Pembangunan Gereja Paroki Tigalingga

Pembangunan Gereja Paroki sedang berlangsung. Kami sangat mengarapkan uluran kasih para Saudara untuk membantu.

Gotong Royong Pembangunan Gereja

Tidak ada kata yang bisa melukiskan pengalaman indah pada waktu gotong royong pengecoran lantai 2 bangunan Gereja selain, suatu keyakinan bahwa semuanya dapat terlaksana adalah karena MUKJIJZAT ALLAH BEKERJA.

Pengecoran Lantai Panti Imam Gereja

Pengecoran Lantai 2 bangunan Gereja ini dilakukan pada hari Selasa, 30 Agustus 2011 yang lalu. Luas yang dicor adalah 19 m x 24 m. Hujan yang mengguyur tidak menyurutkan semangat umat.

Kerjasama Imam dan Umat

Uskup emeritus KAM, Mgr. A.G.Pius Datubara OFM.Cap, datang berkunjung ke Paroki dan memberi semangat pada umat dalam pembangunan Gereja Paroki. Para pastor juga ikut berkerja bersama umat dalam pembangunan Gereja.

Misa Tridentin: Warisan Liturgi Yang Dipertahankan

HIDUPKATOLIK.com - Paus Benediktus XVI mengeluarkan Surat Apostolik Summorum Pontificum yang menjamin penggunaan Misa Tridentin...

Pembinaan Para Pengurus Gereja

Tidak sedikit umat katolik yang kerap menganggap bahwa Liturgi adalah sekedar perayaan wajib biasa yang dilaksanakan pada hari minggu.

Pertemuan Ibu-Ibu dan Pesta Pelindung Paroki

Pertemuan para ibu se-paroki telah terlaksana pada hari Kamis-Sabtu, 15 s/d 16 Juli 2011. Pertemuan ini mengundang semua ibu katolik yang ada di paroki untuk hadir dalam pertemuan/pembinaan para ibu katolik dan juga segaligus menjalin kebersamaan para ibu. Penutupan pertemuan sikaligus Pesta Pelindung Paroki.

Pembinaan Asmika se-Paroki

Biarkanlah anak-anak datang kepada-Ku; inilah yang menjadi tema dari pertemuan dan pembinaan minggu gembira yang telah berlangsung dengan sangat baik.

Mudika Ambil bagian dalam pembangunan Gereja Paroki

Mudika paroki tidak mau berpangku tangan melihat pembangunan Gereja paroki. Para mudika juga ambil bagian dengan mengumpulkan kerikil di sungai.

Pengecoran Lantai Balkon Gereja (Bagian 1)

Umat dari lingkungan paroki dan juga dari beberapa stasi kembali bekerja sama dengan bergotong royong membangun gereja paroki. Untuk kali ini, umat bergotong royong men-cor lantai balkon bangunan Gereja.

Pengecoran Lantai Balkon Gereja (Bagian 2)

Allah peduli. Karena kepedulian Allah atas pembangunan rumah-Nya ini, maka kami kamipun peduli dan bisa melanjutkan pembangunanini. Kepedulian Allah kami rasakan juga lewat kepedulian para Saudara.

Pengecoran Lantai Balkon Gereja (Bagian 3)

Mari kita memuliakan Tuhan, tidak hanya dengan kata2 indah, tetapi dengan perbuatan nyata dengan rela berkorban.

Pertemuan akhir Tahun 2011 Pengurus Gereja se-Paroki

Para pengurus Gereja adalah ‘ujung tombak’ Gereja khususnya di stasi-stasi. Peran para pengurus Gereja ini sangat sentral dalam kehidupan Gereja di stasi-stasi.

Gua Maria dan Menyambut Hari Raya Natal

Persiapan menyambut hari Raya Natal 25 Desember 2011.

Rahmat dan Perlindungan Tuhan

Pastor Anton Manik O.Carm selamat dari kecelakaan mobil masuk jurang.

Rekoleksi dan Aksi Panggilan

Biarkanlah anak-anak datang kepada-Ku.

Pesan Prapaskah Kepausan 2012

"Kita Tidak Boleh Diam Saja terhadap Kejahatan" "Marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih dan dalam pekerjaan baik" (Ibr. 10:24).

Pembangunan Gereja Santo Petrus Stasi Rante Besi

Dalam kemiskinan, kesederhanaan, umat membangunan Gereja. Meraka tidak memiliki uang, tetapi mereka memiliki harapan dan iman pada Tuhan.

Misa Perdana Pastor Andreas Korsini Lamtarida Simbolong O.Carm

Puji Syukur pada Tuhan, karena berkat-Nya, misa Perdana Pastor Andreas Lamtarida Simbolon O.Carm bersama 4 Pastor Karmel yang baru ditahbiskan, dapat terlaksana dengan baik pada hari Rabu 31 Oktober 2012 di Stasi Gundaling 1, paroki Maria dari gunung Karmel Tigalingga.

Bakti Sosial : Pengobatan Gratis

Dalam Rangka Menyongsong Jubileum Gereja Katolik di Dairi dan Pakpak Bharat, diadakan bakti Sosial Pengobatan Gratis di Paroki Maria dari Gunung Karmel Tigalingga, pada 9 Desember 2012 yg lalu. Puji syukur pada Tuhan, kegiatan ini berlangsung dengan sangat memuaskan.

Mari Berbagi Berkat Tuhan

 photo UskupEmeritusKAMMgrPiusDautabra.jpg Photobucket

MENDAMBAKAN BERKAT TUHAN

SYALOM...SELAMAT DATANG.
"Maka hendaklah sekarang ini kelebihan kamu mencukupkan kekurangan mereka, agar kelebihan mereka kemudian mencukupkan kekurangan kamu, supaya ada keseimbangan."(2Kor 8:14)
"Muliakanlah Tuhan dengan hartamu dan dengan hasil pertama dari segala penghasilanmu." (Amsal 3:9)
"Janganlah menahan kebaikan dari pada orang-orang yang berhak menerimanya, padahal engkau mampu melakukannya." (Amsal 3:27)
"Barangsiapa mempunyai harta duniawi dan melihat saudaranya menderita kekurangan tetapi menutup pintu hatinya terhadap saudaranya itu, bagaimanakah kasih Allah dapat tetap di dalam dirinya?" (1 Yohanes 3:17)
Saya Pastor Paroki Maria dari Gunung Karmel Tigalingga, atas nama Panitia Pembangunan dan semua umat, memohon bantuan uluran kasih/dana untuk pembangunan Gereja Paroki. Kami sangat membutuhkan berkat Tuhan lewat uluran tangan dari para donatur.
Kami berharap dan berdoa Para Saudara berkenan berbagi berkat Tuhan kepada kami untuk pembangunan Gereja ini yang adalah rumah Tuhan sendiri.
BRI 5379 Unit Tigalingga Sidikalang
No. Rekening : 5379-01-000112-50-8
Nama : PANITIA PEMBANGUNAN GEREJA KATOLIK.
ATAU
BCA KCU MEDAN
NO.0222053453.
Atas Nama : ADYTIA PERMANA P.
(Adytia Permana P. adalah Romo Adytia Permana Perangin-angin O.Carm. Beliau dulu bertugas di Paroki Tigalingga, juga mengawali pembangunan ini, namun sekarang beliau bertugas di Keuskupan Agung Medan sebagai ekonom.Beliau kami minta buka rekening di BCA khusus untuk pembangunan ini, karena di daerah kami tidak ada BCA.)
Kami sangat senang bila sudah mentransfer persembahan, bapak/ibu/saudara/saudari memberitahukan ke kami melalui:
E mail ke :.
parokimariagk3lingga@yahoo.com
atau di SMS ke:.
Romo Anton Manik O.Carm : 081370836645
Romo Willy O.Carm : 081333837433
Untuk lebih jelasnya permohnan kami ini, Para Saudara dapat melihatnya di sini.... Sehubungan dengan Gambar pembangunan dapat melihatnya di sini....
Demikian kiranya Permohonan ini kami sampaikan. Atas dukungan, doa dan bantuan Bapak, Ibu dan Para Saudara-Saudari, kami mengucapkan banyak terima kasih.Berkat Tuhan senantiasa menyertai kita semua. Amin.
HORMAT KAMI:
Pastor Antonius Manik O.Carm

VARIA PAROKI

REKOLEKSI DAN AKSI PANGGILAN TELAH TERLAKSANA DENGAN SANGAT BAIK ;"> "APA YANG KAMU CARI?" (Yoh 1:38).
Puji syukur pada Tuhan, karena Rekoleksi dan Aksi panggilan untuk siswa-siswi Katolik Usia SMP dan SMA se-paroki Tigalingga sudah terlaksana dengan sangat baik. Kegiatan ini dihadiri hampir 400 orang anak. Semuanya dapat terlaksana hanya karena berkat Tuhan. Terimakasih juga kami sampaikan kepada semua Saudara yang telah mendukung dan mendoakan kegaitan kami ini. Kegiatan ini dilaksanakan hanya dengan menggunakan dana partisipasi peserta dan swadaya paroki, karena tidak mendapatkan bantuan dari donatur manapun, namun karena berkat Tuhan dan doa para Saudara, semuanya dapat berjalan dengan sangat baik. Semoga dari antara anak-anak ini, kelak ada yang menjadi Imam dan biarawan-biarawati.
Photobucket
Tuhan memberkati kita.
Kegembiraan dan Persaudaraan
Photobucket
Hari Ulang tahun Romo Anton M.Carm yang seharusnya tanggal 15 Januari 2010, baru dirayakan hari Minggu Minggu 16 Januari 2011 lalu, bersama Romo-romo Karmel se-Dairi, bersama beberapa umat Paroki Tigalingga di Aula Paroki Tigalingga. Pada kesempatan itu, Rm. Bernad O.Carm, pastor paroki Sidikalang memberi kado ulang tahun yakni 20 sak semen untuk pembangunan Gereja dan Rm. Anton sendiri menyumbangkan semua hadiah ultah untuk pembangunan Gereja. Saat itu, hadiah uang yang diperoleh sebanyak Rp. 1.100.000,-. Lumayanlah untuk tambahan dana pembangunan Gereja. Trimakasih buat semuanya.
Saldo Pesta Pelantikan Pengurus Gereja dan Penerimaan Sakramen Krisma, 6-7 Nop. 2010.
Pada hari Kamis 18 Nopember 2010 telah diadakan Evaluasi dan pembubaran Panitia. Saldo dari kegiatan tersebut adalah Rp. 22.320.500 Acara ini dapat berjalan dengan baik karena partisipasi semua umat. Dana juga bisa Saldo karena umat menyumbangkan hasil-hasil pertanian mereka dengan harapan ada Saldo untuk pembangunan Gereja Paroki.Jadi selain dana partisipasi dari umat, juga umat menyumbangkan hasil pertanian yang dibutuhkan untuk mengurangi dana konsumsi. Syukur pada Tuhan, akhirnya memang ada saldo untuk dana pembangunan Gereja. Terimakasih kami ucapkan kepada semua umat Paroki, DPP, Para Panitia, Para Donatur dan siapa saja yang mendoakan dan mendukung kegitan ini. Yesus memberkati kita semua selalu. Amin.

Renungan Hari Minggu Biasa IV : 30 Januari 2011

Renungan Hari Minggu Biasa IV : 30 Januari 2011
Zef 2:3, 3:12-13, Mzm 146:1,7,8-9a,9bc-10, 1Kor 1:26-31, Mat 5:1-12a

"Bersukacita dan bergembiralah, karena upahmu besar di sorga"

BACAAN INJIL:
Ketika Yesus melihat orang banyak itu, naiklah Ia ke atas bukit dan setelah Ia duduk, datanglah murid-murid-Nya kepada-Nya. Maka Yesuspun mulai berbicara dan mengajar mereka, kata-Nya: "Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga. Berbahagialah orang yang berdukacita, karena mereka akan dihibur. Berbahagialah orang yang lemah lembut, karena mereka akan memiliki bumi. Berbahagialah orang yang lapar dan haus akan kebenaran, karena mereka akan dipuaskan. Berbahagialah orang yang murah hatinya, karena mereka akan beroleh kemurahan. Berbahagialah orang yang suci hatinya, karena mereka akan melihat Allah. Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah. Berbahagialah orang yang dianiaya oleh sebab kebenaran, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga. Berbahagialah kamu, jika karena Aku kamu dicela dan dianiaya dan kepadamu difitnahkan segala yang jahat. Bersukacita dan bergembiralah, karena upahmu besar di sorga, sebab demikian juga telah dianiaya nabi-nabi yang sebelum kamu."
Demikianlah Injil Tuhan bagi kita hari ini.

RENUNGAN:

Arti hidup bahagia yang ditawarkan oleh dunia tentu berbeda dengan arti bahagia yang kita dengarkan dalam Injil hari ini. Hidup bahagia bagi dunia pada umumnya adalah hidup dalam kelimpahan kekayaan, hidup mengejar kenikmatan sepuas-puasnya, hidup yang terlepas dari persoalan dan penderitaan. Tuntutan hidup yang berat dan juga perkembangan zaman mau tidak mau membuat manusia hanya terarah pada diri sendiri, hanya mementingkan diri, nilai kebersamaan dan berkorban untuk orang lain rasanya semakin disingkirkan. Manusia sekarang ini lebih banyak mencari kesenangan hidup yang ditawarkan oleh dunia, dan untuk berani melakukan apa saja untuk meraihnya, bahkan dengan mudah mengorbankan orang lain, mengorbankan agamanya demi tujuan pribadi, kesenangan pribadi. Kebenaran dan pengorbanan demi iman, bukan lagi dilihat sebagai keutamaan, kebangkaan dan malah menganggap bahwa iman dan agama harus memberi keuntungan. Orang sudah berpikir untung rugi dalam beriman. Inilah kenyataan hidup manusia sekarang ini.

Injil hari ini yang kita kenal sebagai Sabda Bahagia, rasanya bagi dunia sekarang dianggap tidak realistis, membingungkan dan bertentangan dengan realitas yang terjadi dalam hidup kita. Kita sulit memahami dan menerima sabda ini adalah sabda bahagia, yang membawa orang pada hidup bahagia. Sehingga orang bisa saja menganggap bahwa Sabda yang kita dengarkan hari ini dianggap sebagai pembodohan, mengajak orang bersikap pasrah pada kemiskinan maupun sikap ketidak adilan atau penderitaan yang terjadi dalam hidup ini.

Memang kebahagiaan yang ditawarkan Injil hari ini bertentangan dengan arti kebahagiaan yang ditwarkan oleh dunia dan yang dianut orang-orang pada masa ini. Situasi dunia yang sekarang ini, membuat manusia kurang mampu melihat kebenaran dari Injil yang kita dengarkan hari ini. Namun kalau kita renungkan dengan sungguh-sungguh, Injil hari ini menawarkan nilai kebahagiaan yang sejati yang menjamin manusia hidup bahagia. Yesus sendiri sudah membuktikan dari apa yang diajarkan-Nya, sehingga selain mengajarkan jalan kebahagiaan bagi kita, Yesus juga mau menyatakan siapa diri-Nya kepada kita. Selain itu Injil hari ini berbicara tentang sikap hidup kita di hadapan Allah.

Oleh karena itu, coba kita renungkan sabda bahagia yang diwartakan kepada kita.

"Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga.

Yesus tidak menyinggung soal miskin dalam hal materi, tetapi yang dimaksudkan adalah semangat miskin di hadapan Allah. Sikap hidup kita hendkanya tetap bersikap rendah hati di hadapan Allah, tetapi menyadari kelemahan, kekurangan dan kedosaan kita di hadapan Allah. Sikap hidup demikian akan membawa kita pada sikap hidup yang senantiasa tahu bersyukur, senantiasa terbuka akan pertolongan Tuhan dan pada akhirnya menyerahkan hidupnya kepada Tuhan. Orang yang hidup demikian, pada hidup sekarang berkenan pada Allah dan akan mencapai kesempurnaan pada hidup yang kekal.

Sikap hidup miskin di hadapan Allah juga seperti orang memiliki harta, tetapi seakan-akan hidup tidak punya apa-apa. Sikap demikian senantiasa bersikap rendah hati dan berjiwa hidup miskin di hadapan Allah. Itu berarti rendah hati kebalikannya adalah sombong. Tentu orang yang sombong tidak akan disukai oleh banyak orang, apalagi Tuhan sendiri.

Berbahagialah orang yang berdukacita, karena mereka akan dihibur.

Berdukacita yang dimaksud bukan hanya karena mengalami penderitaan hidup, atau karena kemiskinan. Tetapi yang dimaksudkan adalah berdukacita karena hal rohani. Kita seringkali berdukacita manakala kita menderita atau melihat orang menderita, tetapi apakah kita juga merasa berdukacita ketika kita kurang percaya kepada Tuhan? Apakah kita berdukacita, manakala kita kurang hidup seperti yang diharapkan oleh Tuhan? Apakah kita juga merasa berdukacita menakala melihat orang lain sudah kurang merasakan kuasa dan kasih Tuhan atas hidupnya dan sudah kurang percaya kepada Tuhan? Dengan demikian dukacita yang dimaksud adalah hidup yang senantiasa hidup berkenan di hadapan Tuhan, sehingga manalaka Tuhan kurang dipercayai dan disembah dalam hidup ini, kita merasa berdukacita. Juga Yesus mau mengatakan agar kita tetap setia mengikuti Dia walaupun sedang dalam keadaan berdukacita, karena Tuhan sendiri akan menghibur kita.

Berbahagialah orang yang lemah lembut, karena mereka akan memiliki bumi.

Lemah lembut yang dimaksud bukan terutama dalam hal bersikap atau bertutur kata. Sikap lemah lembut adalah buah dari kerendahan hati. Karena orang yang rendah hati di hadapan Allah dan di hadapan sesama, dia juga akan bersikap lemah lembut dalam hidup kepada sesama. Orang yang hidupnya lemah lembut tentu akan disenangi banyak orang, terutama Tuhan sendiri karena Tuhan sendiri adalah lemah lembut.

Berbahagialah orang yang lapar dan haus akan kebenaran, karena mereka akan dipuaskan.

Lapar dan haus akan makanan tentu tidak ada yang mengharapkannya. Tetapi lapar dan haus akan kebenaran, itu hendaknya menjadi bagian hidup para pengikut Yesus. Lapar dan haus akan kebenaran yang dimaksudkan adalah hidup yang senantiasa berusaha dan berjuang untuk mengikuti dan melaksanakan kehendak Allah. Kebenaran sejati itu adalah Yesus sendiri, sehingga lapar dan haus akan kebenaran, berarti lapar dan haus untuk senantiasa bersatu dengan Yesus sendiri. Orang yang berjuang dan senantiasa lapar dan haus untuk bersatu dengan Yesus dan melaksanakan sabda-Nya, Tuhan sendiri akan membuaskan mereka. Upaya dan kerja keras mereka tidak akan sia-sia.

Berbahagialah orang yang murah hatinya, karena mereka akan beroleh kemurahan.

Orang yang senantiasa bersyukur atas hidupnya, juga akan memilik kemurahan hati. Tetapi orang yang tidak pernah menysukuri hidupnya, dia tidak akan pernah merasa hidupnya cukup dan akan begitu sulit untuk bermurah hati dan berbagi dengan sesama. Dengan demikian, hendaknya kita tidak menungguh merasa cukup dulu baru bermurah hati kepada sesama. Sebab kalau hal itu yang terjadi, maka kita tidak akan pernah bermurah hati kepada sesama karena kita tidak pernah akan merasa cukup. Juga pemberian kita yang karena sudah meresa cukup atau memberi dari kelebihan, kurang bernilai dibanding dengan memberi dari kekurang. Dengan bermurah hati kepada sesama. Kitapun patut mengharapkan kemurahan hati Allah untuk melimpahkan berkat-Nya kepada kita.

Berbahagialah orang yang suci hatinya, karena mereka akan melihat Allah.

Hati yang bersih, akan memancarkan dan menghasilkan perbuatan yang baik. Kesucian hati dapat kita artikan dengan hidup senantiasa berpikiran positif. Tetapi lebih dari itu, suci hati yang dimaksudkan adalah orang yang hidupnya disemangati dan dijiwai oleh Sabda Tuhan sendiri. Orang yang hidup demikian, akan mampu menangkap kehadiran Allah dalah pengalaman hidupnya dan juga lewat sesama.

Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah.

Hidup orang kristiani tidaklah cukup hanya hidup damai dengan orang lain. Lebih dari itu, orang kristiani harus menjadi penggerak dan pembawa damai bagi sesama dan dunia ini. Yesus sendiri membawa damai bagi manusia, dan mendamaikan manusia dengan Allah. Sehingga orang yang hidup membawa damai, dialah yang layak disebut anak-anak Allah.

Berbahagialah kamu, jika karena Aku kamu dicela dan dianiaya dan kepadamu difitnahkan segala yang jahat.

Menjadi pengikut Yesus dan melaksanakan sabda-Nya bukanlah hal yang mudah. Hal ini sudah terbukti dalam perjalanan hidup Gereja. Pada umumnya pengikut Yesus yang setia akan dibenci oleh dunia. Tentu bukan karena menyebapkan kebinasaan hidup, tetapi karena ‘setan’ kejahatan tidak menghendaki manusia itu hidup bahagia. Walaupun demikian, hendkanya tantangan dan penolakan dunia karena kita menjadi pengikut Kristus dank arena melaksanakan sabda-Nya, tidak menyurutkan kita. Namun bila kita tetap setia walau dicela, dianiaya dan difitnah, karena hidup kita berkenan kepada Allah, Allah akan berpihak kepada kita dan pada akhirnya kebahagiaan sejati akan kita terima yakni hidup kekal di surge.

Bersukacita dan bergembiralah, karena upahmu besar di sorga, sebab demikian juga telah dianiaya nabi-nabi yang sebelum kamu."

Pada ayat terakhir ini, Yesus memberi semangat bagi kita agar kita mengejar kebahagiaan sejati dengan menghayati sabda bahagia ini, meskipun untuk itu kita harus berjuang dan mengalami penolakan dari dunia dan penderitaan. Bagi dunia jalan kebahagiaan yang ditawarkan oleh Yesus ini memang aneh dan seakan tidak masuk akal. Demikian juga hidup kita bila menghayati sabda bahagia ini, akan terasa aneh bagi dunia, namun kita patut bersukacita dan barbahagia karena kita akan beroleh kebahagiaan dalam hidup yang sekarang dan terutama dalam hidup yang akan datang.

Semoga kita berani mengubah pengertian kebahagiaan bagi kita seturut Sabda Bahagia ini dan kita berani menjadikan Sabda Bahagia sebagai pedoman hidup kita dalam mengejar dan meraih kebahagiaan hidup. Amin.

Bacaan Hari Minggu Biasa IV : 30 Januari 2011 : Bahasa Batak Toba

Bacaan Hari Minggu Biasa IV : 30 Januari 2011 : Bahasa Batak Toba
Zef 2:3, 3:12-13, Mzm 146:1,7,8-9a,9bc-10, 1Kor 1:26-31, Mat 5:1-12a

Martua ma na pogos tondi, ai di nasida do harajaon banua ginjang i!"

BACAAN INJIL:
Asa dung diida Jesus halak na sai torop i, nangkok ma Ibana tu sada tor jadi hundul ma disi; dung i didapothon angka siseanna ma Ibana. Dung i marsoara ma Ibana mangajari nasida, ninna ma: Martua ma na pogos tondi, ai di nasida do harajaon banua ginjang i! Martua ma na marsak roha, ai siapulon do nasida!Martua ma na lambok roha, ai teanonnasida do tano on! Martua ma na mauas male mida hatigoran, ai sipabosuron do nasida! Martua ma na asi roha, ai siasian do nasida! Martua ma parroha na ias, ai idaonasida do Debata! Martua ma sibahen dame, ai goaron do nasida anak ni Debata! Martua ma na pinaburuburu ni halak ala ni hatigoran, ai di nasida do harajaon banua ginjang i! Martua ma hamu, molo diinsahi halak hamu manang dipaburuburu manang dipatubutubu ragam ni hata na roa, na so tutu, dompak hamu ala ni Ahu! Las ma rohamuna jala marolopolop, ai godang do umpamuna di banua ginjang i, ai songon i do dipaburuburu angka panurirang na jumolo sian hamu.
Songoni ma Barita Nauli na dipatolhas tu hita sadarion.

Tokoh agama bantah ancam pemerintah

Tokoh agama bantah ancam pemerintah


Tokoh lintas agama membantah anggapan bahwa mereka menjadi ancaman bagi pemerintah, menyusul pertemuan mereka dengan presiden SBY tentang kebohongan publik, serta pendirian rumah pengaduan kebohongan.

“Kami bukan suatu kelompok yang memberi tekanan. Tidak ada ancaman. Gerekan kami [melawan kebohongan] semata-mata demi kemajuan bangsa,” kata Ketua Konferensi Waligereja Indonesia Uskup Martinus Dogma Situmorang, OFMCap kemarin di kantor KWI di Jakarta kemarin.

“Kami tidak punya motif politik. Kami tidak mempersalahkan pemerintah. Kami tidak bertindak seperti satu kekuatan besar melawan pemerintah,” kata Mgr Situmorang.

Yang diharapkan para tokoh agama Budda, Katolik, Hindu, Islam, dan Protestan adalah agar pemerintah melakukan upaya demi kebaikan masyarakat Indonesia, lanjut Uskup Padang itu.
Ia menambahkan, rumah pengaduan kebohongan yang baru saja diluncurkan akan digunakan sebagai sarana untuk membuat gerakan yang lebih besar dan mendasar.

“Kami akan terus menerus memantau pemerintah,” lanjutnya.
Ketua PP Muhammadiyah Din Syamsuddin juga sependapat. “Kami akan akan terus berupaya agar gerakan ini terus maju karena kami melihatnya sebagai satu kebenaran,” kata Din.

Mengomentari pernyataan para tokoh agama tentang kebohongan pemerintah yang dikeluarkan pada 10 Januari lalu, Din mengatakan itu adalah sebuah kritik terhadap kinerja pemerintah.

Konradus Epa, Jakarta
Disadur dari http://www.cathnewsindonesia.com/ Tanggal publikasi: 21 Januari 2011

Bacaan Hari Minggu Biasa IV : 30 Januari 2011 : Bahasa Karo

Bacaan Hari Minggu Biasa IV : 30 Januari 2011 : Bahasa Karo
Zef 2:3, 3:12-13, Mzm 146:1,7,8-9a,9bc-10, 1Kor 1:26-31, Mat 5:1-12a

"Ketuahen kalak si nggejap maka ia labo kai pe ertina i lebe-lebe Dibata; sabap man bana me
Kinirajan Surga.”

BERITA SIMERIAH:
Kenca Jesus ngidah jelma si nterem, inangkihNa sada uruk. Kenca Ia kundul reh ajar-ajarNa pulung deherken Ia. Jenari ibenakenNa ngajari ajar-ajarNa e. Nina Jesus, "Ketuahen kalak si nggejap maka ia labo kai pe ertina i lebe-lebe Dibata; sabap man bana me Kinirajan Surga. Ketuahen kalak si erceda ate erkiteken dosa; sabap Dibata me ngapuli ia. Ketuahen kalak si meteruk ukurna; sabap isehken Dibata me padanNa man bana. Ketuahen kalak si muas melihe nehken peraten Dibata; sabap ibesuriNa me ia. Ketuahen kalak si perkuah ate dingen perkeleng; sabap ia me ngaloken perkuah ate Dibata. Ketuahen kalak si meciho pusuh peratenna; sabap itandaina me tuhu-tuhu Dibata.Ketuahen kalak si erbahan perdamen; sabap iakui Dibata me ia anakNa. Ketuahen kalak si ngenanami kiniseran erkite-kiteken nehken peraten Dibata; sabap man bana me Kinirajan Surga. Ketuahen me kam adi erkite-kiteken kam ajar-ajarKu igombang-gombangi, ipesega-sega dingen ipelawes kalak kam janah alu kata guak ipalitkenna si jahat man bandu. Ermengkah dingen meriahlah atendu, sabap enggo isikapken Dibata upahndu si mbelin i Surga; sabap bage me pe nabi-nabi si nggeluh leben asangken kam ipesega-sega kalak." Enda me kap Injil Tuhanta.

Bacaan Hari Minggu Biasa IV : 30 Januari 2011

Bacaan Hari Minggu Biasa IV : 30 Januari 2011
Zef 2:3, 3:12-13, Mzm 146:1,7,8-9a,9bc-10, 1Kor 1:26-31, Mat 5:1-12a

"Bersukacita dan bergembiralah, karena upahmu besar di sorga"

BACAAN INJIL:
Ketika Yesus melihat orang banyak itu, naiklah Ia ke atas bukit dan setelah Ia duduk, datanglah murid-murid-Nya kepada-Nya. Maka Yesuspun mulai berbicara dan mengajar mereka, kata-Nya: "Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga. Berbahagialah orang yang berdukacita, karena mereka akan dihibur. Berbahagialah orang yang lemah lembut, karena mereka akan memiliki bumi. Berbahagialah orang yang lapar dan haus akan kebenaran, karena mereka akan dipuaskan. Berbahagialah orang yang murah hatinya, karena mereka akan beroleh kemurahan. Berbahagialah orang yang suci hatinya, karena mereka akan melihat Allah. Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah. Berbahagialah orang yang dianiaya oleh sebab kebenaran, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga. Berbahagialah kamu, jika karena Aku kamu dicela dan dianiaya dan kepadamu difitnahkan segala yang jahat. Bersukacita dan bergembiralah, karena upahmu besar di sorga, sebab demikian juga telah dianiaya nabi-nabi yang sebelum kamu."
Demikianlah Injil Tuhan bagi kita hari ini.

Renungan Harian : Sabtu 29 Januari 2011

Renungan Harian : Sabtu 29 Januari 2011
Ibr 11:1-2.8-19; Mzm Luk 1:69-70.71-72.73-75; Mrk 4:35-41

"Guru, Engkau tidak perduli kalau kita binasa?"

BACAAN INJIL:
Pada hari itu, waktu hari sudah petang, Yesus berkata kepada mereka: "Marilah kita bertolak ke seberang." Mereka meninggalkan orang banyak itu lalu bertolak dan membawa Yesus beserta dengan mereka dalam perahu di mana Yesus telah duduk dan perahu-perahu lain juga menyertai Dia. Lalu mengamuklah taufan yang sangat dahsyat dan ombak menyembur masuk ke dalam perahu, sehingga perahu itu mulai penuh dengan air. Pada waktu itu Yesus sedang tidur di buritan di sebuah tilam. Maka murid-murid-Nya membangunkan Dia dan berkata kepada-Nya: "Guru, Engkau tidak perduli kalau kita binasa?" Ia pun bangun, menghardik angin itu dan berkata kepada danau itu: "Diam! Tenanglah!" Lalu angin itu reda dan danau itu menjadi teduh sekali. Lalu Ia berkata kepada mereka: "Mengapa kamu begitu takut? Mengapa kamu tidak percaya?" Mereka menjadi sangat takut dan berkata seorang kepada yang lain: "Siapa gerangan orang ini, sehingga angin dan danau pun taat kepada-Nya?
Demikianlah Injil Tuhan bagi kita hari ini.

RENUNGAN:
Bila seseorang tertidur di dalam Gereja saat ibadat, sering membela diri dengan mengatakan bahwa dia mau seperti Yesus yang tertidur di buritan kapal. Ada pula yang mengatakan bahwa Yesus sedang tertidur saat seseorang mengali persoalan hidup yang berat, sehingga perlu dibangunkan. Cerita tentang Yesus yang tidur diburitan kadang kala dijadikan suatu kelakar.

Dalam Injil hari ini diceritakan bahwa para murid naik perahu bertolak ke seberang dan Yesus ikut bersama mereka dalam perahu tersebut. Dalam perjalanan itu, gelombang besar menghantam perahu mereka sehingga air masuk ke perahu itu dan hamper memenuhinya. Para murid berusaha mengendalikan perahu tetapi Yesus tertidur di buritan. Dalam situasi demikian Yesus tidur dengan nyenyak mungkin karena lelah sehabis berkeliling mengajar. Tetapi juga kita bisa berpikir bahwa seakan Yesus tidak peduli dengan keadaan sekitar yakani para murid yang panik dan kewalahan mengendalikan perahu supaya tidak tenggelam. Pemikiran ini ada dalam diri para murid sehingga sebagai manusia biasa wajarlah para murid dalam situasi panic melihat Yesus enak-enak tidur seakan tidak peduli dengan mereka sehingga membangunkan Yesus dan seakan menegur Yesus berkata, “Guru,, Engkau tidak perduli kalau kita binasa?" Yesus akhirnya bangun, menghardik ombak itu agar tenang dan akhirnya ombak itupun tenang. Sesudah ombak diredakan Yesus menegur para murid yang begitu takut. Kalau sekiranya Yesus tidak terlebih dahulu meredakan ombak, kata-kata ini tentu bisa membuat para murid heran dan mungkin geram, karena hal yang wajar para murid ketakutan karena perahu mereka hampir tenggelam dan Yesus enak-enak tidur , tidak peduli dengan situasi dan tidak mau membantu.

Yesus menegur mereka bukan terutama karena ketakutan mereka, bukan juga karena merasa diganggu alam tidur-NYa, tetapi ketidak percayaan mereka akan diri Yesus yang adalah Tuhan, yang berkuasa atas langit dan bumi ada bersama-sama mereka. Dari kata-kata mereka yang mengatakan,”Guru, apakah Engkau tidak peduli kalau kita binasa?” terkandung makna bahwa mereka menganggap Yesus tidak peduli akan persoalan yang mereka hadapi. Lebih parah lagi mereka mengganggap bahwa Yesus akan ikut binasi oleh Karena ombak itu. Itu berarti bahwa mereka belum sungguh mengenal siapa Yesus yang ada bersama mereka, mereka menganggap bahwa Yesus hanya guru biasa yang hebat, luar biasa dalam pengajaran, bukan Tuhan. Ketidakpercayaan mereka inilah yang ditegur oleh Yesus.

Manakala hidup terasa aman, semua terasa lancar, kita pasti mampu dengan mudah mengatakan bahwa Yesus senantiasa beserta kita dan memberkati kita selalu. Tetapi manakala persoalan, penderitaan atau gelombang kehidupan mendatangi kita, iman yang semula kelihatan kuat bisa goyah dan dapat membuat kita jatuh pada suatu pemikiran bahwa Tuhan telah meninggalkan kita atau Tuhan tertidur dan tidak perduli dengan persoalan yang kita hadapi. Adapula yang pada akhirnya tidak lagi percaya akan kuasa Tuhan dalam hidupnya.

Namun lewat Injil hari ini, kepada kita diingatkan bahwa Tuhan Yesus tidak pernah jauh dari kita, tidak pernah meninggalkan kita dan bukan tidak peduli dengan persoalan yang kita hadapi dalam hidup ini. Tuhan senantiasa hadir dalam hidup kita, Dia ada dalam perahu kehidupan kita bersama-sama dengan kita. Kalaupun perahu kehidupan kita diterpa ombak kehidupan dan seakan Tuhan tidak membantu, bukan karena Tuhan tidak peduli atau tertidur, tetapi Tuhan mau melihat sedalam apa iman kita kepada-Nya. Ketika ombak kehidupan ini menerpa perahu kehidupan kita, kita tidak usah terlalu panik dan ketakutan, tetapi mari kita datang kepada Yesus untuk memohon kekuatan, memohon pertolongan. Dalam situasi demikian, tentu tidak tepat bila dalam doa kita katakana, “Tuhan, apakah Engkau tidak peduli akan persoalan yang sedang kuhadapi?” Tetapi katakanlah, “Tuhan, tolonglah kami yang lemah ini.” Dalam doa itu, kita mohon pertolongan dan sekaligus kita serahkan diri kita pada kuasa dan kasih-NYa. Semoga lewat bacaan Injil hari ini, iman kita semakin dikuatkan bahwa Yesus adalah Tuhan, Dia senantiasa hadir dalam perahu kehidupan kita. Amin.

Renungan Harian : Jumat 28 Januari 2011

Renungan Harian : Jumat 28 Januari 2011
Ibr 10:32-39, Mzm 37:3-4,5,23-24,39-40, Mrk 4:26-34
(Tomas Aquino)

"Hal Kerajaan itu seumpama biji sesawi yang ditaburkan di tanah."

BACAAN INJIL:
Lalu kata Yesus: "Beginilah hal Kerajaan Allah itu: seumpama orang yang menaburkan benih di tanah, lalu pada malam hari ia tidur dan pada siang hari ia bangun, dan benih itu mengeluarkan tunas dan tunas itu makin tinggi, bagaimana terjadinya tidak diketahui orang itu. Bumi dengan sendirinya mengeluarkan buah, mula-mula tangkainya, lalu bulirnya, kemudian butir-butir yang penuh isinya dalam bulir itu. Apabila buah itu sudah cukup masak, orang itu segera menyabit, sebab musim menuai sudah tiba." Kata-Nya lagi: "Dengan apa hendak kita membandingkan Kerajaan Allah itu, atau dengan perumpamaan manakah hendaknya kita menggambarkannya? Hal Kerajaan itu seumpama biji sesawi yang ditaburkan di tanah. Memang biji itu yang paling kecil dari pada segala jenis benih yang ada di bumi. Tetapi apabila ia ditaburkan, ia tumbuh dan menjadi lebih besar dari pada segala sayuran yang lain dan mengeluarkan cabang-cabang yang besar, sehingga burung-burung di udara dapat bersarang dalam naungannya." Dalam banyak perumpamaan yang semacam itu Ia memberitakan firman kepada mereka sesuai dengan pengertian mereka, dan tanpa perumpamaan Ia tidak berkata-kata kepada mereka, tetapi kepada murid-murid-Nya Ia menguraikan segala sesuatu secara tersendiri.
Demikianlah Injil Tuhan bagi kita hari ini.

RENUNGAN:

Kerajaan Allah di mana Allah yang meraja telah hadir dalam hidup kita di dunia ini. Namun kehadirannya seringkali dikalahkan oleh propaganda dunia ini, propaganda yang jauh lebih menarik dibanding dengan Kerajaan Allah. Dari sebab itulah sering kita lebih tertarik mengikuti tawaran-tawaran dunia daripada setia kepada Allah. Tawaran dunia ini jauh lebih menarik dibanding dengan Kerajaan Allah. Saat ini banyak orang yang tidak lagi mampu menangkap kehadiran Kerajaan Allah, juga tidak lagi mampu melihat peran dan makna kehadiran Allah bagi hidup dunia sekarang ini. Ini bisa terjadi juga karena banyak orang yang mengatakan dirinya percaya kepada Tuhan, tetapi pada kenyataannya dalam hidup sehari-hari lebih percaya pada dunia, lebih mengabdi pada dunia ini. Banyak orang yang hidup tidak sesuai dengan imannya. Iman dianggap menjadi salah satu dari sekian banyak dari kebutuhan dalam hidup ini, layaknya seperti salah satu bagian dari baju yang dimiliki. Bahkan mungkin tanpa sadar kita mengakui bahwa sekarang ini adalah zaman kerajaan dunia, zaman di mana kita untuk menikmati sepuas-puasnya tawaran dunia ini. Semua ini membuat orang menjadi tidak lagi menyadari kehadiran Kerajaan Allah dan kegunaannya bagi hidup sekarang ini.

Memang kehadiran Kerajaan Allah itu kelihatan kecil dibandingkan dengan tawaran-tawaran dunia ini. Yesus sendiri mengumpamakannya seperti biji sesawi. Yesus mengatakan bahwa biji sesawi itu adalah biji yang lebih kecil dari semua biji sayuran, tetapi bila biji itu ditaburkan ke tanah, biji itu akan tumbuh menjadi lebih besar dari pada segala sayuran yang lain dan mengeluarkan cabang-cabang yang besar, sehingga burung-burung di udara dapat bersarang dalam naungannya. Biji yang kecil itu akan tumbuh dan berkembang bila ditaburkan di tanah. Tentu bila biji itu tidak ditaburkan di tanah, bila hanya disimpan dalam lumbung atau karung, dia tidak akan tumbuh dan berkembang. Namun bila benih yang paling kecil itu ditanam, dia akan tumbuh berkembang melebihi sayuran lain bahkan burung-burung bisa hinggap dan bersarang di cabang-cabangnya. Pertumbuhan biji yang paling kecil ini tentu sulit kita menggerti, karena dari biji sayuran yang paling kecil bisa tumbuh besar melebihi biji sayuran lain, tumbuh bercabang-sabang bahkan burung bisa bersarang di dahan-dahannya. Demikianlah juga halnya sulit kita mengerti bahwa biji yang ditanam ke tanah bisa tumbuh dan kita tidak tahu kapan biji itu tumbuh. Dalam hal inilah nyata bahwa mukijizat Allah terjadi lewat alam ciptaan-Nya. Ini suatu perumpakaan yang indah, yang menggambarkan bahwa walaupun kerajaan Allah itu kelihatan kecil bila dibandingkan tawaran dunia, tetapi kuasa Allah bekerja di dalamnya sehingga menjadi tempat untuk bernaung.

Lewat perumpamaan ini, Yesus mau menyatakan kepada kita, bahwa kerajaan Allah itu telah ditaburkan dalam dunia ini, dalam hati kita. Kerajaan Allah yang sudah ditaburkan dalam hati kita, bila kita biarkan tumbuh dan juga kita rawat dengan baik, akan tumbuh berkembang menghasilkan buah-buah yang banya karena Tuhan sendiri akan bekerja dengan penuh kuasa. Mari kita jadikan diri kita menjadi tempat tumbuhnya benih Kerajaan Allah.

Selain itu, Kerajaan Allah yang sudah ditaburkan oleh Yesus hendaknya juga kita taburkan dalam kehidupan dunia ini. Mungkin kita merasa bahwa Benih Kerajaan Allah yang kita taburkan, kurang menarik bagi manusia sekarang ini. Hal ini tidak usah kita pikirkan, karena Allah sendiri akan bekerja dan benih itu akan tumbuh berkembang melebihi apa yang kita khawatirkan dan pikirkan. Benih Kerajaan Allah itu kita taburkan dengan mengupayakan melakukan perbuatan-perbuatan baik mulai dari hal-hal yang kecil. Mungkin hal yang kecil itu kelihatan kurang berguna bagi hidup dunia ini, laksana menaburkan garam ke lautan samudera. Namun perbuatan kecil sekalipun bila kita laksanakan dengan dilandasi oleh iman dan cinta kasih kepada Yesus serta demi menaburkan benih Kerajaan Allah, akan sangat berkenan pada Allah, dan Allah sendiri akan bekerja sehingga perbuatan baik yang kecil itu menjadi besar. Oleh karena itu, semoga kita setia menaburkan benih Kerajaan Allah dengan perbuatan-perbuatan kasih yang mulai dengan hal-hal yang kecil dan kelihatan sederhana. Amin.

Tokoh agama tak akan kerahkan massa

Tokoh agama tak akan kerahkan massa

Tokoh lintas agama berjanji tidak akan mengerahkan massa untuk menyampaikan tuntutan mereka, tapi tetap berpegang pada pernyataan sikap, yakni menjadi kritik bagi pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

“Kami tegaskan kami tetap pada pernyataan sikap kami, tetap satu tujuan, tetap kompak dan akan terus menjaga pernyataan kami sebelumnya,” kata mantan ketua umum PP Muhammadiyah, Syafii Maarif dalam jumpa pers Tokoh Lintas Agama di Gedung KWI, Jakarta Pusat, siang tadi.

“Kami juga tidak akan melakukan mobilisasi massa. Karena kalau itu terjadi bisa timbul aksi anarkis dan bisa terjadi pertumpahan darah. Saya tidak mau itu terjadi. Kita adalah gerakan moril yang proaktif dalam pembangunan,” lanjut Syafii.

Menurut Pastor Franz Magnis-Suseno, para tokoh lintas agama sudah cukup tegas dalam menyampaikan tuntutan , meskipun bahasa yang digunakan cukup lunak.
“Bahasanya saja yang lunak, tapi isinya keras. Terserah pemerintah mau terima tidak sikap kami itu. Tetapi, kami tetap pada pernyataan kami dan sikap kami sebelumnya,” kata Romo Magnis seperti dikutip detik.com.

Dalam beberapa hari terakhir Tokoh Lintas Agama gencar menyampaikan aspirasi masyarakat kepada presiden SBY.

Pada 17 Januari mereka bertemu SBY dan para menteri di Istana Negara. Kemudian pada 19 Januari mereka meluncurkan Rumah Pengaduan Kebohongan Publik.

Para tokoh agama khawatir dengan kebohongan-kebohongan pemerintah, karena itu dinilai akan memperparah kondisi bangsa. Karena itu mereka mengajak masyarakat (umat masing-masing) untuk memerangi kebohongan yang dilakukan pemerintah.

Para tokoh agama, Syafii Maarif, Andreas A Yewangoe, Biksu Pannyavaro, Salahuddin Wahid, I nyoman Udayana Sangging, Franz Magnis-Suseno dan Romo Benny Susetyo, menganggap pemerintahan Presiden SBY gagal mengemban amanah rakyat.

Reporter Cathnewsindonesia.com, Jakarta
Disadur dari http://www.cathnewsindonesia.com/ Tanggal publikasi: 20 Januari 2011



Tokoh agama deklarasi Rumah Kebohongan

Tokoh agama deklarasi Rumah Kebohongan

Para tokoh agama yang terhimpun dalam Gerakan Tokoh Lintas Agama Melawan Kebohongan meyakini bahwa pertemuan dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Istana, Senin lalu, bukanlah akhir dari komitmen mereka untuk tetap menyuarakan nurani masyarakat bawah (grass roots).

Sebagai langkah lanjutan, tokoh lintas agama ini memutuskan untuk mendeklarasikan dan membuka Rumah Pengaduan Kebohongan Publik. Langkah ini dilakukan untuk menyosialisasikan sekaligus menjaring data kebohongan pemerintah dari masyarakat luas.

Demikian dikatakan Executive Director Maarif Institute for Culture and Humanity Fajar Riza Ul Haq dalam konferensi pers deklarasi Rumah Pengaduan Kebohongan Publik oleh Badan Pekerja Gerakan Tokoh Lintas Agama Melawan Kebohongan, Rabu (19/1/2011) di Jakarta.

“Rumah Pengaduan Kebohongan Publik ini dibuat untuk dapat membuka kanal-kanal aduan masyarakat sebagai aspirasi publik dan mencoba menjawab keresahan-keresahan masyarakat,” kata Fajar.

Rumah pengaduan akan dibuka di kantor/sekretariat organisasi sipil yang tergabung dalam Badan Pekerja Gerakan Tokoh Lintas Agama Melawan Kebohongan Publik.
Sampai saat ini di Jakarta sudah terdaftar 18 Rumah Pengaduan Kebohongan Publik. “Jumlah ini dipastikan akan terus bertambah. Dalam waktu dekat ini, yakni Rabu (26/1/2011), Yogyakarta akan melakukan deklarasi pembukaan Rumah Pengaduan Kebohongan Publik,” lanjut Fajar.

Selain Yogyakarta, kota-kota lain, seperti Bandung, Surabaya, Semarang, Nusa Tenggara Timur, dan Kalimantan Selatan, akan

menyusul. Badan Pekerja mengundang semua elemen masyarakat sipil di seluruh Indonesia turut serta dalam gerakan ini dengan berinisiatif membuka rumah-rumah pengaduan.

Masyarakat yang ingin menyumbang aduan ataupun aspirasi dapat melayangkan surat atau aduan langsung ke Maarif Instutute, Jalan Tebet Barat Dalam II Nomor 6, Tebet, Jakarta Selatan 12810, telepon 021-83794554 atau dapat melalui e-mail maarif@maarifinstitute.

Sumber: Kompas.com
Disadur dari http://www.cathnewsindonesia.com/ Tanggal publikasi: 19 Januari 2011

Mgr Martinus D. Situmorang: Presiden Masih Defensif

Mgr Martinus D. Situmorang: Presiden Masih Defensif
26 Januari 2011 10:08

(24/1/2011)Pertemuan dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Istana Negara, Senin pekan lalu, agaknya tak meredam suara kritis para tokoh lintas agama. Mereka tetap lantang berbicara tentang kemiskinan dan lemahnya penegakan hukum di negeri ini. "Presiden memang menerima kami, tapi masih terasa defensif," kata Ketua Presidium Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) Mgr Martinus Dogma Situmorang.

Kamis pekan lalu, Situmorang menjadi tuan rumah berkumpulnya para tokoh lintas agama di kantor KWI, kawasan Menteng, Jakarta Pusat. Mereka menggelar konferensi pers, setelah dua pekan sebelumnya merilis pernyataan yang dikenal sebagai "kebohongan pemerintah" dari kantor Pimpinan Pusat Muhammadiyah.

Pertemuan di kantor KWI seakan menegaskan pula para tokoh lintas agama itu tetap solid. Mereka hadir lengkap, antara lain Ketua Umum Muhammadiyah Din Syamsuddin; Ketua Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia, Andreas Yewangoe; serta tokoh lain seperti Salahuddin Wahid, Ahmad Syafii Maarif, dan Franz -Magnis-Suseno.

Kendati beberapa pihak menuduh pernyataan tokoh lintas agama itu bermuatan politik, Situmorang menegaskan mereka hanya memberikan penilaian terhadap realitas kehidupan di bidang politik dan ekonomi. Pemerintah, menurut dia, seharusnya berperan sebagai pelayan warga bangsa. Negara makin terhormat dan kokoh kalau kepentingan warga negaranya tertampung dan terpenuhi. "Kalau tidak," kata Situmorang, "pemerintah ingkar terhadap tugas dan jabatannya."

Seusai konferensi pers Kamis pekan lalu itu, Situmorang menerima Yandi M. Rofiyandi, Ignasius Yophiandi Kurniawan, Angelus Tito Sianipar, dan fotografer Dwianto Wibowo dari Tempo. Dengan jernih ditopang suara yang berat, uskup wilayah Padang, Sumatera Barat, ini menyampaikan pandangan tentang berbagai persoalan bangsa, termasuk konflik antarumat beragama yang kerap terjadi di Indonesia.

Apa sesungguhnya yang menjadi dasar suara kritis para tokoh lintas agama terhadap pemerintah?

Kami memberi pernyataan sesudah berpikir, berbicara, dan merenungkan kehidupan sebagai warga negara, orang beragama, serta pemimpin agama. Kami berbicara dengan tukang becak, tukang ojek, dan sebagainya. Kami mendengar dan menyerap. Ada moralitas yang dipertaruhkan. Moralitas pelayanan, kesungguhan, dan penegasan aspek kemanusiaan, misalnya di bidang ekonomi, terabaikan. Jadi kami bersuara demi kemanusiaan. Kami ingin bangsa ini lebih maju, sejahtera, dengan pemerintah hebat, terpuji, dan setia melaksanakan tugas. Kami bukan mau merebut sesuatu. Ini suara moral.

Jadi suara kritis ini tak akan bermuara menjadi gerakan protes di jalan?

Tidak. Sebab, protes akan memperkeruh suasana. Kami hanya ingin pesan itu sampai. Kami sudah menyampaikan ke lembaga lain dan merasa lembaga kenegaraan tak berfungsi memadai. Dalam pertemuan di Istana, Presiden SBY mengatakan bahwa yang kami sampaikan itu menjadi perhatian beliau juga. Beliau memberikan datanya. Presiden memang menerima kami, tapi masih terasa defensif. Seolah tak menyerap dalam dan luasnya persoalan. Kami tak pernah berpikir bertemu dengan Presiden. Kami merasa lembaga kenegaraan tak berfungsi memadai.

Termasuk lembaga negara lain seperti Dewan Perwakilan Rakyat?

Iya. Saya heran dan tak tahu apa prestasi DPR. Dengan rapor seperti itu, mereka gegap-gempita mau membangun gedung baru. Padahal banyak ruangan masih kosong. Itu melukai saya sebagai rakyat.

Bagaimana meyakinkan pihak lain bahwa pernyataan sikap para tokoh agama akan tetap merupakan sebuah gerakan moral?

Sebagai gerakan moral, kami tak mengerahkan massa. Tak ada penggalangan massa secara struktural organisatoris. Kalau kami melakukan konferensi pers, itu bukan menggalang massa. (Itu) supaya pemerintah tergugah memikirkan dan mengusahakan perbaikan. Imbauan moral ini bukan karena kami merasa sudah sempurna. Kami hanya merasa ada penyimpangan dalam bidang tertentu.

Apakah gerakan moral ini bisa berubah menjadi gerakan politik seperti di Filipina?

Suara moral adalah suara tentang nilai. Moral menyangkut benar, baik, dan indah demi kebaikan serta kemanusiaan. Kami memberi penilaian terhadap realitas kehidupan di bidang politik dan ekonomi. Tapi kami tak masuk ke sana. Tapi bukan mustahil kalau penilaian itu memicu gerakan seperti di Filipina. Kardinal Jaime Sin di Manila menyerukan suara moral, tapi tentang realitas politik, sehingga menggelinding dan menjadi penopang people power yang menggulingkan Ferdinand Marcos. Tapi dia tak dinobatkan menjadi presiden dan tetap di luar pemerintahan.

Ada kekhawatiran suara kritis tokoh agama ditunggangi politikus yang berseberangan dengan pemerintah?

Kami sadar soal itu, tapi kami tak khawatir. Kami sadar sehingga kalau ada orang yang nebeng dengan muatan politik, tak bisa masuk. Kami tahu dan yakin betul kalau kelompok ini dijejali, walaupun dengan kualifikasi memukau, tak murni moral, akan habis.

Ada pula tuduhan bahwa Anda membawa KWI memasuki wilayah politik praktis....

Saya memang Ketua KWI, tapi saya di sini bukan resmi mewakili KWI. Teman yang lain juga tak resmi mewakili organisasi. Tapi saya beri tahu rekan uskup apa yang terjadi. Sekali lagi, ini bukan politik. Kami bersuara agar kesejahteraan rakyat ditingkatkan dan korupsi diberantas. Semua menyuarakan itu dari lintas agama. Itu suatu berkat untuk kohesi bangsa kita dalam keragaman. Untuk itu, saya sepenuh hati masuk dalam gerakan ini. Saya percaya dengan integritas semuanya. Tapi sekiranya ada penyimpangan, saya akan keluar.

Di sisi lain, berkumpulnya para tokoh lintas agama memperlihatkan umat beragama yang beragam di Indonesia bisa rukun....

Saya sebagai warga bangsa melihat, menikmati, dan mengagumi, bahkan menjadi pemberita tentang keberagaman suku, etnis, serta budaya dengan segala ekspresinya di seluruh Nusantara. Saya sering bertemu orang dan mengemukakan keindahan keragaman itu. Dalam sejarah, warga bangsa ini sangat jernih menghargai dan menghayati keragaman melalui lubuk hati, kecerdasan, dan ketajaman suara hati.

Tapi mengapa masih sering terjadi konflik antarumat beragama?

Saya melihat beberapa sebab dari pengamatan, bukan studi mendalam. Pertama, salah pengertian karena tak cukup mengenal. Kedua, kesenjangan ekonomi, kebudayaan, dan perlakuan. Ketiga, ada kelompok yang diinstrumentalisasi atau dimanfaatkan sehingga menjadi alat pemangku kepentingan lain. Keempat, kemauan menegaskan jati diri berlebihan. Jadi menegaskan keyakinan secara eksesif tapi mengundang tanya dan reaksi kelompok berbeda. Konflik juga bisa dipicu oleh pengajaran dan penghayatan yang salah tentang agama.

Apakah konflik antarumat beragama itu menandakan kemunduran kita sebagai bangsa?

Nah, yang terjadi sekarang ini sangat menyedihkan. Kita semakin berusia sebagai bangsa. Semakin maju sebagai masyarakat dan cukup terlibat dalam kehidupan keluarga bangsa-bangsa. Seharusnya wawasan lebih luas secara manusia dan keagamaan. Saya sedih karena secara sosiologis dulu kehidupan beragama lebih baik. Rasa damai dan aman bisa menyeluruh dan sangat dominan. Sekarang ini tidak.

Bukan hanya konflik, kerap terjadi pula kekerasan yang mengatasnamakan agama....

Itu termasuk kondisi yang menyedihkan. Saya tak yakin agama dengan pemukanya mendorong kekerasan. Menurut saya, pasti sejenis sempalan, kelompok, atau sejumlah orang. Tapi, karena vokal, ekspresif, dan eksplosif, sehingga kedengaran serta kelihatan. Sayangnya, dalam keadaan seperti itu, alat negara dan organ pengaman masyarakat tak hadir sehingga menjadi keras dan berkelanjutan. Kalau kelompok tertentu dibiarkan melakukan kekerasan, akan terus berulang, bahkan volumenya membesar. Keadaan itu sebetulnya sama saja menyerahkan kedaulatan bangsa ke tangan sekelompok orang.

Jadi pemerintah belum menjalankan fungsinya dengan baik?

Ada kesan begitu. Menurut hemat saya, pemerintah lambat dalam peristiwa kekerasan di Monas beberapa tahun lalu. Persoalan Ahmadiyah bisa jadi rumit, tapi paling tidak pengamanan manusia sebagai warga negara harus diperhatikan. Tidak boleh hanya karena agamanya, seolah-olah harus dihajar dan dipaksa mencari suaka. Itu kan tragedi. Negara seolah membiarkan anaknya minggat dalam kesedihan.

Dalam kekerasan yang mengatasnamakan agama, aparat pemerintah kerap tak melindungi hak warga sesuai dengan amanat konstitusi....

Saya tak bisa menjawab satu. Tapi kesadaran kewarganegaraan, keunikan setiap orang, dan keyakinan adanya perbedaan agama serta budaya harus terus-menerus dikembangkan. Agama ini kendati sosial, sangat individual dengan hubungan vertikal. Jadi janganlah agama ini menjadi motif mengagamakan orang. Saya mengharapkan pemerintah jernih berpikir dan berperan sebagai pamong semua warga dan menegakkan hukum.

Apa yang mestinya dilakukan pemerintah untuk membenahi situasi yang kompleks ini?

Secara filosofi pemerintah harus melihat dirinya sebagai pelayan warga bangsa. Kalau pemerintah tak berfokus, bahkan menyimpang, ia ingkar terhadap tugas dan jabatannya. Negara makin terhormat dan kokoh kalau kepentingan warga negaranya tertampung dan dipenuhi. Negara makin luhur kalau orang paling kecil dan menderita mendapat perhatian khusus. Bukannya kepentingan yang sudah kuat dan kaya sehingga menjadi oligarki, kroniisme, dan kolusi. Kepemimpinan di level mana pun adalah demi orang lain. Kalau demi dirinya, dia kehilangan legitimasi. Mungkin dia memiliki perangkat legal yuridis, tapi kehilangan legitimasi moral. Karena itulah kita bersuara.

Apa kekurangan pemerintah dalam bidang penegakan hukum?

Pemerintah mestinya menjamin penegakan hukum yang adil. Hukum yang baik tak pernah sewenang-wenang, pilih bulu, dan partisan. Kalau sudah begitu, pemimpin tak akan disalahkan sehingga tak perlu sibuk membela diri.

Apakah pemerintah merupakan kunci untuk mengatasi kekerasan yang mengatasnamakan agama?

Saya tak merasa pemerintah menjadi kunci. Pemerintah tak akan pernah mampu menjadi pemain utama. Tapi, kalau ia bekerja, misalnya mengatasi kesenjangan ekonomi, akan berperan penting mengurangi konflik tanpa langsung menggarapnya. Pemerintah juga berperan menegakkan hukum. Pemerintah berhak memaksa warganya taat hukum, tapi tak berhak memaksa pindah keyakinan.

Jadi kunci kerukunan ada di masyarakat sendiri?

Masyarakat, keluarga, pemuka agama, dan lembaga pendidikan menjadi pemain utama untuk kerukunan dan kehidupan bersama yang indah ini. Pemerintah hanya pengawas dan penyedia fasilitas. Masyarakat menjadi penghayat, pendorong, pemelihara, dan pengembang paling efektif untuk kerukunan hidup beragama. Kalau kami mengajarkan bahwa orang itu makhluk halus yang harus dihindari, anak-anak berusaha menghindar, menakuti, bahkan membunuh. Jadi tanggung jawab pemuka agama sangat besar. Pemuka agama jangan terpukau oleh banyaknya jumlah pengikut. Pantang memanfaatkan umat untuk tujuan lain.

Bila pemuka agama memberi ajaran yang benar, toleransi bisa bersemi kembali?

Menurut saya, istilah toleransi kurang tepat. Kata toleransi berarti memikul dan merasa terpaksa. Kalau Anda memikul orang lain, suatu saat bisa mencampakkan. Ada nuansa dalam kata toleransi. Lebih ideal persaudaraan sejati. Pengamanan paling kokoh untuk umat beragama minoritas di tempat tertentu adalah menjadi tetangga yang baik. Itulah benteng yang paling kuat. Bukan polisi, melainkan persaudaraan sejati.

Bagaimana korban kekerasan agama harus bersikap?

Mereka harus sepenuh hati dan selalu sabar. Bila kekerasan dibalas dengan kekerasan, meski untuk alasan membela diri, hanya membuat lingkaran kekerasan abadi dan tak pernah terurai. Mereka juga harus jernih berpikir bahwa ini bukan akhir segalanya. Jadi jangan langsung ditunggangi perasaan dendam lalu berontak dan teriak ke mana-mana. Pahami hak dan perjuangkan ke instansi hukum. Show of -force dalam hal apa pun bukan strategi membangun situasi yang baik.

Anda sering menyebutkan pentingnya peran kelompok muda dan intelektual dalam beberapa khotbah. Apa maksudnya?

Saya percaya bahwa setiap orang di muka bumi ini dengan kehendak Allah dan misi tertentu. Arti setiap orang adalah berguna bagi orang lain. Kalau hanya mencari kepentingan diri dan orang lain remahnya, dia akan kehilangan martabatnya. Tuhan memberi kekuatan, talenta, bakat, dan kecerdasan melalui proses luar biasa. Karena itulah saya melihat pemuda dan intelektual.

-------------------------------------------------

Mgr Martinus Dogma Situmorang

Tempat, tanggal lahir: Tapanuli Utara, Sumatera Utara, 28 Maret 1947
Pendidikan: Teologi Gregorian Roma, Italia; St Louis Missouri, Amerika Serikat

Karier:
Ketua Presidium KWI, 2006-sekarang
Uskup Padang, 1983-sekarang

(http://majalah.tempointeraktif.com)

Renungan Harian : Kamis 27 Januari 2011

Renungan Harian : Kamis 27 Januari 2011
Ibr 10:19-25, Mzm 24:1-2,3-4ab,5-6, Mrk 4:21-25
(Angela Merici, Gabriel dr Bunda Berdukacita, Robertus, Alberikus & Stefanus)

"Orang membawa pelita bukan supaya ditempatkan di bawah gantang atau di bawah tempat tidur, melainkan supaya ditaruh di atas kaki dian."

BACAAN INJIL:
Lalu Yesus berkata kepada mereka: "Orang membawa pelita bukan supaya ditempatkan di bawah gantang atau di bawah tempat tidur, melainkan supaya ditaruh di atas kaki dian. Sebab tidak ada sesuatu yang tersembunyi yang tidak akan dinyatakan, dan tidak ada sesuatu yang rahasia yang tidak akan tersingkap. Barangsiapa mempunyai telinga untuk mendengar, hendaklah ia mendengar!" Lalu Ia berkata lagi: "Camkanlah apa yang kamu dengar! Ukuran yang kamu pakai untuk mengukur akan diukurkan kepadamu, dan di samping itu akan ditambah lagi kepadamu. Karena siapa yang mempunyai, kepadanya akan diberi, tetapi siapa yang tidak mempunyai, apapun juga yang ada padanya akan diambil dari padanya."
Demikianlah Injil Tuhan bagi kita hari ini.

RENUNGAN:
Kerap kita dengan bahwa iman umat katolik itu hanya seputar altar saja. Ini suatu pernyataan yang memprihatinkan dan mungkin saja banyak dihayati oleh umat katolik. Kadang juga orang mengatakan bahwa dalam hidup sekarang, umat kristiani lain, jauh lebih bersemangat dalam menyatakan imannya di hadapan banyak orang disbanding dengan umat katolik sendiri. Ini ada benarnya khususnya di daerah Sumatera Utara yang mayoritas Protestan. Dalam kegiatan kemasyarakatan, umat katolik melebur dengan sekitar, melebur dengan sesama dari Gereja lain, dan bahkan bisa dikatakan umat katolik seakan kehilangan identitas dirinya. Misalnya dalam setiap kegiatan doa kelompok yang terdiri dari Gereja-Gereja, walaupun kegiatan itu diadakan di rumah seorang Katolik, tetapi doa dan kegiatan ibadatnya selalu dengan gaya Protestan. Bahkan terkadang pastor diminta hanya untuk berkotbah saja dan seakan ‘dipaksa’ berkotbah dalam ‘dunia’ yang asing. Memang mungkin ini salah satu sikap toleransi, di mana tidak terlalu memaksakan keyakinan kepada orang lain. Namun kenyataan yang sudah sering dan lama terjadi bahwa umat katolik begitu sangat toleransi dalam hal ini sehingga akhirnya kehilangan identitas diri di hadapan banyak orang. Sering terjadi bahwa dalam ibadat bersama dalam kelompok-kelompok campuran, kita tidak tahu yang mana umat katolik, karena hampir tidak menampakkan kekatolikannya lagi.

Sehingga mungkin bisa dikatakan bahwa iman kekatolikan umat itu hanya seputar Altar saja, hanya dalam kegiatan ibadah di Gereja saja, sedangkan di luar itu, iman kekatolikannya tidak kelihatan, melebur dengan lingkungan, bahkan seringkali umat itu senditi meniru-niru kebiasaan dari Gereja lain. Ini masih sekitar identitas luar saja dan masih dalam hubungan dengan Gereja lain, belum soal penghayatan iman. Pelita iman kekatolikan ditinggalkan di dalam Gereja dan di tempat ibadah saja, sehingga iman kekatolikan itu tidak menyinari jalan hidup umat dan orang lain tidak bisa melihat pelita iman kekatolikan umat.

Memang ini hanya sebagian kecil dari makna sabda Tuhan yang kita dengar hari ini, yang mengatakan bahwa pelita harus ditempatkan di kaki dian bukan di bawah gantang. Sabda Yesus hari ini menjadi suatu tegur bagi kita semua, karena seringkali iman kita hanya kita simpan dalam hati, hanya untuk diri sendiri atau hanya sewaktu dalam kegiatan ibadah saja. Yesus mengharapkan bahwa iman kita seharusnya menjadi pelita bagi hidup kita dan juga pada akhirnya menyinari jalan hidup kita dan dunia sekitar kita. Iman itu bukan untuk disimpan tetapi untuk dihayati.

Kalau kita bertanya, mengapa kenyataannya banyak umat katolik yang demikian? Mungkin saja bahwa mereka menganggap bahwa iman yang dipeluknya kurang bernilai bagi hidupnya. Kalau sekiranya menganggap bahwa iman itu mempunyai nilai sangat tingga dan sangat berguna bagi hidupnya, tentu orang akan dengan senang hati dan dengan berkobar-kobar menyatakannya kepada orang lain, artinya akan menghayatinya dalam hidup sehari-hari sehingga orang akan melihat pelita iman itu bernyala dan menyinari dunia sekitarnya. Sehubungan dengan hal ini, mari kita ingat kata-kata Yesus yang mengatakan bahwa ukuran yang kita pakai untuk mengukur akan diukurkan kepada kita. Kalau kita mengukur atau menilai bahwa iman kekatolikan itu kurang bagi hidup kita sehingga kurang nampak dan tidak kita hanyati, maka orang lain akan mengukur pribadi dan keimanan kita seperti penilaian kita atas iman itu. Orang akan menilai hidup keimanan kita dari penghayatan iman kita sendiri. Orang tidak akan melihat dan menilai bahwa kita seorang beriman atau katolik yang baik kalau kita tidak menghayatinya sungguh-sungguh. Karena kita sendiri kurang menghargai iman kekatolikan kita, itu membuat orang lain seringkali kurang mengharhagi kebaradaan kita, sehingga dalam kegiatan Ibadan di kelompok kemasyarakatan, orang lain dengan begitu mudah memaksakan kebiasaan dari gereja mereka kepada kita ada di dalamnya dan mereka tahu bahwa iman kita berbeda dengan mereka. Namun itulah kenyataannya, itu terjadi bukan karena nilai iman kekatolikan kita kurang bernilai, tetapi karena kita sendiri yang menilai demikian lewat penghayatan kita yang tanggung-tanggung sehingga orang menilai demikian. Iman kekatolikan itu sungguh unggul, lebih unggul dari semuanya, oleh karena itu lewat penghayatan kita, maka dunia sekitar kita akan menyadari dan mengakuinya.

Oleh karena itu, semoga dengan sabda Yesus hari ini, pelita iman Kekatolikan kita hendaknya tidak kita tempatkan hanya dalam Gereja, di dalam rumah, atau hanya dalam hati saja, tetapi kita tempatkan dalam setiap sisi kehidupan kita. Ingatlah kata-kata Yesus yang mengatakan bahwa barang siapa mempunyai semangat iman lebih dari orang lain, maka kepadanya akan ditambahkan berkat, dan kekayaan iman itu. Amin.

Renungan Harian : Rabu 26 Januari 2011

Renungan Harian : Rabu 26 Januari 2011
2Tim 1:1-8 / Tit 1:1-5 Mzm 96:1-2a,2b-3,7-8a,10, Luk 10:1-9
(Timotius dan Titus)

"Tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit. Karena itu mintalah kepada Tuan yang empunya tuaian, supaya Ia mengirimkan pekerja-pekerja untuk tuaian itu.”

BACAAN INJIL:
Kemudian dari pada itu Tuhan menunjuk tujuh puluh murid yang lain, lalu mengutus mereka berdua-dua mendahului-Nya ke setiap kota dan tempat yang hendak dikunjungi-Nya. Kata-Nya kepada mereka: "Tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit. Karena itu mintalah kepada Tuan yang empunya tuaian, supaya Ia mengirimkan pekerja-pekerja untuk tuaian itu. Pergilah, sesungguhnya Aku mengutus kamu seperti anak domba ke tengah-tengah serigala. Janganlah membawa pundi-pundi atau bekal atau kasut, dan janganlah memberi salam kepada siapapun selama dalam perjalanan. Kalau kamu memasuki suatu rumah, katakanlah lebih dahulu: Damai sejahtera bagi rumah ini. Dan jikalau di situ ada orang yang layak menerima damai sejahtera, maka salammu itu akan tinggal atasnya. Tetapi jika tidak, salammu itu kembali kepadamu. Tinggallah dalam rumah itu, makan dan minumlah apa yang diberikan orang kepadamu, sebab seorang pekerja patut mendapat upahnya. Janganlah berpindah-pindah rumah. Dan jikalau kamu masuk ke dalam sebuah kota dan kamu diterima di situ, makanlah apa yang dihidangkan kepadamu, dan sembuhkanlah orang-orang sakit yang ada di situ dan katakanlah kepada mereka: Kerajaan Allah sudah dekat padamu.
Demikianlah Injil Tuhan bagi kita hari ini.

RENUNGAN:

Kerap terjadi saat periodisasi pengurus Gereja di stasi-stasi, begitu sulit memilih pengurus gereja karena umumnya semua menolak dipilih menjadi pengurus Gereja. Mungkin karena semua tahu bahwa menjadi pengurus Gereja adalah suatu pengorbanan, tidak mendatkan upah atau gaji.

Pernah juga dalam suatu lokakarya bersama antara Para Pastor Paroki dan Utusan DPPH se-KAM, ada pengurus Gereja yang mengusulkan agar para pengurus Gereja mendapat ucapan terimakasiha tau gaji bulanana. Hal ini dilontarkannya karena seringkali mengikut sulit memilih pengurus Gereja dan juga karena melihat dalam Gereja tetangga, para pengurus Gereja atau yang kerap disebut sintua, mereka mendapatkan gaji bulanan. Saat itu yang menjawab dan keberatan adalah pengurus awam sendiri yang tidak setuju akan usul itu, bahkan mengatakan bahwa kalau sekiranya pengurus gereja diberi gaji bulanan, dia sendiri itak akan mau menjadi pengurus gereja. Masih banyak orang yang mau menjadi pengurus Gereja adalah karena tugas itu adalah panggilan, pelayanan dan pengorbanan, bukan karena mendapat upah dan inilah kehormatan dan kebanggan mejadi pengurus Gereja Katolik. Syukur kepada Tuhan bahwa ditengah kesulitan mencari orang untuk menjadi pengurus Gereja, masih ada kesadaran yang mendalam dalam tugas sebagai pengurus Gereja, meskipun mungkin tidak semua pengurus Gereja menyadari dan menghayati hal ini.

Aktif dalam karya pelayanan dalam Gereja bukanlah hal yang mudah dan sepertinya kurang menarik bagi dunia sekarang ini. Sehingga jangankan untuk mencari panggilan imam, menjadi pengurus Gereja saja begitu sulit. Hal ini bisa terjadi karena memang semuanya itu adalah panggilan, pelayanan, pengorbanan dan juga karena tantangan pada masa sekarang ini, orang sudah kurang melihat pentingnya agama, iman dan peran Allah. Bisa dikatakan juga karena orang sudah kurang peduli dengan iman, dan kurang percaya dengan Tuhan. Keadaan ini menambah beban dan kesulitan untuk menjadi pekerja di ladang anggur Tuhan. Sehubungan dengan tantangan ini, Yesus sendiri sudah menubuatkannya sejak awal karena Dia sendiri mengatakan bahwa orang yang bekerja di ladang anggur Tuhan adalah berarti diutus ke tengah-tengah serigala kehidupan ini yang justru lebih buas daripada serigala hutan. Kata orang, serigala tidak akan memakan anaknya, tapi serigala kehidupan ini, tidak perduli siapa yang dimakan.

Namun walaupun demikian, kita bisa berbangga dan bersyukur bahwa walaupun Gereja mendapat tantangan dari dunia, tetapi Gereja khususnya Katolik tetap bertahan dan bahkan bisa dikatakan perkembangannya sungguh memuaskan, demikian juga panggilan khusus untuk bekerja di ladang Anggur Tuhan tetapi banyak, walaupun tidak sebanding dengan luasnya ladang anggur yang harus dituai. Pertambahan umat katolik tidak sebanding dengan pertambahan panggilan menjadi imam. Ini semua bisa terjadi karena Yesus sendiri sebagai kepala Gereja, senantiasa menjamin kehidupan Gereja dengan melimpahkan rahmat dan berkat-Nya.

Namun walaupun demikian, lewat Injil hari ini, kita diingatkan akan tugas dan peran kita semua untuk memperhatikan pewartaan Kerajaan Allah. Kita semua diutus oleh Yesus untuk menjadi pekerjaan di ladang anggur-Nya. Hendaknya kita ambil bagian dalam tugas dan peran ini sesuai dengan apa yang kita miliki dan di manapun kita berada.

Kita semua juga bertanggungjawab atas panggilan menjadi imam dan juga pengurus Gereja. Tetapi seringkali kita berdoa demikian, “Ada umat yg berdoa demikian, "Tuhan semoga banyak orang yang mau bekerja di ladang anggur-Mu dengan jadi pengurus Gereja dan jadi imam, tapi bukan saya dan juga bukan anak saya, orang lain saja dan anak orang lain saja."

Juga bisa dikatakan bahwa tugas dan tanggungjawab memelihara panggilan imam itu saat ini menjadi sangat sulit, mengingat banyak keluarga anaknya hanya 1 atau 2 orang saja. Karena sangat kecil kemungkinan orang tua mengijinkan anaknya menjadi imam, bila anaknya hanya 1 atau 2 orang saja. Ini hal yang sangat jarang terjadi. Mungkin dapat kita katakan bahwa hampir tidak ada keluarga (suami-istri) yang merencanakan atau mengharapkan anak lebih dari 1 orang, karena berencana untuk dipersembahkan menjadi imam atau suster.

Kita semua sadar bahwa Gereja kita membutuhkan imam, tetapi kita tidak mau tau, tidak memikirkan dan tidak ikut bertanggungjawab atas panggilan itu.

Nah semoga lewat Injil hari ini, kita disadarkan bahwa kita semua dipanggil dan ditugaskan oleh Yesus untuk bekerja di ladang anggur-Nya. Juga kita semua bertanggungjawab atas panggilan imam secara khusus dan penggilan para pengurus Gereja untuk berkerja di ladang anggur Tuhan. Amin.

FACEBOOKER SEDANG MENCARI KRISTUS, kata PAUS BENEDIKTUS XVI

FACEBOOKER SEDANG MENCARI KRISTUS, kata PAUS BENEDIKTUS XVI

Mendesak orang-orang Kristen untuk bergabung di Era Digital.

Popularitas situs internet jejaring sosial mencerminkan keinginan manusia untuk membangun persahabatan dan pemaknaan, yang merupakan keinginan yang sepenuhnya untuk menemukan kebenaran Kristus, kata Benediktus XVI.

Paus melakukan observasi ini dalam pesan yang dirilis hari ini untuk memperingati hari Komunikasi Sosial Sedunia yang ke-45, yang akan diperingati pada tanggal 5 Juni yang akan datang. Hari ini adalah pesta Santo Fransiskus dari Sales, pelindung para komunikator.

Sejalan dengan pesan dari beberapa tahun terakhir, Bapa Suci menekankan pengembangan komunikasi sebagai sesuatu yang positif, dan ia mendesak orang Kristen "untuk bergabung dalam jaringan sosial di era digital yang telah menciptakan banyak kemungkinan."

Bapa Suci merefleksikan bahwa semakin banyak, munculnya komunikasi internet dibandingkan dengan Revolusi Industri, mencatat bahwa "perubahan radikal yang terjadi dalam komunikasi adalah membimbing perkembangan budaya dan sosial yang signifikan."

"Teknologi baru ini tidak hanya mengubah cara kita berkomunikasi, tetapi komunikasi itu sendiri, begitu banyak sehingga dapat dikatakan bahwa kita hidup melalui periode transformasi budaya yang luas," kata Paus. "Ini berarti bahwa menyebarkan informasi dan pengetahuan adalah melahirkan cara baru untuk belajar dan berpikir, dengan peluang yang lebih besar yang belum pernah terjadi sebelumnya untuk membangun hubungan dan persahabatan."

Paus menekankan bahwa ini adalah cakrawala baru dalam era ini yang "tak terbayangkan."

Alat-alat ini "menguasai pikiran kita," katanya, tetapi juga, "segera menuntut refleksi yang serius pada pentingnya komunikasi dalam era digital seperti sekarang ini.

"Seperti halnya dengan "setiap buah lain dari kecerdikan manusia," Benediktus XVI menegaskan, "teknologi komunikasi baru harus ditempatkan pada pelayanan yang baik, yang terpisahkan dari individu dan seluruh umat manusia."
Paus melanjutkan dengan merefleksikan perbedaan yang sangat tipis antara produsen dan konsumen informasi.

Ia mengatakan bahwa perkembangan ini telah menyebabkan "apresiasi baru bagi komunikasi itu sendiri," dan walaupun "batas khas komunikasi digital" masih tetap terlihat: "satu-keberpihakan dari interaksi, kecenderungan untuk berkomunikasi hanyalah menjadi beberapa bagian dari dunia interior seseorang, resiko membangun citra palsu diri sendiri, yang dapat menjadi suatu bentuk pemanjaan diri."

Dia menyebutkan risiko tertentu bagi kaum muda: "Keterlibatan mereka semakin besar di forum digital secara publik, yang diciptakan oleh jaringan sosial yang disebut, membantu untuk membangun bentuk-bentuk baru hubungan inter-personal, mempengaruhi kesadaran diri dan karena itu pasti tidak hanya menimbulkan pertanyaan tentang bagaimana bertindak dengan benar, tetapi juga tentang keaslian diri sendiri.”

Memasuki dunia maya, seseorang dapat menjadi tanda pencarian keotentikan diri dan bertemu dengan pribadi orang lain. Dalam pencarian untuk berbagi, untuk 'teman,' ada tantangan untuk menjadi otentik dan setia, dan tidak menyerah pada ilusi membangun sebuah profil publik buatan untuk diri sendiri.

Kehadiran yang hampa

Teknologi membuka dunia baru yang penuh potensi persahabatan. Bapa Suci mengakui itu, tetapi ada pertanyaan untuk direnungkan:
• Siapakah 'tetangga' saya di dunia baru?
• Apakah ada bahaya bahwa kita mungkin kurang hadir untuk mereka yang kita temui dalam kehidupan sehari-hari kita?
• Apakah ada risiko menjadi lebih terganggu karena perhatian kita terpecah-pecah dan diserap di dunia 'lain' daripada dunia yang di mana kita hidup?
• Apakah kita punya waktu untuk merefleksikan secara kritis pada pilihan kita dan untuk membina hubungan manusia yang benar-benar mendalam dan abadi?"

"Ini penting untuk selalu diingat bahwa kontak virtual tidak bisa dan tidak boleh mengambil tempat dari kontak langsung antar manusia dengan orang-orang di setiap tingkat hidup kita, "Paus mengingatkan.

Menjadi seorang Saksi

Paus Benediktus XVI lebih lanjut mencatat bahwa dalam era digital, ada sebuah cara orang Kristen menyatakan kehadirannya."

"Paus menjelaskan bahwa ini adalah kesempatan untuk mengambil sebuah bentuk komunikasi yang jujur dan terbuka, bertanggung jawab dan menghormati orang lain. Untuk memberitakan Injil melalui media baru berarti bukan hanya untuk menyisipkan secara jelas isi iman ke dalam sarana media yang berbeda, tetapi juga menjadi saksi yang konsisten.

"Dalam dunia digital juga, Paus mengatakan," pesan tidak dapat dinyatakan tanpa saksi yang konsisten dalam hal menyatakan sesuatu"

"Dalam keadaan baru dan dengan bentuk-bentuk baru dari ekspresi, orang Kristen sekali lagi dipanggil untuk memberikan tanggapan kepada siapa saja yang meminta penjelasan dan alasan tentang pengharapan yang ada di dalamnya, "tambahnya.

Mewartakan Kebenaran

Uskup Roma (Paus) menambahkan bahwa menjadi saksi Injil berarti menantang status quo Internet.

"Pertama-tama," katanya, "kita harus menyadari bahwa kebenaran yang kita ingin bagi tidak hanya berasal dari 'popularitas' atau dari jumlah perhatian yang diterima. Kita harus membuatnya dikenal dalam satu kesatuan, .. bukannya berusaha untuk membuatnya diterima saja melainkan harus menjadi makanan sehari-hari dan bukan hanya memiliki daya tarik sekilas. Kebenaran Injili bukanlah sesuatu untuk dikonsumsi atau digunakan secara dangkal, melainkan merupakan hadiah yang membutuhkan jawaban bebas."

Jadi, Paus mengatakan, bahkan menegaskan di internet, bahwa "Injil harus menjadi bagian dari hidup manusia dan menjelma dalam dunia nyata, dan terkait dengan wajah-wajah nyata dari saudara-saudara kita, orang-orang dengan siapa kita berbagi kehidupan kita sehari-hari. Hubungan langsung manusia selalu tetap fundamental untuk transformasi iman!"

"Dalam analisis akhir," ia menambahkan, "kebenaran Kristus adalah respon penuh dan otentik dengan keinginan manusia untuk berhubungan, bersekutu dan ini harus mendapatkan maknanya dalam popularitas jaringan sosial dewasa ini. Orang beriman yang memberi kesaksian yang paling mendalam sangat membantu mencegah penggunaan alat dari hanya sekedar menjadi instrumen yang dipersonalisasikan orang, upaya untuk memanipulasi mereka secara emosional atau memungkinkan mereka yang kuat untuk memonopoli pendapat orang lain.

"Sebaliknya, orang beriman harus mendorong setiap orang untuk tetap menjaga dan menjawab pertanyaan mendasar manusia, yakni perjuangan untuk mencapai transendensi dan kerinduan manusia untuk mendapatkan bentuk otentik dari kehidupan.

Salam seorang sahabat untuk para sahabat,

Terjemahan bebas Romo Inno
disadur dari Facebook:Mepertanggung-jawabkan Iman Katolik

Menteri Agama gagal jamin kebebasan beragama

Menteri Agama gagal jamin kebebasan beragama

Kelompok hak asasi manusia Indonesia menilai Menteri Agama Suryadharma Ali telah gagal menjamin kebebasan beragama dan pluralisme di negeri ini, dan karena itu harus segera diganti.
“Kami meminta Presiden Susilo Bambang Yudhoyono untuk mengganti menteri agama karena ia tidak menghargai pluralisme,” kata Hendardi, direktur eksekutif Setara Institute for Democracy and Peace, dalam jumpa pers kemarin di Jakarta.

Menurut Setara, terjadi 216 kasus pelanggaran kebebasan beragama atau penganiayaan pada tahun 2010.

Menurut para aktivis HAM menteri Suryadharma, yang juga ketua umum Partai Persatuan Pembangunan (PPP), telah mencampuradukan urusan politik dengan kedudukannya sebagai menteri.

“Seorang menteri harus independen dan tugasnya harus untuk semua kelompok,” kata Hendardi. Kritikan ini juga terkait pemberikan penghargaan oleh menteri agama kepada pemerintah daerah yang telah memberlakukan hukum agama tertentu di wilayah kerja mereka.
Hasil temuan Setara diketahui bahwa sebagian besar kekerasan dan penganiayaan dilakukan terhadap orang-orang Kristen, dan kebanyakan adalah serangan dan penutupan tempat ibadat dan pelarangan untuk beribadat.

Theophilus Bela juga sependapat dan mendukung agar menteri agama di-reshuffle.
“Saya juga mendesak agar menteri agama diganti karena ia kelihatannya menyuarakan dukungan terhadap kelompok radikal ketika terjadi penyerangan terhadap tempat-tempat ibadat,” kata sekretaris jenderal Indonesian Committee on Religions for Peace (IComRP) ini.

Sumber: UCA News
Konradus Epa, Jakarta, Tanggal publikasi: 25 Januari 2011

Renungan Harian : 25 Januari 2011 (Penutupan Pekan Doa Sedunia)

Renungan Harian : 25 Januari 2011 (Penutupan Pekan Doa Sedunia)
Kis 22:3-16 / Kis 9:1-22, Mzm 117:12, Mrk 16:15-18
(Pesta Bertobatnya St. Paulus Rasul)

"Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk."

BACAAN INJIL:
Lalu Ia berkata kepada mereka: "Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk. Siapa yang percaya dan dibaptis akan diselamatkan, tetapi siapa yang tidak percaya akan dihukum. Tanda-tanda ini akan menyertai orang-orang yang percaya: mereka akan mengusir setan-setan demi nama-Ku, mereka akan berbicara dalam bahasa-bahasa yang baru bagi mereka, mereka akan memegang ular, dan sekalipun mereka minum racun maut, mereka tidak akan mendapat celaka; mereka akan meletakkan tangannya atas orang sakit, dan orang itu akan sembuh."
Demikianlah Injil Tuhan bagi kita hari ini.

RENUNGAN:

Pertobatan Rasul Paulus merupakan kisah pertobatan yang sangat luar biasa. Kita tahu sendiri bagaimana hidupnya sebelum menjadi murid Yesus, dia orang yang sangat anti Kristus dan bahwa begitu bersemangat untuk menangkap, menganiaya dan membunuh para pengikut Kristus. Sebelum ditangkap oleh Yesus, baginya menangkap, menganiaya dan membunuh para pengikut Kristus seakan menjadi suatu kesenangan pribadi dan dianggap bukan perbuatan yang salah atau dosa. Namun pada akhirnya, Yesus menangkap dia justru dalam perjalanan untuk mencari, menangkap dan menganiaya para pengikut Kristus. Dia disapa, ditangkap oleh Yesus ketika dia masih hidup dalam kedosaannya. Inilah kisah pertobatan yang luar biasa. Paulus sendiri mengakui bahwa dirinyalah yang paling hina dari semua para rasul, karena dia punya masa lalu yang kelam, seorang pembunuh orang-orang Kristiani tetapi akhirnya justru menjadi peyayang Kristus dan bahkan menjadi pembela Kristus yang sangat unggul. Dia yang dulunya menjadi alat anti Kristus, tetapi setelah disapa oleh Yesus justru menjadi alat Tuhan untuk mewartakan Yesus Kristus (Kor15:9-10). Paulus kemudian tampil sebagai seorang Rasul yang besar pengaruhnya di kalangan bangsa kafir.

Memang hampir tidka pernah orang yang mempunyai pengalaman pertobatan seperti Paulus. Mungkin kita juga tidak melakukan dosa seperti Paulus sebelum bertobat. Namun bukan berarti bahwa kita tidak membutuhkan pertobatan, bukan berarti kita tidak pernah melakukan dosa. Kitapun membutuhkan pertobatan, tetapi janganlah kiranya mengharapkan teguran Tuhan baru kita mau bertobat. Kita semua butuh pertobatan, karena kita tentunya melakukan dosa dan tidak setia mengasihi Yesus. Kita semua sudah beroleh baptisan, tetapi tidak hidup sesuai dengan baptisan yang telah kita terima. Kita sering menganggap bahwa baptisan yang kita terima, sudah cukup untuk diselamatkan. Itu tidaklah cukup. Baptisan yang kita terima hendaknya juga nyata dalam kesetiaan mengasihi Yesus dan pada akhirnya juga menjalankan perutusan untuk mewartakan Injil. Ketika kita tidak setia mengasihi Yesus, dan tidak berusaha hidup seperti yang dikehendakinya, serta tidak menjalankan tugas perutusan untuk mewartakan Injil, saat itu pula kita membutuhkan pertobatan. Menjalangkan tugas perutusan mewartakan Injil adalah menjadi bukti konkrit kasih kita kepada Yesus, tentu juga dengan hidup menjadi murid sejati Yesus Kristus.

Pada pesta pertobatannya ini, patutlah kita merenungkan kasih kita kepada Yesus dan sudah sejauh mana kita menjalankan tugas perutusan untuk mewartakan Injil dalam hidup setiap hari . Kita juga patut mendoakan orang yang belum mengenal Yesus dan Injil-Nya agar mereka pun beroleh keselamatan dalam Kristus Yesus serta kemuliaan kekal. Amin.

Renungan Harian : Senin 24 Januari 2011 (Hari ke-7 Pekan Doa Sedunia)

Renungan Harian : Senin 24 Januari 2011 (Hari ke-7 Pekan Doa Sedunia)
Ibr 9:15,24-28, Mzm 98:1,2-3ab,3cd-4,5-6, Mrk 3:22-30
(Fransiskus dr Sales)

“Tetapi apabila seorang menghujat Roh Kudus, ia tidak mendapat ampun selama-lamanya, melainkan bersalah karena berbuat dosa kekal."

BACAAN INJIL:
Dan ahli-ahli Taurat yang datang dari Yerusalem berkata: "Ia kerasukan Beelzebul," dan: "Dengan penghulu setan Ia mengusir setan." Yesus memanggil mereka, lalu berkata kepada mereka dalam perumpamaan: "Bagaimana Iblis dapat mengusir Iblis? Kalau suatu kerajaan terpecah-pecah, kerajaan itu tidak dapat bertahan, dan jika suatu rumah tangga terpecah-pecah, rumah tangga itu tidak dapat bertahan. Demikianlah juga kalau Iblis berontak melawan dirinya sendiri dan kalau ia terbagi-bagi, ia tidak dapat bertahan, melainkan sudahlah tiba kesudahannya. Tetapi tidak seorangpun dapat memasuki rumah seorang yang kuat untuk merampas harta bendanya apabila tidak diikatnya dahulu orang kuat itu. Sesudah itu barulah dapat ia merampok rumah itu. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya semua dosa dan hujat anak-anak manusia akan diampuni, ya, semua hujat yang mereka ucapkan. Tetapi apabila seorang menghujat Roh Kudus, ia tidak mendapat ampun selama-lamanya, melainkan bersalah karena berbuat dosa kekal." Ia berkata demikian karena mereka katakan bahwa Ia kerasukan roh jahat.
Demikianlah Injil Tuhan bagi kita hari ini.
RENUNGAN:
Di Sumatera Utara beberapa kali terjadi penganiayaan bahkan pembunuhan yang dilakukan massa atas seseorang atau satu keluarga karena dituduh memelihara begu ganjang (hantu panjang). Seringkali karena mengalami peristiwa aneh atau penyakit aneh di tempat itu, dan melihat ada orang yang perilakunya lain dari kebiasaan masyarakat, penyakit aneh itu langsung dianggap karena begu ganjang dan tuduhan sebagai pemilik begu ganjang itu langsung dijatuhkan pada orang yang perilakunya dianggap lain dari kebiasaan masyarakat. Kadang juga karena melihat seseorang yang ekonominya seakan begitu lancer dan seakan mendadak kaya raya. Hal inipun kadang dicurigai karena memelihara begu ganjang. Padalah dalam semua kasus, biasanya tidak bisa dibuktikan. Kadang bisa saja terjadi, issu dan tuduhan pemelihara begu ganjang itu ditiupkan seseorang karena kecemburuan, iri hati dan persoalan pribadi dengan orang tertentu. Umumnya bila seseorang dituduh dan dicurigai memelihara begu ganjang, orang itu akan dikucilkan dari masyarakat dan bahkan bisa dianiaya dan dibunuh rame-rame. Masyarakat seakan tidak merasa bersalah membunuh orang yang demikian. Issu begu ganjang ini seringkali menjadi cara yang paling jitu untuk menyingkirkan lawan atau orang yang tidak disukai.

Dengan melihat gambaran di atas, kita bisa bayangkan bagaimana nasib Yesus akibat tuduhan orang-orang Parisi atas Yesus yang mengatakan bahwa Yesus kerasukan Beelzebul dan: bersekutu dengan penghulu setan saat mengusir setan. Dengan tuduhan ini, berarti menuduh Yesus adalah anggota dan penganut setan. Seperti gambaran yang di atas, orang parisi yang menghembuskan tuduhan ini beraharap agar massa saat itu mengucilkan dan bahkan membunuh Yesus secara beramai-ramai. Namun kelicikan mereka dikalahkan oleh jawaban Yesus yang sungguh luar biasa logis, membuat mereka terdiam.

Apa yang dilakukan oleh orang-orang Parisi sungguh kejam dan keji. Orang-orang parisi bukan hanya menolak Yesus adalah Mesias, bukan hanya menolak kata dan pengajaran Yesus, tetapi malah menuduh Yesus penganut setan. Atas tuduhan itu, Yesus tentu marah sehingga Yesus mengatakan bahwa mereka itu bukan hanya melakukan dosa karenya menyangkal Yesus adalah mesias, tetapi juga melakukan dosa menentang Roh Kudus, dosa yang tidak terampuni. Yesus mengatakan demikian karena hati mereka sungguh degil, karena mereka menolak Roh Allah yang berkarya atas hidup dan merasa bahwa mereka dapat selamat dengan jalan pikiran dan lewat aturan mereka sendiri, seakan merekalah yang menentukan seseorang itu diselamatkan atau tidak.

Sehubungan dengan dosa menghujat Roh Kudus, kita cob abaca dari kutipan yang kami ambil dari http://katolisitas.org/ :

“Di dalam Katekismus Gereja Katolik 1864 dikatakan “Tetapi apabila seorang menghujat Roh Kudus”, ia tidak mendapat ampun selama-lamanya, tetapi bersalah karena berbuat dosa kekal” (Mrk 3:29). Kerahiman Allah tidak mengenal batas; tetapi siapa yang dengan sengaja tidak bersedia menerima kerahiman Allah melalui penyesalan, ia menolak pengampunan dosa-dosanya dan keselamatan yang ditawarkan oleh Roh Kudus. Ketegaran hati semacam itu dapat menyebabkan sikap yang tidak bersedia bertobat sampai pada saat kematian dan dapat menyebabkan kemusnahan abadi.

2) Jadi secara prinsip dosa adalah suatu kesalahan yang membuat manusia membelok dari tujuan akhir, yaitu persatuan dengan Tuhan. Semakin parah suatu dosa, maka pembelokannya terhadap tujuan akhir akan semakin besar. Dan dosa menghujat Roh Kudus, adalah suatu pembelokan yang benar-benar bertentangan dengan tujuan akhir. Hal ini dapat juga dimanifestasikan dengan keputusasaan dan tidak mempunyai sikap untuk sampai pada tujuan akhir.

3) Perwujudan dari dosa ini adalah keputusasaan (despair) dan juga anggapan yang salah (presumption). Dua hal ini adalah akibat dari kesalahan menilai hakekat Allah. Keputusasaan melawan kebijaksanaan ilahi harapan (hope), dimana harapan ini diperlukan untuk percaya akan janji Allah tentang kehidupan kekal di surga. Keputusasaan sebenarnya memberikan tuduhan yang tidak benar akan Allah yang sebenarnya maha pengampun dan maha kasih. Dengan demikian seseorang yang berputus asa akan menganggap dosanya lebih besar dari kasih Allah. Oleh karena itu, orang ini dapat melakukan apa saja yang melawan Allah, dengan anggapan bahwa dia tidak mungkin mendapatkan kasih Allah.

Di sisi yang lain, anggapan yang salah/asumsi (presumption) adalah dosa yang melawan Roh Kudus, yang berlawanan dengan dosa keputusasaan. Presumption percaya akan janji Allah tentang Surga, namun menyalahi Allah yang sebenarnya Maha Adil, sehingga orang ini berfikir dapat mencapai surga dengan caranya sendiri. Oleh karena itu, orang ini menempatkan anggapan sendiri lebih tinggi dari pada hukum Tuhan. Dia juga berfikir bahwa dia dapat terlepas dari hukuman Tuhan walaupun dia berdosa. Oleh karena itu, pertobatan yang membawa kepada kebahagian kekal, menjadi suatu yang sulit sekali dilakukan. Dan akhirnya orang ini juga dapat terjebak untuk tidak mengakui adanya hukum moral dan kebenaran yang bersumber dari Tuhan. Oleh karena itu orang ini sulit diselamatkan, karena menolak kebenaran berarti menolak Tuhan, sumber dari kebenaran atau kebenaran itu sendiri. …” (penjelasan lebih lanjut tentang hal ini, seilahkan baca di sini Dosa menghujat Roh Kudus – dosa yang tak terampuni

Pada akhir penjelasan itu dikatakan bahwa , “kalau seseorang menolak Roh Kudus, berarti ia menolak kebenaran dan menolak kasih Allah, serta menolak pengampunan dari Allah, maka tidak mungkin diampuni baik di kehidupan sekarang maupun yang akan datang.”

Dari Injil hari ini, kita dapat mengambil suatu kesimpulan dan permenungan, kita diajak untuk selalu waspada agar kita tidak jatuh pada dosa yang tidak terampuni. Untuk itu, mari kita percaya dan menerima Yesus adalah Tuhan kita, mari kita mengakui, percaya akan Roh Allah yang bekerja dalam hidup kita, dalam diri kita dan juga dalam diri sesama kita. Semuanya itu kita nyatakan dalam pertobatan hidup, bukan malah menolak Yesus, karya Allah yang berkerja lewat sesama kita. Untuk itu, kita hidup dalam perbuatan-perbuatan baik dan senantiasa hidup dalam cinta kasih. Amin.

 
Maka hendaklah sekarang ini kelebihan kamu mencukupkan kekurangan mereka, agar kelebihan mereka kemudian mencukupkan kekurangan kamu, supaya ada keseimbangan! (2Kor 8:14)