Pembangunan Gereja Paroki Tigalingga

Pembangunan Gereja Paroki sedang berlangsung. Kami sangat mengarapkan uluran kasih para Saudara untuk membantu.

Gotong Royong Pembangunan Gereja

Tidak ada kata yang bisa melukiskan pengalaman indah pada waktu gotong royong pengecoran lantai 2 bangunan Gereja selain, suatu keyakinan bahwa semuanya dapat terlaksana adalah karena MUKJIJZAT ALLAH BEKERJA.

Pengecoran Lantai Panti Imam Gereja

Pengecoran Lantai 2 bangunan Gereja ini dilakukan pada hari Selasa, 30 Agustus 2011 yang lalu. Luas yang dicor adalah 19 m x 24 m. Hujan yang mengguyur tidak menyurutkan semangat umat.

Kerjasama Imam dan Umat

Uskup emeritus KAM, Mgr. A.G.Pius Datubara OFM.Cap, datang berkunjung ke Paroki dan memberi semangat pada umat dalam pembangunan Gereja Paroki. Para pastor juga ikut berkerja bersama umat dalam pembangunan Gereja.

Misa Tridentin: Warisan Liturgi Yang Dipertahankan

HIDUPKATOLIK.com - Paus Benediktus XVI mengeluarkan Surat Apostolik Summorum Pontificum yang menjamin penggunaan Misa Tridentin...

Pembinaan Para Pengurus Gereja

Tidak sedikit umat katolik yang kerap menganggap bahwa Liturgi adalah sekedar perayaan wajib biasa yang dilaksanakan pada hari minggu.

Pertemuan Ibu-Ibu dan Pesta Pelindung Paroki

Pertemuan para ibu se-paroki telah terlaksana pada hari Kamis-Sabtu, 15 s/d 16 Juli 2011. Pertemuan ini mengundang semua ibu katolik yang ada di paroki untuk hadir dalam pertemuan/pembinaan para ibu katolik dan juga segaligus menjalin kebersamaan para ibu. Penutupan pertemuan sikaligus Pesta Pelindung Paroki.

Pembinaan Asmika se-Paroki

Biarkanlah anak-anak datang kepada-Ku; inilah yang menjadi tema dari pertemuan dan pembinaan minggu gembira yang telah berlangsung dengan sangat baik.

Mudika Ambil bagian dalam pembangunan Gereja Paroki

Mudika paroki tidak mau berpangku tangan melihat pembangunan Gereja paroki. Para mudika juga ambil bagian dengan mengumpulkan kerikil di sungai.

Pengecoran Lantai Balkon Gereja (Bagian 1)

Umat dari lingkungan paroki dan juga dari beberapa stasi kembali bekerja sama dengan bergotong royong membangun gereja paroki. Untuk kali ini, umat bergotong royong men-cor lantai balkon bangunan Gereja.

Pengecoran Lantai Balkon Gereja (Bagian 2)

Allah peduli. Karena kepedulian Allah atas pembangunan rumah-Nya ini, maka kami kamipun peduli dan bisa melanjutkan pembangunanini. Kepedulian Allah kami rasakan juga lewat kepedulian para Saudara.

Pengecoran Lantai Balkon Gereja (Bagian 3)

Mari kita memuliakan Tuhan, tidak hanya dengan kata2 indah, tetapi dengan perbuatan nyata dengan rela berkorban.

Pertemuan akhir Tahun 2011 Pengurus Gereja se-Paroki

Para pengurus Gereja adalah ‘ujung tombak’ Gereja khususnya di stasi-stasi. Peran para pengurus Gereja ini sangat sentral dalam kehidupan Gereja di stasi-stasi.

Gua Maria dan Menyambut Hari Raya Natal

Persiapan menyambut hari Raya Natal 25 Desember 2011.

Rahmat dan Perlindungan Tuhan

Pastor Anton Manik O.Carm selamat dari kecelakaan mobil masuk jurang.

Rekoleksi dan Aksi Panggilan

Biarkanlah anak-anak datang kepada-Ku.

Pesan Prapaskah Kepausan 2012

"Kita Tidak Boleh Diam Saja terhadap Kejahatan" "Marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih dan dalam pekerjaan baik" (Ibr. 10:24).

Pembangunan Gereja Santo Petrus Stasi Rante Besi

Dalam kemiskinan, kesederhanaan, umat membangunan Gereja. Meraka tidak memiliki uang, tetapi mereka memiliki harapan dan iman pada Tuhan.

Misa Perdana Pastor Andreas Korsini Lamtarida Simbolong O.Carm

Puji Syukur pada Tuhan, karena berkat-Nya, misa Perdana Pastor Andreas Lamtarida Simbolon O.Carm bersama 4 Pastor Karmel yang baru ditahbiskan, dapat terlaksana dengan baik pada hari Rabu 31 Oktober 2012 di Stasi Gundaling 1, paroki Maria dari gunung Karmel Tigalingga.

Bakti Sosial : Pengobatan Gratis

Dalam Rangka Menyongsong Jubileum Gereja Katolik di Dairi dan Pakpak Bharat, diadakan bakti Sosial Pengobatan Gratis di Paroki Maria dari Gunung Karmel Tigalingga, pada 9 Desember 2012 yg lalu. Puji syukur pada Tuhan, kegiatan ini berlangsung dengan sangat memuaskan.

Mari Berbagi Berkat Tuhan

 photo UskupEmeritusKAMMgrPiusDautabra.jpg Photobucket

MENDAMBAKAN BERKAT TUHAN

SYALOM...SELAMAT DATANG.
"Maka hendaklah sekarang ini kelebihan kamu mencukupkan kekurangan mereka, agar kelebihan mereka kemudian mencukupkan kekurangan kamu, supaya ada keseimbangan."(2Kor 8:14)
"Muliakanlah Tuhan dengan hartamu dan dengan hasil pertama dari segala penghasilanmu." (Amsal 3:9)
"Janganlah menahan kebaikan dari pada orang-orang yang berhak menerimanya, padahal engkau mampu melakukannya." (Amsal 3:27)
"Barangsiapa mempunyai harta duniawi dan melihat saudaranya menderita kekurangan tetapi menutup pintu hatinya terhadap saudaranya itu, bagaimanakah kasih Allah dapat tetap di dalam dirinya?" (1 Yohanes 3:17)
Saya Pastor Paroki Maria dari Gunung Karmel Tigalingga, atas nama Panitia Pembangunan dan semua umat, memohon bantuan uluran kasih/dana untuk pembangunan Gereja Paroki. Kami sangat membutuhkan berkat Tuhan lewat uluran tangan dari para donatur.
Kami berharap dan berdoa Para Saudara berkenan berbagi berkat Tuhan kepada kami untuk pembangunan Gereja ini yang adalah rumah Tuhan sendiri.
BRI 5379 Unit Tigalingga Sidikalang
No. Rekening : 5379-01-000112-50-8
Nama : PANITIA PEMBANGUNAN GEREJA KATOLIK.
ATAU
BCA KCU MEDAN
NO.0222053453.
Atas Nama : ADYTIA PERMANA P.
(Adytia Permana P. adalah Romo Adytia Permana Perangin-angin O.Carm. Beliau dulu bertugas di Paroki Tigalingga, juga mengawali pembangunan ini, namun sekarang beliau bertugas di Keuskupan Agung Medan sebagai ekonom.Beliau kami minta buka rekening di BCA khusus untuk pembangunan ini, karena di daerah kami tidak ada BCA.)
Kami sangat senang bila sudah mentransfer persembahan, bapak/ibu/saudara/saudari memberitahukan ke kami melalui:
E mail ke :.
parokimariagk3lingga@yahoo.com
atau di SMS ke:.
Romo Anton Manik O.Carm : 081370836645
Romo Willy O.Carm : 081333837433
Untuk lebih jelasnya permohnan kami ini, Para Saudara dapat melihatnya di sini.... Sehubungan dengan Gambar pembangunan dapat melihatnya di sini....
Demikian kiranya Permohonan ini kami sampaikan. Atas dukungan, doa dan bantuan Bapak, Ibu dan Para Saudara-Saudari, kami mengucapkan banyak terima kasih.Berkat Tuhan senantiasa menyertai kita semua. Amin.
HORMAT KAMI:
Pastor Antonius Manik O.Carm

VARIA PAROKI

REKOLEKSI DAN AKSI PANGGILAN TELAH TERLAKSANA DENGAN SANGAT BAIK ;"> "APA YANG KAMU CARI?" (Yoh 1:38).
Puji syukur pada Tuhan, karena Rekoleksi dan Aksi panggilan untuk siswa-siswi Katolik Usia SMP dan SMA se-paroki Tigalingga sudah terlaksana dengan sangat baik. Kegiatan ini dihadiri hampir 400 orang anak. Semuanya dapat terlaksana hanya karena berkat Tuhan. Terimakasih juga kami sampaikan kepada semua Saudara yang telah mendukung dan mendoakan kegaitan kami ini. Kegiatan ini dilaksanakan hanya dengan menggunakan dana partisipasi peserta dan swadaya paroki, karena tidak mendapatkan bantuan dari donatur manapun, namun karena berkat Tuhan dan doa para Saudara, semuanya dapat berjalan dengan sangat baik. Semoga dari antara anak-anak ini, kelak ada yang menjadi Imam dan biarawan-biarawati.
Photobucket
Tuhan memberkati kita.
Kegembiraan dan Persaudaraan
Photobucket
Hari Ulang tahun Romo Anton M.Carm yang seharusnya tanggal 15 Januari 2010, baru dirayakan hari Minggu Minggu 16 Januari 2011 lalu, bersama Romo-romo Karmel se-Dairi, bersama beberapa umat Paroki Tigalingga di Aula Paroki Tigalingga. Pada kesempatan itu, Rm. Bernad O.Carm, pastor paroki Sidikalang memberi kado ulang tahun yakni 20 sak semen untuk pembangunan Gereja dan Rm. Anton sendiri menyumbangkan semua hadiah ultah untuk pembangunan Gereja. Saat itu, hadiah uang yang diperoleh sebanyak Rp. 1.100.000,-. Lumayanlah untuk tambahan dana pembangunan Gereja. Trimakasih buat semuanya.
Saldo Pesta Pelantikan Pengurus Gereja dan Penerimaan Sakramen Krisma, 6-7 Nop. 2010.
Pada hari Kamis 18 Nopember 2010 telah diadakan Evaluasi dan pembubaran Panitia. Saldo dari kegiatan tersebut adalah Rp. 22.320.500 Acara ini dapat berjalan dengan baik karena partisipasi semua umat. Dana juga bisa Saldo karena umat menyumbangkan hasil-hasil pertanian mereka dengan harapan ada Saldo untuk pembangunan Gereja Paroki.Jadi selain dana partisipasi dari umat, juga umat menyumbangkan hasil pertanian yang dibutuhkan untuk mengurangi dana konsumsi. Syukur pada Tuhan, akhirnya memang ada saldo untuk dana pembangunan Gereja. Terimakasih kami ucapkan kepada semua umat Paroki, DPP, Para Panitia, Para Donatur dan siapa saja yang mendoakan dan mendukung kegitan ini. Yesus memberkati kita semua selalu. Amin.

BACAAN HARI MINGGU BIASA KE XXXIV : HARI RAYA TUHAN KITA YESUS KRISTUS RAJA SEMESTA ALAM

BACAAN HARI MINGGU BIASA KE XXXIV :
HARI RAYA TUHAN KITA YESUS KRISTUS RAJA SEMESTA ALAM
MINGGU 20 Nopember 2011
Yeh 34:11-12,15-17, Mzm 23:1-2a,2b-3,5-6, 1Kor 15:20-26,28, Mat 25:31-46

BACAAN I: Yeh 34:11-12,15-17

“Kamulah kawanan-ku dan aku menjadi hakim antara domba dengan domba.”

Sebab beginilah firman Tuhan ALLAH: Dengan sesungguhnya Aku sendiri akan memperhatikan domba-domba-Ku dan akan mencarinya. Seperti seorang gembala mencari dombanya pada waktu domba itu tercerai dari kawanan dombanya, begitulah Aku akan mencari domba-domba-Ku dan Aku akan menyelamatkan mereka dari segala tempat, ke mana mereka diserahkan pada hari berkabut dan hari kegelapan. Aku sendiri akan menggembalakan domba-domba-Ku dan Aku akan membiarkan mereka berbaring, demikianlah firman Tuhan ALLAH. Yang hilang akan Kucari, yang tersesat akan Kubawa pulang, yang luka akan Kubalut, yang sakit akan Kukuatkan, serta yang gemuk dan yang kuat akan Kulindungi; Aku akan menggembalakan mereka sebagaimana seharusnya. Dan hai kamu domba-domba-Ku, beginilah firman Tuhan ALLAH: Sungguh, Aku akan menjadi hakim di antara domba dengan domba, dan di antara domba jantan dan kambing jantan.

MAZMUR TANGGAPAN : Mzm 23:1-2a,2b-3,5-6

Reff.: Tuhanlah gembalaku, aku tanggak kekurangan.

1. Mazmur Daud. TUHAN adalah gembalaku, takkan kekurangan aku.
Ia membaringkan aku di padang yang berumput hijau, Ia membimbing aku ke air yang tenang;

2. Ia membaringkan aku di padang yang berumput hijau, Ia membimbing aku ke air yang tenang;
Ia menyegarkan jiwaku. Ia menuntun aku di jalan yang benar oleh karena nama-Nya.

3. Engkau menyediakan hidangan bagiku, di hadapan lawanku; Engkau mengurapi kepalaku dengan minyak; pialaku penuh melimpah.
Kebajikan dan kemurahan belaka akan mengikuti aku, seumur hidupku; dan aku akan diam dalam rumah TUHAN sepanjang masa.

BACAAN II: 1Kor 15:20-26,28,

“Kristus akan menyerahkan kerajaan Allah Bapa, supaya Allah menjadi segalanya bagi semua orang.”

Tetapi yang benar ialah, bahwa Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati, sebagai yang sulung dari orang-orang yang telah meninggal. Sebab sama seperti maut datang karena satu orang manusia, demikian juga kebangkitan orang mati datang karena satu orang manusia. Karena sama seperti semua orang mati dalam persekutuan dengan Adam, demikian pula semua orang akan dihidupkan kembali dalam persekutuan dengan Kristus. Tetapi tiap-tiap orang menurut urutannya: Kristus sebagai buah sulung; sesudah itu mereka yang menjadi milik-Nya pada waktu kedatangan-Nya. Kemudian tiba kesudahannya, yaitu bilamana Ia menyerahkan Kerajaan kepada Allah Bapa, sesudah Ia membinasakan segala pemerintahan, kekuasaan dan kekuatan. Karena Ia harus memegang pemerintahan sebagai Raja sampai Allah meletakkan semua musuh-Nya di bawah kaki-Nya. Musuh yang terakhir, yang dibinasakan ialah maut.
Tetapi kalau segala sesuatu telah ditaklukkan di bawah Kristus, maka Ia sendiri sebagai Anak akan menaklukkan diri-Nya di bawah Dia, yang telah menaklukkan segala sesuatu di bawah-Nya, supaya Allah menjadi semua di dalam semua.

BACAAN INJIL: Mat 25:31-46

“Ia akan bersemayam di atas tahta kemuliaan-Nya, dan memisahkan orang-orang yang satu dari yang lain.”

"Apabila Anak Manusia datang dalam kemuliaan-Nya dan semua malaikat bersama-sama dengan Dia, maka Ia akan bersemayam di atas takhta kemuliaan-Nya. Lalu semua bangsa akan dikumpulkan di hadapan-Nya dan Ia akan memisahkan mereka seorang dari pada seorang, sama seperti gembala memisahkan domba dari kambing, dan Ia akan menempatkan domba-domba di sebelah kanan-Nya dan kambing-kambing di sebelah kiri-Nya. Dan Raja itu akan berkata kepada mereka yang di sebelah kanan-Nya: Mari, hai kamu yang diberkati oleh Bapa-Ku, terimalah Kerajaan yang telah disediakan bagimu sejak dunia dijadikan. Sebab ketika Aku lapar, kamu memberi Aku makan; ketika Aku haus, kamu memberi Aku minum; ketika Aku seorang asing, kamu memberi Aku tumpangan; ketika Aku telanjang, kamu memberi Aku pakaian; ketika Aku sakit, kamu melawat Aku; ketika Aku di dalam penjara, kamu mengunjungi Aku. Maka orang-orang benar itu akan menjawab Dia, katanya: Tuhan, bilamanakah kami melihat Engkau lapar dan kami memberi Engkau makan, atau haus dan kami memberi Engkau minum? Bilamanakah kami melihat Engkau sebagai orang asing, dan kami memberi Engkau tumpangan, atau telanjang dan kami memberi Engkau pakaian? Bilamanakah kami melihat Engkau sakit atau dalam penjara dan kami mengunjungi Engkau? Dan Raja itu akan menjawab mereka: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku. Dan Ia akan berkata juga kepada mereka yang di sebelah kiri-Nya: Enyahlah dari hadapan-Ku, hai kamu orang-orang terkutuk, enyahlah ke dalam api yang kekal yang telah sedia untuk Iblis dan malaikat-malaikatnya. Sebab ketika Aku lapar, kamu tidak memberi Aku makan; ketika Aku haus, kamu tidak memberi Aku minum; ketika Aku seorang asing, kamu tidak memberi Aku tumpangan; ketika Aku telanjang, kamu tidak memberi Aku pakaian; ketika Aku sakit dan dalam penjara, kamu tidak melawat Aku. Lalu merekapun akan menjawab Dia, katanya: Tuhan, bilamanakah kami melihat Engkau lapar, atau haus, atau sebagai orang asing, atau telanjang atau sakit, atau dalam penjara dan kami tidak melayani Engkau? Maka Ia akan menjawab mereka: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang tidak kamu lakukan untuk salah seorang dari yang paling hina ini, kamu tidak melakukannya juga untuk Aku. Dan mereka ini akan masuk ke tempat siksaan yang kekal, tetapi orang benar ke dalam hidup yang kekal."

Vatikan ambil langkah hukum terkait iklan ciuman

Vatikan ambil langkah hukum terkait iklan ciuman

Vatikan mengatakan pada Kamis bahwa pihaknya mengambil tindakan hukum untuk mencegah publikasi dari sebuah montase foto yang menunjukkan Paus mencium seorang klerik Muslim terkemuka sebagai bagian dari kampanye iklan Benetton.

Pernyataan dari sekretaris negara Vatikan dikeluarkan meskipun perusahaan pakaian Italia itu telah mengumumkan menarik foto itu setelah kritik keras dari Takhta Suci.

Vatikan mengatakan sekretariat negaranya akan meminta para pengacara “mengambil tindakan di Italia dan luar negeri untuk mencegah beredarnya foto itu di media massa dan di tempat-tempat lain.”

Vatikan mengatakan foto Benetton itu “melukai tidak hanya martabat paus tetapi juga kepekaan umat beriman.”

Poster itu menunjukkan Paus Benediktus berkecupan bibir dengan Ahmed el Tayyeb, imam Masjid Al-Azhar di Kairo, Mesir, dan seorang tokoh Islam Sunni.

Foto itu adalah bagian dari kampanye global melalui yayasan UNHATE yang memuat foto-foto dari para pemimpin politik dan agama yang sedang berciuman.

Foto-foto kejutan lain menunjukkan Presiden AS Barack Obama mencium mitranya dari Cina Hu Jintao dan Presiden Venezuela Hugo Chavez.

Sebuah foto lain memperlihatkan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berciuman dengan Presiden Palestina Mahmud Abbas. Presiden Prancis Nicolas Sarkozy berciuman dengan Kanselir Jerman Angela Merkel.

Poster-poster itu muncul di toko-toko pakaian Benetton serta di koran, majalah dan di situs-situs Web Internet.

Perusahaan itu membela kampanyenya, dengan mengatakan tujuannya “adalah semata-mata untuk memerangi budaya kebencian dalam segala bentuknya.”

Beberapa jam peluncuran kampanye itu pada Rabu, Vatikan mengeluarkan pernyataan yang mengungkapkan “protes keras atas penggunaan foto Bapa Suci itu yang benar-benar tidak dapat diterima, dimanipulasi dan dieksploitasi dalam kampanye publik dengan tujuan komersial.”

“Ini menunjukkan kurangnya penghormatan terhadap Paus, sebuah pelanggaran terhadap perasaan umat beriman, sebuah demonstrasi yang jelas tentang bagaimana publik dapat melanggar aturan-aturan dasar yang menghormati orang dengan menarik perhatian yang bersifat provokatif,” kata juru bicara Vatikan Pastor Federico Lombardi SJ.

Rangkulan diantara Paus dan imam itu juga sempat ditampilkan di spanduk pada Rabu di Castel Sant’Angelo dekat Roma, tidak jauh dari Vatikan.

Sumber: Vatican Takes Legal Action Over Kissing Ads

Disadur dari: www.cathnewsindonesia.com

RENUNGAN HARI BIASA PEKAN XXXIII, Sabtu 19 Nopember 2011

RENUNGAN HARI BIASA PEKAN XXXIII, Sabtu 19 Nopember 2011
(Rafael dr Yosef Kalinowski, Mechtildis )
1Mak 6:1-13, Mzm 9:2-3,4,6,16b,19, Luk 20:27-40

BACAAN INJIL:
Maka datanglah kepada Yesus beberapa orang Saduki, yang tidak mengakui adanya kebangkitan. Mereka bertanya kepada-Nya: "Guru, Musa menuliskan perintah ini untuk kita: Jika seorang, yang mempunyai saudara laki-laki, mati sedang isterinya masih ada, tetapi ia tidak meninggalkan anak, saudaranya harus kawin dengan isterinya itu dan membangkitkan keturunan bagi saudaranya itu. Adalah tujuh orang bersaudara. Yang pertama kawin dengan seorang perempuan lalu mati dengan tidak meninggalkan anak. Lalu perempuan itu dikawini oleh yang kedua, dan oleh yang ketiga dan demikianlah berturut-turut oleh ketujuh saudara itu, mereka semuanya mati dengan tidak meninggalkan anak. Akhirnya perempuan itupun mati. Bagaimana sekarang dengan perempuan itu, siapakah di antara orang-orang itu yang menjadi suaminya pada hari kebangkitan? Sebab ketujuhnya telah beristerikan dia." Jawab Yesus kepada mereka: "Orang-orang dunia ini kawin dan dikawinkan, tetapi mereka yang dianggap layak untuk mendapat bagian dalam dunia yang lain itu dan dalam kebangkitan dari antara orang mati, tidak kawin dan tidak dikawinkan. Sebab mereka tidak dapat mati lagi; mereka sama seperti malaikat-malaikat dan mereka adalah anak-anak Allah, karena mereka telah dibangkitkan. Tentang bangkitnya orang-orang mati, Musa telah memberitahukannya dalam nas tentang semak duri, di mana Tuhan disebut Allah Abraham, Allah Ishak dan Allah Yakub. Ia bukan Allah orang mati, melainkan Allah orang hidup, sebab di hadapan Dia semua orang hidup." Mendengar itu beberapa ahli Taurat berkata: "Guru, jawab-Mu itu tepat sekali." Sebab mereka tidak berani lagi menanyakan apa-apa kepada Yesus.

RENUNGAN:
Masih sering kita temui orang berziarah kemakam dengan mambawa makanan dan meletakkannya di makan. Kebiasaan ini menyiratkan bahwa orang yang telah dimakamkan di situ, dia atau rohnya masih tinggal di situ dan dia membutuhkan makan. Adapula kebiasaan yang kita temukan dalam budaya tertentu yakni acara memanggil roh arwah yang telah meninggal. Kita tidak tahu dari mana mereka dipanggil, tetapi yang jelas dengan peristiwa seperti itu, itu berarti dianggap arwah orang meninggal tinggal pada tempat tertentu atau mungkin masih gentayangan di dunia ini. Kebiasaan ini masih banyak dilakukan oleh orang dan orang yang sudah menyebut dirinya kristen juga masih banyak yang melakukannya.

Kita juga pasti pernah mendengar suatu ajaran reinkarnasi, yakni ajaran yang mengatakan bahwa seseorang akan hidup kembali setelah dia mati. Seseorang yang telah mati akan hidup kembali dalam suasana yang baru, sesuai dengan bagaimana hidupnya sebelum dia mati. Bila dalam hidup sebelumnya dia baik, maka dia akan hidup kembali dengan keadaan baik pula. Tetapi bila seseorang itu dalam hidup sebelumnya tidak baik atau jahat, maka setelah dia mati, dia hidup kembali dalam bentuk lain, bahkan dikatakan juga bisa jadi hidup dalam bentuk binatang. Tentu bukan demikian ajaran kristiani sehubungan dengan hidup setelah kamatian.

Kemana kita setelah mati?

Yesus mengajarkan bahwa setelah mengalami kematian di dunia ini, orang akan mengalami kebangkitan badan. Hal ini sulit dimengerti oleh orang-orang Saduki. Orang Saduki tidak mengakui adanya kebangkitan badan. Bagi mereka bila seseorang mati, berarti hidupnya berakhir dan menganggap hanya hidup inilah hidup, tidak ada lagi kehidupan lain setelah kehidupan di dunia ini. Pemikiran seperti ini juga banyak dihidupi orang zaman ini, sehingga ada orang yang mengatakan, “Hidup hanya sekali, maka harus dinikmati sepuas-puasnya.Juga kita tidak tahu apakah ada kehidupan setelah kematian dan bagaimana keadaan kita setelah mati, sehingga mengapa hidup yang sekarang tidak dipuas-puaskan?” Prinsipi seperti ini persis sama dengan pemikiran orang-orang Saduki yang menentang ajaran Yesus tentang kebangkitan badan. Oleh karena itu mereka mencoba menyangkal ajaran Yesus dengan menggunakan logika manusia sebagaimana kita dengarkan dalam injil hari ini.

Yesus mengajarkan bahwa setelah orang mati, dia akan dibangkitkan untuk masuk dalam kehidupan yang sejati, hidup yang sempurna, abadi dan penuh kebahagiaan karena hidup bersama dengan Allah. Hidup setelah kebangkitan bukan seperti hidup di dunia ini dan bukan seperti yang dipikirkan oleh manusia. Orang telah mati dibangkitkan dan hidup seperti malaikat-malaikat bersama dengan Allah di surga. Kebahagiaan, kesempurnaan hiduplah yang diperoleh orang yang mati ketika dibangkitkan.

Ajaran Yesus tentu bertetentangan dengan gambaran kebiasaan atau ajaran yang kita sebutkan di atas tadi. Ajaran atau kebiasaan di atas jelas menunjukkan bahwa hidup seseorang setelah kematian tidak punya kejelasan atau tidak ada kesudahaannya yang sempurna. Sedangkan ajaran Yesus mengatakan bahwa kesempurnaan hidup, keabadian hidup dan kebahagian hidup bersama Allah itulah pencapaian hidup manusia. Inilah kiranya yang menjadi kerinduan dan harapan kita kelak setelah kita mengalami kematian di dunia ini.

Bila kita menyakini ajaran Yesus ini tentunya kita menyingkirkan kebiasaan-kebiasaan sebagaimana kita sebutkan di atas. Ajaran ini hendaknya membuat kita menjadi hidup dalam semangat dan harapan supaya kelak masuk dalam keabadian hidup di surga. Sehingga hidup yang sekarang adalah persiapan untuk beroleh hidup kekal itu. Jalan satu-satunya yang ditawarkan oleh Yesus adalah percaya kepada Dia, mengikuti Dia, dan itu nyata dalam perbuatan hidup setiap hari yang sesuai dengan kehendak Allah. Dengan menghyati ajaran ini, kita selalu hidup dalam pengharapan akan kehidupan kekal yang penuh dengan kebahagiaan, sehingga walaupun dalam hidup dunia ini kita menderita, kita tidak putus asa karena bila kita tetap hidup baik, setia kepada Yesus, kehidupan kekal sudah menanti kita setelah kita dibangkitkan dari kematian. Maka semoga kita selalu sadar bahwa masih ada kehidupa sejati, kehidupan kekal yang siap menantikan kita bila kita hidup baik dalam kehidupan sekarang. Amin.

Uskup KWI: SBY Harus Stop Kekerasan di Papua

Uskup KWI: SBY Harus Stop Kekerasan di Papua

(17/11/2011)Wakil Ketua II Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) Leo Labalajar mengatakan persoalan Papua tidak akan tuntas jika kekerasan masih saja terjadi. Kesejahteraan masyarakat dapat dibangun jika suasana damai terwujud.

"Kami mendorong Pemerintah Pusat untuk mewujudkan dialog dengan masyarakat Papua. Niat Presiden SBY untuk menyelesaikan masalah Papua hendaknya diwujudkan," katanya dalam jumpa pers di kantor KWI, Jalan Cut Meutia, Menteng, Jakarta Pusat, Kamis 17 November 2011.

Menurut Leo, satu-satunya jalan yang harus dipakai oleh pemerintah untuk membangun Papua adalah dialog. Jika kekerasan dilawan dengan kekerasan hanya akan melahirkan kekerasan baru dan menambah masalah.

Terlebih jika ungkapan pendapat dan pernyataan politik sekelompok masyarakat Papua yang disampaikan secara terbuka dan damai ditanggapi dengan gertak senjata, penangkapan, penganiayaan atau pembunuhan.

"Ucapan-ucapan indah seperti 'membangun Papua dengan hati' hendaknya dimulai dengan dialog dari hati. Dengan hati lapang, tanpa stigmatisasi apapun, hendaknya Pemerintah mendengarkan jeritan hati orang-orang Papua dan kisah penderitaan yang dialami sejak integrasi dengan NKRI," ujarnya.

Leo menuturkan pemerintah perlu mempertemukan berbagai komponen masyarakat Papua, seperti, Pemerintah Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah serta Majelis Rakyat Papua untuk mengakomodasi keinginan mereka mengenai cara dan materi dialog. Dia juga mewanti-wanti pemerintah untuk tidak mendiskreditkan kelompok-kelompok yang memperjuangkan kemerdekaan Papua.

"Entah OPM atau apapun namanya, baik yang berada di dalam negeri maupun luar negeri, harus mendapat tempat utama dalam dialog," terangnya.

Untuk menjamin terjadinya dialog yang bermartabat, adil dan benar serta saling menghormati, harus ada pihak ketiga yang terpercaya untuk menjadi penengah. Selain itu, Leo menuntut pemerintah untuk meminta maaf, mengganti rugi, memulihkan hak-hak orang Papua dan menegakkan keadilan atas segala pelanggaran HAM yang dialami oleh mereka.

Otsus dan TNI

Leo Labalajar yang juga seorang Uskup di Jayapura menuturkan Undang-undang Otonomi Khusus sampai saat ini belum terlaksana secara efisien. Dengan banyaknya uang yang beredar di Papua, dia mengakui banyak pula oknum-oknum pejabat daerah Papua yang melakukan korupsi.

"Penggunaan uang itu tidak efisien, dihambur-hamburkan oleh pejabat pemerintah. Pendidikan untuk masyarakat juga tidak baik sehingga orang tidak dapat menyerap (dana otsus tersebut) secara produktif," katanya.

Dia menambahkan kehadiran TNI di tanah Papua terlalu banyak. Kondisi itu bukan membuat masyarakat aman atau terlindungi melainkan menimbulkan permusuhan.

"Mereka tidak mempunyai kegiatan yang secara positif mengisi waktunya, banyak yang hanya bermain kartu saja. Kami mendorong pemerintah untuk mengurangi jumlah TNI di Papua," ucapnya.

(vivanews)

Disadur dari: www.mirifica.net

RENUNGAN HARI BIASA PEKAN XXXIII, Jumat 18 Nopember 2011

RENUNGAN HARI BIASA PEKAN XXXIII, Jumat 18 Nopember 2011
(Pemberkatan Gereja-gereja Basilik St.Petrus & Paulus, Rasul)
1Mak 4:36-37,52-59, MT 1Taw 29:10,11abc,11d-a2a,12bcd, Luk 19:45-48

BACAAN INJIL:
Lalu Yesus masuk ke Bait Allah dan mulailah Ia mengusir semua pedagang di situ, kata-Nya kepada mereka: "Ada tertulis: Rumah-Ku adalah rumah doa. Tetapi kamu menjadikannya sarang penyamun." Tiap-tiap hari Ia mengajar di dalam Bait Allah. Imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat serta orang-orang terkemuka dari bangsa Israel berusaha untuk membinasakan Dia, tetapi mereka tidak tahu, bagaimana harus melakukannya, sebab seluruh rakyat terpikat kepada-Nya dan ingin mendengarkan Dia.

RENUNGAN:
Satu saat sehabis perayaan ekaristi di stasi, saya melihat umat langsung menyalakan rokok dan merokok di dalam gereja. Saya melarang beliau dan mengatakan bahwa di dalam Gereja maupun di pintu teras umat tidak boleh merokok. Sambil mematikan rokoknya dia menjawab, “Loh, ini kan bukan gereja paroki pastor, dan toh di sini tidak ada Tabernakel.” Suatu jawaban yang mungkin logis. Dari cerita bebarapa umat, umat masih seringkali merokok di gereja, orang tidak merokok hanya kalau pastor datang ke stasi. Inilah suatu kenyataan di beberapa gereja kita, umat tidak bisa lagi menghayati nilai kekudusan gedung gereja sebagai tempat yang dikuduskan untuk Tuhan. Masih banyak umat yang menganggap bahwa gedung gereja tidak ada ubahnya seperti gedung serbaguna dan bahkan kedai tuak sehingga kurang menjaga kesakralan gedung gereja. Malahan kerap terjadi, umat kalau di rumah sungguh menjaga kebersihan, mengajar anaknya agar tidak membuang sampah sembarangan di dalam rumah, membuka sepatu atau sandal bila di dalam rumah, tetapi hal sebaliknya saat di gereja, umat kurang menjaga kebersihan, malahan dengan seenaknya membuang tissu atau memberi makan anaknya saat di dalam gereja dan bungkusnya dibiarkan begitu saja di dalam gereja.

Kenyataan ini terjadi di daerah pedalaman karena kurangnya pemahaman dan keyakinan umat bahwa gereja adalah tempat yang dikuduskan bagi Tuhan. Namun hal ini juga bisa kurang dipahami karena kenyataan banyak bentuk dan mutu gedung gereja di pedesaan kurang mendukung nilai kekudusan gedung gereja tersebut karena gereja itu sangat sederhana, jauh dari keindahan dan bahkan seringkali jauh lebih bagus rumah umat sekitar. Gedung gereja yang sangat sederhana, yang sebenarnya tidak layak itu bisa memperngaruhi penghargaan dan penghayatan umat akan kesakralan gedung gereja tersebut. Dari sebab itulah, gedung gereja hendaknya juga mendukung hakekat gereja itu sendiri. Namun untuk daerah-daerah pedesaan atau pedalaman, hal ini umumnya sulit diwujudkan karena pada umumnya banyak gereja di pedalaman sebeanarnya dari segi fisik tidak mendukung kekudusan gereja itu sendiri, karena umat tidak mempunyai biaya untuk membangun gedung gereja yang layak.

Namun kiranya penghayatan umat akan nilai luhur atau kekudusan gedung gereja tidak sepenuhnya ditentukan oleh bentuk fisik bangunan tersebut. Sebab yang menjadikan gedung gereja itu dikuduskan adalah iman bahwa gereja itu disepersembahkan kepada Tuhan sebagai tempat umat untuk bertemu dengan Allah, tempat umat bersama-sama memuji memuliakan Allah. Kalau umat sungguh-sungguh hidup dalam iman, tentu bagaimanapun jeleknya gedung gereja itu, umat akan tetap menjaga kebersihan, memelihara dan menjaga sikap selama berada di dalam gereja atau disekitarnya.

Apa yang kami katakan di atas tentu tidak atau hampir tidak pernah terjadi di gereja-gereja yang ada di kota-kota. Sebab pada umumnya gedung gereja di kota-kota bentuknya sangat bagus, mewah, anggun dan malah yang mana semuanya itu sangat mendukung penghayatan umat akan keyakinan bahwa gereja adalah tempat yang kudus. Juga suatu kenyataan bahwa gedung gereja di kota-kota jelas jauh lebih bagus daripada rumah sendiri. Namun bukan berarti bahwa sudah semua umat sungguh menghayati kekudusan gereja itu. Sebab kitapun bisa menjadi gereja menjadi sarang penyamun sebagaimana yang dikatakan oleh Yesus dalam injil hari ini. Hal ini bisa terjadi bila mana kita tidak berlaku sopan saat berada di dalam gereja. Sebab sudah suatu hal yang biasa kita temui bahwa orang datang ke gereja dengan berpaikan yang biasa dipakai ke mall-mall, atau ke tempat rekreasi atau bahkan memakai pakaian yang layaknya dipakai ke pantai. Ada juga yang memakai sandal jepit yang biasa dipakai ke kamar mandi. Seringkali alasan yang dilontarkan adalah bahwa yang terpenting bukan pakaian atau apa yang dikenakan, tetapi hati yang datang untuk memuji Tuhan. Aneh memang, bila kita menghadiri suatu resepsi atau menghadiri rapat, kita pasti mengenakan pakaian yang layak dan pantas, tetapi untuk menghadiri perjamuan Tuhan di gereja kita justru mengenakan pakaian atau alas kaki yang tidak layak. Memang benar, yang penting adalah hati, tetapi penampilan luar juga menampilkan isi hati atau isi iman kita selama di dalam gereja.

Selain itu, juga kita menjadikan gereja sebagai sarang penyamun bila mana kita tidak berlaku sopan selama di dalam gereja. Lebih parah lagi bila hati dan pikiran kita tidak bersih, misalnya di dalam gereja kita masih sibuk memikirkan bisnis, rencana-rencana kerja, memelihara kebencian apalagi bila kita melihat orang yang kita benci juga ada di dalam gereja, dan lebih parah lagi bila di dalam gereja kita malah merencanakan perbuatan yang tidak baik. Tidak sedikit umat yang datang ke gereja, badannya di gereja tetapi hati dan pikirannya menembus dinding gereja dan malah jauh di tempat lain.

Oleh sebab itu, baiklah teguran Yesus dalam injil hari ini kita perhatikan dan kita renungkan. Sejauhmana penghayatan kita akan kekudusan gereja sebagai tempat yang telah dikuduskan untuk Allah.

Paus Benediktus XVI Susah Jalan

Paus Benediktus XVI Susah Jalan

(Kota Vatikan 11/11/11)Inilah alasan utama kenapa pemimpin Takhta Suci Vatikan Paus Benediktus XVI saat ini lebih sering menggunakan kursi roda. Menurut Andrea Tornielli, wartawan dari surat kabar La Stampa, Italia, ia menderita arthrosis.

Ini merupakan penyakit yang menyebabkan penderitanya sulit untuk berjalan. Seperti dilaporkan the Daily Telegraph, Jumat, 11 November 2011, Tornielli mengungkapkan arthrosis itu menyerang lutut, pangkal paha, dan pergelangan kaki Paus Benediktus.

Karena itulah, sejak bulan lalu pemimpin umat Katolik sejagat ini meminta kursi roda untuk memimpin misa di Basilika Santo Peter. Para pembantunya mendorong kursi roda itu menuju altar.

Kesehatan lelaki 84 tahun yang memburuk ini membuat khawatir karena pekan depan ia berencana melawat ke Benin. Ini merupakan kunjungan keduanya di Benua Afrika selama enam tahun ia menjadi Paus. Vatikan kemarin mengumumkan Paus Benediktus tahun depan dijadwalkan melawat ke Kuba dan Meksiko.

Namun juru bicara Vatikan Pastor Federico Lombardi membantah laporan arthrosis yang diderita pria keturunan Jerman itu. Ia menegaskan untuk lelaki seusianya, kesehatan Paus Bendiktus secara umum bagus. "Kondisi kesehatannya baik dan ia mampu menjalankan tugas-tugasnya," katanya. (Tempo Interaktif)

(Foto: AP)

Disadur dari: www.mirifica.net

RENUNGAN HARI BIASA PEKAN XXXIII, Kamis 17 Nopember 2011

RENUNGAN HARI BIASA PEKAN XXXIII, Kamis 17 Nopember 2011
Elisabet dr Hungaria
1Mak 2:15-29, Mzm 50:1-2,5-6,14-15, Luk 19:41-44

BACAAN INJIL
Dan ketika Yesus telah dekat dan melihat kota itu, Ia menangisinya, kata-Nya: "Wahai, betapa baiknya jika pada hari ini juga engkau mengerti apa yang perlu untuk damai sejahteramu! Tetapi sekarang hal itu tersembunyi bagi matamu. Sebab akan datang harinya, bahwa musuhmu akan mengelilingi engkau dengan kubu, lalu mengepung engkau dan menghimpit engkau dari segala jurusan, dan mereka akan membinasakan engkau beserta dengan pendudukmu dan pada tembokmu mereka tidak akan membiarkan satu batupun tinggal terletak di atas batu yang lain, karena engkau tidak mengetahui saat, bilamana Allah melawat engkau."

RENUNGAN:
Sungguh luar biasa besar kasih Allah atas manusia. Allah menghendaki semua manusia beroleh hidup bahagia, beroleh keselaamtan kekal dan kebahagiaan kekal di surga. Walaupun manusia menolak dengan tidak mendengarkan ajaran-Nya dan menolak Dia, Yesus bukannya marah atau membenci tetapi justru bersedih hati melihat orang tidak bertobat dan tidak mau percaya kepada-Nya. Injil hari ini sungguh indah menggambarkan kasih Allah kepada orang-orang Yerusalem yang tidak mau menerima Dia dan tidak mau bertobat, Yesus sampai menangis atas kedegilan hati mereka yang tidak mau bertobat. Yesus sedih mengingat bagaimana nasib orang-orang di Yerusalem yang menolak Dia, mereka akan menerima kebinasaan hidup. Yesus sungguh tidak menghendaki mereka binasa, Dia tidak membenci mereka karena menolak, tetapi bersedih dan bahkan menangisi nasib mereka.

Pasti hingga saat ini Yesus masih menangis karena kita umat yang dikasihi-Nya. Bahkan mungkin Yesus lebih sering menangis karena ulah kita. Sebab kita mengatakan bahwa kita percaya kepada Dia, tetapi dalam kenyataannya kita tidak mengikuti ajaran dan teladan hidup-Nya, kita masih hidup dalam kedosaan. Kalau orang-orang Yerusalem jelas-jelas menolak Dia, kita menerima Dia tetapi tidak sungguh hidup sebagai murid-Nya. Kiranya perbuatan yang demikian yang dinamakan sejenis mengkhianati Yesus, sehingga lebih sakit kiranya bila dikhianati daripada ditolak. Maka hari ini, mari kita segera bertobat dari hidup kedosaan kita, jangan biarkan Yesus sering menangis karena kedegilan hati kita yang tidak mau bertobat. Ingatlah, Yesus sungguh mengasihi kita, Dia tidak menghendaki kelak hidup kita binasa.

Selain itu, mari kita juga meneladan sikap Yesus dalam hubungan kita dengan sesama yang mungkin tidak mau mendengarkan ajakan kita agar mereka bertobat. Kita seringkali kecewa terhadap sesama atau kerabat kita yang tetap hidup dalam ketidakbaikan walaupun kita sudah sering menegur dan mengingatkan mereka agar bertobat. Rasa jengkel yang memuncak bisa menjadi rasa benci atau tidak peduli dengan sesama kita yang hidup dalam kedosaan, membiarkan mereka. Atau ada pula yang malah senang melihat orang jatuh dalam kedosaan. Sikap demikian kiranya jauh dari kita para pengikut Yesus. Sebagai pengikut Yesus, kita harus justru prihatin dengan sesama yang hidup dalam perbuatan yang tidak baik, kita hendaknya selalu berusaha tanpa putus asa mengajak mereka bertobat. Kita juga ikut menangis bagi mereka yang tetap tegar hati tidak mau bertobat, kita sedih karena kita tahu mereka akan masuk dalam kebinasaan hidup. Sehingga janganlah kiranya membenci atau menjauhkan orang yang menolak kita atau orang yang menolak niat baik kita untuk menolong atau mengajak mereka bertobat. Kita menangisi nasib hidup mereka seraya berdoa bagi mereka supaya Tuhanlah yang mempertobatkan mereka sehingga kelak masuk dalam kebahagiaan kekal.

Maka semoga kita bukan orang yang ikut membuat Yesus menangis dan semoga kita ikut menangis bersama Yesus atas orang lain yang tidak mau bertobat. Amin.

RAJAWALI HARUS TERBANG LAGI (Selamat atas Pesta Perak STFTSt. Yohanes - Pematangsiantar)

RAJAWALI HARUS TERBANG LAGI
(Selamat atas Pesta Perak STFTSt. Yohanes - Pematangsiantar)


STFT St. Yohanes Pematangsiantar Yang tahun ini genap berusia 25 tahun mempunyai simbol rajawali. Rajawali adalah salah satu wajah dari empat wajah dari mahluk dalam teks Yehezkiel 1:10. Empat wajah mahluk tersebut kemudian hari oleh para Bapa Gereja dijadikan simbol empat pengarang Injil dalam Perjanjian Baru. St. Yohanes secara tradisi mendapatkan simbol rajawali.

Konon rajawali adalah burung yang bukan hanya mampu terbang paling tinggi (pasti juga bisa terbang sangat rendah) tetapi juga yang mempunyai umur paling panjang dari antara jenis burung. Dalam hal umur, rajawali bisa mencapai 70 tahun. Luar biasabukan? Bukankah 70 tahun adalah umur manusia menurut Kitab Mazmur?

Namun untuk bisa mencapai umur 70 tahun, rajawali harus bersedia melakukan tapa brata-askese tinggi dan perombakan diri besar-besaran. Keduanya membutuhkan mentalitas baru. Umur 70 tahun itu dapat dicapainya dalam dua tahap. Pada sekitar usia 40 tahun, paruhnya telah terlalu melengkung bengkok dan kuku kuku cakarnya juga demikian. Dua piranti tubuhnya yang menjadi senjata perkasa itu tidak mudah lagi menangkap mangsa dan menyuapi dirinya. Bulubulu sayapnya akan telah terlalu tebal dan berat, dan justru tidak mudah dikepakkan untuk terbang. Pada saat ini hanya ada dua pilihan baginya: mati menyedihkan tidak terhormat karena putus asa atau melanjutkan hidup dengan melalui proses yang sangat berat, yang membutuhkan ketahanan fisik, keteguhan niat, kesabaran dan kerendahan hati yang prima, serta keberanian menjalani dan menempuh resiko menderita. Sebab proses tersebut akan menyakitkan dan memakan waktu tak kurang dari 1 50 hari. Rajawali sejati akan memilih alternatif ke dua. Untuk bisa hidup lebih lama lagi, ada beberapa tahap yang harus dia lakukan:

Pertama: dia harus terbang mencari tempat yang sepi yang bisa dipastikan akan aman tanpa gangguan, sekurang-kurangnya untuk 150 hari ke depan. Biasanya tempat itu adalah pohon yangtinggi di tengah hutan belantara.

Kedua: di atas pohon itu, dia harus membangun sarang untuk bertapa.

Ketiga: setelah sarang selesai, dia harus mencari makanan sebanyak-banyaknya untuk persedia.

Keempat: mulailah proses yang sangat berat dan menyakitkan yakni, dengan paruhnya sendiri, dia harus mencabuti kuku-kuku cakarnya yang telah terlalu panjang yang tidak efektif lagi untuk mencengkeram, Selesai mencabuti kuku-kukunya, dia harus mencopot paruhnya yang telah melengkung itu dengan mematukkannya pada benda yang keras, supaya rusak dan hanya menyisakan tulang rawan. Proses keempat ini pastilah sangat menyakitkan. Namun ini belum yang terakhir.

Kelima: Setelah cakar dan paruhnya lepas, kini yang bisa dilakukan hanyalah duduk tepekur di sarangnya, menunggu sampai kedua senjata hidupnya itu tumbuh dan kuat kembali.

Keenam: Selelah paruhnya tumbuh dan kuat, sekali lagi dia harus melakukan proses yang menyakitkan, yakni mencabuti bulu-bulu sayapnya yang panjang dan berat itu.

Ketujuh: Setelah semua bulu panjangnya tedepas, dia tak bisa berbuat apapun lagi kecuali
duduk diam menunggu bulubulunya tumbuh dan menjadi kuat.

Seluruh proses itu butuh waktu tak kurang dari lima (5) bulan. Jika seluruh proses itu berjalan dengan baik dia akan bisa terbang lagi, untuk seperti terlahir kembali dalam hidup baru yang bisa mencapai 30 tahun ke depan. Dalam kehidupan yang baru, rajawali itu dapat terbang gagah kembali. Seluruh cakrawala kini dapat dia arungi kembali sama baiknya ,seperti kehidupannya yang lama.

Namun dapatkah kita membayangkan bagaimana pergulatan batin rajawali sebelum memutuskan menjalani proses tersebut dan bagaimana perjuangan melawan rasa sakit dan kesepian selama proses berlangsung? Apakah makanan yang dia kumpulkan akan cukup untuk lima bulan? Bagaimana kalau makanan itu tidak cukup? Berhemat dan kalau perlu harus berani berpuasa serta pantang berfoya-foya itulah satu-satunya cara. Bagaimana dia dirundung cemas sebab jangan-jangan ketika dia tak berdaya akan ada ular yang mendekatinya atau burung pemangsa lain menyerangnya? Apakah luka-lukanya akan sembuh atau makin hari akan makin menjadi koreng?

Keputusan untuk menjalani proses tersebut membutuhkan perubahan mentalitas. Dia harus memutuskan apakah bersedia menerima diri dari dulu si perkasa menjadi kini tak berdaya. Proses rnenyakitkan, ketika mencabuti kuku dan merusak paruhnya, dan kemudian mencabuti bulu-bulunya sendiri membutuhkan daya tahan luar biasa mengatasi rasa sakit. Rasa kesepian tanpa aktivitas berarti selama menunggu kuku, paruh dan bulu-bulunya tumbuh, membutuhkan kesabaran yang tinggi. Jika manusia tak berdaya, masih bisa berdoa. Apakah
selama diam itu rajawali juga berdoa? Hal-hal seperti itu tidak dia perlukan kalau dia memilih alternatif pertama, yakni putus asa dan mati muda tak terhormat. Rajawali sejati kendatipun
perkasa dan nampak pongah dapat menjadi rajawali yang bijak jika dia memiliki kerendahan hati. Dia harus dengan tulus dan rendah hati berani menanggalkan kejayaan masa lalu untuk
dapat hidup baru dan berkarya lagi.

STFT St. Yohanes, "si rajawali” itu tahun ini berpesta perak. Kita patut bersyukur. Banyak hal telah disumbangkan oleh STFT ini untuk Propinsi Gerejawi Sumatera, untuk Propinsi Kapusin Medan, Sibolga dan Pontianak, serta untuk Kustodia Konventual Medan. Alumni STFT yang menjadi imam diosesan ada yang bekerja di Aceh tetapi juga ada yang di papua
(2 iman diosesan dari Pangkalpinang dan masing-masing 1 imam diosesan dari Palembang dan Tanjungkarang). Yang religius selain pada propinsinya masing-masing, ada yang menjadi misionaris di China, di Madagaskar, philipina, Australia, Dili; selain yang bekerja di Jakarta, NTT danjuga Papua. Beberapa alumni baik imam diosesan maupun religius juga sedang menjalani studi lanjut baik di universitas:Indonesia maupun di Eropa danAmerika.

Dan karena alumni STFT St. Yohanes tidak semuanya menjadi imam, maka tidak hanya dalam lingkungan Gereja STFT telah menyumbangkan pengaruhnya. Ada yang menjadi awam juga ada yangbekerja diAceh dan di Papua dan tentu saja tak terbilang yang di bagian lain Sumatera dan Jawa, termasuk di Ibukota Jakarta. Mereka ada yang pegawai negeri namun banyak juga yang wiraswasta dan tentu saja tidak sedikit yang bekerja di lingkungan Gereja dan aktif sebagai pengurus Gereja, baik Gereja lokal maupun Gereja nasional.

Ketika Mgr. Mathias Brans (memimpin Keuskupan,Agung Medan l92l-195 5) memimpikan adanya lembaga pendidikan imam di Sumatera yang terwujud dengan berdirinya seminari menengah di Padang tahun 1950, pasti tidak membayangkan bahwa kemudian hari akan ada STFT seperti yang ada sekarang. Bahkan mungkin Mgr. Ferrerius van den Hurk (memimpin Keuskupan Agung Medan l955 – l97 ) yang pada tahun 1956 mendirikan Seminari Tinggi Kapusin belum membayangkan hal ini. Tahun 1956 Seminari Tinggi Kapusin hanya dimulai dengan 3 frater dan menumpang di Seminari Menengah Pematangsiantar.

Kini STFT memiliki mahasiswa calon imam tak kurang dari 300 orang. Mereka adalah calon imam diosesan dari enam keuskupan di Sumatera, dari Kapusin Propinsi Medan, Sibolga dan Pontianak (sekarang datang mahasiswa dari Propinsi Portugal), Kustodia Konventual dan beberapa anggota tarekat religius. Tahun ini bahkan para frater Kapusin Timor Timur ikut bergabung. Panggilan memang berlimpah karena panenan juga berlimpah. STFT yang ada saat ini diprakarsai berdirinya pada tahun 1986 oleh enam uskup Sumatera waktu itu (Mgr. A.G.P. Datubara, Mgr. Anicetus B. Sinaga, Mgr. M. D. Situmorang, Mgr. J. H. Soudant, Mg.A.Henrisoesanta, dan Mgr. R. F. J.Reichenbach) dan P. Bamabas Winkler (Propinsial Ordo Kapusin Indonesia). Mereka sepakat mendirikan STFT yang dimiliki bersama oleh enam keuskupan dan Ordo Kapusin' Ordo Konventual baru bergabung kemudian. Dan ketika propinsi Kapusin Indonesia dibagi menjadi tiga propinsi, masing-masing propinsi juga ikut bergabung menjadi anggota BKS (Badan Kerja Sama), pemilikSTFT.

Sejak didirikan STFT mempunyai dua program studi, Yakni Program S1 yang bergabung dengan Unika ST. Thomas sebagai Fakultas Filsafat; dan program Post S1 yang dapat dikatakan semacam progam S2 namun bersifat lokal, dan maka ijazah Post S1 juga bersifat lokal. Program Post S1 ini lebih menekankan studi Teologi. Karena itu sekolah ini disebut STFT (Sekolah Tinggi Filsafat dan Teologi).

Saat ini ada rencana STFT untuk memproses program Post S 1 menjadi S 2 resmi dengan 1azah S2 negara. Tentu saja rencana ini dimaksudkan untuk meningkatkan mutu lembaga pendidikan maupun kwalitas lulusan. Ada dilema besar di dalamnya. Di satu pihak materi ajar telah mencukupi bahwa lulusan STFT diganjar dengan gelar S2. Namun setelah 25 tahun berjalan, pada saat ini justru jumlah dosen sangat sedikit, bahkan jauh lebih sedikit dari saat didirikan. Sebagai Fakultas Filsafat, misalnya bagaimana mungkin hanya mempunyai satu dosen filsafat? Akreditasi yang sebelumnya mendapat nilai A kini justru turun dengan nilai B, juga antara lain karena kekurangan dosen itu. Dilema lain yang kiranya lebih mendasar adalah: kendatipun gelar S2 sangat dibutuhkan dalam relasi alumni dengan masyarakat umum, namun apakah gelar itu akan dengan sendirinya menjamin peningkatan kwalitas pelayanan dan pengabdian alumni pada masyarakat? Sebab selama ini dengan program yang ada sekarang tidak mengurangi kwalitas pelayanan dan pengabdian alumni sebagai gembala-gembala umat dan dalam relasinya dengan masyarakat umum. Sementara jika ditingkatkan ke S2, selain membutuhkan kerja keras dosen dan mahasiswa, jumlah dan mutu dosen juga harus ditingkatkan, dan mungkin juga tambahan waktu studi bagi mahasiswa serta tentu saja tambahan biaya pendidikan.

Maka refleksi dan mungkin juga kecemasan kita di Pesta Perak STFT tahun ini adalah: apakah rajawali ini akan (semakin dapat) dengan gagah perkasa terbang tinggi lagi menghasilkan alumni yang mampu menaburi baris bukit dengan butir Sabda-Nya? Mampu menciptakan alumni yang berdedikasi tinggi bagi nusa dan bangsa, bagi Tuhan dan Gereja? (lihat Himne STFT) Apakah rajawali ini akan bersedia menanggalkan kejayaan dan kepongahan serta kekakuan mada lalu (bdk. cerita di atas)' untuk dengan cerdik dan kreatif namun dengan rendah hati bisa dan berani mencari alternatif dan terobosan-terobosan kerasulan baru sehingga Kerajaan Allah makin disebarkan ke sebanyak mungkin orang? Agar tidak menjadi rajawali yang putus asa dan berhenti sampai di sini, seluruh civitas akademika dan stake holder harus dengan serius memikirkan kemungkinan hidup baru bagi STFT'.

Di depan, altematif apapun yang akan dipilih oleh hidup kita, selalu mengandung resiko yang menyakitkan. Namun resiko bisa disikapi peluang dan tantangan yang menggairahkan untuk dihidupi dan ditaklukan. Rajawali yangsejati adalah rajawali yang rendah hati cerdik (artinya cerdas), bijak tidak mudah putus asa melainkan tahan banting, bermental baja. Alumni STFT dan Para mahasiswa/wi yang ada sekarang, milikilah kualitas mental dan semangat rajawali. Selamat, Pesta Perak STFT. Semua Pastilah berharap rajawali ini harus terbang tinggi lagi.

* Penulis: Rektor STSP Sinaksak

Disadur dari: MENJEMAAT, No. 11/XXXIII/Nopember 2011

PERAYAAN YUBILEUM 75TAHUN GEREJA KATOLIK di SAMOSIR

PERAYAAN YUBILEUM 75TAHUN GEREJA KATOLIK di SAMOSIR
Refleksi atas Kehadiran dan Fungsi Agama

Perayaan Yubileum 75 tahun Gereja Kqtolik di Samosir merupakan perayaan syukur atas hadirnya Gereja Katolik di daerah ini. Dalam usia 75 tahun(1936-2011) Gereja telah ikut berpartisipas i untuk membangun iman, moral, dan kemanusiaan masyarakat Samosir. Gereja Katolik termasuk salah satu pioneer dalam membuka dan memajukan pendidikan dan kesehatan masyarakal Samosir. Gereja juga ikutserta berperan dalam pembangunan ekonomi masyarakat lewat Credit Union (CU) dan kelompok-kelompok tani.

GerejaKatolik di Samosir terdiri dari empat paroki, yaitu Paroki Santo Fransiskus Asisi Palipi, Paroki Santo Paulus Onan Runggu, Paroki Santo Mikael Pangururan, dan Paroki Santo Antonio Maria Claret Tomok-Simanindo. Jumlah umahrya sekarang ini 51.792 jiwa dan itu sama dengan40,56% dari jumlah pemeluk agama di Kabupaten Samosir (BPS 2010).

Dinamika Kehidupan Gereja Katolik Samosir

Bukan seperti biasanya penyebaran agama, di mana misionaris menyebarkan agamanya ke daerah yang belum beragama. Hadirnya Gereja Katolik di Tanah Batak - termasuk di Pulau Samosir - diprakarsai oleh orang Batak sendiri. Mereka datang kepada Mgr. Brans di Padang pada tahun l922-1923 meminta supaya Gereja Katolik bermisi diTanah Batak.

Namun ada kesulitan Misi Katolik untuk masuk ke daerah Batak berhubung dengan adanya larangan dari Pemerintah Hindia Belanda. Dalam Buku Hukum pasal 123 (setelah 1925 menjadi pasal 177) yang menyatakan: "Guru-guru Kristen, imam-imam dan pendeta-pendeta bila hendak masuk suatu daerah untuk melaksanakan tugas mereka harus lebih dahulu mendapat izin dari Gubernur Jenderal. Kalau tugas mereka dianggap membahayakan keamanan suatu daerah, maka izin masuk mereka dapat dicabut oleh Gubemur Jenderal. Terurama dubbelzending dilarang (sekaligus Misi Katolik dan Zending Protestan)". Karena Zending Protestan sudah aktif sejak tahun 1860 di Tanah Batak, maka Gubernur Jenderal tidak memberi izin kepada Misi Katolik untuk masuk Tanah Batak.

Menghadapi tantangan-tantangan ini, para misionaris tak henti-hentinya berjuang. Mgr. Brans sendiri berusaha sekuat tenaga untuk memperoleh izin agar para misionaris Katolik dapat masuk ke Tanah Batak, khususnya Tapanuli. Akhirnya pada tahun 1934 Mgr. Matthias Brans menerima surat izin dari Pemerintah Kerajaan Belanda untuk masuk daerah Tapanuli dan memulai misi di antara orang Batak. Pastor Sybrandus van Rossum, misionaris pertama masuk P, Beatus fenniskens, Pastor pertama di Onanrunggu Tanah Batak, tibadi Balige pada tanggal 5 Desember 1934. Dari sana Agama Katolik menyebar ke seluruh daerah Batak.

Dalam perjalanan waktu jumlah orang Katolik berkembang dengan pesat sehingga paroki-paroki baru dibuka. Pada bulan Oktober 1939 Paroki Onan Runggu dibuka. Pada tanggal 1 Agustus 1941 Paroki Pangururan resmi dibuka dengan tujuh stasi. Dan pada tanggal 29 Oklober 2006 dibuka Paroki Tomok-Simanindo yang merupakan pemekaran dari Paroki Parapat dan Pangururan. Memang laju pertumbuhan umat Katolik sempat tersendat oleh pendudukan Jepang. Tetapi sesudah kemerdekaan, pertumbuhan itu jauh lebih cepat berkembang. Orang Batak menerima baik AgamaKatolik.

Perkembangan kuantitatif berlangsung hingga awal tahun 1970-an. Dan karena sudah hampir semua orang Batak memeluk agama – termasuk di Samosir - maka sejak tahun 1970-an orientasi Gereja Katolik lebih kepada pembinaan iman umat. Berbagai komisi didirikan untuk konsolidasi ajaran iman Katolik. Dengan demikian diharapkan pengabdian Gereja kepada masyarakat semakin bermutu.

Refleksi atas Kehadiran dan FungsiAgama Katolik

Setelah 75 tahunhadir dan berkarya di Samosir, Gereja merayakan yubileum.Yubileum ini merupakan momen yang sangat tepat membuat refleksi mendalam atas kehadiran dan fungsi Agama Katolik untuk masyarakat Samosir. Dua hal ingin dicapai lewat perayaan ini. Pertama, Gereja mengevaluasi diri atas segala usaha yang telah dibuat pada masa lalu dan bersyukur atas rahmat Tuhan yang boleh dialami oleh masyarakat Samosir lewat Gereja Katolik. Gereja tidak lupa juga berterimakasih atas jasa-jasa para misionaris untuk menghadirkan dan mengembangkan Gereja. Kedua, Gereja ingin berbuat lebih banyak lagi baik pelayanan rohani maupun fisik demi pembangunan Samosir. Gereja sadar bahwa sebagai institusi agama, dia berfungsi menjadi perekat sendi-sendi kehidupan dan penegak nilai-nilai moral yang baik, benar,jujur dan adil. Untuk mengisi perayaan sepanjang tahun Yubileum, beberapa kegiatan telah dirancalg dan dilaksanakan. Pada tanggal 5 September 2010 telah dilaksanakan Ibadat pembukaan tahun Yubileum di semua gereja di Kabupaten Samosir. Tanggal 11- 12 Desember 2010, Orang Muda Katolik dari ke-empat paroki telah mengadakan penghijauan di Paroki Onan Runggu. Lewat kegiatan ini kaum muda disadarkan betapa pentingnya menjaga kelestarian lingkunan. Dengan kegiatan ini Gereja Katolik juga melaksanakan tugasnya sebagai penjaga keutuhan ciptaan. Tanggal 26 Desember 20 1 0, Gereja dari ke-empat paroki telah melaksanakan Natal Anak-anak Sekolah Minggu (Asmika) di Paroki Palipi. Lewat pesta ini hendak ditanamkan iman Katolik secara dini kepada anak-anak. Tanggal 8 Mei 20 1 I kaum ibu dan bapak ke-empat paroki telah melaksanakan festival budaya di Paroki Tomok-Simanindo. Tari tradisional dan kreasi baru digelar. Lewat festival ini, para orang tua mau menanamkan cinta akan budaya Batak sekaligus menjalin persaudaraan diantara kaum ibu dan bapak. Tanggal 20-22 Mei 20ll, Gereja Katolik dari keempat Paroki telah melaksanakan Sinode di Paroki Pangururan. Sinode ini bertujuan untuk menyatukan visi membangun masyarakat dan daerah Samosir. Sinode memberi tekanan pada tiga pokok penting, yaitu pendalaman paham akan Kekatolikan, peningkatan mutu pengabdian Gereja kepada masyarakat, dan kepedulian Gereja akan lingkungan hidup. Lalu padatanggal l-2 Juli 2011, para kaum religius asal Samosir telah mengadakan reuni di Paroki Pangururan. Tujuan reuni tersebut ialah menjalin kerjasama di antara kaum religius sekaligus memikirkan usaha mengembangkan hidup beragama dan bermasyarakat umat Katolik di Samosir. Dan puncak dari Yubileum sendiri dirayakan pada tanggal 03 Juli 20ll yang lalu di Stasi Silaban, Simbolon Paroki Palipi. Silaban adalah pos misi pertama di Samosir. Pada kesempatan ini, Gereja benyukur kepada Tuhan atas 75 tahum Gereja Katolik hadir dan berkarya di Samosir.

Lewat semua kegiatan ini, Gereja Katolik mau menyatakan diri sebagai komponen utuh masyarakat Samosir dan memberi pelayanan terbaik untuk membangun masyarakat Samosir. Gereja mau hadir sebagai garam dan terang masyarakat. Kehadiran dan fungsinya harus menyatakan kasih, damai, persaudaraan, keadilan, kejujuran, dan membangun solidaritas dengan masyarakat kecil. Gereja hadir untuk menghadirkan kasih Tuhan di tengah masyarakat.

"Yubileum ini sangat berkesan dan menggugah. Saya disadarkan bahwa sudah 75 tahun Katolik di Samosir ini. Rasanya baru kemarin jadi Katolik. Terus terang, belum ada hal yang serius yang saya sumbangkan ke gereja saya. Gereja memang sudah banyak berbuat, tetapi Saya. Apa, ya?",kata Pak Hasoloan Pandiangan sambil mengingat-ingat. Semoga Perayaan Yubileum 75 tahun Gereja Katolik di Samosir menjadi peneguhan dan pembaharuan diri dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya di hadapan Tuhan dan di tengah masyarakat Samosir.

Oleh: P. HermanNainggolan, OFM Cap.

Disadur dari: MENJEMAAT, No. */XXXII/Agustus 2011

MASUKNYA KATOLIK KE SAMOSIR

MASUKNYA KATOLIK KE SAMOSIR

Sejak misionaris-misionaris Kapusin masuk Sumatera (1911), kelompok-kelompok orang Batak telah menyatakan keinginannya untuk masuk agama Katolik.

Atas permohonan orang-orang yang tinggal di Samosir, pada pertengahan Mei 1935 Pastor Sybrandus menyeberang untuk Pertama kali ke Pulau Samosir, persisnya ke Sipinggan Harian di mana stasi telah dibuka dan anggotanya kira-kira 60 keluarga. Pada kunjungan kedua, dibuka dua stasi baru, yakni di Palipi dan Simbolon. Pada November 1935 dibuka lagi dua stasi, yakni Sideak dan Sirait.

Pada 8 November 1935 Mgr. Brans mengunjungi Samosir. Di mana-mana beliau diterima dengan antusias dengan memakai gondan g (gendang). Awalnya di OnanRunggu kemudian di Sipinggan, Sinaga Uruk dan PaliPi. Melihat perkembangan jumlah anggota Gereja Katolik Yang cukup pesat dan menjanjikan di daerah Samosir, maka pada 27 Januai 1936 Mgr. Brans menugaskan Pastor Diego van de Biggelaar sebagai pastor yang khusus melayani di daerah Samosir. Sejak saat itu dia mengunjungi umat secara berkala sambil mencari tempat tinggal yang sesuai. Tak lama kemudian, tepatnya 1April 1936, Pastor Diego, yang juga dipanggil Ompung Bornok, mulai bertempat tinggal sementara di Simbolon sekitar 6 bulan. Karena dia menderita sakit parah sehingga pada akhir Agustus harus dibawa ke Medan. Tugasnya kemudian diserahkan kepada Pastor Procopius Handgraaf.

Kemudian Pada tahun-tahun berikutnya tenaga misi bertambah di Samosir untuk pengembangan dan pelayanan Gereja. Pada 5 Oktober 1936 Pastor Benyamin Dijkstra ditugaskan diSimbolon untuk menemani Pastor Procopius. Pada masa ini kedua pastor tersebut sudah melayani delapan stasi. Dua tahun berikutnya, pada 8 Februari 1938 datang lagi tenaga baru, yaitu Pastor Beatus Jenniskens untuk memperkuat kelompok misi di Simbolon. Menjelang akhir tahun 1938, beberapa stasi baru dibuka di Pangururan dan dilayani dari Simbolon. Pada 1 April 1939, pusat pewartaan di Samosir dipindahkan dari Simbolon ke Palipi. Pada 2l Agustus 1939 tiba tambahan tenaga baru ke Palipi, Yaitu Pastor Wendelinus Willems. Dan Pada 23 Desember 1939 Pastor Reginald Beys ditempatkan di Onan Runggu untuk menemai Pastor Beatus Jenniskens yang sudah lebih dahulu tinggal di sana sejak Oktobers 1939 sudah dibuka Paroki Onan Runggu.

Jumlah umat di daerah Pangururan dan sekitarnya juga mengalami perkembangan yang menakjubkan. Pada tahun 1940 sudah ada tujuh stasi di daerah ini. Masyarakat Pangururan yang sangat antusias terhadap agama Katolik sungguh memberikan harapan perkembangan ke masa depan. Menyadari prospek yang menjanjikan ini, maka diusulkan agar di Pangururan dibuka satu paroki baru. Usul itu ditanggapi positif dan didukung sepenuhnya oleh Mgr. Brans. Pada 1 Agustus 1941 Paroki Pangururan resmi dibuka dengan tujuh stasi dan Pastor Benyamin Dijkstra ditugaskan di sana sebagai pastor paroki dan dibantu oleh dua orang katekis, yakni Bapak Marianus Pandiangan dan Bapak Johannes Chrisostomus Calvin Tampubolon.

Masa Penawanan Jepang dan Pengasingan

Pada tahun 1942 pemeintah Hindia Belanda menyerah kepada Jepang. Ketika kekuasaan diambil alih oleh Jepang maka orang-orang Belanda yang masih tinggal di Indonesia ditawan tentara Jepang tidak terkecuali para pastor yang sedang menjalankan misi di Tanah Batak.
Situasi bahwa semua orang Belanda akan diinternir sudah diketahuioleh para misionaris sebelumnya. Maka mereka mulai memikirkan pelayanan umat saat mereka diinternir. Pada satu kesempatan mereka mengadakan rapat untuk mengangkat sejumlah katekis yang akan memimpin umat selama merekaberada di kamp tahanan Jepang. Langkah ini diambil mengingat umat Katolik yang ada saat itu masih baru dan bahkan sebagian besar masih katekumen.

Untuk memudahkan koordinasi antara parakatekis ini maka atas anjuran Pastor Marianus van den Acker pada Juli 1942 para katekis dikumpulkan di Balige untuk membentuk Badan Pengurus Dewan Misi Darurat Katolik Daerah Tapanuli. Badan ini bertujuan agar para katekis dapat membicarakan bersama berbagai persoalan yang terjadi dalam pelayanan mereka istimewa persoalan antara urnat. Setelah Badan ini dibentuk, diangkatlah Bonifacius Panggabean sebagai ketua. Dari sejumlah katekis yang telah berjasa selama bertahun-tahun ini di antaranya adalah Johannes Chrisostomus Calvin Tampubolon, J.I.A. Situmorang (ayah dari Mgr. Martinus D. Situmorang), Bonifacius Panggabean, C. Siagian, J.M. Samosir, R. Pardede, J. Sinaga, W. Simangunsong, dan S. Silaban.

Selama pendudukan Jepang (l 942 -1945), di mana Gereja seperti anakyatim piatu karena para gembala diangkut ke pengasingan, Gereja tetap bisa jalan berkat jasa dan kerja keras para pemuka jemaat awam. Contohnya, menurut buku permandian Pangururan sebanyak 228 orang dipermandikan salama periode tanpa imam (1942-1950). Mereka terutama anak-anak dan lanjut usia. Umumnya mereka dipermandikan oleh J.C. Tampubolon (nama aslinya Kalvin diganti dengan nama Katolik Johannes Chrysostomus) dan beberapa imam dari Jawa yang singgah di Pangururan.

Pertengahan Agustus 1945, tentara Sekutu membom Hirosima dan Nagasaki yang memaksa tentara Jepang menyerah kalah kepada tentara Sekutu. Tiga hari setelah Jepang menyerah, bangsa Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya tetapi belum diakui oleh pemerintah Hindia Belanda. Segera setelah Jepang menyerah maka para Peresmian Paroki Tomok oleh Mgr AGP Datubara, 29 Oktober 2006 tawanan Belanda dibebaskan termasuk para misionaris. Setelah dibebaskan, para misionaris tersebut ingin segera mengunjungi umat. Tetapi hal tersebut ternyata tidak mudah. Dengan diam-diam para misionaris mencoba memberanikan diri kembali ke paroki pedalaman walau tak ada izin dan situasi tidak aman. Pastor Elpidius van Duijnhoven, Pastor Radboud Waterreus dan Pastor Beatus Jennisken mengalami sendiri pergolakan dan perjuangan anti Belanda di pedalaman. Sungguh tidak aman bagi orang asing. Ketiga kapusin ini sempat dianiaya dan disandera oleh para pejuang.

Pada akhir tahun 1949 dan awal tahun 1950 semua serdadu reguler Belanda kembali ke tanah aimya. Tinggal hanya laskar-laskar sewaan Belanda yang sama sekali tidak dapat dipercayai.
Suasana ini menjadikan situasi sangat tegang juga bagi misionaris. Mereka harus memilih tinggal di Indonesia atau pulang ke negara asal. Dengan tegas Mgr. Bransmenjawab: TINGGAL! Dan semua memberanikan diri dan memutuskan tinggal dan bergabung dengan umat pro kemerdekaan Indonesia. Tidak jelas apa mendasari perubahan ini. Yang jelas: Demi KerajaanAllah. ' Sekali lagi diminta seorang pastor pribumi dari Jawa sebagai "perisai" untuk para misionaris. Pastor Wijo Soesanto datang. Dan Pastor Beatus Jennisken mendapat izin untuk pergi bersama Pastor Wijo mengunjungi Onan Runggu dan Palipi.

Perkembangan yang Pesat

Melihat perkembangan umat yang begitu pesat dan jumlah stasi yang terus bertambah serta semakin banyaknya stasi yang jaraknya cukup jauh dari paroki, maka diusulkan untuk membuka paroki baru di Samosir. Pada tanggal 29 Oktober 2006 dibuka Paroki Tomok-Simanindo yang merupakan pemekaran dari Paroki Parapat dan Pangururan. Dirasakan dan diyakini bahwa Gereja Katolik tidak cukup hanya memperhatikan altar. Perhatian akan karya-karya karitatif harus juga mendapat porsi yang memadai. Dalam hal ini biarawan-biarawati sangat berjasa. Pada 13 November 1951, empat orang suster Kongregasi KYM diutus ke Palipi. Tak lama setelah membuka komunitas di sana, mereka membuka SKP (Sekolah Keterampilan Putri) dan Balai Pengobatan. Pada 20 September 1951 , dua orang bruder Kongregasi Budi Mulia diutus ke Onan Runggu dan membuka komunitas di sana. Karya awal mereka adalah bekerja sebagai guru di SMP Katolik yang baru saja dibuka. Namun mereka tidak lama menetap di Onan Runggu, sebab pada 9 Juni 1953 mereka pindah ke Pangururan. Pada I Juli 1 953 mereka membuka sekolah yangdimulai dengan dua kelas dan jumlah murid 85 orang. Kemudian mereka membuka asrama putera. Hingga saat ini mereka tetap mengambil bidang pendidikan dan asrama putera sebagai karya mereka. Lalu pada 19 Februrari 1960 Suster-suster Kongregasi FCJM membuka komunitas di Onan Runggu dengan kary a p elay artan poliklinik dan mengajar di sekolah. Kemudian menyusul pada 8 November I 966, empat orang suster Kongregasi FSE datang ke Pangururan. Karya mereka adalah pelayanan kesehatan dengan Balai Pengobatan dan asrama puteri.

Kerasulan para biarawan-biarawati tersebut sungguh mempunyai peranan yang besar dalam menuntun orang-orang Batak mengenal agama Katolik. Tepatlah instruksi Mgr. Brans agar para misionaris imam tidak terutama mengurus sekolah, melainkan membaptis orang menjadi Katolik. Sekolah, kesehatan dan karya karitatif lainnya merupakan tugas utama para misionaris lokal, yaitu suster, frater, dan bruder. (red. )

Disadur dari: MENJEMAAT, No. */XXXII/Agustus 2011

RENUNGAN HARI BIASA PEKAN XXXIII, Rabu 16 Nopember 2011

RENUNGAN HARI BIASA PEKAN XXXIII, Rabu 16 Nopember 2011
Margarita dr Skotlandia, Gertrudis, Rochus Gonzales, Yoh. de Castillo, Alphonsus Rodrigues
2Mak 7:1,20-31, Mzm 17:1,5-6,8b,15, Luk 19:11-28

BACAAN INJIL
Untuk mereka yang mendengarkan Dia di situ, Yesus melanjutkan perkataan-Nya dengan suatu perumpamaan, sebab Ia sudah dekat Yerusalem dan mereka menyangka, bahwa Kerajaan Allah akan segera kelihatan. Maka Ia berkata: "Ada seorang bangsawan berangkat ke sebuah negeri yang jauh untuk dinobatkan menjadi raja di situ dan setelah itu baru kembali. Ia memanggil sepuluh orang hambanya dan memberikan sepuluh mina kepada mereka, katanya: Pakailah ini untuk berdagang sampai aku datang kembali. Akan tetapi orang-orang sebangsanya membenci dia, lalu mengirimkan utusan menyusul dia untuk mengatakan: Kami tidak mau orang ini menjadi raja atas kami.

Dan terjadilah, ketika ia kembali, setelah ia dinobatkan menjadi raja, ia menyuruh memanggil hamba-hambanya, yang telah diberinya uang itu, untuk mengetahui berapa hasil dagang mereka masing-masing. Orang yang pertama datang dan berkata: Tuan, mina tuan yang satu itu telah menghasilkan sepuluh mina. Katanya kepada orang itu: Baik sekali perbuatanmu itu, hai hamba yang baik; engkau telah setia dalam perkara kecil, karena itu terimalah kekuasaan atas sepuluh kota. Datanglah yang kedua dan berkata: Tuan, mina tuan telah menghasilkan lima mina. Katanya kepada orang itu: Dan engkau, kuasailah lima kota. Dan hamba yang ketiga datang dan berkata: Tuan, inilah mina tuan, aku telah menyimpannya dalam sapu tangan. Sebab aku takut akan tuan, karena tuan adalah manusia yang keras; tuan mengambil apa yang tidak pernah tuan taruh dan tuan menuai apa yang tidak tuan tabur. Katanya kepada orang itu: Hai hamba yang jahat, aku akan menghakimi engkau menurut perkataanmu sendiri. Engkau sudah tahu bahwa aku adalah orang yang keras, yang mengambil apa yang tidak pernah aku taruh dan menuai apa yang tidak aku tabur. Jika demikian, mengapa uangku itu tidak kauberikan kepada orang yang menjalankan uang? Maka sekembaliku aku dapat mengambilnya serta dengan bunganya. Lalu katanya kepada orang-orang yang berdiri di situ: Ambillah mina yang satu itu dari padanya dan berikanlah kepada orang yang mempunyai sepuluh mina itu. Kata mereka kepadanya: Tuan, ia sudah mempunyai sepuluh mina. Jawabnya: Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang mempunyai, kepadanya akan diberi, tetapi siapa yang tidak mempunyai, dari padanya akan diambil, juga apa yang ada padanya. Akan tetapi semua seteruku ini, yang tidak suka aku menjadi rajanya, bawalah mereka ke mari dan bunuhlah mereka di depan mataku." Dan setelah mengatakan semuanya itu Yesus mendahului mereka dan meneruskan perjalanan-Nya ke Yerusalem.

RENUNGAN:


Orang yang bertangunggjawab atas pekerjaan yang dipercayakan kepadanya tentu akan melaksanakan pekerjaannya dengan sebaik-baiknya dan akan menghasilkan hasil yang baik pula. Tidak ada pekerjaan yang sia-sia bila dilakukan dengan sungguh-sungguh. Pekerjaan yang dipercayakan kepada seseorang, tentu akan membuat seseorang itu melaksanakan pekerjaan itu dengan sebaik-baiknya. Sebaliknya bila seseorang menganggap bahwa pekerjaan atau tanggungjawab yang diberikan kepadanya adalah semata-mata karena menganggap dirinya layak mendapatkannya, merasa karena hasil perjuangannya, pasti dia kurang menghargai pekerjaan atau tanggungjawab yang diberikan kepadanya.

Kita sebagai orang beriman sudah mendapat tanggungjawab dari Tuhan yang bukan karena jasa-jasa atau perjuangan atau kerja keras kita, yakni Tuhan memberi kita hidup, anugerah berkat-Nya dan Tuhan pula telah memberikan kita talenta-talenta atau kemampuan istimewa. Semuanya itu diberikan oleh Tuhan bukan karena jasa-jasa kita, tetapi hanya karena belaskasih Tuhan yang menghendaki kita bisa menikmati kebahagiaan hidup. Kita harus selalu sadar bahwa semuanya itu adalah anugerah pemberian Tuhan, sehingga harus kita pertanggunngjawabkan dengan baik. Mempertangunggungjawabkan tugas atau pemberitan Tuhan adalah menggunakannya sehingga menghasilkan buah, bukan malah menyimpannya untuk diri sendiri. Sebab sebagaimana dalam Injil hari ini dikatakan bahwa akan tiba waktunya Tuhan akan meminta pertangungjawaban atas apa yang telah diberikan-Nya kepada kita. Pemberian Tuhan berbuah bila kita gunakan dengan sebaik-baiknya dan menjadi berguna juga bagi sesama kita. Tuhan memberikan talenta atau kemampuan adalah karena kasih-Nya kepada kita, sehingga apa yang diberikan kepada kita itu berbuah bila juga semuanya itu menyatakan kasih Allah kepada sesama. Artinya lewat apa yang kita peroleh dari Allah, orang lain semakin merasakan kasih Allah kepada mereka.

Oleh karena itu, Tuhan telah memberi kita kepercayaan dan tanggungjawab untuk menyatakan kasih Allah kepada sesama kita lewat pemberian-Nya, maka semoga kita berjuang agar pemberian Tuhan pada kita menghasilkan buah. Amin.

RENUNGAN HARI BIASA PEKAN XXXIII, Selasa 15 Nopember 2011

RENUNGAN HARI BIASA PEKAN XXXIII, Selasa 15 Nopember 2011
Albertus Agung, Magdalena Morano
2Mak 6:18-31, Mzm 4:2-3,4-5,6-7, Luk 19:1-10

BACAAN INJIL

Yesus masuk ke kota Yerikho dan berjalan terus melintasi kota itu. Di situ ada seorang bernama Zakheus, kepala pemungut cukai, dan ia seorang yang kaya. Ia berusaha untuk melihat orang apakah Yesus itu, tetapi ia tidak berhasil karena orang banyak, sebab badannya pendek. Maka berlarilah ia mendahului orang banyak, lalu memanjat pohon ara untuk melihat Yesus, yang akan lewat di situ. Ketika Yesus sampai ke tempat itu, Ia melihat ke atas dan berkata: "Zakheus, segeralah turun, sebab hari ini Aku harus menumpang di rumahmu." Lalu Zakheus segera turun dan menerima Yesus dengan sukacita. Tetapi semua orang yang melihat hal itu bersungut-sungut, katanya: "Ia menumpang di rumah orang berdosa." Tetapi Zakheus berdiri dan berkata kepada Tuhan: "Tuhan, setengah dari milikku akan kuberikan kepada orang miskin dan sekiranya ada sesuatu yang kuperas dari seseorang akan kukembalikan empat kali lipat." Kata Yesus kepadanya: "Hari ini telah terjadi keselamatan kepada rumah ini, karena orang inipun anak Abraham. Sebab Anak Manusia datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang."

RENUNGAN:

"Zakheus, segeralah turun, sebab hari ini Aku harus menumpang di rumahmu." Kata-kata Yesus ini pasti sungguh mengejutkan Zakeus. Zakeus tentu tidak menyangka bahwa Yesus bisa melihat dia yang sedang berada di pohon padahal saat itu pasti sedang rame, Yesus juga mau menyapa dan menumpang di rumahnya. Sebab orang banyak menyingkirkan dia karena dianggap pendosa, tetapi Yesus malah melihat dia berada di atas pohon, menyapa dan menumpang di rumahnya.

Dalam Injil hari ini, kembali diperlihatkan kepada kita bagaimana kasih Allah yang menyapa kita semua. Dalam injil kemarin Yesus menyapa orang sakit, hari ini Yesus menyapa Zakeus yang dianggap seorang pendosa dan bahkan mau menumpang di rumahnya. Tindakan Yesus ini tentu membuat orang banyak heran, karena Yesus bukan hanya menyapa Zakeus tetapi malah menumpang di rumahnya. Sapaan Yesus sungguh itulah yang mengubah dirinya, dan menjadi kesukaan besar baginya. Dia yang selama ini tentu merasa hina karena dianggap pendosa dan disingkirkan oleh orang banyak, tetapi ternyata Yesus menyapanya dengan penuh kasih dan mau menerima dia sehingga Yesus mau menumpang di rumahnya. Inilah yang membuat Zakeus bertobat, menjadi manusia baru setelah merasakan sapaan kasih dari Yesus. Pertobatannya dinyatakannya dengan membagikan separoh dari hartanya dan mengganti 4 kali lipat kepada orang-orang yang selama ini dia peras. Bentuk pertobatan ini tentu bukan hanya sekedar mebagikan harta, tetapi bisa diartikan bahwa Zakeus bertobat menjadi manusia baru dengan berani berbagi berkat sukacita kepada orang lain, dan berani kehilangan harta demi menebus dosa-dosanya kepada orang lain.

Kita semua tentu tidak luput dari kesalahan dan dosa. Tidak ada diantara kita yang bisa mengatakan bahwa dirinya tidak berdosa dan tidak membutuhkan pertobatan. Oleh karena itu, hari ini juga Yesus menyapa kita, agar kita turun atau keluar dari hidup yang penuh dengan kedosaan untuk ikut makan bersama dengan Yesus. Yesus juga ingin menumpang dalam rumah kita, dalam kehidupan dan hati kita. Dengarkanlah sapaan Yesus yang mengasihi kita, ijinkan dia memasuki kehidupanmu, agar Anda merasakan sukacita seperti yang dirasakan oleh Zakeus. Yesus mengasihi kita semua tanpa terkecuali. Kesadaran kasih Allah yang menyapa kita, ini kiranya harus membuat kita berani hidup menjadi manusia baru, yakni bertobat. Bertobatlah karena Yesus mengasihi kita semua. Pertobatan kita hendaknya terungkap dalam sikap hidup berani berbagi sukacita dengan orang lain, berani berbagi berkat Tuhan yang kita terima dan selama ini hanya untuk diri sendiri, tetapi dalam pertobatan kita berani berbagi dengan sesama yang kekurangan. Pertobatan juga harus diungkapkan dengan berani lebih berbuat banyak kepada sesama yang mungkin kita sakiti atau kita abaikan.

Pertobatan kita juga hendaknya terungkap dengan sikap berani mengasihi sesama, apalagi mereka yang tersingkirkan karena kemiskinan atau karena dianggap berdosa. Memang menjadi manusia yang baik penuh dengan resiko. Yesus sendiri jelas dikritik dan disindir orang banyak ketika dia menyapa Zakeus dan menumpang di rumahnya. Dengan demikian jelaslah bahwa hidup dan beruat baik juga menganggap orang yang disingkirkan orang lain sebagai sesama atau saudara pasti akan mendapat tantangan dari banyak orang. Berbaik baik harus berani melawan arus kebiasaan orang lain yang tidak baik, berbuat baik harus berani menanggung resiko. Namun yakinlah, perbuatan baik, perbuatan kasih kepada sesama, itu berarti kita hidup bersama Yesus, Yesus bersama kita dan hidup yang demikian itu mebawa kebaikan kepada diri sendiri dan juga itulah yang bisa mengubah sesama untuk bertobat. Teladan hidup dan perbuatan kasih kepada sesama, adalah pewartaan yang akan membuahkan pertobatan kepada sesama. Amin.

RENUNGAN HARI BIASA PEKAN XXXIII, Senin 14 Nopember 2011

RENUNGAN HARI BIASA PEKAN XXXIII, Senin 14 Nopember 2011
Nikolaus Tavelic, Yosef Pignatelli
1Mak 1:10-15,41-43,54-57,62-64, Mzm 119:53,61,134,150,155,158, Luk 18:35-43

BACAAN INJIL
Waktu Yesus hampir tiba di Yerikho, ada seorang buta yang duduk di pinggir jalan dan mengemis. Waktu orang itu mendengar orang banyak lewat, ia bertanya: "Apa itu?" Kata orang kepadanya: "Yesus orang Nazaret lewat." Lalu ia berseru: "Yesus, Anak Daud, kasihanilah aku!" Maka mereka, yang berjalan di depan, menegor dia supaya ia diam. Namun semakin keras ia berseru: "Anak Daud, kasihanilah aku!" Lalu Yesus berhenti dan menyuruh membawa orang itu kepada-Nya. Dan ketika ia telah berada di dekat-Nya, Yesus bertanya kepadanya: "Apa yang kaukehendaki supaya Aku perbuat bagimu?" Jawab orang itu: "Tuhan, supaya aku dapat melihat!" Lalu kata Yesus kepadanya: "Melihatlah engkau, imanmu telah menyelamatkan engkau!" Dan seketika itu juga melihatlah ia, lalu mengikuti Dia sambil memuliakan Allah. Seluruh rakyat melihat hal itu dan memuji-muji Allah.

RENUNGAN:
Buta itu pasti tidak enak, karena semua terasa gelap dan tidak bisa menikmati keindahan yang ada dalam hidup ini. Oleh sebab itu banyak orang buta berusaha untuk menyembuhkan kebutaannya dengan berobat. Adapula orang yang berusaha untuk tidak buta yakni dengan berobat mata ke sana kemari. Namun tidak sedikit pula orang yang senang dengan kebutaannya, karena kebutaannya bisa menjadi jalan atau alasan untuk mendapatkan belaskasihan dari orang lain. Misalnya dengan kebutaan itu, orang bisa mengemis di jalan, mengharapkan belaskasihan dari orang lain. Sebab bila tidak buta lagi, tidak ada lagi alasan dia untuk mengharapkan belaskasihan orang lain dengan cara mengemis di jalan-jalan, dia harus bekerja keras mencari nafkah. Bahkan ada pula orang tidak buat tetapi berpura-pura buta supaya bisa mengemis di jalan. Orang yang demikian pasti tidak akan pernah mau disembuhkan.Kalau orang demikian ditanya apakah mau disembuhkan dari kebutaannya, mereka pasti keberatan, mereka tidak membutuhkan kesembuhan dari kebutaan mata, karena itu jalan cari uang bagi mereka, mereka pasti mengatakan bahwa mereka butuh disembuhkan, tetapi butuh makan.

Ada pula orang yang tidak buta secara fisik tetapi buta akan sekitarnya atau sesamanya. Kebutaannya bukan kebutaan akibat mata yang buta, tetapi lebih dalam dari, mata hatinya sungguh buta. Ada pula yang pura-pura buta akan situasi sekitarnya. Penyakit kebutaan yang demikian sepertinya sedang melanda kehidupan manusia sekarang ini. Manusia sekarang tidak mau lagi peduli dengan sesamanya, dengan orang lain, dan orang-orang yang menderita di sekitarnya. Hal ini sudah terbukti dalam suatu video yang terjadi di salah satu kota di Cina, yang menggambarkan seorang anak bayi yang ditabrak mobil sampe 2 kali tetapi orang-orang yang lewat tidak peduli terhadap anak yang tergeletak di jalan, mereka seakan buta dan pura-pura buta. (Bila ingin melihat video tersebut, silahkan klik di sini)

Mungkin ini suatu gambaran bahwa sekarang ini banyak orang buta akan sesama yang menderita, buta akan orang lain dan dunia sekitarnya. Ada pula yang buta akan kehadiran Tuhan dalam hidupnya. Oleh sebab itu, kita yang mungkin hampir buta, baiklah kita mohon kepada Tuhan agar kita disembuhkan dari kebutaan itu, sehingga kita peduli akan sesama terutama yang menderita, peduli akan dunia sekitar kita dan mampu menangkap kehadiran Tuhan dalam hidup kita dan juga dalam diri sesama. Bila kita sungguh tidak termasuk orang yang ‘buta’ kita pasti mengikuti Tuhan Yesus dan memuji memuliakan-Nya dalam hidup. Mengikuti Yesus tentu tidak hanya sekedar dalam ungkapan percaya, tetapi mengikuti apa yang dilakukan oleh Yesus, yakni hidup dalam perbuatan baik dan rasa peduli dengan sesama yang menderita yang terwujud dalam perbuatan baik kepada sesama.

Dalam injil hari ini sungguh dinyatakan kepada kita bahwa di tengah keramaian, Dia mampu menangkap seruan orang buta itu yang berteriak memohon belakasih dari Dia. Yesus mendengarnya, mendekati orang buta itu, menyapanya dan bertanya, “Apa yang kaukehendaki supaya Aku perbuat bagimu?" Yesus mengabulkan permintaan orang buta itu, sehingga dia sembuh. Kita bisa melihat dengan mata, tetapi hati dan telinga kita buta. Mungkin kita mendengar teriakan sesama yang memohonkan kasih kepada kita, tetapi kita tidak peduli dan pura-pura tidak mendengar dan pura-pura tidak melihat, kita tidak mau repot dan tidak peduli dengan orang lain. Atau mungkin kita mendengar, melihat, tetapi tidak menyapa dan tidak berbuat sesuatu untuk mereka. Maka baiklah perbuatan Yesus yang kita dengarkan dalam injil hari ini menjadi permenungan dan teladan dari kita. Kita hendaknya tidak buta akan sesama yang menderita, atau pura-pura buta kepada sekitar dan sesama terutama yang menderita. Hendaknya kita berani menjadi orang-orang yang peduli akan sekitar kita, kepada sesama yang menderita, dan berusaha berbuat bagi mereka. Amin.

 
Maka hendaklah sekarang ini kelebihan kamu mencukupkan kekurangan mereka, agar kelebihan mereka kemudian mencukupkan kekurangan kamu, supaya ada keseimbangan! (2Kor 8:14)