghidangkan semuanya pastor, saya memang tadi sengaja tidak ikut misa, supaya masak dan menghidangkan makanan untuk pastor.” Ada rasa bangga dari jawabannya, dia tidak tahu bahwa saya sedih mendengarkan jawaban beliau. Dia seakan berpikir bahwa saya datang untuk makan, bukan untuk merayakan ekaristi bersama umat. Baginya lebih penting menyiapkan makanan untuk saya daripada ikut dalam perayaan ekaristi. Itu berarti seakan saya dan makanlah yang utama dibandingkan dengan persatuan dengan Yesus dalam perayaan ekaristi.

Perbuatan ibu itu memang baik, sebagai bukti penghormatannya kepada pastor yang memang sudah capek melayani umat ke stasi. Dia melakukannya sebagai tanda bahwa mereka senang pastor makan ke rumahnya dan ingin melayani pastor dan rombongannya yang berkunjung ke stasi. Namun sayang bahwa dia melupakan yang terpenting yakni Yesus sendiri yang hadir dan mempersembahkan diri dalam perayaan Ekaristi. Mereka lupa bahwa dia harus menimba kekuatan dari sabda Yesus dan dari tubuh Yesus sendiri.

Demikian juga halnya yang kita dengarkan hari ini dalam Injil. Marta begitu senang ketika menerima Yesus berkunjung ke rumah mereka. Dia ingin melayani Yesus dan memberi makan, karena pasti Yesus sudah capek dalam perjalanan pelayanannya. Dia sibuk di daput menyiapkan makanan sedangkan Maria duduk di bawah kaki Yesus mendengarkan pengajaran dari Yesus. Melihat sikap Maria, Marta merasa kesal karena seakan membiarkannya sendiri capek dan sibuk mempersiapkan makanan untuk Yesus dan rombongannya. Karena itulah dia meminta Yesus untuk menegur Maria dan supaya membantu dia di dapur. Jawaban yang diberikan Yesus justru sebaliknya bahwa Maria memilih yang tepat, yakni mendengarkan pengajaran-Nya. Yesus tidak mempersalahkan Marta, tetapi Yesus mengatakan bahwa Maria memilih yang terbaik yang tidak akan diambil daripadanya.

Memang mungkin kita sebagai pelayan Gereja dan yang berusaha melakukan pelayanan kepada sesama begitu sibuk dengan tugas-tugas pelayanan kita. Namun seringkali kita terlalu sibuk dengan pelayanan sehingga terkadang kita merasa lelah sendiri dan bisa jadi mengeluh ketika orang lain tidak mau membantu kita dalam tugas pelayanan umat atau gereja. Karena begitu sibuknya, pelayanan itu menjadi suatu rutinitas yang melelahkan dan kita malah lupa untuk mendengarkan sabda Tuhan, untuk menimba kekuatan baru dari Yesus Kristus. Ada orang yang sangat sibuk dalam pelayanan, seakan tidak ada lagi waktu dia untuk duduk membaca kitab Suci atau mendengarkan sabda Tuhan. Bahkan saat perayaan ekaristipun, pikirannya sibuk dengan rencana atau program-program pelayanan yang akan dikerjakannya. Pelayanan itu memang baik, tetapi hendaknya jangan lupa bahwa kita harus memberi waktu untuk duduk di bawah kaki Yesus untuk mendengarkan sabda-Nya, menimba kekuatan daripada-Nya sehingga pelayanan kita itu sungguh merupakan buah dari iman dan kedekatakan kita pada Yesus. Bila kita melupakan hal ini, kita bisa jatuh pada rutinitas tiada ubahnya seperti pekerja sosial, dan kita pasti jatuh pada rasa bosan serta kesal kepada orang-orang yang tidak melakukan seperti yang kita lakukan. Maka apapun kegiatan kita dalam karya pelayanan Gereja, kita jangan lupa untuk selalu memberi waktu bahkan harus selalu duduk di bawah kaki Yesus mendengarkan pengajaran-Nya.

Duduk di bawah kaki Yesus juga kiranya bukan hanya diperuntukkan bagi para pelayan Gereja, tetapi juga bagi kita semua orang beriman yang percaya kepada Yesus. Sebab bagaimana mungkin kita menjadi pengikut Yesus kalau kita tidak memberi diri dan waktu untuk mendengarkan sabda Yesus? "Marta, Marta, engkau kuatir dan menyusahkan diri dengan banyak perkara, tetapi hanya satu saja yang perlu: Maria telah memilih bagian yang terbaik, yang tidak akan diambil dari padanya." Sabda Yesus ini juga menjadi suatu teguran bagi kita bahwa kita seringkali menyibukkan diri dengan hal-hal yang tidak penting, walaupun kita sering menganggapnya penting bagi kita. Kita sering menganggap bahwa pekerjaan kita, kesibukan kita, itulah yang lebih penting dan membuat kita hidup bahagia. Namun hari ini, lewat sabda Yesus, ingatlah yang terpenting dan yang menjamin kita pada hidup bahagia adalah sabda Yesus dan relasi yang dekat dengan Dia. Pekerjaan, kesibukan memang juga penting, tetapi kita jangan malah mengabaik yang terpenting yakni sabda Tuhan dan hubungan yang mendalam dengan Dia. Maka di tengah kesibukan dan pekerjaan kita sehari-hari, mari kita menyediakan waktu duduk di bawah kaki Yesus untuk mendengarkan pengajaran-Nya. Amin.

HPS 2011 : “Kamu Harus Memberi Makan”

Hari Pangan Sedunia
Konferensi Waligereja Indonesia

“Kamu Harus Memberi Makan”

Dalam siaran pers (14/2/2011)Bank dunia mengatakan, hampir satu miliar orang di dunia ini mengalami kepalaran, sedangkan Food Agriculture Organization ((FAO) menyebutkan 1,1 milyar orang. Diri jumlah tersebut lebih dari60 persen adalah perempuan. Kenaikan harga bahan pangan global berdampak pada keluarga kerawanan pangan perlu diatasi dengan pengembangan pedanian di negara miskin, pengembangan infrastuktur pedesaan, sistem irigasi, transportasi, organisasi pasar, teknologi pertanian yang inovatif dan tersedia pada tingkat lokal dengan keterlibatan komunitas lokal dalam memilih dan membuat keputusan terhadap budidaya tanaman miskin. Mereka akan mengkonsumsi makanan yang murah dan tidak bernutrisi, kesehatan dan pendidikan anak terabaikan.

Kelaparan merupakan wujud nyata dari kemiskinan. Kemiskinan terjadi karena adanya ketidak-adilan dalam pembangunan ekonomi. Pada hakekatnya kelaparan - baik karena kemiskinan ataupun pemiskinan yang disengaja - adalah kekerasan terhadap hak asasi manusia. Pembangunan ekonomi global yang bercorak kapitalistik lebih memberikan keuntungan kepada pemilik modal besar dan para spekulan. Padahal nilai suatu perkembangan ekonomi terletak pada penghargaan atas martabat manusia untuk memperoleh hak asasinya daripada sekedar modal finansial. Pembangunan ekonomi seharusnya mengurus kemampuan masyarakat dalam membangun kehidupan, yakni memfasilitasi terciptanya bidang-bidang mata pencaharian yang memadai dan berkelanjutan. Jika mata pencaharian masyarakat mampu menghidupi dirinya dan keluarganya maka kesejahteraan sesungguhnya dirasakan. Hal ini ditandaskan oleh Paus Benediktus XVI dalam ensiklik Caritas in Veritate (CIV).

Pembangunan adalah perjuangan yang membebaskan manusia pertamatama dari akses terhadap hak-hak dasariahnya sehingga bebas dari: kelaparan, penyingkiran ekonomi, wabah penyakit dan buta huruf. Kelaparan bukan terutama soal kekurangan material pangan, tetapi ketiadaan sumberdaya dan kemiskinan. Apa yang tidak terjadi dewasa ini adalah jaringan institusi ekonomi yang mampu menjamin akses teratur pada makanan dan air bagi kebutuhan nutrisi, terutama di saat krisis pangan. Masalah (baca: kedulatan pangan) dengan hormat pada lingkungan (ClV.27).

Berbagi

Seruan Paus Benediktus XVI tersebut berkaitan dengan tema peringatan Hari Pangan Sedunia yang diprakarasi Gereja Katolik lndonesia tahun 2011'. "Kamu Harus Memberi Mereka Makan", masih dalam kerangka tema besar HPS 2010-2012 : "Menyelamatkan Pangan Untuk Semua". Tema tersebut mengajak kita semua untuk pedulikepada masalah pangan karena dalam beberapa tahun ke depan kebutuhan akan pangan akan semakin tidak mencukupi karena sumberdaya yang tidak dikelola secara arif. Seperti halnya yang dikatakan Yesus: "Kamu harus memberi mereka rnakan" (Yoh 6: 9), mengisyaratkan kita untuk selalu hidup dalam kasih dan berbagi kasih kepada orang-orang yang berkekurangan. Dalam konteks pemberdayaan ajakan Yesus dimaksudkan agar umat semakin mengalami pertumbuhan kemampuan untuk membuka diri pada peru-bahan sosial yang terkait dengan persoalan pangan. Karena itu gerakan HPS Gereja Katolik merupakan gerakan moral umat kristiani dalam upaya pencapaian mutu hidup manusia, dengan kata lain: suatu Gerakan Kehidupan. lni merupakan tujuan utama keterlibatan Gereja dalam gerakan HPS.

Penegasan Bapa Paus Benediktus XVI dalam CIV di atas jelas merupakan arahan teknis bagaimana Gereja harus bertindak dalam rangka pembangunan manusia seutuhnya dan upaya bersama mengatasikelaparan. Dasar dari arahan tersebut adalah perintahkasih: mengasihi sesama, komunitas dan lingkungan hidup berarti menginginkan perbaikan hidup dan kehidupan mereka serta mengambil langkah-langkah konkrit untuk perbaikannya.

Kita menyadari memiliki banyak sumber pangan (tema HPS 2010) yang selama ini hilang atau terlupakan karena kita tidak merawatnya sebagai sumber hidup. Telah lama kita kehilangan kekayaan kita sendiri karena kita lebih suka memilih yang konsumtif daripada produktif. Kita telah terseret dalam gaya hidup instan. Maka menumbuhkan keberdayaan diri menjadi kebutuhan mendesak sebagai upaya membangun produktivitas kita. Yesus telah rela untuk menjadi "makanan abadi", semua itu rnerupakan perwujudan solidaritas Allah untuk mengangkat harkat hidup manusia. Semangat kerelaan Yesus telah dan terus menerus diberikan kepada setiap .umat kristiani bersama dengan kornunitasnya dalam perjamuan Ekaristi. Meneladani tindakan Yesus dalam memberikan makanan abadi tesebut mewajibkan para pengikut-Nya untuk memberi makan bagi mereka yang lapar. Tindakan ini nampaknya sulit untuk dijalankan, tetapi dengan kasihAllah, terang akal budi serta iman kepercayaan kepada Allah, maka akan bisa melaksanakannya. Mari kita wujudkan bersama rasa syukur dengan memelihara kehidupan dan membagikan diri kita bagi kesejahteraan bersarna.

Pendidikan Nilai dalam Gerakan HPS

Dalam kerangka mewujudkan Gerekan HPS Gereja Katolik, ada 5 nilai yang hendak dibangun:

1. Nilai Keseimbangan Pangan
Pangan yang kita konsumsi adalah makanan yang memenuhi gizi sehat dan seimbang. Makan asal kenyang biasanya mengkonsumsi karbohidrat (nasi) terlalu banyak, padahal tubuh juga membutuhkan asupan makanan lain yang mengandung protein baik nabati maupun hewani:Vitamin dan mineral dari sayuran dan buah-buahan. Sangat dianjurkan agar kita mulai diet karbohidrat deml kesehatan. Dampaknya adalah pengurangan konsumsi beras dan
penambahan konsumsi daging ternak, ikan, sayuran dan buah-buahan.

2 Nilai Kebersamaan:
kebutuhan akan pangan mempertemukan kita dengan saudara-saudari kita yang lain. Kita akan tergerak jika mengetahui sesama yang kurang makan. Kita akan menjalin kerjasama dengan siapa saja yang berkehendak baik, entah itu institusi gerejani (Komisi PSE, Komisi Komunikasi Sosial, Wanita Katolik Rl, KOPTARI) ataupun non gerejani untuk membangun gerakan pangan dan aksi solidaritas. Nilai ini akan mengalir-kan kehidupan yang didasari bahwa segala sesuatu bukan karena jasa diri sendiri tetapi anugerah Allah yang menyelenggarakan kehidupan secara berkecukupan.

3 Nilai Pemberdayaan:
kesadaran akan kebutuhan pangan menyemangati kita untuk giat dalam pemberdayaan diri bersama masyarakat. Pemberdayaan memerlukan kerja keras, kreativitas, inovasi dan semangat pantang menyerah yang merupakan panggilan dan undangan Allah dalam upaya pemenuhan kebutuhan hidup keluarga. Pemberdayaan diri bersama masyarakat dalam pemenuhan makanan yang sehat dan seimbang didasarkan pada mentalitas kewirausahaan dan kemandirian dalam mengusahakan mata pencahariannya.

4. Nilai Cinta Lingkungan Hidup:
Pemahaman nilai cinta lingkungan hidup akan menggerakkan budidaya kita dalam mengelola sumberdaya dalam seraca arif untuk membangun kehidupan yang berkelanjutan. Semangat cinta lingkungan hidup ini untuk membangun keutuhan ciptaan-Nya menuju kebaikan dan kesejahteraan bersama.

5. Nilai Cinta dalam Keluarga:
kita dipertemukan dalam cinta kasih dalam keluarga lewat kebutuhan makan setiap hari. Tersedianya riakanan yang cukup hari ini merupakan anugerah Allah. Ungkapan syukur ini mengandung makna akan penghargaan terhadap pangan dan prosesnya yang membentuk karakter budaya bangsa.

Mewujudkan Gerakan Bersama

Dalam kerangka peringatan HPS ini, ada banyak.cara kita mewujudkan tema HPS KWI 2011: "Kamu Harus Memberi Mereka Makan", sehingga menjadi gerakan bersama. Kata kunci adalah "Gerakan Kasih" dan "Partisipasi" dengan ragam kegiatan aniara lain:

1. Berpartisipasi memberikan diri kita dalam upaya pemeliharaan kehidupan : tidak merusak alam, aksi menanam pohon, kebersihan lingkungan, penggunaan pupuk dan pestisida alami, dsb.

2. Berpartisipasi memberikan kelebihan kita baik berupa materi (uang, barang) dan non materi (pemikiran, waktu, fasilitas) dalam membantu sesama yang berkekurangan.

3. Menggalang solidaritas yang lebih intensif dalam upaya bersama memerangi kelaparan lewat pemberdayaan masyarakat miskin.

4. Membangun dan mengembangkan komunitas berbagi dalam cara hidup Gereja dan masyarakat.

5. Membangun dan mengembangkan gerakan bersama untuk memfasilitasi terwujudnya peningkatan penghasilansecara wirausaha.

6. Membangun kecintaan kepada petani dan pertanian, terutama kepada anak-anak dan remaja.

Bahan Renungan Peringatan HPS KWI 2011

Bahan Renungan Peringatan HPS KWI 2011
“Kamu Harus Memberi Makan”
SABDA MENJADI DAGING

Pada mulanya adalah "Sabda". Sabda telah menjadi "Daging", dan tinggal di tengah-tengah manusia. Sabda itu adalahAllah sendiri, dan dalam kedagingan-Nya, Allah hadir dan tinggal dalam Yesus Kristus. Yesus Kristus adalah Sabda yang telah menjadi Daging. Dalam kedagingan Yesus Kristus, bahasa Allah bisa dipahami oleh manusia. Kecintaan dan keberpihakan Allah dalam seluruh peristiwa hidup manusia ditampakkan dalam seluruh peristiwa hidupYesus.

Salib Yesus adalah keparipurnaan persembahan agung hidup Yesus kepada Allah. Persembahan agung yang ditampakkan dalam pengabdian bagi keselamatan hidup manusia. Tubuh dan darah Yesus menjadi kurban pendamaian manusia dengan Allah. Manusia didamaikan dengan Allah melalui pengorbanan agung tubuh dan darah Yesus. Tubuh dan darah Yesus menjadi makanan dan minuman abadi yang disediakan dan diberikan Allah supaya manusia selamat. Kebersatuan manusia dengan Allah melalui kebersamaan dalam persaudaraan yang bersolidaritas, berkeadilan dan bercintakasih dengan manusia dan seluruh alam ciptaan, dan inilah tanda keselamatan itu.

Ketertebusan manusia karena menerima Sabda yang telah menjadi Daging, selalu dikenangkan dalam Perayaan Ekaristi. Ekaristi menjadi perayaan kenangan yang sekaligus penghadiran kembali karya penebusan Allah melalui dan dalam Yesus Kristus. Kebersatuan dan keserupaan dalam hidup Kristus menjadikan peristiwa Ekaristi menjadi peristiwa berbagi hidup dan kehidupan. Hidup Yesus dibagikan supaya manusia hidup dalam kelimpahan, dan dalam kelimpahannya manusia membagikan hidupnya supaya terjadi hidup yang berkelanjutan, berkeadilan dan'bercintakasih. Oleh karena itu, Gereja sebagai paguyuban Murid-murid Kristus yang telah mengalami peristiwa penebusan hendaknya juga ikut ambil bagian secara aktif dan kreatif untuk menghadirkan karya baikAllah.

"Kamu harus memberi makan" (Matius 14: 16) adalah sabda yang harus didagingkan oleh Gereja, kalau Gereja ingin dibenarkan oleh Kristus. Mendagingkan sabda dengan "Kamu harus memberi makan" adalah buah ketertebusan murid-murid Kristus untuk berbagi kehidupan. Kehidupan yang memampukan orang untuk berdaya dan berkreatifitas dengan cerdas untuk membagikannya kembali kepada orang lain. Keluarga, lembaga pendidikan, lembaga kesehatan, komunitas kemasyarakatan, dan komunitas religus bisa menjadi alat dan sarana yang efektif dan cerdas untuk proses pendagingan sabda. Sejauh peristiwa penebusan Allah dan ketertebusan manusia disadari dan diimani dengan baik.

Momentum Hari Pangan Sedunia (HPS) bisa menjadi peristiwa pendagingan sabda "Kamu harus memberi makan" bagi lembaga-lembaga Katolik yang telah mengalami peristiwa penebusan (Lembaga Pendidikan Formal, Kesehatan, Lembaga Kemasyarakatan, Komunitas Religus). Sehingga Sabda yang adalah Allah sendiri, bisa semakin bisa disentuhkan dan dirasakan kepada orang-orang yang lapar; lapar akan makanan yang sehat, lapar akan kebenaran dan keadilan, lapqr akan sapaan dan perhatian, lapar akan kasih dan cinta.

Selamat ber-HPS
Tuhan memberkati

Sentani, 19 Juli 2011
Rm. FA. Teguh Santosa, Pr.

RENUNGAN HARI BIASA PEKAN XXVII, SENIN 3 Oktober 2011

RENUNGAN HARI BIASA PEKAN XXVII, SENIN 3 Oktober 2011
Yun 1:1- 2:1,11, MT Yun 2:2,3,4,5,8, Luk 10:25-37

BACAAN INJIL:
Pada suatu kali berdirilah seorang ahli Taurat untuk mencobai Yesus, katanya: "Guru, apa yang harus kuperbuat untuk memperoleh hidup yang kekal?" Jawab Yesus kepadanya: "Apa yang tertulis dalam hukum Taurat? Apa yang kaubaca di sana?" Jawab orang itu: "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu dan dengan segenap akal budimu, dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri." Kata Yesus kepadanya: "Jawabmu itu benar; perbuatlah demikian, maka engkau akan hidup." Tetapi untuk membenarkan dirinya orang itu berkata kepada Yesus: "Dan siapakah sesamaku manusia?" Jawab Yesus: "Adalah seorang yang turun dari Yerusalem ke Yerikho; ia jatuh ke tangan penyamun-penyamun yang bukan saja merampoknya habis-habisan, tetapi yang juga memukulnya dan yang sesudah itu pergi meninggalkannya setengah mati. Kebetulan ada seorang imam turun melalui jalan itu; ia melihat orang itu, tetapi ia melewatinya dari seberang jalan. Demikian juga seorang Lewi datang ke tempat itu; ketika ia melihat orang itu, ia melewatinya dari seberang jalan. Lalu datang seorang Samaria, yang sedang dalam perjalanan, ke tempat itu; dan ketika ia melihat orang itu, tergeraklah hatinya oleh belas kasihan. Ia pergi kepadanya lalu membalut luka-lukanya, sesudah ia menyiraminya dengan minyak dan anggur. Kemudian ia menaikkan orang itu ke atas keledai tunggangannya sendiri lalu membawanya ke tempat penginapan dan merawatnya. Keesokan harinya ia menyerahkan dua dinar kepada pemilik penginapan itu, katanya: Rawatlah dia dan jika kaubelanjakan lebih dari ini, aku akan menggantinya, waktu aku kembali. Siapakah di antara ketiga orang ini, menurut pendapatmu, adalah sesama manusia dari orang yang jatuh ke tangan penyamun itu?" Jawab orang itu: "Orang yang telah menunjukkan belas kasihan kepadanya." Kata Yesus kepadanya: "Pergilah, dan perbuatlah demikian!"

RENUNGAN:

Orang beriman berarti juga siap menjadi repot untuk sesama.

Pada umunya bila seseorang kebetulan menyaksikan suatu kejadian atau tabrakan di jalan raya, umumnya orang takut atau ragu untuk menolong korban. Keraguan dan ketakutan itu biasanya karena dengan alasan tidak mau repot kelak diminta menjadi saksi atas kejadian itu. Sebab bisa saja terjadi bahwa niat menolong malah dituduh menjadi pelaku dari suatu kejadian, apalagi kalau korban itu meninggal dan tidak ada orang lain yang melihat kejadian. Pada saat demikian biasanya mengambil ilmu selamat yakni membiarkan dan menjauh dari peristiwa itu. Selain itu takut malah ditudh sebagai pelaku, juga tidak mau repot. Mungkin hal demikian yang terjadi dalam perumpaan hari ini. Imam dan orang lewi yang lewat dan melihat orang yang menderita karena dirampok itu, mereka melihat dan menghindari korban, tidak memberi pertolongan. Padahal jelas mereka adalah para pemuka agama yang mengajarkan ajaran Tuhan, yang tentunya mereka harus membantu. Mengapa mereka tidak mau membantu orang itu? Banyak alasan yang bisa diambil, mungkin saja mereka tidak mau repot membantu, mereka mungkin sedang sibuk karena ada pekerjaan yang menunggu atau memang mungkin mereka tidak mempunyai rasa kepedulian terhadap sesama. Mereka sebagai pemuka agama, mengajarkan sabda Tuhan, tetapi tidak menjadi pelaku sabda Tuhan.
Hal yang demikian pasti banyak terdapat dalam diri orang beriman. Banyak orang beriman begitu bangga karena mereka bukan orang jahat, bangga karena aktif dalam kegiatan menggereja dan ahli dalam mewartakan sabda Tuhan. Namun mengatakan diri sebagai orang beriman dan aktif dalam kehidupan menggereja, itu tidaklah cukup bagi Tuhan. Orang beriman harus juga terutama menjadi pelaku cinta kasih kepada sesama terutama orang yang menderita.

Berbicara tentang cinta kasih memang mudah, tetapi melakukannya bukanlah hal yang mudah. Kerap kali ketika melihat orang yang menderita atau sesama yang membutuhkan pertolongan, orang yang berkata ‘kasihan’ atau medoakan agar Tuhan membantu mereka, padahal mereka sendiri bisa melakukan sesuatu kepada sesama yang menderita. Kasih kepada sesama hendaknya bukan hanya sebata-kata atau doa, tetapi suatu perbuatan nyata.
Persoalan lain adalah pengertian tentang sesama. Membantu atau mengasihi orang yang kita kenal, memang bukanlah hal yang sulit apalagi mengasihi atau membantu orang yang mendatangkan keuntungan kepada kita, baik keuntungan materi maupun moril. Tetapi membantu sesama yang tidak kita kenal dan tidak mendatangkan keuntungan kepada kita, ini pasti hal yang sangat sulit. Sesama bagi kita seringkali adalah orang yang kita kenal baik. Namun Tuhan mengatakan bahwa sesama kita adalah semua orang terutama orang yang menderita. Sehingga kasih kepada sesama adalah kasih yang tidak mengenal batas dan tidak membeda-bedakan.

Maka semoga kita iman kita sungguh berbuah dalam kasih kepada sesama. Kasih itu terwujud dalam perbuatan nyata kepada sesama terutama yang membutuhkan pertolongan. Kita hendaknya menjadi pelaku kasih, bukan hanya berkata-kata tentang kasih kepada sesama. Memang membantu orang berarti siap menjadi repot. Menjadi orang beriman, berarti siap repot bagi dan demi sesama. Amin.

RENUNGAN HARI MINGGU BIASA PEKAN XXVII MINGGU 2 Oktober 2011

RENUNGAN HARI MINGGU BIASA PEKAN XXVII
MINGGU 2 Oktober 2011
Yes 5:1-7, Mzm 80:9,12,13-14,15-16,19-20, Flp 4:6-9, Mat 21:33-43

BACAAN INJIL: Mat 21:33-43

“Kebun anggur Tuhan itu akan disewakan kepada panggarap-penggarap lain.”

"Dengarkanlah suatu perumpamaan yang lain. Adalah seorang tuan tanah membuka kebun anggur dan menanam pagar sekelilingnya. Ia menggaliri lobang tempat memeras anggur dan mendirikan menara jaga di dalam kebun itu. Kemudian ia menyewakan kebun itu kepada penggarap-penggarap lalu berangkat ke negeri lain. Ketika hampir tiba musim petik, ia menyuruh hamba-hambanya kepada penggarap-penggarap itu untuk menerima hasil yang menjadi bagiannya. Tetapi penggarap-penggarap itu menangkap hamba-hambanya itu: mereka memukul yang seorang, membunuh yang lain dan melempari yang lain pula dengan batu. Kemudian tuan itu menyuruh pula hamba-hamba yang lain, lebih banyak dari pada yang semula, tetapi merekapun diperlakukan sama seperti kawan-kawan mereka. Akhirnya ia menyuruh anaknya kepada mereka, katanya: Anakku akan mereka segani. Tetapi ketika penggarap-penggarap itu melihat anaknya itu, mereka berkata seorang kepada yang lain: Ia adalah ahli waris, mari kita bunuh dia, supaya warisannya menjadi milik kita. Mereka menangkapnya dan melemparkannya ke luar kebun anggur itu, lalu membunuhnya. Maka apabila tuan kebun anggur itu datang, apakah yang akan dilakukannya dengan penggarap-penggarap itu?" Kata mereka kepada-Nya: "Ia akan membinasakan orang-orang jahat itu dan kebun anggurnya akan disewakannya kepada penggarap-penggarap lain, yang akan menyerahkan hasilnya kepadanya pada waktunya." Kata Yesus kepada mereka: "Belum pernahkah kamu baca dalam Kitab Suci: Batu yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan telah menjadi batu penjuru: hal itu terjadi dari pihak Tuhan, suatu perbuatan ajaib di mata kita. Sebab itu, Aku berkata kepadamu, bahwa Kerajaan Allah akan diambil dari padamu dan akan diberikan kepada suatu bangsa yang akan menghasilkan buah Kerajaan itu.

RENUNGAN:
Hidup adalah milik dan anugerah Allah. Maka Allah berhak menuntut hasil atau buah dari hidup yang diberikan-Nya kepada manusia.

Dalam suatu usaha yang membutuhkan modal, orang pasti mengharapkan keuntungan dari usaha mereka. Suatu perusahaan yang menanamkan modal pada perusahaannya ataupun pada perusahaan lain, pasti mengharapkan untung. Keuntungan tentu bukan hanya sekedar laba lebih dari nilai pembelian barang, tetapi selain itu, keuntungan juga bisa membuat perusahaan itu tetap hidup. Bila suatu usaha atau perusahaan rugi atau bangkrut, itu berarti terjadi kesalahan menagemen pekerjaan dan keuangan. Tentu harus dicari akar permasalahannya. Intinya pemilik modal berhak mendapatkan untung dari modal yang ditanamkan. Semakin besar modal yang ditanamkan, semakin besar pula untung yang diharapkan.

Yesus berbicara tentang kebun anggur. Dikatakan bahwa tuan tanah membuka kebun anggur, mengolah tanah, tentu juga memberi bibit yang bagus, memagar sekeliling kebun itu, juga membuat tempat memeras anggur buah dari kebun itu. Dengan semua yang dibuat oleh tuan itu wajar bahwa dia mengharapkan hasil dari kebun anggurnya. Dia mempercayakan kebun anggur itu kepada para penggarap. Ketika hasil panen tiba, dia mengirim utusannya untuk meminta hasil dari kebun anggurnya. Namun penggarap-penggarap itu bukan hanya tidak mau membagikan hasil yang menjadi hak tuan itu, malahan mereka mengusir dan sebagian membunuh utusan tuan pemilik kebun anggur itu. Hingga pada akhirnya tuan itu juga mengutus anaknya, tetapi anak tuan itu juga dibunuh oleh penggarap-penggarap itu.

Perumpamaan ini menggambarkan bahwa pemilik kebun anggur itu adalah Tuhan sendiri, kebun anggur itu adalah bangsa Israel sebagaimana dikatakan dalam bacaan I tadi. Itu berarti bahwa kebun anggur itu adalah hidup itu sendiri yang dianugerahkan Tuhan kepada kita. Sedangkan penggarap-penggarap itu adalah kita semua yang memperoleh hidup dari Allah. Allah itu sebagai pemilik kebun anggut sungguh mahakasih. Dia menjadikan hidup, memberikan hidup kepada kita untuk kita garap. Agar hidup itu juga menghasilkan buah sebagaimana harusnya, Tuhan juga menyediakan hal-hal yang perlu sehingga hidup itu menghasilkan buah yang manis. Tuhan sebagai pemilik hidup yang dianugerahkan kepada kita, tentu berhak menuntut hasil darinya. Namun apa yang terjadi? Banya orang yang tidak menyadari bahwa hidup itu adalah anugerah Tuhan yang dipercayakan kepadanya, juga Tuhan memberi segala sesuatu kemampuan bagi manusia agar hidup itu tidak hanya sekedar bertahan tetapi juga menghasilkan buah. Karena manusia itu tidak sadar akan hal ini sehingga mereka tidak percaya kepada Tuhan, dan tidak menghasilkan buah seperti yang diharapkan oleh Tuhan, yakni iman dan hidup menurut kehendak Tuhan.

Bila kita sungguh sadar bahwa hidup itu adalah milik Tuhan, anugerah yang dipercayakan Tuhan kepada kita, tentu kita menghargai hidup itu, menghargai hidup orang lain dan juga berusaha agar hidup itu menghasilkan buah. Buah-buah dari anugerah itu harus kita kembalikan kepada Allah, yakni hidup semakin dekat dengan-Nya, hidup percaya kepada-Nya, sesuai dengan kehendak-Nya dan berbuah kebaikan kepada sesama. Orang yang merasa hidup itu adalah miliknya, dia akan tidak mau berbagi buah hidup dengan orang lain. Tetapi orang yang menyadari bahwa hidup itu adalah milik Tuhan yang dipercayakan untuk dia garap, dia akan memberikan buah yang menjadi hak Allah sebagai pemilik hidup yakni dengan mau berbagi buah hidup dengan sesama. Semakin besar berkat hidup dan kepercayaan yang diterima dari Allah, semakin besar pula Allah menuntut buah daripadanya. Kiranya yang sering terjadi, buah yang dihasilkan orang yang mendapat berkat hidup banyak malah sama hasilnya dengan orang yang dipercayakan sedikit, malahan jauh lebih sedikit.

Hidup anugerah dan pemberian Allah dan Allah berhak menuntut buah dari hidup itu. Ini memang bukanlah hal yang gampang, sebab banyak tantangan dan persoalan yang kita hadapi. Namun adanya tantangan dan persoalan yang kita hadapi, hendaknya bukan menjadi alasan bagi kita untuk tidak menghasilkan buah sebagaimana dikehendaki oleh Tuhan. Sebab Tuhan sendiri sebenarnya sudah memberikan segala sesuatu yang perlu agar hidup itu menghasilkan buah, Tuhan memberi kita kemampuan untuk dapat menggarap kebun anggur Tuhan sehingga berbuah. Hanya kita seringkali kita kurang menyadari kemampuan yang dianugerahkan Tuhan kepada kita, bahkan kadang seakan menganggap bahwa Tuhan tidak memberikan kita kemampuan itu. Tuhan memberi kita kemampuan, maka kita harus berusaha menggali kemampuan yang sudah diberikan kepada kita sehingga kita mengjadi penggarap kebun anggur yang baik sehingga menghasilkan buah. Selain itu, seperti dikatakan oleh Paulus dalam bacaan II, kita tidak usah khawatir tentang apapun juga, tetapi menyatakan segala hal keinginan kita kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur. Tuhan lah pemilik hidup, Tuhan juga menjadi jaminan bagi kita yang pasti seiap sedia membantu kita dalam menggarap kebun anggut yang dipercayakan-Nya kepada kita. Asal kita sungguh mau berusaha menggarap hidup yang dianugerahkan Tuhan kepada kita supaya menghasilkan buah sebagaimana dikehendaki oleh Allah, Tuhan pasti mau membantu kita, sehingga kekhawatiran hidup kita sampaikan kepada-Nya dalam doa dan ucapan syukur, seraya kita selalu serusaha hidup sesuai dengan kehendak-Nya. Yakinlah bahwa Tuhan akan membantu.

Maka semoga kita menyadari bahwa hidup adalah milik Tuhan, kebun anggur Tuhan yang dipercayakan kepada kita untuk kita garap. Tuhan sebagai pemilik kebun anggut, berhak menuntut buah dari kita. Semakin besar kepercayaan yang diberikan Tuhan kepada kita, semakin besar pula Tuhan menuntut buah dari kita. Semoga kita mensyukuri hidup pemberian Allah. Amin.

 
Maka hendaklah sekarang ini kelebihan kamu mencukupkan kekurangan mereka, agar kelebihan mereka kemudian mencukupkan kekurangan kamu, supaya ada keseimbangan! (2Kor 8:14)