Pembangunan Gereja Paroki Tigalingga

Pembangunan Gereja Paroki sedang berlangsung. Kami sangat mengarapkan uluran kasih para Saudara untuk membantu.

Gotong Royong Pembangunan Gereja

Tidak ada kata yang bisa melukiskan pengalaman indah pada waktu gotong royong pengecoran lantai 2 bangunan Gereja selain, suatu keyakinan bahwa semuanya dapat terlaksana adalah karena MUKJIJZAT ALLAH BEKERJA.

Pengecoran Lantai Panti Imam Gereja

Pengecoran Lantai 2 bangunan Gereja ini dilakukan pada hari Selasa, 30 Agustus 2011 yang lalu. Luas yang dicor adalah 19 m x 24 m. Hujan yang mengguyur tidak menyurutkan semangat umat.

Kerjasama Imam dan Umat

Uskup emeritus KAM, Mgr. A.G.Pius Datubara OFM.Cap, datang berkunjung ke Paroki dan memberi semangat pada umat dalam pembangunan Gereja Paroki. Para pastor juga ikut berkerja bersama umat dalam pembangunan Gereja.

Misa Tridentin: Warisan Liturgi Yang Dipertahankan

HIDUPKATOLIK.com - Paus Benediktus XVI mengeluarkan Surat Apostolik Summorum Pontificum yang menjamin penggunaan Misa Tridentin...

Pembinaan Para Pengurus Gereja

Tidak sedikit umat katolik yang kerap menganggap bahwa Liturgi adalah sekedar perayaan wajib biasa yang dilaksanakan pada hari minggu.

Pertemuan Ibu-Ibu dan Pesta Pelindung Paroki

Pertemuan para ibu se-paroki telah terlaksana pada hari Kamis-Sabtu, 15 s/d 16 Juli 2011. Pertemuan ini mengundang semua ibu katolik yang ada di paroki untuk hadir dalam pertemuan/pembinaan para ibu katolik dan juga segaligus menjalin kebersamaan para ibu. Penutupan pertemuan sikaligus Pesta Pelindung Paroki.

Pembinaan Asmika se-Paroki

Biarkanlah anak-anak datang kepada-Ku; inilah yang menjadi tema dari pertemuan dan pembinaan minggu gembira yang telah berlangsung dengan sangat baik.

Mudika Ambil bagian dalam pembangunan Gereja Paroki

Mudika paroki tidak mau berpangku tangan melihat pembangunan Gereja paroki. Para mudika juga ambil bagian dengan mengumpulkan kerikil di sungai.

Pengecoran Lantai Balkon Gereja (Bagian 1)

Umat dari lingkungan paroki dan juga dari beberapa stasi kembali bekerja sama dengan bergotong royong membangun gereja paroki. Untuk kali ini, umat bergotong royong men-cor lantai balkon bangunan Gereja.

Pengecoran Lantai Balkon Gereja (Bagian 2)

Allah peduli. Karena kepedulian Allah atas pembangunan rumah-Nya ini, maka kami kamipun peduli dan bisa melanjutkan pembangunanini. Kepedulian Allah kami rasakan juga lewat kepedulian para Saudara.

Pengecoran Lantai Balkon Gereja (Bagian 3)

Mari kita memuliakan Tuhan, tidak hanya dengan kata2 indah, tetapi dengan perbuatan nyata dengan rela berkorban.

Pertemuan akhir Tahun 2011 Pengurus Gereja se-Paroki

Para pengurus Gereja adalah ‘ujung tombak’ Gereja khususnya di stasi-stasi. Peran para pengurus Gereja ini sangat sentral dalam kehidupan Gereja di stasi-stasi.

Gua Maria dan Menyambut Hari Raya Natal

Persiapan menyambut hari Raya Natal 25 Desember 2011.

Rahmat dan Perlindungan Tuhan

Pastor Anton Manik O.Carm selamat dari kecelakaan mobil masuk jurang.

Rekoleksi dan Aksi Panggilan

Biarkanlah anak-anak datang kepada-Ku.

Pesan Prapaskah Kepausan 2012

"Kita Tidak Boleh Diam Saja terhadap Kejahatan" "Marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih dan dalam pekerjaan baik" (Ibr. 10:24).

Pembangunan Gereja Santo Petrus Stasi Rante Besi

Dalam kemiskinan, kesederhanaan, umat membangunan Gereja. Meraka tidak memiliki uang, tetapi mereka memiliki harapan dan iman pada Tuhan.

Misa Perdana Pastor Andreas Korsini Lamtarida Simbolong O.Carm

Puji Syukur pada Tuhan, karena berkat-Nya, misa Perdana Pastor Andreas Lamtarida Simbolon O.Carm bersama 4 Pastor Karmel yang baru ditahbiskan, dapat terlaksana dengan baik pada hari Rabu 31 Oktober 2012 di Stasi Gundaling 1, paroki Maria dari gunung Karmel Tigalingga.

Bakti Sosial : Pengobatan Gratis

Dalam Rangka Menyongsong Jubileum Gereja Katolik di Dairi dan Pakpak Bharat, diadakan bakti Sosial Pengobatan Gratis di Paroki Maria dari Gunung Karmel Tigalingga, pada 9 Desember 2012 yg lalu. Puji syukur pada Tuhan, kegiatan ini berlangsung dengan sangat memuaskan.

Mari Berbagi Berkat Tuhan

 photo UskupEmeritusKAMMgrPiusDautabra.jpg Photobucket

MENDAMBAKAN BERKAT TUHAN

SYALOM...SELAMAT DATANG.
"Maka hendaklah sekarang ini kelebihan kamu mencukupkan kekurangan mereka, agar kelebihan mereka kemudian mencukupkan kekurangan kamu, supaya ada keseimbangan."(2Kor 8:14)
"Muliakanlah Tuhan dengan hartamu dan dengan hasil pertama dari segala penghasilanmu." (Amsal 3:9)
"Janganlah menahan kebaikan dari pada orang-orang yang berhak menerimanya, padahal engkau mampu melakukannya." (Amsal 3:27)
"Barangsiapa mempunyai harta duniawi dan melihat saudaranya menderita kekurangan tetapi menutup pintu hatinya terhadap saudaranya itu, bagaimanakah kasih Allah dapat tetap di dalam dirinya?" (1 Yohanes 3:17)
Saya Pastor Paroki Maria dari Gunung Karmel Tigalingga, atas nama Panitia Pembangunan dan semua umat, memohon bantuan uluran kasih/dana untuk pembangunan Gereja Paroki. Kami sangat membutuhkan berkat Tuhan lewat uluran tangan dari para donatur.
Kami berharap dan berdoa Para Saudara berkenan berbagi berkat Tuhan kepada kami untuk pembangunan Gereja ini yang adalah rumah Tuhan sendiri.
BRI 5379 Unit Tigalingga Sidikalang
No. Rekening : 5379-01-000112-50-8
Nama : PANITIA PEMBANGUNAN GEREJA KATOLIK.
ATAU
BCA KCU MEDAN
NO.0222053453.
Atas Nama : ADYTIA PERMANA P.
(Adytia Permana P. adalah Romo Adytia Permana Perangin-angin O.Carm. Beliau dulu bertugas di Paroki Tigalingga, juga mengawali pembangunan ini, namun sekarang beliau bertugas di Keuskupan Agung Medan sebagai ekonom.Beliau kami minta buka rekening di BCA khusus untuk pembangunan ini, karena di daerah kami tidak ada BCA.)
Kami sangat senang bila sudah mentransfer persembahan, bapak/ibu/saudara/saudari memberitahukan ke kami melalui:
E mail ke :.
parokimariagk3lingga@yahoo.com
atau di SMS ke:.
Romo Anton Manik O.Carm : 081370836645
Romo Willy O.Carm : 081333837433
Untuk lebih jelasnya permohnan kami ini, Para Saudara dapat melihatnya di sini.... Sehubungan dengan Gambar pembangunan dapat melihatnya di sini....
Demikian kiranya Permohonan ini kami sampaikan. Atas dukungan, doa dan bantuan Bapak, Ibu dan Para Saudara-Saudari, kami mengucapkan banyak terima kasih.Berkat Tuhan senantiasa menyertai kita semua. Amin.
HORMAT KAMI:
Pastor Antonius Manik O.Carm

VARIA PAROKI

REKOLEKSI DAN AKSI PANGGILAN TELAH TERLAKSANA DENGAN SANGAT BAIK ;"> "APA YANG KAMU CARI?" (Yoh 1:38).
Puji syukur pada Tuhan, karena Rekoleksi dan Aksi panggilan untuk siswa-siswi Katolik Usia SMP dan SMA se-paroki Tigalingga sudah terlaksana dengan sangat baik. Kegiatan ini dihadiri hampir 400 orang anak. Semuanya dapat terlaksana hanya karena berkat Tuhan. Terimakasih juga kami sampaikan kepada semua Saudara yang telah mendukung dan mendoakan kegaitan kami ini. Kegiatan ini dilaksanakan hanya dengan menggunakan dana partisipasi peserta dan swadaya paroki, karena tidak mendapatkan bantuan dari donatur manapun, namun karena berkat Tuhan dan doa para Saudara, semuanya dapat berjalan dengan sangat baik. Semoga dari antara anak-anak ini, kelak ada yang menjadi Imam dan biarawan-biarawati.
Photobucket
Tuhan memberkati kita.
Kegembiraan dan Persaudaraan
Photobucket
Hari Ulang tahun Romo Anton M.Carm yang seharusnya tanggal 15 Januari 2010, baru dirayakan hari Minggu Minggu 16 Januari 2011 lalu, bersama Romo-romo Karmel se-Dairi, bersama beberapa umat Paroki Tigalingga di Aula Paroki Tigalingga. Pada kesempatan itu, Rm. Bernad O.Carm, pastor paroki Sidikalang memberi kado ulang tahun yakni 20 sak semen untuk pembangunan Gereja dan Rm. Anton sendiri menyumbangkan semua hadiah ultah untuk pembangunan Gereja. Saat itu, hadiah uang yang diperoleh sebanyak Rp. 1.100.000,-. Lumayanlah untuk tambahan dana pembangunan Gereja. Trimakasih buat semuanya.
Saldo Pesta Pelantikan Pengurus Gereja dan Penerimaan Sakramen Krisma, 6-7 Nop. 2010.
Pada hari Kamis 18 Nopember 2010 telah diadakan Evaluasi dan pembubaran Panitia. Saldo dari kegiatan tersebut adalah Rp. 22.320.500 Acara ini dapat berjalan dengan baik karena partisipasi semua umat. Dana juga bisa Saldo karena umat menyumbangkan hasil-hasil pertanian mereka dengan harapan ada Saldo untuk pembangunan Gereja Paroki.Jadi selain dana partisipasi dari umat, juga umat menyumbangkan hasil pertanian yang dibutuhkan untuk mengurangi dana konsumsi. Syukur pada Tuhan, akhirnya memang ada saldo untuk dana pembangunan Gereja. Terimakasih kami ucapkan kepada semua umat Paroki, DPP, Para Panitia, Para Donatur dan siapa saja yang mendoakan dan mendukung kegitan ini. Yesus memberkati kita semua selalu. Amin.

PANJAHAON MINGGU PARHOBASON PASKAH 3 27 Maret 2011, Bahasa Batak Toba

PANJAHAON MINGGU PARHOBASON PASKAH 3
27 Maret 2011, Bahasa Batak Toba
Kel 17:3-7, Mzm 95:1-2,6-7,8-9, Rm 5:1-2,5-8, Yoh 4:5-42

PANJAHAON PARJOLO:

“Lehon di hami aek inumonnami.”

Alai uasan di aek bangso i disi, gabe marmungutmungut nasida dompak si Musa, didok ma: Boasa tung paruaronmu hami sian Misir laho mambunu hami dohot anakkonnami ro di pinahannami dibahen uas? Jadi mangangguhi ma si Musa tu Jahowa, ninna ma: Aha ma bahenonku tu bangso on? Otik nari dangguronnasida ma ahu dohot batu. Jadi didok Jahowa ma tu si Musa: Bolus ma sian jolo ni bangso i, jala arahon deba sian angka sintua ni Israel bahen donganmu, jala boan ma tungkotmu, na nilipathonmu tu batang aek i, dung i laho ma ho. Ida ma, jongjong ma Ahu disi di jolom di atas ni sada dolok batu di Horeb, lipati ma dolok batu i, gabe ruar ma sian i aek siinumon ni bangso i. Jadi dibahen si Musa ma songon i di adopan ni angka sintua ni Israel. Jadi dibahen ma goar ni hajongjongan i Massa (pangunjunan) dohot Meriba (parbadaan), ala ni bada ni halak Israel, jala ala ni niunjunannasida Jahowa, na nidokna i: Di tongatonganta ulaning do Jahowa manang ndang?
Songon i ma dipangkulingi Debata hita sadari on.

PSALMEN HATOPAN:

Reff: Tangihon hamu ma soaran ni Tuhan, unang tangkang be roha muna.

1. Beta hamu itaendehon ma Jahowa, itaolophon ma * partanobatoan ni hatuaonta!
Itadapothon ma tu jolo ni bohina marhitehite pujipujian, itaolophon ma Ibana marhitehite ende!

2. Beta hita manungkap dohot marsomba, marsinggang ma hita tu jolo ni Jahowa, Sitompa hita.
Ai * Ibana do Debatanta, jala hita bangso pinarmahanna, jala birubiru ni tanganna. * Sadarion, aut ditangihon hamu nian soarana!

3. Unang ma tangkangi hamu rohamuna songon uju di Meriba, songon ari uju di masa pangunjunan di halongonan.
Uju na niunjunan ni angka ompumuna Ahu, tung diuji Ahu, atik pe naung diida nasida

PANJAHAON PADUAHON:

“Ai nunga dih=gohi Debata asi ni roha-Na tu rohanta, ala naung nielhin-Na i Tondi Probadia i tu hita.”

Asa dung dipintori hita dalan haporseaon, mardame ma hita dohot Debata marhitehite Tuhanta Jesus Kristus. Laos marhitehite Ibana do saut masuk hita tu asi ni roha, hajongjonganta nuaeng dalan haporseaon, jala taparhatua do dirinta marningot hasangapon ni Debata na itahirim i i. Alai ndang na murak hita bahenon ni pangkirimon i, ala nunga diusehon tubagasan rohanta holong ni roha ni Debata marhitehite Tondi Parbadia, naung nilehonna i tu hita. Ai uju na parir dope hita, disi ma tongon mate Kristus humongkop angka parjahat. Ai maol mate halak humongkop partigor; adong do deba na barani mate humongkop na ulibasa. Alai ia Debata, dipapatar do holong ni rohana i di hita, uju pardosa dope hita, ai disi do mate Kristus humongkop hita.
Songon I ma dipangkulingi Debata hita sadari on.

BARITA NAULI:

“Jesus do mual hangoluan.’

Gabe ro ma ibana tu sada huta na di Samaria, na margoar Sikar, mardonokkon ladang na nilehon ni si Jakkob tu si Josep, anakna i. Alai adong ma disi sumur ni si Jakkob; jadi dibahen naung loja Jesus sian pardalanan, hundul ma Ibana di lambung ni sumur i; tar di hos ni ari ma i. Dung i ro ma sada boru Samaria, manahui aek. Jadi didok Jesus ma mandok ibana: Lehon Ahu minum! Ai nunga laho angka siseanna i tu huta, manuhor bohal. Jadi didok boru Samaria i ma mandok Ibana. Boasa mangido tapian Ho halak Jahudi, sian ahu boru Samaria? Ai ndang marparsaoran halak Jahudi dohot halak Samaria. Dung i ninna Jesus ma mangalusi ibana: Aut diboto ho basabasa ni Debata, jala aut ditanda ho na mangido aek inumon sian ho, ra olo ho mangido tu Ibana; dung i lehononna ma tu ho aek na mangolu. Jadi didok boruboru i ma tu Ibana: Tuan, tahutahu gari soada di Ho, tole bagas do sumur on; tung sian dia ma tu Ho aek na mangolu? Tung umbalga ma Ho asa ompunta si Jakkob, na mangalehon sumur on di hami? Ibana do manginum sian i dohot ianakhonna ro di pinahanna! Dung i ninna Jesus ma mangalusi ibana: Sai mangulahi mauas do nasa na minum sian aek on. Alai na manginum aek silehononki, na so tupa mauas be i ro di salelenglelengna. Ai anggo aek silehononki, gabe mual do i di bagasan ibana, na mabaor sahat ro di hangoluan sisalelenglelengna. Dung i ninna boruboru i ma mandok Ibana: Tapian sisongon i ma lehon di ahu, Tuan, asa unang be mauas ahu jala unang be sai ro tuson manahui. Dung i, ninna Jesus ma mandok ibana: Laho ma ho jolo, jou ma dongan saripem, dung i mulak tuson! Gabe ninna boruboru i ma mangalusi; Ndang mardongan saripe ahu! Dung i ninna Jesus ma tu ibana: Toho do pandokmi, na so adong sinondukmu. Ai nunga lima hali ho mardongan saripe; ia baoa na di ho i nuaeng, ndang donganmu saripe i dohonon; asa na tutu do na nidokmi! Dung i ninna boruboru i ma mandok Ibana: Ale tuan, panurirang do Ho huida! Di dolok an do martangiang ia ompunami, gabe didok hamu, ingkon Jerusalem do partangiangan. Dung i ninna Jesus ma mandok ibana: Porsea ma ho di Ahu, inang! Na ro ma tingkina, gabe ndang pola be dolok an manang Jerusalem partangiangan tu Ama i. Disomba hamu do na so binotomuna; huboto hami do na husomba hami, ai bangso Jahudi do haroroan ni haluaon. Alai na ro ma tingkina jala nunga ro i nuaeng, gabe di bagasan Tondi dohot hasintongan martangiang angka partangiang na tutu tu Ama i; ai angka partangiang na songon i dipangido Ama i. Tondi do anggo Debata; asa angka na martangiang tu Ibana, patut martangiang di bagasan Tondi dohot hasintongan. Dung i didok boruboru i ma mandok Ibana: Huboto do, na naeng ro Messias na margoar Kristus; ia dung ro Ibana, baritahononna do saluhutna i tu hami. Dung i ninna Jesus ma mandok ibana: Ahu do i, na mangkatai dohot ho! Dung songon i, ro ma angka siseanna jala longang ma rohanasida, ala mangkatai Ibana dohot boruboru i; alai ndang adong na olo mandok: Aha dipausoi Ho? manang: Aha hinatam dohot ibana? Asa ditadingkon boruboru i ma panguhatanna, laho tu huta, gabe didok ma tu angka jolma i: Beta hamu! Ida hamu ma sada halak na paboahon tu ahu sude parulaonki! Atik tung Kristus i Ibana? Gabe ruar ma nasida sian huta i, laho manopot Ibana. Andorang i, disosoi angka siseanna ma Ibana, ninna ma: Mangan ma Guru i! Alai ninna ma mandok angka siseanna: Adong do di Ahu sipanganon na so binotomuna. Gabe ninna siseanna ma sama nasida: Ai adong do ulaning na mamboan sipanganon tu Ibana? Dung i ninna Jesus ma mandok nasida: Sipanganon do i di Ahu, na mangulahon lomo ni roha ni na marsuru Ahu dohot paujungkon ulaonna. Nda didok hamu: Opat bulan nari, ro ma gotilon? Alai hudok ma di hamu: Pabidok hamu ma matamuna, bereng hamu ma hauma i; ai nunga marlangat, na tau gotilon ma! Nunga manjalo upa panggotil i, papunguhon parbue tu hangoluan na salelenglelengna, asa rap marlas ni roha panabur dohot panggotil. Ai dison ma tutu hata na mandok: Na sada on manabur; na sada an manggotil. Ahu do marsuru hamu manggotil na so hinalojahonmuna; angka na asing do mangkalojahonsa, gabe disoluk hamu na niulanasida. Jadi torop do halak Samaria sian na sahuta i gabe porsea di Ibana, ala dihatindangkon boruboru i: Tung saluhut parulaonki dipaboa Ibana do tu ahu! Asa dung sahat angka halak Samaria ro tu Jesus, dielehelek ma Ibana, asa mian di nasida; jadi laos disi ma Ibana dua ari. Dung i toropan do nasida na gabe porsea ala ni hata ni Jesus. Gabe didok nasida ma tu boruboru i: Ndang be ala ni pandokmi, umbahen na porsea hami; ai nunga hubege jala hutanda hami sandiri, Ibana do tutu
Songon i ma Barita Nauli na dipatolhas tu hita sadari on.

OGEN WARI MINGGU PERSIKAPENPASKAH II III , 27 Maret 2011 (Bahasa Batak Karo)

OGEN WARI MINGGU PERSIKAPENPASKAH II III ,
27 Maret 2011
(Bahasa Batak Karo)
Kel 17:3-7, Mzm 95:1-2,6-7,8-9, Rm 5:1-2,5-8, Yoh 4:5-42

OGEN SIPEMENA:

“Bereken min lau e man kami, gelah banci idat kami enemen.”

Tapi erkiteken kalak ndai seh muasna, e maka lalap ia jungut-jungut man Musa. Nina, "Engkai maka ibabandu kami ndarat i Mesir nari? Gelah mate kami ras anak-anak kami ras asuh-asuhen kami alu la minem-minem?" Meseksek pertoton Musa man TUHAN nina, "Uga nari perbanku man bangsa enda? Nandangi ibenterina me aku alu batu." Nina TUHAN man Musa, "Buat piga-piga kalak peminpin bangsa Israel, jenari ras kam erdalan ngelebei jelma si nterem. Baba pe ciken si ipakendu mekpek Lau Nil. Tedis Aku kari i lebe-lebendu i datas sada batu i Deleng Sinai. Palu batu e maka reh lau i bas nari man inemen bangsa e." Ibahan Musa bage i lebe-lebe peminpin-peminpin kalak Israel. Ingan ndai igelari Masa ras Meriba, sabap jungut-jungut kalak Israel, janah iujina TUHAN tupung nina, "Tuhu kin TUHAN ras kita ntah lang?
Bagen me Kata si nepeseh dibata man banta.

MASMUR PENGALO-NGALO:

Reff: Kelengi kami o Tuhan, kalah siperdosa enda.

1. Mari kita rende muji TUHAN , ersurak-surak man Dibata kecionta!
Ota kita ngadap man Dibata ngataken bujur, janahta ngendeken ende-enden pujin si meriah.

2. Ota nembah mungkuk man baNa, erjimpuh i adep-adepen TUHAN , Si Nepa kita.
Sabap Ia kap Dibatanta, kita bangsa si ikelengiNa. Kita desken rarasen biri-biri si ipermakaniNa.

3. "Ola pemersik atendu bagi nini-ninindu, tupung i Meriba, i gurun pasir Masa.
I jah icubaina, dingen iujina Aku, aminna pe enggo idahna perbahanenKu.

OGEN SIPEDUAKEN:

"Kekelengan Dibata enggo ibreken-Na kubas pusuh paratenrta, ekiteken Kesah si Badia si enggo ibereken-Na man banta."

Erkiteken kita enggo rembak ras Dibata erkiteken kinitekenta, e maka kita nggeluh i bas perdamen ras Dibata arah Tuhanta Jesus Kristus. Jesus Kristus me si maba kita bengket ku bas lias ate Dibata erkiteken kinitekenta. Janah i bas lias ate Dibata e me kita nggeluh dingen ringan. Dage meriah ukurta sabap lit pengarapenta maka kita ikut dat bagin i bas kemulian Dibata. Pengarapenta enda labo erbahanca kita kecewa, sabap Dibata enggo ncurcurken kekelengenNa ku bas pusuhta arah Kesah Si Badia. Ia me pemere Dibata man banta. Sabap asum kita kote denga, mate Kristus i bas paksa si payo, man gunanta kalak si jahat. Labo sukah muatsa kalak si nggit mate guna kalak si bujur. Tapi adi guna kalak si mehuli banci jadi lit kalak si nggit mate. Tapi Kristus mate asum kita perdosa denga! Arah e Dibata enggo encidahken keleng ateNa man banta.
Bagen me Kata si nepeseh dibata man banta.

BERITA SI MERIAH:

‘Jesus kap lau kegeluhen.”

Lit pe i je sekalak si enggo telu puluh waluh tahun dekahna ia penakiten. Idah Jesus ia ampar i je janah ietehNa maka enggo ndekah ia sakit. E maka nina Jesus man bana, "Atendu kin gelah malem penakitndu?" Ngaloi si penakiten e, "O Tuan, la kap lit kalak si namaken aku ku bas kolam e asum erburak launa; asum kupala-palai ku bas, enggo lit kalak si deban leben asa aku." Nina Jesus man bana, "Kekekenlah, angkat amakndu jenari dalanken!" Paksa si e pe minter malem penakitna. Iangkatna amakna jenari erdalan ia. Si enda jadi asum wari Sabat kalak Jahudi. E maka nina kalak Jahudi si erkuasa man kalak si enggo malem e, "Wari Sabat kap sekalenda. Rikutken Undang-undangta la banci ibabandu amakndu e." Ngaloi ia, "Nina kalak si enggo pepalem aku ndai, 'Angkat amakndu jenari dalanken.' " Jenari nungkun kalak Jahudi e, "Ise kin si nuruh kam e?" Tapi la itandai kalak si enggo malem e ise si mpepalem ia, sabap nterem kal i je jelma, janah Jesus enggo lawes arah tengah jelma si nterem e. La ndekahsa kenca si e, jumpa Jesus ras ia i Rumah Pertoton. Nina Jesus man bana, "Genduari kam enggo malem; olanai bahan si la ngena ate Dibata, gelah ola jadi man bandu keleken asa si nggona." Jenari lawes kalak si enggo malem e, iberitakenna man penguasa-penguasa kalak Jahudi maka Jesus kap si mpepalem ia. Perbahan si e idarami kalak Jahudi e dalan guna pesega-sega Jesus, sabap ipepalem Jesus kalak si penakiten i bas wari Sabat. Tapi nina Jesus man kalak Jahudi e, "BapangKu erdahin kap lalap; e maka Aku pe arus erdahin." Megi kata Jesus enda, ergegehna kalak Jahudi ndarami dalan munuh Jesus; sabap iakap kalak Jahudi labo saja undang-undang wari Sabat ilanggar Jesus, tapi ikataken Jesus pe maka Dibata e BapaNa, alu bage ipeseri Jesus bana ras Dibata. Jenari ngerana Jesus man kalak Jahudi e, "Kukataken man bandu: Situhuna kai si ibahan Anak e labo rikutken sura-suraNa. Kai i idahNa ibahan BapaNa, e nge si ibahanNa. Perbahan Bapa e erkeleng ate nandangi AnakNa, icidahkenNa man Anak e asa kai si ibahanNa. IcidahkenNa me pe man Anak e si terbeliden, gelah reh mamangna atendu kerina. Bagi enggo ipegeluh Dibata mulihi kalak si enggo mate jenari iberekenNa kegeluhen man bana, bage me pe ibereken Anak e kegeluhen man kalak si ndalanken peratenNa. Bapa e labo ngadili ise pe. Tapi kuasa guna ngadili enggo iberekenNa man AnakNa, gelah kerina kalak mpehaga Anak e, bagi mpehaga Bapa. Ise la mpehaga Anak e, Bapa si nuruh Anak e pe la ipehagana." "Kukataken man bandu maka kalak si megiken katangKu, dingen tek man si nuruh Aku, ialokenna kap kegeluhen si tuhu-tuhu si la erkeri-kerin. Ia lanai iukum tapi enggo pulah i bas kematen nari janah ndatken kegeluhen.5 Kukataken man bandu: Tuhu-tuhu reh me paksana janah enggo seh pe; ibegi si mate me sora Anak Dibata, janah si megisa e nggeluh me. Bagi enggo ibereken Bapa kegeluhen man kerina si nasa nggeluh, bage me enggo ibereken Bapa man Anak e kuasa mereken kegeluhen. Bage pe ibereken Dibata man Anak e kuasa guna ngadili sabap Anak Manusia e me si isuruh Dibata. Ola atendu mamang kerna si enda; sabap reh me paksana maka kerina kalak mate si i bas kuburen megi sora Anak e, jenari ndarat me ia kerina i bas kuburen e nari. Kalak si enggo erbahan si mehuli ipekeke guna nggeluh; tapi si jahat perbahanenna ipekeke guna iukum." Tole nina Jesus, "Aku la ngasup erbahan kai pe alu gegehKu sisada; Kuadili kalak rikutken perentah Dibata, e maka rembang tengah nge keputusenKu, sabap labo Kubahan bagi ate-ateKu, tapi rikutken peraten si nuruh Aku nge." "Adi Aku nurikenca kerna diringKu, la kap teraloken kai si Kuturiken e. Tapi lit kap kalak si deban si erberita kerna Aku, janah Kueteh maka kai si iberitakenna e tuhu. Enggo isuruhndu persuruhenndu njumpai Johanes, janah enggo ituriken Johanes si tuhuna kerna Aku, Aku labo perlu manusia naksiken kerna Aku, tapi Kukataken enda man bandu gelah kam terkelin. Johanes bali kap ras lampu si gara dingen ersinalsal, janah enggo meriah ukurndu kentisik ngaloken sinalsalna e. Tapi i bas Aku lit saksi belinen asa si isaksiken Johanes, e me: Dahin si Kudahi si ibereken Bapa e man bangKu. Arah dahin si Kudahi, teridah kap maka Dibata nge si nuruh Aku. Janah Bapa si nuruh Aku e pe enggo ersaksi kerna Aku. Langa pernah ibegindu soraNa ntah idahndu ayoNa. La ibegindu kataNa, sabap la kam tek man si isuruhNa. Ipelajarindu Pustaka Si Badia sabap iakapndu idatndu me kegeluhen si tuhu-tuhu si la erkeri-kerin i bas Pustaka Si Badia nari. Situhuna Pustaka Si Badia e pe erberita kerna Aku nge! Tapi la kam nggit ndahi Aku guna ngaloken kegeluhen e." "Labo Kuarapken manusia muji Aku. Sabap Kutandai nge kam kerina; Kueteh nge maka i bas ukurndu labo atendu keleng Dibata.
Bagenda me Berita si Meriah si pnipeseh Dibata.

BACAAN HARI MINGGU PRAPASKAH III , 27 Maret 2011

BACAAN HARI MINGGU PRAPASKAH III , 27 Maret 2011
Kel 17:3-7, Mzm 95:1-2,6-7,8-9, Rm 5:1-2,5-8, Yoh 4:5-42

BACAAN I
“Berilah air untuk kami minum.”
Hauslah bangsa itu akan air di sana; bersungut-sungutlah bangsa itu kepada Musa dan berkata: "Mengapa pula engkau memimpin kami keluar dari Mesir, untuk membunuh kami, anak-anak kami dan ternak kami dengan kehausan?" Lalu berseru-serulah Musa kepada TUHAN, katanya: "Apakah yang akan kulakukan kepada bangsa ini? Sebentar lagi mereka akan melempari aku dengan batu!" Berfirmanlah TUHAN kepada Musa: "Berjalanlah di depan bangsa itu dan bawalah beserta engkau beberapa orang dari antara para tua-tua Israel; bawalah juga di tanganmu tongkatmu yang kaupakai memukul sungai Nil dan pergilah. Maka Aku akan berdiri di sana di depanmu di atas gunung batu di Horeb; haruslah kaupukul gunung batu itu dan dari dalamnya akan keluar air, sehingga bangsa itu dapat minum." Demikianlah diperbuat Musa di depan mata tua-tua Israel. Dinamailah tempat itu Masa dan Meriba, oleh karena orang Israel telah bertengkar dan oleh karena mereka telah mencobai TUHAN dengan mengatakan: "Adakah TUHAN di tengah-tengah kita atau tidak?"

MAZMUR TANGGAPAN:
Ref. : Hari ini dengarkanlah suara Tuhan, jangan bertegar hati.

* Marilah kita bersorak-sorai untuk TUHAN, bersorak-sorak bagi gunung batu keselamatan kita.
Biarlah kita menghadap wajah-Nya dengan nyanyian syukur, bersorak-sorak bagi-Nya dengan nyanyian mazmur.

2. Masuklah, marilah kita sujud menyembah, berlutut di hadapan TUHAN yang menjadikan kita.
Sebab Dialah Allah kita, dan kitalah umat gembalaan-Nya dan kawanan domba tuntunan tangan-Nya. Pada hari ini, sekiranya kamu mendengar suara-Nya!

3. Janganlah keraskan hatimu seperti di Meriba, seperti pada hari di Masa di padang gurun,
pada waktu nenek moyangmu mencobai Aku, menguji Aku, padahal mereka melihat perbuatan-Ku.

BACAAN II:
Sebab itu, kita yang dibenarkan karena iman, kita hidup dalam damai sejahtera dengan Allah oleh karena Tuhan kita, Yesus Kristus. Oleh Dia kita juga beroleh jalan masuk oleh iman kepada kasih karunia ini. Di dalam kasih karunia ini kita berdiri dan kita bermegah dalam pengharapan akan menerima kemuliaan Allah. Dan pengharapan tidak mengecewakan, karena kasih Allah telah dicurahkan di dalam hati kita oleh Roh Kudus yang telah dikaruniakan kepada kita. Karena waktu kita masih lemah, Kristus telah mati untuk kita orang-orang durhaka pada waktu yang ditentukan oleh Allah. Sebab tidak mudah seorang mau mati untuk orang yang benar?tetapi mungkin untuk orang yang baik ada orang yang berani mati?. Akan tetapi Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa.

BACAAN INJIL:

"Tuhan, berikanlah aku air itu, supaya aku tidak haus.”

Maka sampailah Ia ke sebuah kota di Samaria, yang bernama Sikhar dekat tanah yang diberikan Yakub dahulu kepada anaknya, Yusuf. Di situ terdapat sumur Yakub. Yesus sangat letih oleh perjalanan, karena itu Ia duduk di pinggir sumur itu. Hari kira-kira pukul dua belas. Maka datanglah seorang perempuan Samaria hendak menimba air. Kata Yesus kepadanya: "Berilah Aku minum." Sebab murid-murid-Nya telah pergi ke kota membeli makanan. Maka kata perempuan Samaria itu kepada-Nya: "Masakan Engkau, seorang Yahudi, minta minum kepadaku, seorang Samaria?" (Sebab orang Yahudi tidak bergaul dengan orang Samaria.) Jawab Yesus kepadanya: "Jikalau engkau tahu tentang karunia Allah dan siapakah Dia yang berkata kepadamu: Berilah Aku minum! niscaya engkau telah meminta kepada-Nya dan Ia telah memberikan kepadamu air hidup." Kata perempuan itu kepada-Nya: "Tuhan, Engkau tidak punya timba dan sumur ini amat dalam; dari manakah Engkau memperoleh air hidup itu? Adakah Engkau lebih besar dari pada bapa kami Yakub, yang memberikan sumur ini kepada kami dan yang telah minum sendiri dari dalamnya, ia serta anak-anaknya dan ternaknya?" Jawab Yesus kepadanya: "Barangsiapa minum air ini, ia akan haus lagi, tetapi barangsiapa minum air yang akan Kuberikan kepadanya, ia tidak akan haus untuk selama-lamanya. Sebaliknya air yang akan Kuberikan kepadanya, akan menjadi mata air di dalam dirinya, yang terus-menerus memancar sampai kepada hidup yang kekal." Kata perempuan itu kepada-Nya: "Tuhan, berikanlah aku air itu, supaya aku tidak haus dan tidak usah datang lagi ke sini untuk menimba air." Kata Yesus kepadanya: "Pergilah, panggillah suamimu dan datang ke sini." Kata perempuan itu: "Aku tidak mempunyai suami." Kata Yesus kepadanya: "Tepat katamu, bahwa engkau tidak mempunyai suami, sebab engkau sudah mempunyai lima suami dan yang ada sekarang padamu, bukanlah suamimu. Dalam hal ini engkau berkata benar." Kata perempuan itu kepada-Nya: "Tuhan, nyata sekarang padaku, bahwa Engkau seorang nabi. Nenek moyang kami menyembah di atas gunung ini, tetapi kamu katakan, bahwa Yerusalemlah tempat orang menyembah." Kata Yesus kepadanya: "Percayalah kepada-Ku, hai perempuan, saatnya akan tiba, bahwa kamu akan menyembah Bapa bukan di gunung ini dan bukan juga di Yerusalem. Kamu menyembah apa yang tidak kamu kenal, kami menyembah apa yang kami kenal, sebab keselamatan datang dari bangsa Yahudi. Tetapi saatnya akan datang dan sudah tiba sekarang, bahwa penyembah-penyembah benar akan menyembah Bapa dalam roh dan kebenaran; sebab Bapa menghendaki penyembah-penyembah demikian. Allah itu Roh dan barangsiapa menyembah Dia, harus menyembah-Nya dalam roh dan kebenaran." Jawab perempuan itu kepada-Nya: "Aku tahu, bahwa Mesias akan datang, yang disebut juga Kristus; apabila Ia datang, Ia akan memberitakan segala sesuatu kepada kami." Kata Yesus kepadanya: "Akulah Dia, yang sedang berkata-kata dengan engkau." Pada waktu itu datanglah murid-murid-Nya dan mereka heran, bahwa Ia sedang bercakap-cakap dengan seorang perempuan. Tetapi tidak seorangpun yang berkata: "Apa yang Engkau kehendaki? Atau: Apa yang Engkau percakapkan dengan dia?" Maka perempuan itu meninggalkan tempayannya di situ lalu pergi ke kota dan berkata kepada orang-orang yang di situ: "Mari, lihat! Di sana ada seorang yang mengatakan kepadaku segala sesuatu yang telah kuperbuat. Mungkinkah Dia Kristus itu?" Maka merekapun pergi ke luar kota lalu datang kepada Yesus. Sementara itu murid-murid-Nya mengajak Dia, katanya: "Rabi, makanlah." Akan tetapi Ia berkata kepada mereka: "Pada-Ku ada makanan yang tidak kamu kenal." Maka murid-murid itu berkata seorang kepada yang lain: "Adakah orang yang telah membawa sesuatu kepada-Nya untuk dimakan?" Kata Yesus kepada mereka: "Makanan-Ku ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan menyelesaikan pekerjaan-Nya. Bukankah kamu mengatakan: Empat bulan lagi tibalah musim menuai? Tetapi Aku berkata kepadamu: Lihatlah sekelilingmu dan pandanglah ladang-ladang yang sudah menguning dan matang untuk dituai. Sekarang juga penuai telah menerima upahnya dan ia mengumpulkan buah untuk hidup yang kekal, sehingga penabur dan penuai sama-sama bersukacita. Sebab dalam hal ini benarlah peribahasa: Yang seorang menabur dan yang lain menuai. Aku mengutus kamu untuk menuai apa yang tidak kamu usahakan; orang-orang lain berusaha dan kamu datang memetik hasil usaha mereka." Dan banyak orang Samaria dari kota itu telah menjadi percaya kepada-Nya karena perkataan perempuan itu, yang bersaksi: "Ia mengatakan kepadaku segala sesuatu yang telah kuperbuat." Ketika orang-orang Samaria itu sampai kepada Yesus, mereka meminta kepada-Nya, supaya Ia tinggal pada mereka; dan Iapun tinggal di situ dua hari lamanya. Dan lebih banyak lagi orang yang menjadi percaya karena perkataan-Nya, dan mereka berkata kepada perempuan itu: "Kami percaya, tetapi bukan lagi karena apa yang kaukatakan, sebab kami sendiri telah mendengar Dia dan kami tahu, bahwa Dialah benar-benar Juruselamat dunia."
Demikianlah Injil Tuhan bagi kita hari ini.

Renungan Hari biasa Pekan II Prapaskah ; Sabtu 26 Maret 2011

Renungan Hari biasa Pekan II Prapaskah ; Sabtu 26 Maret 2011
Mi 7:14-15,18-20, Mzm 103:1-2,3-4,9-10,11-12, Luk 15:1-3,11-32

Allah tidak melihat atau mengukur dari besar kecilnya dosa seseorang yang bertobat, tetapi ketulusan hati untuk kembali kepada Allah karena menyadari kasih karuni Allah yang sungguh besar dan membawa kita ke kebahagiaan hidup.

BACAAN INJIL:
Para pemungut cukai dan orang-orang berdosa biasanya datang kepada Yesus untuk mendengarkan Dia. Maka bersungut-sungutlah orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat, katanya: "Ia menerima orang-orang berdosa dan makan bersama-sama dengan mereka." Lalu Ia mengatakan perumpamaan ini kepada mereka: Yesus berkata lagi: "Ada seorang mempunyai dua anak laki-laki. Kata yang bungsu kepada ayahnya: Bapa, berikanlah kepadaku bagian harta milik kita yang menjadi hakku. Lalu ayahnya membagi-bagikan harta kekayaan itu di antara mereka. Beberapa hari kemudian anak bungsu itu menjual seluruh bagiannya itu lalu pergi ke negeri yang jauh. Di sana ia memboroskan harta miliknya itu dengan hidup berfoya-foya. Setelah dihabiskannya semuanya, timbullah bencana kelaparan di dalam negeri itu dan iapun mulai melarat. Lalu ia pergi dan bekerja pada seorang majikan di negeri itu. Orang itu menyuruhnya ke ladang untuk menjaga babinya. Lalu ia ingin mengisi perutnya dengan ampas yang menjadi makanan babi itu, tetapi tidak seorangpun yang memberikannya kepadanya. Lalu ia menyadari keadaannya, katanya: Betapa banyaknya orang upahan bapaku yang berlimpah-limpah makanannya, tetapi aku di sini mati kelaparan. Aku akan bangkit dan pergi kepada bapaku dan berkata kepadanya: Bapa, aku telah berdosa terhadap sorga dan terhadap bapa, aku tidak layak lagi disebutkan anak bapa; jadikanlah aku sebagai salah seorang upahan bapa. Maka bangkitlah ia dan pergi kepada bapanya. Ketika ia masih jauh, ayahnya telah melihatnya, lalu tergeraklah hatinya oleh belas kasihan. Ayahnya itu berlari mendapatkan dia lalu merangkul dan mencium dia. Kata anak itu kepadanya: Bapa, aku telah berdosa terhadap sorga dan terhadap bapa, aku tidak layak lagi disebutkan anak bapa. Tetapi ayah itu berkata kepada hamba-hambanya: Lekaslah bawa ke mari jubah yang terbaik, pakaikanlah itu kepadanya dan kenakanlah cincin pada jarinya dan sepatu pada kakinya. Dan ambillah anak lembu tambun itu, sembelihlah dia dan marilah kita makan dan bersukacita. Sebab anakku ini telah mati dan menjadi hidup kembali, ia telah hilang dan didapat kembali. Maka mulailah mereka bersukaria. Tetapi anaknya yang sulung berada di ladang dan ketika ia pulang dan dekat ke rumah, ia mendengar bunyi seruling dan nyanyian tari-tarian. Lalu ia memanggil salah seorang hamba dan bertanya kepadanya apa arti semuanya itu. Jawab hamba itu: Adikmu telah kembali dan ayahmu telah menyembelih anak lembu tambun, karena ia mendapatnya kembali dengan sehat. Maka marahlah anak sulung itu dan ia tidak mau masuk. Lalu ayahnya keluar dan berbicara dengan dia. Tetapi ia menjawab ayahnya, katanya: Telah bertahun-tahun aku melayani bapa dan belum pernah aku melanggar perintah bapa, tetapi kepadaku belum pernah bapa memberikan seekor anak kambing untuk bersukacita dengan sahabat-sahabatku. Tetapi baru saja datang anak bapa yang telah memboroskan harta kekayaan bapa bersama-sama dengan pelacur-pelacur, maka bapa menyembelih anak lembu tambun itu untuk dia. Kata ayahnya kepadanya: Anakku, engkau selalu bersama-sama dengan aku, dan segala kepunyaanku adalah kepunyaanmu. Kita patut bersukacita dan bergembira karena adikmu telah mati dan menjadi hidup kembali, ia telah hilang dan didapat kembali."
Demikianlah Injil Tuhan bagi kita hari ini.

RENUNGAN:
“Masihkah Tuhan mau mengampuni dosaku yang sungguh berat?” Pertanyaan ini pernah diucapkan salah seorang narapidana waktu saya bersama kelompok karismatik mengadakan Misa Paskah bersama di sebuah penjara. Saat itu saya dengan yakin dan berani menjawab, “Tuhan pasti mau mengampuni dosa Saudara, sebesar apapun kalau Saudara sungguh mau bertobat dan kembali ke jalan Allah.” Tetapi kalau sekiranya dia bertanya, “Apakah masyarakat, keluarganya dan isterinya masih mau mengampuni kesalahannya dan masih mau menerima dia?” Mungkin pertanyaan ini akan sulit saya jawab dengan pasti, karena seringkali manusia begitu sulit mengampuni sesama yang telah berdosa dan sungguh mau bertobat. Kadang saya berpikir, “Allah saja mau mengampuni dan mau menerima orang yang sungguh bertobat, tetapi mengapa manusia sulit untuk melakukan hal yang sama? Seakan manusia itu justru melebihi Allah sendiri. Padahal Allah adalah Tuhan yang tidak berdosa, mau mengampuni sedangkan manusia tidak ada yang tidak lepas dari kesalahan, tetapi justru tidak mau mengampuni sesamanya.

Injil hari ini, pasti sungguh menarik untuk kita baca dan lebih menarik lagi bila kita renungkan. Kerap orang mengatakan bahwa judul yang tepat untuk perikop ini adalah “Allah Bapa yang berbelas kasih.” Bukan “Anak yang hilang”. Sehubungan dengan hal ini, kita tidak perlu terlalu mempersoalkanya, karena bagi kita adalah merenungkan pesan yang mau disampaikan Allah lewat perikop ini. Kita juga tidak usah terlalu disibukkan untuk menilai dari antara kedua anak itu, mana yang paling berdosa dan yang membutuhkan pertobatan. Sebab seringkali orang sibuk dalam hal ini sehingga merasa diri tidak seperti anak bungsu sehingga tidak membutuhkan pertobatan.

Baik anak sulung maupun anak bungsu, sama-sama tidak terlepas dari kesalahan, kekurangan dan dosa, yang membutuhkan pertobatan. Memang anak sulung tampak jelas perbuatannya yang membuat kita dapat menilai bahwa dia sungguh telah berdosa. Anak bungsu itu merasa dirinya tidak bebas bila tinggal bersama ayahnya, dia ingin bebas dengan hidup sesuka hatinya. Hidup bersama ayahnya dianggap seperti pengekangan diri. Oleh karena itu dia meminta warisan yang menjadi haknya, padahal ayahnya masih hidup. Umumnya yang namanya warisan, itu diterima seseorang ketika ayahnya atau orang tuanya sudah meninggal dunia. Sehingga dengan meminta harta warisan padahal orang tua masih hidup, itu berarti bahwa seseorang itu menganggap ayahnya telah mati. Dapat Anda bayangkan bagimana perasaan anda sekiranya anak Anda meminta warisan padahal Anda masih hidup bahkans egar bugar. Itu sama halnya menganggap Anda sudah mati buat dia. Namun walaupun demikian, ayah itu tetap memberikannya walau dengan terpaksa. Terpaksa tentu bukan karena tidak rela memberinya kepada anaknya, tetapi karena ayahnya itu tahu bahwa perbuatan anaknya itu tidak benar. Ayah itu juga tahu bahwa semuanya itu hanyalah karena akal-akalan anaknya yang merasa ingin hidup bebas sesukanya, dan juga tahu bahwa anaknya akan menderita bila jauh darinya. Namun ayahnya itu tetap memberikannya dan berharap anaknya sadar dan kelak kembali kepadanya. Keraguan ayahnya itu memang benar terbukti, anaknya itu hanya ingin merasa bebas hidup sesuka hatinya, ayahnya itu juga benar bahwa anaknya tidak bisa hidup bahagia bila terpisah darinya, ayah itupun benar bahwa anaknya tidak akan bahagia hidup dalam perbuatan kedosaannya. Kerinduan ayah yang penuh cinta kasih menantikan kembalinya atau pertobatan anaknya juga terkabul karena anaknya kembali kepadanya.

Semuanya itu diceritakan dengan sangat indah dalam injil hari ini. Anak bungsu itu setelah mendapat warisan dari ayahnya, dia pergi jauh menghabiskan hartanya, hidup berfoyah-foyah menghabiskan harta yang diterima dan dia jatuh pada perbuatan dosa yang besar. Akhirnya anak itupun sadar dan kembali ke ayahnya. Namun dia kembali ke ayahnya bukan karena menyadari kasih ayahnya yang sangat besar, bukan pula karena sadar bahwa dia tidak bisa hidup bahagia bila jauh dan tigak tinggal bersama ayahnya. Dia kembali, lebih karena dia menderita dan ingin terbebas dari penderitaan. Namun walaupun demikian, ayahnya yang penuh belaskasih itu digambarkan selalu menunggu dia kembali dan dari jauh sudah melihat anaknya itu kembali. Bahkan Injil mengambarkan bahwa dari jauh ayah itu sudah bisa mengenal anaknya yang kembali, juga digambarkan bahwa ayah itu berlari menyongsongnya, memeluk dan menciuminya. Padahal pasti kondisi tubuh anaknya sudah berubah, yang mungkin karena kelaparan dia sudah kurus, kumal dan mungkin saja sudah berpenyakitan. Namun ayahnya masih bisa mengenalinya dari jauh, berlari menyongsongnya dan tanpa rasa jijik sedikitpun ayah itu memeluk dan menciuminya. Bukan hanya itu, ayah itu sungguh bersukacita karena anaknya sudah kembali kepadanya sehingga dia mengadakan pesta yang besar. Cintanya yang sungguh besar tercurah dari ayahnya itu, dan pasti ini membuat anak itu yang semula kembali kepada ayahnya karena dia kelaparan, menderita, menjadi sungguh-sungguh mengalami pertobatan sejati. Pertobatan sejatinya itu karena akhirnya dia menyadari betapa besar kasih ayahnya kepadanya dan kasih ayahnya itulah yang membawa dia ke kebahagiaan.

Sikap anak bungsu menjadi gambaran kita. Tanpa sadar ataupun dengan sadar kita menganggap bahwa Tuhan telah mati dalam hidup kita, kita menganggap Tuhan telah mati. Menganggap Tuhan telah mati adalah manakala kita tidak percaya lagi kepada-Nya, manakala kita menganggap bahwa kita tidak membutuhkan Tuhan dalam hidup kita, karena kita menganggap bahwa tanpa Dia kita bisa hidup karena kita memiliki harta, kemampuan dan kuasa atau pangkat. Kitapun sering menganggap bahwa perintah-perintah Tuhan justru menghalangi kebebasan kita berbuat sesuka hati kita. Tidak sedikit orang yang menganggap bahwa Tuhan itu justru mengekang kebebasan kita untuk hidup sesuka hati kita. Kita sering berontak dalam hal ini sehingga pelan-pelan dan pasti kita meninggalkan Dia. Namun hari ini, lewat perikop ini hendaknya kita sadar, bahwa pikiran yang demikian adalah sungguh keliru. Kita diajak belajar dari pengalaman anak bungsu itu. Oleh karena itu, mari kita bertobat dengan menyadari kasih Allah yang sungguh besar, dalam dalam kasih-Nya itu kita akan menemukan kebahagiaan, bukan kebahagiaan itu bukan pada harta, bukan pada kausa, bukan pula pada kebebasan pribadi dan terutama bukan pula dalam kedosaan kita. Kalaupun kita selama ini sudah salah dan berdosa, hendaknya kita kembali kepada Tuhan karena Tuhan selalu menanti kepulangan kita, dia tetap mengenal kita dari jauh walaupun dosa sudah mengerogoti diri kita dan Dia akan berlalu serta tanpa rasa jijik atas kedosaan kita, Dia akan memeluk dan menciumi kita dengan kasih-Nya.

Sikap anak sulung juga menjadi gambaran perilaku kita yang merasa diri sudah hidup benar, sehingga menuntuk perlakuan istimewa dari Tuhan dan tidak membutuhkan pertobatan. Anak sulung itu yang merasa tidak pernah membantah ayahnya, merasa diri sudah hidup benar, begitu marah kepada ayahnya karena ayahnya masih mau menerima adiknya yang sudah sangat bersalah dan berdosa. Dia cemburu dan merasa ayahnya tidak adil, karena justru berpesta pora menyambut adiknya yang kembali padahal dia merasa ayahnya tidak pernah memberikan seekor anak kambing pun sebagai balasan atas kebaikannya selama ini. Anak sulung itu tidak mau menerima kembalinya adiknya yang telah berdosa. Anak sulung itu juga merasa kecewa atas sikap ayahnya yang justru tidak hanya menerima adiknya yang kembali tetapi malah berpesta dalam penyambutan. Anak sulung itu berpikir bahwa seharusnya ayahnya itu menolak. Tetapi ternyata pikiran ayahnya tidak seperti yang dipikirkannya. Memang itulah kasih yang sejati. Ayah itupun dengan penuh kesabaran untuk membimbing anak sulung agar mau menerima dan bersukacita karena adiknya sudah hidup kembali.
Kitapun sering seperti itu, kita merasa sudah hidup baik, benar, tidak melakukan perbuatan yang tidak sesuai dengan kehendak Allah sehingga kita menuntut perlakuan istimewa dari Allah lewat Gereja-Nya. Kitapun karena sikap demikian menjadi gampang menghina, menghakimi dan bahkan tidak rela menerima atau mengampuni sesaka kita yang menyesali kedosaannya dan mau bertobat. Sikap kita yang demikian justru seringkali menghambat orang lain untuk bertobat. Yesus mengajak kita bahwa kalau kita sungguh hidup bersama Yesus, kitapun harus hidup dalam kasih kepada sesama yang salah satunya kasih itu tercurah dalam sikap mau mengampuni sesama.

Maka dari kita, lewat bacaan hari ini tidak lagi berkata bahwa kita tidak seperti anak bungsu yang membutuhkan pertobatan. Anak sulung dan anak bungsu merupakan gambaran perilaku hidup kita sehingga kita semua membutuhkan pertobatan. Allah tidak melihat atau mengukur dari besar kecilnya dosa seseorang yang bertobat, tetapi ketulusan hati untuk kembali kepada Allah karena menyadari kasih karuni Allah yang sungguh besar dan membawa kita ke kebahagiaan hidup. Maka kalau Allah yang kudus, tanpa dosa mau menerima dan mengampuni orang yang berdosa, mengapa kita yang tidak terlepas dari kekurangan dan kedosaan justru tidak mau menerima dan mengampuni sesama kita yang bertobat? Semoga kita semua berani memulai pertobatan yang sejati dalam masa prapaskah ini. Amin.

Ratzinger dan Küng: Paralel dan divergen

Ratzinger dan Küng: Paralel dan divergen

Secara keagamaan, Eropa Barat kini menjadi tempat yang mandul. Namun sesungguhnya, ada yang lebih kompleks. Buku yang ditulis oleh dua teolog Katolik baru-baru ini menempati daftar best seller di Jerman.

Buku “Jesus of Nazareth” (jilid kedua) ditulis oleh teolog yang kini menjadi Paus Benediktus XVI. Buku “Can the Church Still Be Saved?” ditulis oleh teolog terkenal lain yaitu Pastor Hans Küng.

Meskipun biasanya kedua teolog ini dipandang sebagai dua kutub-berlawanan, Benediktus dan Küng memiliki kehidupan yang paralel dengan rasa ingin tahu yang luar biasa. Keduanya asli Jerman. Usia mereka juga hampir sama. Mereka juga pernah mengajar di universitas yang sama. Selama Konsili Vatikan II, keduanya menjadi penasihat di bidang teologi yang berhaluan reformis.

Namun para peserta Konsili Vatikan II, bisa segera melihat perbedaan antara Küng dan Pastor Joseph Ratzinger pada waktu itu. Salah satu peserta yang melihat hal tersebut adalah Pastor Henri de Lubac SJ – teolog Prancis kawakan yang selalu bereaksi.

Dalam buku harian Vatikan II yang ditulisnya, de Lubac mengamati semangat kedua orang tersebut. Ratzinger digambarkan sebagai orang yang sangat cerdas dengan kepribadian yang “tenang” dan “ramah.” Sebaliknya, Küng memiliki “keberanian orang muda” dan berbicara dengan menggunakan istilah-istilah “keras, gamblang, dan polemis.”

Pastor de Lubac sendiri, kebetulan, adalah seorang yang dalam hidupnya selalu menjadi model kesopanan. Maka karakter Küng jelas mengganggunya.

Setelah Konsili Vatikan II, Ratzinger dan Küng mengambil jalan yang sangat berbeda. Ratzinger muncul sebagai pembela kuat ortodoksi Katolik dan akhirnya terpilih menjadi paus. Küng menjadi selebriti teologis dan sangat antagonis terhadap kepausan.

- Samuel Gregg

SUMBER DAN ARTIKEL SELENGKAPNYA
Benedict XVI, Hans Kung and Catholicism’s Future (Acton Institute)

Dresden Katholikentreffen (Wikipedia)

Disadur dari : cathnewsindonesia.com

RENUNGAN HARI RAYA KABAR SUKACITA (25 MARET 2011)

RENUNGAN HARI RAYA KABAR SUKACITA (25 MARET 2011)
Yes 7:10-14, 8:10, Mzm 40:7-8a,8b-9,10,11, Ibr 10:4-10, Luk 1:26-38

"Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu."

BACAAN INJIL:
Dalam bulan yang keenam Allah menyuruh malaikat Gabriel pergi ke sebuah kota di Galilea bernama Nazaret, kepada seorang perawan yang bertunangan dengan seorang bernama Yusuf dari keluarga Daud; nama perawan itu Maria. Ketika malaikat itu masuk ke rumah Maria, ia berkata: "Salam, hai engkau yang dikaruniai, Tuhan menyertai engkau." Maria terkejut mendengar perkataan itu, lalu bertanya di dalam hatinya, apakah arti salam itu. Kata malaikat itu kepadanya: "Jangan takut, hai Maria, sebab engkau beroleh kasih karunia di hadapan Allah. Sesungguhnya engkau akan mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki dan hendaklah engkau menamai Dia Yesus. Ia akan menjadi besar dan akan disebut Anak Allah Yang Mahatinggi. Dan Tuhan Allah akan mengaruniakan kepada-Nya takhta Daud, bapa leluhur-Nya, dan Ia akan menjadi raja atas kaum keturunan Yakub sampai selama-lamanya dan Kerajaan-Nya tidak akan berkesudahan." Kata Maria kepada malaikat itu: "Bagaimana hal itu mungkin terjadi, karena aku belum bersuami?" Jawab malaikat itu kepadanya: "Roh Kudus akan turun atasmu dan kuasa Allah Yang Mahatinggi akan menaungi engkau; sebab itu anak yang akan kaulahirkan itu akan disebut kudus, Anak Allah. Dan sesungguhnya, Elisabet, sanakmu itu, iapun sedang mengandung seorang anak laki-laki pada hari tuanya dan inilah bulan yang keenam bagi dia, yang disebut mandul itu. Sebab bagi Allah tidak ada yang mustahil." Kata Maria: "Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu." Lalu malaikat itu meninggalkan dia.
Demikianlah Injil Tuhan bagi kita hari ini.

RENUNGAN:
Di zaman modern ini, sudah banyak wanita yang mengandung dan melahirkan di luar nikah. Hal ini bukan hal baru dan luar biasa lagi. Namun walaupun demikian, wanita yang mengandung di luar nikah tetap dianggap suatu aib yang memalukan, si wanita maupun orang tuanya tetap akan merasa malu. Maka seringkali karena rasa malu, tidak jarang si wanita baik dari dirinya sendiri atau atas dorongan orang lian, akhirnya mengugurkan kandungannya, kalaupun tidak menggugurkannya, si wanita diungsikan ke tempat tersembunyi biar tidak ada yang mengetahui bahwa dia mengandung dan melahirkan di luar nikah tanpa suami yang pasti.

Di zaman ini saja wanita yang mengandung di luar nikah masih tetap jadi aib besar, maka bisa kita bayangkan sendiri bagaimana perasaan Maria ketika menerima kabar dari malaikat bahwa dia akan mengandung, padahal dia baru hanya masih bertunangan dengan Yusuf tunangannya. Sebagai wanita biasa dan masih muda, tentu Maria sangat kaget, sukacita dan juga ketakutan ketika dikunjungi oleh malaikat Allah dan disapa. Sebab dia sadar bahwa dirinya bukan siapa-siapa, bukan seorang nabiah, hanya seorang wanita desa yang sederhana dan masih muda. Malaikat Allah menguatkan dia dengan menyatakan bahwa Tuhan menyertai dia. Kalimat ini tentu merupakan kabar sukacita. Namun malaikat itu mengatakan bahwa dia akan mengandung . Mendengar kata-kata ini Maria tentu ketakutan, seakan kata-kata maliakat itu seperti petir yang menyambar telinganya . Sebab dia belum bersuami dan berpikir mengapa Tuhan memilih dia untuk suatu tugas atau peran yang luhur, yakni mengandung Anak Allah. Oleh karena itulah Maria bertanya bagaimana itu mungkin terjadi. Maria sadar siapa dirinya, wanita desa yang sederhana, dan dia juga sadar apa resiko yang akan dialaminya bila orang lain mengetahui dia sudah mengandung padahal belum bersuami. Maria sungguh tahu bahwa hukum yang berlaku bagi seorang wanita yang mengandung sebelum bersuami adalah dihuum mati dengan dilempari batu sampai mati.

Oleh karena itulah Maliakat menguatkan dia bahwa Roh Kudus akan menyertai dia dalam menjalani semuanya itu. Kiranya malaikat tahu bahwa Maria masih diliputi keraguand an ketakutan, oleh karena itulah Maliakat memberitahukan bahwa saudarinya Elisabet juga mengandung pada masa tuanya, padahal menurut usianya, Elisabet tidka mungkin mengandung lagi. Tetapi malaikat memberitahukan bahwa Elisabet sudah mengandung berkat karunia Allah. Berita ini kiranya bukan sekedar berita, tetapi bagian dari peneguhan bagi Maria agar tidak ragu, tetapi yakin dan tidak usah takut karena Roh Allah akan menyertainya, bagi Allah tidak ada yang mustahil. Setelah panjang lebar malaikat itu meneguhkan Maria, Maria akhirnya menerima kabar yang disampaikan oleh Malaikat itu dengan suatu keyakinan bahwa Roh Kudus akan menyertai dia sebagaimana yang dijanjikan oleh malaikat itu. Maria pasrah atas kehendak Allah atas dirinya. Sikap pasrahnya itu berarti dia membiarkan Roh Kudus yang bekerja atas dirinya. Roh Kudus itulah yang memampukan Maria melaksanakan tugas mulia yang diberikan Allah kepadanya.

Bermenung atas hari raya hari ini, hari ini adalah hari raya sukacita bagi kita, karena Allah mengasihi kita dan menyertai kita, bahkan Dia akan tinggal beserta kita lewat kelahiran Yesus Anak Allah. Tetapi secara manusiawi kabar itu bukan sukacita bagi Maria tetapi kabar yang menyakitkan, kabar yang sangat beresiko bagi Maria. Namun syukurlah Maria mau menerima semuanya itu. Keterbukaan dan kerelaaan Maria membuahkan kehadiran Yesus Sang Penyelamat hadir dan tinggal bersama kita. Oleh karena itulah dalam perayaan hari ini, kita sudah patut dan pantas untuk berterimakasih kepada Maria atas keterbukaan dan kerelaannya menerima tugas luhur, mulia tetapi sangat berat itu. Dalam perayaan hari ini juga, kita pantaslah menghormati Maria dan menjadikannya sebagai teladan dalam beriman. Kita hendaknya menjadikan Maria teladan karena dia terbuka pada perintah Allah, siap melaksanakannya meskipun berat dan penuh resiko taruhan nayawanya. Maria juga memberi teladan bahwa beriman adalah berpasrah pada kehendak, kuasa dan penyelenggaraan Allah atas hidup, inilah yang terkadung dalam kata-katanya, "Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu." Percaya dan pasarah pada Allah itu berarti kita membiarkan Roh Allah bekerja atas dan dalam diri kita.

Selain hal di atas, hari raya hari ini juga kembali meneguhkan iman kita, bahwa sebagaimana kabar malaikat yang mengatakan bahwa Tuhan mengarunia dan menyertai Maria, demikianpun kita dikarunia atau diberkati dan senantiasa disertai oleh Tuhan. Kabar yang diperdengarkan ini kepada Maria, sekarang inipun dikatakan oleh malaikat Tuhan kepada kita, sehingga kita tidak usah takut dalam menjalani hidup kita, walaupun penuh dengan tantangan dan persoalan hidup. Maria menerima kabar itu dan sekaligus meyakininya. Demikian juga kita yang menerima dan meyakini kabar sukacita bahwa Allah juga memberkati dan menyertai kita, itu berarti kita bersedia menerima Yesus berdiam atau tinggal dalam diri kita dan pada akhirnya kitapun harus menjadi saluran berkat Allah bagi sesama kita. Lewat baptisan, sakramen Ekaristi dan Krisma, nyata bagi kita bahwa Yesus sudah bersatu, berdiam dalam diri kita dan menjadikan diri kita menjadi Bait Allah sendiri. Oleh karena itulah, baiklah kiranya pada hari raya ini, hal ini kita sadari lagi. Dengan menyadari atau meyakini ini, kitapun sperti Maria, menjadi perantara kehadiran Yesus dalam hidup ini bagi sesama kita. Ini aalah tugas mulia dan luhur, tetapi bukanlah tugas yang mudah. Namun walaupun demikian, hendaknya kita tidak usah takut, seperti Maria kita berkata, “"Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu." Dengan mengucapkan kata-kata ini dengan penuh iman, kita membiarkan Allah meraja dan bekerja dalam diri kita. Yakinlah, Roh Kudus akan menguatkan dan menyempurnakan hidup kita sesuai dengan kehendak Tuhan. Amin.

Vatikan tunjuk Dubes baru untuk Indonesia

Vatikan tunjuk Dubes baru untuk Indonesia

Paus Benediktus XVI telah menunjuk Uskup Agung Antonio Guido Filipazzi menjadi Duta Besar Vatikan untuk Indonesia menggantikan Mgr Leopoldo Girelli.

Pengangkatan tersebut diumumkan pada tanggal 23 Maret di Vatikan.

Mgr. Antonio lahir di Milano, Italia, pada tanggal 8 Oktober 1963. Ia ditahbiskan imam pada 10 Oktober 1987, pada usia 24 tahun.

Sejak bulan Juli 1992, Mgr. Antonio mulai dilibatkan dalam pelayanan diplomatik Tahta Suci dan ditugas mewakili Vatikan dalam bidang hubungan dengan negara-negara lain.

Ia ditahbiskan uskup pada 5 Februari 2011, pada usia 47 tahun. Sebulan kemudain ia ditunjuk menjadi nuntius apostolik untuk Indonesia menggantikan Mgr Leopoldo Girelli yang sejak Januari lalu menjadi nuntius apostolik untuk Singapura, Malaysia, dan Brunei Darussalam.

Disadur dari : cathnewsindonesia.com/

Pemerintah batal beri nomor serial pada Alkitab

Pemerintah batal beri nomor serial pada Alkitab
Oleh Reporter ucanews.com, Penang/Bangkok

Pemerintah Malaysia akhirnya membatalkan rencana untuk membubuhkan nomor serial pada setiap Alkitab bahasa Melayu setelah umat Kristen mengancam akan menggelar protes di seluruh Malaysia.

Sudhagaran Standley, seorang pekerja Gereja di Penang, telah memprakarsai pendudukan masal secara serempak di semua pos kepolisian ketika mengajukan keluhan kepada polisi terhadap pemerintah untuk memprotes persyarakatan yang direncanakan pemerintah itu.

Untuk mengeluarkan 35.100 Alkitab yang disita, Departemen Dalam Negeri ingin mencap terlebih dahulu setiap Alkitab dengan nomor seri demi pengontrolan sirkulasinya dan sebuah pesan yang menyatakan bahwa Alkitab itu dipakai hanya oleh orang Kristen.

Pemimpin-pemimpin Kristen telah mengeluarkan protes ketika media melaporkan bahwa sebagian dari Alkitab tersebut sudah dicap dan “dirusak.” Mereka menolak untuk menerimanya dalam keadaan tersebut. Alkitab-alkitab itu diimpor dari Indonesia dan telah ditahan sekitar dua tahun di dua pelabuhan Malaysia sampai pemerintah memutuskan untuk mengeluarkannya secara bersyarat pada 15 Maret.

Rencana menduduki pos-pos polisi yang direncanakan pada 23 Maret itu dibatalkan setelah pemerintah membatalkan rencananya.

“Pemerintah setuju untuk mengubah sikapnya dan mengeluarkan semua kitab suci tanpa nomor seri. Kami memutuskan untuk membatalkan rencana mengajukan keluhan kepada polisi terhadap pemerintah,” kata Standley.

Pada 22 Maret, Menteri Idris Jala, dari Departemen Perdana Menteri, mengumumkan bahwa pemerintah menghasilkan kompromi setelah berdiskusi dengan para pemimpin Kristen selama beberapa hari terakhir.

Dia mengatakan, semua Alkitab itu akan dikeluarkan dengan cap “Untuk Agama Kristen” dengan jenis font Ariel tebal berukuran 16, tapi tanpa nomor seri. Selain itu, pemerintah juga menyatakan bahwa Alkitab dalam bahasa Melayu bisa diimpor dan dikeluarkan dengan kata-kata “Untuk Agama Kristen.”

Perkembangan terakhir ini, kata Standley, muncul berkaitan dengan pemilihan umum yang akan diadakan di Sarawak, wilayah di Malaysia Timur yang berpenduduk mayoritas Kristen, tempat kebanyakan dari Alkitab itu disita.
ucanews.com

disadur dari : cathnewsindonesia.com

Resiko nuklir, jubir Vatikan beri peringatan

Resiko nuklir, jubir Vatikan beri peringatan

Bencana nuklir di Jepang “menimbulkan banyak pertanyaan yang tidak bisa diabaikan,” kata juru bicara (jubir) Vatikan, Pastor Federico Lombardi.

Pastor Lombardi mengatakan energi nuklir merupakan sumber daya yang besar bagi manusia, tetapi mencatat bahwa gambar-gambar “yang tersebar belakangan ini terus mengganggu kita dan terpaksa banyak pertanyaan harus kita ajukan,” demikian laporan Zenit.

“Awalnya gambar-gambar tersebut mengingatkan kita akan tsunami di Samudra Hindia enam tahun lalu yang menimbulkan banyak sekali korban, tetapi bahkan yang lebih penting: lautan penderitaan dan kesedihan yang menyerukan kepada kita untuk berbelas kasih, solider, berdoa.”

“Tapi beberapa hari terakhir, perhatian dunia beralih tsunami ke bencana nuklir.”

Ledakan dan kebocoran radiasi di pembangkit listrik bertenaga nuklir terjadi karena kerusakan lantaran gempa dan tsunami. Sekitar 200.000 orang telah dievakuasi dari rumah mereka yang dekat dengan tempat-tempat tersebut.

“Jepang telah menunjukkan kecanggihan dalam mengantisipasi bahaya gempa secara mengagumkan, membangun gedung-gedung yang mampu menahan getaran gempa yang kuat … namun pada kesempatan ini kemajuan teknologi Jepang telah menunjukkan titik lemah, yang, dalam arti tertentu, tak terduga.”

“Energi nuklir merupakan sumber daya alam yang sangat besar yang dicoba manusia untuk digunakan, tetapi jika tak terkontrol lagi maka manusia jadi korban.”

“Ini benar dan perlu direnungkan kembali tentang penggunaan kekuatan teknologi, tentang resikonya, dan harga kemanusiaan yang harus jadi taruhan. Paus berulang kali merekomendasikan hal ini.”

Pastor Lombardi mengakui, “Belakangan ini, pembangkit listrik bertenaga nuklir yang rusak menarik sejumlah orang yang mau bekerja sebagai pahlawan demi keselamatan orang banyak … Ini menunjukkan arah yang sama untuk diperhatikan: Ini sama dengan jalan Yesus menuju Paskah.”

BERITA SELENGKAPNYA

Aide reflects on resource, risk of nuclear power (Zenit)

Disadur dari : cathnews indonesia

Renungan Hari biasa Pekan II Prapaskah, Kamis 24 Maret 2011

Renungan Hari biasa Pekan II Prapaskah, Kamis 24 Maret 2011
Yer 17:5-10, Mzm 1:1-2,3,4,6, Luk 16:19-31

Semoga kita menghayati semangat hidup miskin di hadapan Allah. Amin.

BACAAN INJIL:
"Ada seorang kaya yang selalu berpakaian jubah ungu dan kain halus, dan setiap hari ia bersukaria dalam kemewahan. Dan ada seorang pengemis bernama Lazarus, badannya penuh dengan borok, berbaring dekat pintu rumah orang kaya itu, dan ingin menghilangkan laparnya dengan apa yang jatuh dari meja orang kaya itu. Malahan anjing-anjing datang dan menjilat boroknya. Kemudian matilah orang miskin itu, lalu dibawa oleh malaikat-malaikat ke pangkuan Abraham. Orang kaya itu juga mati, lalu dikubur. Dan sementara ia menderita sengsara di alam maut ia memandang ke atas, dan dari jauh dilihatnya Abraham, dan Lazarus duduk di pangkuannya. Lalu ia berseru, katanya: Bapa Abraham, kasihanilah aku. Suruhlah Lazarus, supaya ia mencelupkan ujung jarinya ke dalam air dan menyejukkan lidahku, sebab aku sangat kesakitan dalam nyala api ini. Tetapi Abraham berkata: Anak, ingatlah, bahwa engkau telah menerima segala yang baik sewaktu hidupmu, sedangkan Lazarus segala yang buruk. Sekarang ia mendapat hiburan dan engkau sangat menderita. Selain dari pada itu di antara kami dan engkau terbentang jurang yang tak terseberangi, supaya mereka yang mau pergi dari sini kepadamu ataupun mereka yang mau datang dari situ kepada kami tidak dapat menyeberang. Kata orang itu: Kalau demikian, aku minta kepadamu, bapa, supaya engkau menyuruh dia ke rumah ayahku, sebab masih ada lima orang saudaraku, supaya ia memperingati mereka dengan sungguh-sungguh, agar mereka jangan masuk kelak ke dalam tempat penderitaan ini. Tetapi kata Abraham: Ada pada mereka kesaksian Musa dan para nabi; baiklah mereka mendengarkan kesaksian itu. Jawab orang itu: Tidak, bapa Abraham, tetapi jika ada seorang yang datang dari antara orang mati kepada mereka, mereka akan bertobat. Kata Abraham kepadanya: Jika mereka tidak mendengarkan kesaksian Musa dan para nabi, mereka tidak juga akan mau diyakinkan, sekalipun oleh seorang yang bangkit dari antara orang mati.
Demikianlah Injil Tuhan bagi kita hari ini.

RENUNGAN:
Apakah orang kaya pasti masuk Nereka dan orang miskin pasti masuk surga? Tentu bukan demikian yang dimaksudkan Injil hari ini kepada kita.

Membaca injil hari ini, memang seakan kesan itu akan muncul. Kita sedikit bingung mengapa orang kaya itu masuk neraka, apa kesalahannya. Injil hari ini tidak menerangkan perbuatan jahat apa yang dibuat oleh orang kaya itu terhadap si miskin sehingga dia masuk neraka. Juga tidan menjelaskan mengapa si Lazarus masuk surge, yang seakan ada kesan bahwa orang miskin otomatis akan masuk surga. Dalam injil dikatakan bahwa orang kaya itu menikmati kekayaannya dengan berpakaian yang mewah, berpesta pora di rumahnya. Orang kaya itu tidak mengusir lazarus ketika datang ke pesta itu untuk memakan sisa-sisa makanan yang terbuang, yang terjatuh dari meja oran gkaya itu. Lazarus malah berebutan dengan anjing-anjing orang kaya itu. Orang kaya itu tidak mengusir Lazarus, padahal bagaimanapun kehadiran Lazarus tentu akan merusak pemandangan, apalagi dengan borok di sekujur tubuhnya bisa membuat jijik para tamu yang hadir pada waktu itu. Dalam hal ini orang kaya itu berbuat baik, tidak melakukan perbuatan jahat kepada Lazarus. Tetapi mengapa dia setelah mati, masuk neraka?

Memang orang kaya itu secara langsung tidak berbuat jahat kepada Lazarus. Kekurangannya yang sangat fatal dan yang tidak berkenan kepada Allah adalah sikap ketidakpeduliaannya kepara orang menderita di sekitarnya. Dia memiliki banyak harta, hidup berfoya-foya dan tidak peduli dengan sesama yang menderita. Jadi bukan soal tidak melakukan kejahatan secara nyata kepada sesama, tetapi ketidakpedulian dan tidak berbuat baik kepada sesama, padahal memiliki banyak hal untuk bisa membantu sesama.

Kitapun sering berbuat demikian. Kita berpuas diri karena kita tidak berbuat jahat atau tidak melakukan kejahatan kepada sesama yang menderita. Kita juga merasa puas bila kita hanya bersikap prihatin atau mengatakan ‘kasihan’ kepada sesama yang menderita, tetapi tidak melakukan hal baik kepada sesama. Mungkin kita juga sering berpuas diri karena kita bisa memberi sedikit kepada orang miskin, padahal yang kita beri adalah sisa-sisa dari apa yang tidak kita butuhkan lagi. Seringkali yang kita beri itu tidak seberapa dengan biaya yang kita habiskan untuk makanan anjing atau ternak peliharaan. Kerap juga dengan bangga orang menyumbangkan pakaian bekas kepada orang miskin, padahal yang mereka berikan adalah barang-barang yang tidak lagi dibutuhkannya dank arena dia sudah membeli pakaian yang lebih mahal dan lebih bagus. Kita juga berpuas diri karena kita tidak mengejak, menghina, mengucilkan orang miskin dan dengan mengatakan bahwa kita sama miskinnya dengan sesama, merasa tidak punya apa-apa untuk kita berikan kepada orang yang menderita. Ada juga orang yang aktif menggalang dana untuk orang miskin, tetapi dia sendiri tidak mengeluarkan sepeserpun untuk orang miskin. Yang berkenan di hadapan Allah adalah hidup beriman yang berbela rasa dengan sesama yang menderita dan itu nyata dalam keberanian untuk berbagi dengan sesama yang menderita.

Namun perlu kiranya kita ingat pula, bahwa berdasarkan Injil di atas, bukan berarti bahwa orang miskin otomatis pasti masuk surga. Tentu bukan demikian adanya. Orang miskinpun bisa saja kelak masuk neraka bila dalam kemiskinan mereka tidak setia beriman kepada Allah. Sebagaimana yang sering terjadi, kemiskinan kerap diperalat menjadi alasan untuk bermalas-malas, dan dijadikan alasan untuk tidak berusaha hidup beriman. Kerap umat beralasan demi mencari sesuap nasi membuat mereka jarang berdoa, jarang ke Gereja dan jarang ikut kegiatan-kegiatan Gereja. Sikap demikian tentu juga tidak bekenan di harapan Tuhan. Lazarus yang miskin yang digambarkan dalam Injil hari ini adalah lebih pada sikap atau semangat miskin di hadapan Allah, bukan dalam hal materi saja.

Orang miskin tidak memiliki harta ataupun relas yang menjadi kebanggan atau pegangan hidup mereka, sehingga dalam kemiskinan mereka terarah pada Tuhan, hanya berpegangan pada Tuhan dan berpasrah pada Tuhan. Orang miskin yang demikianlah yang digambarkan digambarkan dalam Injil hari ini. Sehingga bukan soal miskin materi tetapi sikap hidup miskin, yang hanya mengandalakan, berpegangan pada Tuhan dan sikap pasrah kepada Tuhan. Oleh karena itu Yeremia mengatakan, “Diberkatilah orang yang mengandalkan TUHAN, yang menaruh harapannya pada TUHAN!” (Yer 17:7). Orang yang tidak mengandalkan kekayaan atau harta duniawi, mereka juga memiliki gaya hidup sederhana dan sangat rela berbagi sukacita dan berkat dengan sesama yang kekurangan.

Semoga kita menghayati semangat hidup miskin di hadapan Allah. Amin.

Temuan studi, agama akan punah

Temuan studi, agama akan punah

Sebuah studi dari sembilan negara tentang afiliasi keagamaan menunjukkan bahwa agama ditetapkan untuk punah di semua negara tersebut, demikian para peneliti.

Data menunjukkan bahwa adanya peningkatan proporsi penduduk yang menyatakan tidak berafiliasi dengan agama apapun, demikian laporan dari 3 News.

Akademisi dari Northwestern University di Illinois, Arizona University, dan perusahaan riset di Tucson menggunakan model matematis untuk menghitung penurunan jumlah penduduk yang mengaku tidak beragama dari data sensus di Selandia Baru, Australia, Austria, Kanada, Republik Ceko, Finlandia , Irlandia, Belanda, dan Swiss.

“Hasilnya, sebagaimana dilaporkan dalam pertemuan American Physical Society di Dallas, AS, menunjukkan bahwa agama akan mati sama sekali di negara-negara itu,” demikian BBC.

“Di sejumlah besar negara-negara demokrasi sekuler modern, sudah ada kecenderungan bahwa rakyatnya menyebut diri tidak berafiliasi dengan agama apapun. Di Belanda, jumlahnya 40 persen. Angka tertinggi berada di Republik Ceko, yang mencapai 60 persen,” kata Richard Wiener dari Research Corporation for Science Advancement, di Tucson, kepada BBC.

SUMBER Religion set for extinction in NZ – US study (3 News)
Disadur dari : cathnewsindonesia.com

Gereja kutuk keras pembakaran Alquran

Gereja kutuk keras pembakaran Alquran
Oleh Reporter ucanews.com, Lahore, Pakistan

Pemimpin Gereja Katolik di Pakistan sangat mengutuk pembakaran Alquran di Amerika Serikat.

Terry Jones, pendeta Dove World Outreach Center di Amerika Serikat, menyaksikan pembakaran yang dilakukan seorang pengkotbah dari kelompok Injili di sebuah gereja di Florida.

Sekitar 30 orang menghadiri peristiwa 20 Maret tersebut. Peristiwa itu mau memperlihatkan suatu pengadilan terhadap Alquran. Alquran ditemukan “salah” dan “dibakar.”

Uskup Agung Lawrence John Saldanha, ketua Konferensi Waligereja Pakistan, mengeluarkan pernyataan yang mengungkapkan kemarahannya dan kekecewaan atas insiden tersebut.

“Saya mengutuk tindakan ini sebagai suatu kegilaan belaka yang tidak menunjukkan adanya nilai-nilai Kristiani atau mengandung ajaran Gereja. Kami menyesal dan mencatat bahwa ada orang yang menyebut dirinya pendeta tetapi mengabaikan agamanya dan sikap moral yang normal,” tegas prelatus tersebut.

Presiden Pakistan Asif Ali Zardari mengutuk tindakan tersebut dalam sambutannya di parlemen. Kelompok Islam mengumumkan akan menyelenggarakan protes di seluruh Pakistan pada 25 Maret.

Uskup Agung mendesak sesama warga untuk menanggapi secara meyakinkan dan beradab atas apa yang disebutnya “insiden yang sangat menyedihkan” dan bukan reaksi sporadis.

“Mari kita berusaha menenangkan hati ketimbang menyiram api dengan minyak. Komunitas Kristen akan berdiri bersama kelompok Muslim dalam menanggapi hal tersebut,” katanya dalam pernyataannya itu.

“Berdasarkan pesan imannya, umat Kristen berkewajiban untuk menghormati agama-agama lain dan para penganutnya. Oleh karena itu umat Kristen di Pakistan yang taat hukum dan merupakan komunitas yang marginal, mengutuk keras insiden pembakaran Alquran itu. Kami mendesak Pemerintah Amerika Serikat untuk menindak perbuatan provokatif ini sesuai hukum.

“Fundamentalisme atau ekstremisme dalam agama apapun pada dasarnya menyedihkan dan merupakan ancaman bagi perdamaian dan kerukunan di antara penganut agama-agama yang berbeda. Agama-agama itu telah hidup berdampingan selama berabad-abad, orang-orang dari berbagai agama bisa saling belajar, apalagi di dalam agama-agama dan kitab-kitab suci itu sesungguhnya ada kesamaan yang jauh lebih banyak ketimbang perbedaan,” demikian pernyataan itu.

Para pemimpin Gereja di seluruh Asia Selatan menyambut baik “suspensi” rencana pembakaran Alquran pada September lalu setelah Jones membatalkan rencananya untuk menandai peringatan serangan 11 September 2001 di Amerika Serikat.

Walaupun Vatikan dan pemerintah Amerika Serikat mengutuk rencana tersebut, dua gereja di Pakistan diserang dalam aksi protes September lalu.
ucanews.com

Disadur dari : cathnewsindonesia.com

Metafisika, tekanan Vatikan dalam studi filsafat di seminari

Metafisika, tekanan Vatikan dalam studi filsafat di seminari

Decree on the Reform of Ecclesiastical Studies of Philosophy yang baru dipublikasi dari Kongregasi Vatikan untuk Pendidikan Katolik memberi penekanan baru pada metafisika.

Dekrit tersebut diungkapkan dalam konferensi pers pada 22 Maret oleh Prefek Kongregasi Zenon Kardinal Grocholewski; sekretaris Uskup Jean-Louis Brugues O.P.; dan rektor Universitas Angelicum (St. Thomas Aquinas), Pastor Charles Morerod O.P.

Dekrit berjudul ‘Ecclesia semper est reformanda’ itu merupakan tanggapan “terhadap tuntunan baru kehidupan Gereja dalam situasi historis-kultural yang tengah berubah dan ini juga (mungkin secara khusus) ada dalam dunia akademis,” kata Kardinal Grocholewski.

“Di satu sisi, (ada) banyak keterbatasan dalam pendidikan filsafat di lembaga-lembaga eklesial: tidak ada poin-poin acuan yang jelas menyangkut subyek yang harus diajarkan dan kurangnya dosen filsafat yang berkualitas,” tambah kardinal.

“Di lain pihak, ada keyakinan – seperti terungkap dalam ‘Fides et ratio,’ ensiklik 1998 dari Paus Yohanes Paulus II – tentang pentingnya metafisika, … dan kesadaran bahwa filsafat itu sangat diperlukan dalam pendidikan teologi.”

“Karena alasan inilah, maka dekrit itu bermaksud untuk kembali mengevaluasi filsafat dalam terang ensiklik tersebut, … dengan kembali melihat “tujuan awal” filsafat yaitu mencari kebenaran serta dimensi metafisik dan kebijaksanaan (sapiental and metaphysical dimension),” katanya.

Teks dekrit itu sudah dipersiapkan sejak tahun 2004 ketika kongregasi tersebut membentuk sebuah komisi para pakar filasafat. Komisi yang beranggotakan para pakar intelektual dan institusional serta wakil-wakil dari bidang linguistik dan geografis itu ditugaskan untuk menyiapkan sebuah proyek pembaruan.

Versi definitif dekrit tersebut “diratifikasi dalam pertemuan biasa dari Kongregasi Vatikan untuk Pendidikan Katolik pada 16 Juni 2010.″ Selain “menyetujui ‘bentuk khusus’ yang dimodifikasi untuk Konstitusi Apostolik ‘Sapientia christiana,’ Paus Benediktus juga menyetujui ‘bentuk umum’ teks dekrit tersebut.”

SUMBERReform of ecclesiastical studies of philosophy (Vatican Information Service)

Disadur dari :cathnewsindonesia.com

Ujian Pendidikan Agama 'Menyesatkan'

Ujian Pendidikan Agama 'Menyesatkan'

(Yogyakarta 23/11/2011)Tokoh-tokoh agama di Yogyakarta meminta agar rencana pemerintah untuk menyelenggarakan Ujian Sekolah Berstandar Nasional Pendidikan Agama Islam (USBN PAI) ditinjau ulang. Ujian seperti itu menyesatkan karena pendidikan agama diarahkan menjadi sekadar hafalan, bukan amalan atau perilaku.

Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah DI Yogyakarta Bidang Pendidikan Tasman Hamami mengemukakan hal itu di sela-sela lokakarya bertema "Kontroversi Kebijakan USBN PAI" di Aula Kantor PWM, Yogyakarta, Selasa (15/3/2011). Kegiatan itu dihadiri pula Sekretaris Komisi HAK Konferensi Waligereja Indonesia, Benny Susetyo Pr.

Adapun kegiatan itu terkait dengan rencana Kementerian Pendidikan Nasional dan Kementerian Agama menguji coba USBN PAI 2011 di 140 kabupaten dan kota di Indonesia. Pada 2010, ujian itu telah diuji coba di 40 kabupaten dan kota di Indonesia.

Menurut Tasman, arah USBN PAI adalah memperkuat peningkatan pendidikan agama yang berorientasi pada nilai angka, bukan keutamaan. Hal itu dapat membuat siswa mempelajari agama sebagai hafalan, bukan perilaku atau amalan. Selain itu, USBN PAI merupakan bentuk standardisasi agama yang bisa melunturkan pluralitas internal agama.

Sekretaris Komisi Hak KWI Benny Susetyo Pr mengatakan, pendidikan agama dari ajaran agama mana pun di Indonesia harus berorientasi pada komunikasi iman. Pendidikan agama tidak sekadar berhenti pada sifat-sifat ritual dan ajaran pemahaman, tetapi juga dialog dengan pemeluk agama lain.

"Dalam dialog atau komunikasi iman itu, siswa harus berhadapan dengan realitas sosial keagamaan. Melalui pendidikan agama, siswa siap hidup berdampingan dengan masyarakat yang beragam," katanya.(kompas.com)

Disadur dari :www.mirifica.net

Mahasiswa NTT desak Yonif 744 dibubarkan

Mahasiswa NTT desak Yonif 744 dibubarkan

Berbagai elemen mahasiswa, termasuk PMKRI Kupang, yang tergabung dalam Front Anti Militerisme menggelar aksi damai di DPRD NTT kemarin.

Mereka menuntut pembubaran Yonif 744/SYB yang telah melakukan tindakan brutal terhadap beberapa warga sipil bahkan hingga menewaskan satu orang di Atambua, Kabupaten Belu.

Seperti dilaporkan sebelumnya, anggota Yonif 744 pada Minggu, 13 Maret lalu, menganiaya enam pemuda kelurahan Fatubenao, sehingga menyebabkan salah satu dari mereka, Charles Mali, 24, meninggal dunia akibat kekerasan fisik.

Dalam aksi Senin, 21 Maret, para mahasiswa menuntut agar oknum pelaku yang menyebabkan Charles Mali meninggal harus diproses secara hukum dan harus transparan.

Mereka juga mendesak agar petinggi TNI jangan menutup-nutupi proses hukum yang berlangsung sehingga masyarakat dan keluarga korban mengetahuinya.

Bahkan dalam pernyataan sikap, para mahasiswa menuntut agar petinggi TNI membubarkan Yonif 744/SYB.

Dalam pernyataan tersebut mahasiswa meminta agar petinggi TNI mengembalikan korps ini sebagai alat pertahanan negara, bukan sebagai alat keamanan sipil.

Mereka juga menuntut pengembalian militer ke barak dan perbatasan serta pembubaran komando territorial.

Mahasiswa juga mengecam pemerintah pusat dan daerah atas kegagalan menjamin keberlangsungan HAM, menuntut penegak hukum secara cepat dan transparan agar publik mengetahui secara benar, serta mencabut hak istimewa peradilan militer yang terkesan tertutup.

Ketua DPRD Belu, Simon Guido Seran, yang menerima kelompok mahasiswa tersebut menegaskan, pihaknya setuju agar pos TNI yang tidak resmi di Mako Yonif 744/SYB dibubarkan, karena seringkali ada keluhan dari warga bahwa oknum TNI selalu melakukan pemalakan di lokasi pos tidak resmi itu.

“Kalau pos provost dalam kompleks Mako Yonif 744/SYB itu memang sesuai aturan. Tapi pos tidak resmi yang berada di luar mako harus dibubarkan. Selama ini banyak sekali pengaduan dari warga bahwa setiap kali mereka melintas di lokasi itu, selalu terjadi pemalakan yang dilakukan oknum TNI,” kata Simon seperti dilaporkan Pos Kupang .

Menurut dia, kehadiran pos tidak resmi itu sama sekali tidak ada fungsinya, bahkan hanya menciptakan keresahan di tengah masyarakat.

Danrem 161 Wirasakti, Kol Arh I Dewa Ketut Siangan mengakui adanya pos tidak resmi yang meresahkan masyarakat. Ia menegaskan, untuk pengamanan perbatasan RI-Timor Leste TNI hanya menyiapkan pos permanen, bukan pos darurat yang dijadikan tempat pemalakan.

Sumber: Mahasiswa: Bubarkan Yonif 744

Disadur dari : http://www.cathnewsindonesia.com/

Renungan Hari biasa Pekan II Prapaskah, Rabu 23 Maret 2011

Renungan Hari biasa Pekan II Prapaskah, Rabu 23 Maret 2011
Yer 18:18-20, Mzm 31:5-6,14,15-16, Mat 20:17-28
(Turibius dr Mogrovejo)

“Mengapa kita percaya dan mengikuti Yesus?

BACAAN INJIL:
Ketika Yesus akan pergi ke Yerusalem, Ia memanggil kedua belas murid-Nya tersendiri dan berkata kepada mereka di tengah jalan: "Sekarang kita pergi ke Yerusalem dan Anak Manusia akan diserahkan kepada imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, dan mereka akan menjatuhi Dia hukuman mati. Dan mereka akan menyerahkan Dia kepada bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah, supaya Ia diolok-olokkan, disesah dan disalibkan, dan pada hari ketiga Ia akan dibangkitkan." Maka datanglah ibu anak-anak Zebedeus serta anak-anaknya itu kepada Yesus, lalu sujud di hadapan-Nya untuk meminta sesuatu kepada-Nya. Kata Yesus: "Apa yang kaukehendaki?" Jawabnya: "Berilah perintah, supaya kedua anakku ini boleh duduk kelak di dalam Kerajaan-Mu, yang seorang di sebelah kanan-Mu dan yang seorang lagi di sebelah kiri-Mu." Tetapi Yesus menjawab, kata-Nya: "Kamu tidak tahu, apa yang kamu minta. Dapatkah kamu meminum cawan, yang harus Kuminum?" Kata mereka kepada-Nya: "Kami dapat." Yesus berkata kepada mereka: "Cawan-Ku memang akan kamu minum, tetapi hal duduk di sebelah kanan-Ku atau di sebelah kiri-Ku, Aku tidak berhak memberikannya. Itu akan diberikan kepada orang-orang bagi siapa Bapa-Ku telah menyediakannya." Mendengar itu marahlah kesepuluh murid yang lain kepada kedua saudara itu. Tetapi Yesus memanggil mereka lalu berkata: "Kamu tahu, bahwa pemerintah-pemerintah bangsa-bangsa memerintah rakyatnya dengan tangan besi dan pembesar-pembesar menjalankan kuasanya dengan keras atas mereka. Tidaklah demikian di antara kamu. Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, dan barangsiapa ingin menjadi terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hambamu; sama seperti Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang."
Demikianlah Injil Tuhan bagi kita hari ini.

RENUNGAN:
“Mengapa kita percaya dan mengikuti Yesus? Apa yang kita harapkan dengan percaya kepada Yesus?” Bila pertanyaan ini ditujukan kepada kita, apa jawaban kita? Jawaban kita pada umumnya adalah supaya kelak masuk surga. Tujuan dan kerinduan itu adalah baik. Tetapi pernah seorang nenek menjawab lain. Nenek itu sudah berumur 92 tahun saat saya memberi dia sakramen Perminyakan dan komuni suci, sekitar 2 tahun yang lalu dan beliau sudah meninggal dunia sekitar 1 tahun lalu. Saat bincang-bincang saya bertanya, “Ompung (nek) nanti kalau meninggal, apakah minta kepada Yesus supaya masuk surge?” Nenek itu menjawab, “Saya tidak akan minta apa-apa, terserah Yesus mau Dia ijinkan masuk surge atau neraka. Saya percaya kepada Yesus karena Dia Tuhan, bukan supaya saya masuk surge setelah mati. Saya percaya bahwa Yesus akan beri yang pantas untuk saya, sesuai dengan hidup saya selama di dunia ini.” Jawaban ini sungguh berbeda dengan jawaban kita pada umumnya. Jawaban nenek ini sungguh luar biasa untuk seorang nenek yang buta huruf, yang tidak pernah menyenyam bangku pendidikan dan juta pernah belajar teologi. Selama hidupnya memang setia dalam imannya, ketika masih muda dan sehat, dia bersama suaminya yang juga sudah dipanggil oleh Tuhan, adalah pengurus Gereja. Dalam masa tuanyapun beliau selalu berusaha hadir dalam misa di Gereja pada hari Minggu dan iman yang dia hanyati, dia tanamkan dalam diri anak-anaknya. Nenek tua itu percaya dan mengikuti Yesus bukan terutama supaya nanti setelah mati masuk surge, tetapi karena percaya bahwa Yesus adalah Tuhan. Dia juga percaya bahwa Tuhan akan memberi yang terbaik baginya kelak.

Bagi saya ini adalah iman yang sederhana dan mendalam. Banyak orang beriman atau beragama atau mengikuti Yesus dengan harapan kelak setelah mati tidak masuk neraka tetapi masuk surga. Atau bisa dikatakan mengikuti Yesus karena takut masuk neraka. Hal ini memang baik, tetapi iman yang demikian kuranglah mendalam karena iman demikian bukan karena sungguh percaya kepada Yesus tetapi karena mengharapkan sesuatu. Kiranya pikiran yang demikian pula yang ada dalam diri ibu anak-anak Zebedeus yang meminta supaya kelak bila Yesus datang dalam kerajaan-Nya, memerintahkan agar kedua anaknya duduk di sebelah kanan dan sebelah kiri Yesus. Permintaan ibu itu baik, tidak ada salahnya karena mengharapkan anak-anaknya kelak masuk surga dan tinggal bersama dengan Yesus dalam kerajaan-Nya. Namun permintaan itu menjadi kurang baik karena seakan kebahagiaan surga itu bisa diperoleh dengan sia-sia. Juga seakan bahwa mengikuti Yesus hanya beriorientasi pada supaya masuk surga, bukan karena percaya kepada Yesus. Atas permintaan itu, Yesus mengatakan bahwa setiap orang yang menginginkan masuk surge, harus siap meminum cawan yang diminum Yesus sendiri. Artinya bahwa setiap orang yang mengikuti Yesus dengan sungguh-sungguh, mengikuti sabda-Nya dan jalan hidupnya, yakni penderitaan demi kerajaan Allah, pasti akan masuk surge. Namun belajar dari pengalaman di atas tadi, kita mengikuti Yesus dan jalan hidup-Nya adalah karena kita percaya, dan kita percaya bahwa Yesus pasti akan memberi yang terbaik kepada kita pada hidup sekarang ini dan terutama pada kehidupan kelak.

Ibu anak-anak Zebedeus sungguh merindukan yang terbaik bagi anak-anaknya. Ibu itu mengharapkan anak-anaknya kelak masuk surga, sehingga dia tidak malu-malu meminta hal itu kepada Yesus. Kita bisa bermenung lewat kerinduan dan harapan ibu itu atas anak-anaknya. Bermenung dari permintaan ibu itu, kita bisa berenung dan bertanya, “Sejauh mana kerinduan ibu atau orang tua agar anak-anaknya bahagia dan kelak masuk surga?’

Banyak orang tua mengharapkan anak-anaknya bahagia dan kelak masuk surga, tetapi kiranya tidak cukup hanya berharap, tetapi harus bekerja keras atau berjuang agar anak-anaknya mengikuti jalan hidup yang dijalani oleh Yesus. Inilah tugas dan tanggungjawab orang tua dalam keluarga kristiani. Namun tidak sedikit pula orang tua yang tidak peduli akan hidup iman anak-anaknya, tidak peduli anak-anaknya bahagia dalam hidup sekarang ataupun dalam kehidupan kekal. Banyak orang tua yang menganggap bahwa yang terpenting bagi anak-anak adalah mencukupi kebutuhan jasmani anak. Oleh karena itu, lewat sabda hari ini, para orang tua diajak untuk bertobat, yakni memperhatikan kehidupan iman anak-anaknya, berjuang agar anak-anaknya setia mengikuti Yesus dalam hidup sekarang, sehingga kelak, pantaslah orang tua berharap bahwa anak-anaknya menikmati kebahagian di surga dalam kerajaan Allah. Amin.

Pendidikan Katolik: Tanamkan Semangat Misionaris

Pendidikan Katolik: Tanamkan Semangat Misionaris

(Balikpapan 19/3/2011)Peringatan 100 tahun pendidikan Katolik di Kalimantan Timur merupakan salah satu momen, titik pijakan refleksi pendidikan Katolik 100 tahun mendatang. Insan pendidik harus terus membawa semangat roh pendidikan yang sudah ditanamkan para misionaris 100 tahun silam di Laham, Kaltim.

Hal itu disampaikan Ketua Komisi Pendidikan Keuskupan Agung Samarinda Pastor Nicolas Setija saat membacakan sambutan Uskup Agung Samarinda pada seminar Refleksi Karya Pendidikan Katolik Menuju Kualitas Pendidikan di Masa Depan .

Seminar pendidikan yang diadakan di Hotel Adika Bahtera Balikpapan ini dalam kaitan memperingati 100 tahun karya pendidikan Katolik di Kaltim sekaligus HUT ke-37 Yayasan Pendidikan Katolik Yos Sudarso Balikpapan.

Menurut Nicolas, semangat roh pendidikan yang sudah ditanamkan para misionaris 100 tahun di Laham adalah tidak menyerah menghadapi kesulitan dan tekun mencari jalan keluar.

Pendirian sekolah pertama di Laham tahun 1911 tak lepas dari berbagai kesulitan, seperti susah mencari peralatan dan keperluan sekolah, serta sulit mencari murid. Hari pertama hanya ada 10 laki-laki dan akhir tahun ada 31 orang. Orangtua tidak melepas anaknya tinggal di asrama dan sekolah karena dulu harus membantu di kebun. Pemerintah kolonial pun tak mendukung karena saat itu manfaat sekolah tak diperhatikan.

Para misionaris mencari murid dengan jalan dari kampung ke kampung di pedalaman. Pendekatan dan sosialisasi makna pendidikan kepada kepala kampong dan pemerintah kolonial Belanda dilakukan. Hasilnya, selama 10 tahun jumlah murid menjadi 92. Rata-rata ada penambahan 6-7 murid per tahun.

Dalam perkembangan zaman, lanjut Nicolas, karya pendidikan Katolik diteruskan Yayasan Pendidikan Pengajaran dan Pembangunan Rakyat (YP3R) dan berkembang 100 tahun dengan munculnya Yayasan Pendidikan Katolik Harapan Mulia Tarakan, Budi Bakti Karya MASF, Yos Sudarso Balikpapan, Elifa Mitra Setia FSE, Perkumpulan Dharma Putri Suster SPM, dan Gabriel Manek PRR. Saat ini di Kaltim ada 31 sekolah dan 7.248 murid.

Katolik menjadi ciri khas dan identitas karya pendidikan Katolik sepanjang masa, walaupun ada banyak persoalan global dalam dunia pendidikan. Inilah dimensi religious yang membedakan dengan sekolah negeri maupun swasta.

Ketua panitia yang juga Pembina di Yayasan Yos Sudarso Balikpapan, Daniel Thio, mengatakan, masalah yang dihadapi yayasan dan sekolah saat ini adalah klasik, yakni keterbatasan dana. Berkurangnya minat orangtua menyekolahkan anaknya ke sekolah Katolik tak bisa terhindarkan.

Tantangan semakin banyak tatkala sekolah Katolik berhadapan dengan sekolah negeri. "Di sekolah kami memang kuota siswa terpenuhi, namun dari tahun ke tahun peminat turun. Kecenderungan sekarang, sekolah negeri lebih favorit," ujar Daniel.

Sekolah Katolik memang terus berbenah. Namun, kata Daniel, sekolah lain juga sama kencang berbenah. Agar mendapat tempat di hati masyarakat, sekolah Katolik sudah terbuka. Sekolah-sekolah di bawah naungan Yayasan Yos Sudarso, 10 persen gurunya beragama non-Katolik. Siswa separuhnya juga non-Katolik.

Seminar ini antara lain menghadirkan Pastor Markus Wanandi SJ, Ketua Komisi Pendidikan Keuskupan Agung Jakarta, sebagai pembicara kunci. Romo Markus menyentil banyak tentang paradigma dan sistem pendidikan lawas yang mesti ditepikan apabila ingin memajukan karya pendidikan Katolik di Kaltim.

Di negara Amerika Serikat, misalnya, sekolah-sekolah yesuit malah menanti disupervisi. Sebab, dari supervisi itu digali masukan dari siswa dan guru. Siswa ditanya apa yang kurang pada pendidikan di sekolah, sedangkan guru ditanya apa yang diajarkan sudah bagus. "Lalu ini digabungkan dan ditindaklanjuti," kata Romo Markus.

Sementara di Indonesia, supervisi dianggap sebagai mencari-cari kesalahan sekolah. Tak heran jika sekolah dan guru malah cemas jika hendak disupervisi. "Karena itu, kami sedang merancang kursus bagi para kepala sekolah agar mereka tahu apa sebenarnya supervisi," kata Romo Markus.

Daniel Thio mengatakan, seminar ini untuk merefleksikan apa yang terjadi dan apa yang dihadapi sekolah , yayasan-yayasan Katolik, serta umat saat ini. "Itu sangat penting agar ke depan karya pendidikan Katolik semakin berkualitas," ujarnya.(kompas.com)

Renungan Hari biasa Pekan II Prapaskah, Selasa 22 Maret 2011

Renungan Hari biasa Pekan II Prapaskah, Selasa 22 Maret 2011
Yes 1:10.16-20; Mzm 50:8-9.16bc-17.21.23; Mat 23:1-12

Ingatlah bahwa kepada siapa Tuhan memberi berkat lebih besar, kepadanya dituntut pelayanan yang lebih besar pula, dia pula harus menjadi pelayan bagi sesama.

BACAAN INJIL:
Maka berkatalah Yesus kepada orang banyak dan kepada murid-murid-Nya, kata-Nya: "Ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi telah menduduki kursi Musa. Sebab itu turutilah dan lakukanlah segala sesuatu yang mereka ajarkan kepadamu, tetapi janganlah kamu turuti perbuatan-perbuatan mereka, karena mereka mengajarkannya tetapi tidak melakukannya. Mereka mengikat beban-beban berat, lalu meletakkannya di atas bahu orang, tetapi mereka sendiri tidak mau menyentuhnya. Semua pekerjaan yang mereka lakukan hanya dimaksud supaya dilihat orang; mereka memakai tali sembahyang yang lebar dan jumbai yang panjang; mereka suka duduk di tempat terhormat dalam perjamuan dan di tempat terdepan di rumah ibadat; mereka suka menerima penghormatan di pasar dan suka dipanggil Rabi. Tetapi kamu, janganlah kamu disebut Rabi; karena hanya satu Rabimu dan kamu semua adalah saudara. Dan janganlah kamu menyebut siapa pun bapa di bumi ini, karena hanya satu Bapamu, yaitu Dia yang di sorga. Janganlah pula kamu disebut pemimpin, karena hanya satu Pemimpinmu, yaitu Mesias. Barangsiapa terbesar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu. Dan barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan.
Demikianlah Injil Tuhan hari ini.

RENUNGAN:
Para pemimpin Negara atau pejabat Negara ini ketika mereka berkampaye selalu mengatakan diri mereka adalah pelayan masyarakat yang hendak melayani masyarakat. Kata-kata ini memang indah untuk di dengar dan kerap menjadi sejata yang ampuh untuk bisa menarik simpati masyarakat untuk memilih mereka. Kalau memang benar bahwa mereka sungguh mau menjadi pelayan masyarakat, alangkah besarnya biaya yang mereka habiskan untuk menjadi pelayan masyarakat. Karena bukan rahasia bahwa dalam masa kampanye dan untuk mendapatkan simpati, kedudukan yang mereka peroleh, mereka menghabiskan banyak biaya dan bahkan mereka tidak segan-segan berbuat curang untuk mendapatkan tujuan mereka. Ada juga kepala daerah dalam spanduk mereka mengadopsi kata-kata Yesus yang mengatakan mereka datang bukan untuk dilayani tetapi untuk melayani. Slogan yang sangat indah untuk dibaca. Tetapi juga semua pasti tahu bahwa untuk dapat duduk menjadi kepala daerah, mereka menghabiskan banyak uang, mereka melakukan banyak hal dan bahkan menghalalkan banyak cara. Melihat banyaknya uang dan banyaknya hal yang mereka korbankan untuk mendapatkan apa yang mereka ingin raih, tentu slogan itu pasti hanya tinggal slogan saja, hanya sebagai senjata ampuh untuk menarik simpati masyarakat. Sebab kenyataannya setelah mereka mendapatkan apa yang mereka inginkan, hidup dan perilaku mereka tidak mencerminkan sebagai seorang pelayan, tetapi bertindak sebagai bos, juragan dan pemimpin yang harus dilayani. Mereka menuntut pasilitas yang mewah, menuntut gaji dan harus dihormati sebagai orang yang terhormat.

Slogan itu mereka gunakan justru sebenarnya memperalat mental manusia yang pada umumnya memiliki mental untuk dilayani. Sehingga dengan slogan itu, masyarakat pada umumnya pasti merasa senang karena menganggap ada yang mau menjadi pelayan bagi mereka. Dan memang manusia memiliki mental untuk menjadi yang terbaik. Orang tua ataupun pendidik, seringkali mengharapkan dan bermimpi agar anak-anak mereka menjadi yang terbaik dari orang lain. Tidak ada orang tua yang mengharapkan anak-anaknya menjadi pembantu rumah tangga, menjadi pelayan di restouran atau di mana saja. Semua pasti berharap agar anak mereka menjadi pemimpin, menjadi bos.

Mental demikian sungguh dikritik oleh Yesus dan itulah yang dilaksanakan oleh orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat. Yesus mengharapkan agar para muridnya khususnya yang menjadi pemimpin umat tidak sampai jatuh pada mental yang dilakukan oleh orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat. Namun kiranya melihat situasi yang ada dalam hidup manusia sekarang ini, kita merasa bahwa sabda Yesus ini kurang actual atau kurang laku untuk dijadikan pedoman hidup manusia zaman ini. Memang dengan melihat mental manusia sekarang ini, sabda Yesus mengajak agar senantiasa bersikap rendah hati dan hidup menjadi pelayan dan menjadi pemimpin yang rendah hati, sepintas tidak lagi actual. Tetapi justru sabda Yesus ini saat ini menjadi sangat actual bagi para pengikut-Nya. Ajaran ini juga menjadi sangat actual karena karena manusia sekarang ini sudah kurang menyadari bahwa hidup dan apapun yang dia miliki adalah karena anugerah dan berkat Tuhan yang dipercayakan kepadanya. Kesadaran ini sudah kurang sehingga menganggap bahwa semua yang dia miliki juga jabatan dalanya karena kerja kerasnya, karena dia sudah mengeluarkan banyak dana atau uang untuk itu sehingga merasa sudah sewajarnya dia mendapatkan penghormatan atau kekayaan dari kerja kerasnya.

Sabda Yesus ini memang ditujukan bagi para pengikut-Nya. Tetapi jelas bahwa para pengikut Yesus pada zaman sekarang ini pasti banyak yang mendapat kesempatan menjadi pemimpin, oleh karena itu, baiklah kiranya mendengarkan dan menghayati sabda Yesus ini. Hendaklah para saudara yang mempunyai jabatan seabgai pemimpin, jadilah pemimpin yang baik, yakni pemimpin yang tidak hanya mengatakan atau merencanakan hal yang baik, tetapi melakukan apa yang baik, melaksanakan terlebih dahulu kata-kata dan rencan yang baik itu. Para pemimpin janganlah kiranya hanya merencanakan dan membebankannya kepada masyarakat. Juga hendaknya selalu bersikap rendah hati, gunakanlah jabatan dan kekayaan bukan untuk dilayani tetapi suatu kesempatan emas untuk melayani sesama. Hidup, harta maupun jabatan itu dipercayakan oleh Tuhan bukan untuk dinikmati sendiri tetapi jalan untuk semakin lebih banyak dalam melayani orang lain yang adalah sesama kita. Seorang pemimpin yang dijiwai oleh pelayanan dan bertindak sebagai pelayan, itulah yang diberkati dan berkenan pada Allah. Ingatlah bahwa kepada siapa Tuhan memberi berkat lebih besar, kepadanya dituntut pelayanan yang lebih besar pula, dia pula harus menjadi pelayan bagi sesama.

Sabda Yesus ini tentu juga berbicara kepada kita semua. Yesus mengharapkan agar kita hidup tidak seperti ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi yang seringkali menjalankan tugas atau ibadah mereka hanya untuk mencari hormat dari orang lain. Mereka sering mengatakan yang baik tetapi tidak melaksanakannya. Sebagai pengikut Yesus, kita hendaknya menjalankan hidup iman dan perbuatan baik kita bukan untuk mengejar kehormatan atau bukan supaya dihormati, tetapi sebagai pelayanan kepada sesama. Kita hendaknya menjadi pelaku kebaikan, bukan hanya mengatakan hal-hal yang baik. Orang yang dalam hidupnya melakukan perbuatan baik dan dirasuki oleh pelayanan, dia tidak akan surut untuk berbuat baik melayani sesama walaupun tidak mendapat pujian dari orang lain. Amin.

 
Maka hendaklah sekarang ini kelebihan kamu mencukupkan kekurangan mereka, agar kelebihan mereka kemudian mencukupkan kekurangan kamu, supaya ada keseimbangan! (2Kor 8:14)