Pembangunan Gereja Paroki Tigalingga

Pembangunan Gereja Paroki sedang berlangsung. Kami sangat mengarapkan uluran kasih para Saudara untuk membantu.

Gotong Royong Pembangunan Gereja

Tidak ada kata yang bisa melukiskan pengalaman indah pada waktu gotong royong pengecoran lantai 2 bangunan Gereja selain, suatu keyakinan bahwa semuanya dapat terlaksana adalah karena MUKJIJZAT ALLAH BEKERJA.

Pengecoran Lantai Panti Imam Gereja

Pengecoran Lantai 2 bangunan Gereja ini dilakukan pada hari Selasa, 30 Agustus 2011 yang lalu. Luas yang dicor adalah 19 m x 24 m. Hujan yang mengguyur tidak menyurutkan semangat umat.

Kerjasama Imam dan Umat

Uskup emeritus KAM, Mgr. A.G.Pius Datubara OFM.Cap, datang berkunjung ke Paroki dan memberi semangat pada umat dalam pembangunan Gereja Paroki. Para pastor juga ikut berkerja bersama umat dalam pembangunan Gereja.

Misa Tridentin: Warisan Liturgi Yang Dipertahankan

HIDUPKATOLIK.com - Paus Benediktus XVI mengeluarkan Surat Apostolik Summorum Pontificum yang menjamin penggunaan Misa Tridentin...

Pembinaan Para Pengurus Gereja

Tidak sedikit umat katolik yang kerap menganggap bahwa Liturgi adalah sekedar perayaan wajib biasa yang dilaksanakan pada hari minggu.

Pertemuan Ibu-Ibu dan Pesta Pelindung Paroki

Pertemuan para ibu se-paroki telah terlaksana pada hari Kamis-Sabtu, 15 s/d 16 Juli 2011. Pertemuan ini mengundang semua ibu katolik yang ada di paroki untuk hadir dalam pertemuan/pembinaan para ibu katolik dan juga segaligus menjalin kebersamaan para ibu. Penutupan pertemuan sikaligus Pesta Pelindung Paroki.

Pembinaan Asmika se-Paroki

Biarkanlah anak-anak datang kepada-Ku; inilah yang menjadi tema dari pertemuan dan pembinaan minggu gembira yang telah berlangsung dengan sangat baik.

Mudika Ambil bagian dalam pembangunan Gereja Paroki

Mudika paroki tidak mau berpangku tangan melihat pembangunan Gereja paroki. Para mudika juga ambil bagian dengan mengumpulkan kerikil di sungai.

Pengecoran Lantai Balkon Gereja (Bagian 1)

Umat dari lingkungan paroki dan juga dari beberapa stasi kembali bekerja sama dengan bergotong royong membangun gereja paroki. Untuk kali ini, umat bergotong royong men-cor lantai balkon bangunan Gereja.

Pengecoran Lantai Balkon Gereja (Bagian 2)

Allah peduli. Karena kepedulian Allah atas pembangunan rumah-Nya ini, maka kami kamipun peduli dan bisa melanjutkan pembangunanini. Kepedulian Allah kami rasakan juga lewat kepedulian para Saudara.

Pengecoran Lantai Balkon Gereja (Bagian 3)

Mari kita memuliakan Tuhan, tidak hanya dengan kata2 indah, tetapi dengan perbuatan nyata dengan rela berkorban.

Pertemuan akhir Tahun 2011 Pengurus Gereja se-Paroki

Para pengurus Gereja adalah ‘ujung tombak’ Gereja khususnya di stasi-stasi. Peran para pengurus Gereja ini sangat sentral dalam kehidupan Gereja di stasi-stasi.

Gua Maria dan Menyambut Hari Raya Natal

Persiapan menyambut hari Raya Natal 25 Desember 2011.

Rahmat dan Perlindungan Tuhan

Pastor Anton Manik O.Carm selamat dari kecelakaan mobil masuk jurang.

Rekoleksi dan Aksi Panggilan

Biarkanlah anak-anak datang kepada-Ku.

Pesan Prapaskah Kepausan 2012

"Kita Tidak Boleh Diam Saja terhadap Kejahatan" "Marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih dan dalam pekerjaan baik" (Ibr. 10:24).

Pembangunan Gereja Santo Petrus Stasi Rante Besi

Dalam kemiskinan, kesederhanaan, umat membangunan Gereja. Meraka tidak memiliki uang, tetapi mereka memiliki harapan dan iman pada Tuhan.

Misa Perdana Pastor Andreas Korsini Lamtarida Simbolong O.Carm

Puji Syukur pada Tuhan, karena berkat-Nya, misa Perdana Pastor Andreas Lamtarida Simbolon O.Carm bersama 4 Pastor Karmel yang baru ditahbiskan, dapat terlaksana dengan baik pada hari Rabu 31 Oktober 2012 di Stasi Gundaling 1, paroki Maria dari gunung Karmel Tigalingga.

Bakti Sosial : Pengobatan Gratis

Dalam Rangka Menyongsong Jubileum Gereja Katolik di Dairi dan Pakpak Bharat, diadakan bakti Sosial Pengobatan Gratis di Paroki Maria dari Gunung Karmel Tigalingga, pada 9 Desember 2012 yg lalu. Puji syukur pada Tuhan, kegiatan ini berlangsung dengan sangat memuaskan.

Mari Berbagi Berkat Tuhan

 photo UskupEmeritusKAMMgrPiusDautabra.jpg Photobucket

MENDAMBAKAN BERKAT TUHAN

SYALOM...SELAMAT DATANG.
"Maka hendaklah sekarang ini kelebihan kamu mencukupkan kekurangan mereka, agar kelebihan mereka kemudian mencukupkan kekurangan kamu, supaya ada keseimbangan."(2Kor 8:14)
"Muliakanlah Tuhan dengan hartamu dan dengan hasil pertama dari segala penghasilanmu." (Amsal 3:9)
"Janganlah menahan kebaikan dari pada orang-orang yang berhak menerimanya, padahal engkau mampu melakukannya." (Amsal 3:27)
"Barangsiapa mempunyai harta duniawi dan melihat saudaranya menderita kekurangan tetapi menutup pintu hatinya terhadap saudaranya itu, bagaimanakah kasih Allah dapat tetap di dalam dirinya?" (1 Yohanes 3:17)
Saya Pastor Paroki Maria dari Gunung Karmel Tigalingga, atas nama Panitia Pembangunan dan semua umat, memohon bantuan uluran kasih/dana untuk pembangunan Gereja Paroki. Kami sangat membutuhkan berkat Tuhan lewat uluran tangan dari para donatur.
Kami berharap dan berdoa Para Saudara berkenan berbagi berkat Tuhan kepada kami untuk pembangunan Gereja ini yang adalah rumah Tuhan sendiri.
BRI 5379 Unit Tigalingga Sidikalang
No. Rekening : 5379-01-000112-50-8
Nama : PANITIA PEMBANGUNAN GEREJA KATOLIK.
ATAU
BCA KCU MEDAN
NO.0222053453.
Atas Nama : ADYTIA PERMANA P.
(Adytia Permana P. adalah Romo Adytia Permana Perangin-angin O.Carm. Beliau dulu bertugas di Paroki Tigalingga, juga mengawali pembangunan ini, namun sekarang beliau bertugas di Keuskupan Agung Medan sebagai ekonom.Beliau kami minta buka rekening di BCA khusus untuk pembangunan ini, karena di daerah kami tidak ada BCA.)
Kami sangat senang bila sudah mentransfer persembahan, bapak/ibu/saudara/saudari memberitahukan ke kami melalui:
E mail ke :.
parokimariagk3lingga@yahoo.com
atau di SMS ke:.
Romo Anton Manik O.Carm : 081370836645
Romo Willy O.Carm : 081333837433
Untuk lebih jelasnya permohnan kami ini, Para Saudara dapat melihatnya di sini.... Sehubungan dengan Gambar pembangunan dapat melihatnya di sini....
Demikian kiranya Permohonan ini kami sampaikan. Atas dukungan, doa dan bantuan Bapak, Ibu dan Para Saudara-Saudari, kami mengucapkan banyak terima kasih.Berkat Tuhan senantiasa menyertai kita semua. Amin.
HORMAT KAMI:
Pastor Antonius Manik O.Carm

VARIA PAROKI

REKOLEKSI DAN AKSI PANGGILAN TELAH TERLAKSANA DENGAN SANGAT BAIK ;"> "APA YANG KAMU CARI?" (Yoh 1:38).
Puji syukur pada Tuhan, karena Rekoleksi dan Aksi panggilan untuk siswa-siswi Katolik Usia SMP dan SMA se-paroki Tigalingga sudah terlaksana dengan sangat baik. Kegiatan ini dihadiri hampir 400 orang anak. Semuanya dapat terlaksana hanya karena berkat Tuhan. Terimakasih juga kami sampaikan kepada semua Saudara yang telah mendukung dan mendoakan kegaitan kami ini. Kegiatan ini dilaksanakan hanya dengan menggunakan dana partisipasi peserta dan swadaya paroki, karena tidak mendapatkan bantuan dari donatur manapun, namun karena berkat Tuhan dan doa para Saudara, semuanya dapat berjalan dengan sangat baik. Semoga dari antara anak-anak ini, kelak ada yang menjadi Imam dan biarawan-biarawati.
Photobucket
Tuhan memberkati kita.
Kegembiraan dan Persaudaraan
Photobucket
Hari Ulang tahun Romo Anton M.Carm yang seharusnya tanggal 15 Januari 2010, baru dirayakan hari Minggu Minggu 16 Januari 2011 lalu, bersama Romo-romo Karmel se-Dairi, bersama beberapa umat Paroki Tigalingga di Aula Paroki Tigalingga. Pada kesempatan itu, Rm. Bernad O.Carm, pastor paroki Sidikalang memberi kado ulang tahun yakni 20 sak semen untuk pembangunan Gereja dan Rm. Anton sendiri menyumbangkan semua hadiah ultah untuk pembangunan Gereja. Saat itu, hadiah uang yang diperoleh sebanyak Rp. 1.100.000,-. Lumayanlah untuk tambahan dana pembangunan Gereja. Trimakasih buat semuanya.
Saldo Pesta Pelantikan Pengurus Gereja dan Penerimaan Sakramen Krisma, 6-7 Nop. 2010.
Pada hari Kamis 18 Nopember 2010 telah diadakan Evaluasi dan pembubaran Panitia. Saldo dari kegiatan tersebut adalah Rp. 22.320.500 Acara ini dapat berjalan dengan baik karena partisipasi semua umat. Dana juga bisa Saldo karena umat menyumbangkan hasil-hasil pertanian mereka dengan harapan ada Saldo untuk pembangunan Gereja Paroki.Jadi selain dana partisipasi dari umat, juga umat menyumbangkan hasil pertanian yang dibutuhkan untuk mengurangi dana konsumsi. Syukur pada Tuhan, akhirnya memang ada saldo untuk dana pembangunan Gereja. Terimakasih kami ucapkan kepada semua umat Paroki, DPP, Para Panitia, Para Donatur dan siapa saja yang mendoakan dan mendukung kegitan ini. Yesus memberkati kita semua selalu. Amin.

Sapaan Ucapan Selamat Natal dan Tahun Baru Uskup Agung Medan

SAPAAN GEMBALA KAM

SELAMAT HARI NATAL DAN TAHUN BARU

Saudara-saudari yang terkasih,
Pada masa Natal ini seluruh dunia merayakan pesta kegembiraan manusia denga berbagai cara. Keaedaan yang selalu berulang adalah kegembiraan malam kudus tatkala Sang Putera Allah, Yesus Kristus, dilahukan di kandang Betlehem. Pada waktu itu para gembaladan malaikat menyampaikan pujian tertinggi kepada Tuhan sambil mewartakan damai sejahtera dan keselamatan bagi manusia. "Kemuliaan bagi Allah di tempat yang mahatinggi dan damai sejahtera di bumi di antara manusia yang berkenan kepadaNya" (Luk 2:14). Juga diterangkan
dan menyentuh hati manusia bahwa keadaan alam yang gelap gulita tiba-tiba berubah menjadi terang benderang sehingga sukacita, kedamaian, dan kesejahteraan paripuma dikembalikan kepada dunia. "Oleh rahmat dan belaskasih dari Allah kita,..., untuk menyinari mereka yang diam dalam kegelapan" (Luk 1:79).

Diangkat pada zaman kita, natal menjadi sumber terang, pemulihan, damai, kesejahteraan, serta sebuah suasana yang di dalamnya terjadi peresapan kebahagiaan. Kita semua mengetahui bahwa situasi dunia dipenuhi oleh kekuatan kegelapan dan dengan berbagai musibah yang melanda, seperti peristiwa banjir di Wasior, tsunami di Mentawai, letusan gunung Sinabung di Tanah Karo dan di letusan gunung merapi di Jawa Tengah. Sepertinya penderitaan-penderitaan zaman ini belum cukup, karena musibah yang paling besar adalah praktek korupsi yang melanda lembaga dan pejabat tinggi negara. Terjangan musibah ini memporak-porandakan tatanan hukum dan keadilan, yang semakin lama semakin menyengsarakan rakyat di tengah banyaknya rakyat miskin berjuang mendapatkan raskin, bantuan-bantuan darurat lain dan di tengah usaha-usaha pdnyelamatanjiwa manusia.

Kita semua merasa prihatian dan mencoba untuk meringankan penderitaan sesama. Dalam situasi yang demikian, seluruh umat dimohon untuk mengulurkan tangan bantuan. Mata kita memandang ke langit menantikan bantuan serta uluran tangan ilahi untuk memberikan kekuatan agar umat tetap teguh dalam iman di tengah segala cobaan. Serentak dengan itu, kita memohon rahmat Allah agar lewat rahmat ilahi umat manusia dibebaskan dari bencana dan kemelaratan. Di situlah kita menerima firman dan ketetapan ilahi "karena begitu besarlah kasih Allah akan dunia ini, sehingga la telah mengaruniakan AnakNya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepadaNya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal" (Yoh 3: 16). Dalam semuanya itu, dua upaya selalu diandaikan yakni kekuatan Allah sebagai jawaban atas- hal-hal mendasar dan keselamatan kekal dan juga usaha manusia agar meninggalkan penderitaan serta membuka kemungkinan-kemungkian barn untuk bangkit dari kemelaratan. Untuk itu marilah kita kembali mengarahkan pandangan kepada penyelamatan Allah sebagaimana dijaminkan oleh kelahiran Yesus Kristus sebagai Juruselamat.

Pantaslah kita memperbaharui niat dan tekad untuk hidup lebih taqwa, memperbaharui semangat doa, semangat menggereja dan semangat bermasyarakat. Paus Benediktus XVI mengatakan ada tiga ekologi dan panutan sikap dan hidup bakti demi mencapai kebahagiaan paripurna baik di dunia ini maupun pada kehidupan kekal. Ketiganya menyangkut etos kehidupan baru agar manusia sungguh terarah kepada damai dan kesejahteraan lestari.

Yang pertama adalah ekologi dan sikap kita kepada Allah. Hendaknya kita menjadi peniru sikap Abraham, Ishak dan Yakub serta Keluarga Kudus Nasaret dalam membuka diri kepada Allah dan penyelamatanNya. Semuanya itu bisa kita lakukan dalam hidup taqwa, saleh dan beribadat di hapadan Allah lewat Gereja. Sikap kedua adalah ekologi terhadap kemanusiaan. Di sini hendaknya kita menjadi tangan dan pelaksana cinta kasih dan persaudaraan sejati.

Tanggungjawab kita sebagai orang beriman pertama-tama untuk melakukan keadilan dan menghindarkan sikap-sikap ketakjujuran, manipulasi, kong kali kong, dan korupsi. Marilah kita membiasakan diri untuk tidak menyontek, mengibuli, menipu atau memanipulasi orang lain demi' kesejahteraan sendiri. Setelah itu kita terpanggil melakukan keutamaan ilahi, termasuk di dalamnya cinta kasih dengan memberikan bantuan kepada orang yang membutuhkan.

Dengan meringankan penderitaan orang di sekeliling kita, mengupayakan penghiburan dan kebahagiaan bagi yang berkeluh kesah. Inilah ajakan cinta kasih Kristus agar semua umat manusia mencapai kebahagiaan kekal lewat mengupayakan perdamaian dan persaudaraan lestari. Bidang ketiga adalah ekologi alam lingkungan. Kita ditentukan oleh Allah lebih dahulu mempersiapkan kesejahteraan dan keindahan alam seperti di Taman Eden, baru kemudian menghadirkan manusia dalam kehidupan paradis. Kita harus mengusahakan supaya alam lingkungan asri dan sejahtera lewat tindakan-tindakan penghijauan, pengaturan sampah, pola hidup sehat dan bersih. Kemudian kita harus memberi ruang kepada alam demi kelestarian agar berdaya guna menopang hidup manusia yang sejahtera. Inilah yang diinaugurasikan oleh para malaikat pada kelahiran Tuhan kita Yesus Kristus. Dengan maksud itu, seikhlas hati dan setulus doa, disampaikan kepada umat sekalian, "Selamat Hai-i Natal 25 Desember 2010 dan Tahun Barn 1 Januari 2011".

- Salam dan berkat,

MENJEMA^T, No. 12/XXXII/Desember 2010

Vatikan Kecam Tiongkok Terkait Pertemuan Dewan Gereja

Vatikan Kecam Tiongkok Terkait Pertemuan Dewan Gereja
Vatikan menuduh Tiongkok memaksa uskup dan pastur menghadiri pertemuan gereja yang didukung pemerintah, yang tidak diakui Vatikan.

Vatikan mengecam pertemuan tiga hari gereja-gereja Katolik Tiongkok di Beijing.

Vatikan mengecam Tiongkok karena konon memaksa uskup dan pastur menghadiri pertemuan gereja yang didukung pemerintah, yang tidak diakui Vatikan.

Dalam pernyataan hari Jumat, Vatikan menuduh Tiongkok melakukan tindak permusuhan yang tidak dapat diterima, dan merusak kepercayaan yang telah terjalin antara Beijing dan Vatikan. Vatikan juga menyatakan kedukaan mendalam bahwa wakil-wakil Dewan Gereja Katolik Tiongkok melakukan pertemuan tiga hari di Beijing pekan lalu untuk memilih anggota senior. Dikatakan, banyak uskup dan pastur dipaksa menghadiri pertemuan itu. Vatikan menyebutnya pelanggaran hak asasi yang menunjukkan kelemahan Tiongkok.

Gereja yang didukung Tiongkok tidak mengakui kekuasaan Sri Paus. Tiongkok memutus hubungan diplomatik dengan Vatikan tahun 1951.

Disadur dari http://www.voanews.com/

Renungan : Hari Minggu Adven IV Thn. A, 19 Desember 2010

Renungan : Hari Minggu Adven IV Thn. A, 19 Desember 2010
Yes 7:10-14, Mzm 24:1-2,3-4ab,5,6, Rm 1:1-7, Mat 1:18-24

"...dan mereka akan menamakan Dia Imanuel" yang berarti: Allah menyertai kita."

BACAAN INJIL:
Kelahiran Yesus Kristus adalah seperti berikut: Pada waktu Maria, ibu-Nya, bertunangan dengan Yusuf, ternyata ia mengandung dari Roh Kudus, sebelum mereka hidup sebagai suami isteri. Karena Yusuf suaminya, seorang yang tulus hati dan tidak mau mencemarkan nama isterinya di muka umum, ia bermaksud menceraikannya dengan diam-diam. Tetapi ketika ia mempertimbangkan maksud itu, malaikat Tuhan nampak kepadanya dalam mimpi dan berkata: "Yusuf, anak Daud, janganlah engkau takut mengambil Maria sebagai isterimu, sebab anak yang di dalam kandungannya adalah dari Roh Kudus. Ia akan melahirkan anak laki-laki dan engkau akan menamakan Dia Yesus, karena Dialah yang akan menyelamatkan umat-Nya dari dosa mereka." Hal itu terjadi supaya genaplah yang difirmankan Tuhan oleh nabi: "Sesungguhnya, anak dara itu akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki, dan mereka akan menamakan Dia Imanuel" yang berarti: Allah menyertai kita. Sesudah bangun dari tidurnya, Yusuf berbuat seperti yang diperintahkan malaikat Tuhan itu kepadanya. Ia mengambil Maria sebagai isterinya.
Demikianlah Injil Tuhan bagi kita hari ini.

RENUNGAN:

Injil yang diwartakan kepada kita pada hari Minggu Adven ke 4 ini, sama dengan Injil yang kita dengarkan kemarin. Gereja tentunya tidak secara kebetulan mewartakan kembali Injil yang kita dengar kemarin, tentu Gereja punya maksud tertentu dengan mewartakan Injil ini kepada kita. Suatu pengulangan dilakukan dengan maksud penekanan pentingnya pesan yang hendak disampaikan. Demikianlah kiranya yang mau disampaikan Injil hari ini kepada kita. Namun dalam renungan hari ini, kita tidak mengulang renungan yang sama, yang sudah kita renungkan kemarin. Oleh karena itu, kita bisa melihatnya dalam renungan kemarin.

Bacaan Injil hari Minggu Adven IV ini mengingatkan kita bahwa hari ini adalah hari Minggu adven yang terakhir, dan sebentar lagi kita akan merayakan kelahiran Penyelamat yang kita nanti-nantikan. Gereja mengingatkan kita bahwa Natal sudah semakin mendekat, dan bagaimana kesiapan iman kita menyambutnya.

Lewat bacaan ini kepada kita diingatkan kembali, bahwa yang kita nanti-nantikan selama masa Adven ini adalah kelahiran Sang Mesias penyelamat, Dia adalah Imanuel yang artinya Tuhan beserta kita. Kehadiran Sang Imanuel adalah pemenuhan janji Allah kepada manusia, bahwa Tuhan akan senantiasa menyertai hidup manusia. Apa yang kita dengarkan dalam bacaan I, nubuat nabi Yesaya kepada raja Ahas, terpenuhi dalam diri Yesus Sang Imanuel yang akan lahir. Yesaya meramalkan kehadiran Imanuel kepada raja Ahas yang gelisah akan hidupnya, akan kerajaannya dan lebih mempercayakan hidupnya kepada kekuatan militer dibanding dengan percaya kepada Allah. Ahas tidak percaya bahwa Allah menyertainya. Dalam ketidak percayaannya itu, nabi Yesaya menegur dia dan meramalkan kehadiran Sang Imanuel. Apa yang diramalkan Yesaya, terpenuhi dalam diri Yesus Imanuel yang akan kita rayakan kelahiran-Nya. Sehingga kelahiran Yesus adalah pemenuhan janji Allah kepada manusia, bahwa Dia senantiasa menyertai kita, tidak pernah meninggalkan kita. Bahkan penyertaan-Nya kepada kita dalam kelahiran Yesus dalam keluarga kudus Nasaret sungguh-sungguh nyata, Tuhan tidak sekedar hadir, tetapi mamasuki hidup manusia, mamasuki kehidupan nyata kita, hadir dalam satu keluarga sebagaimana kita dilahirkan dalam satu keluarga. Allah sungguh setia memenuhi janji-Nya.

Berbeda halnya dengan janji-janji yang seringkali kita dengarkan, terutama dari para pemimpin yang seringkali berjanji tetapi tidak pernah memenuhi janjinya. Jangankan memenuhi janjinya, mengingatpun tidak. Bahkan mungkin kitapun sering memberi janji-janji manis kepada orang lain, tetapi semuanya hanya janji palsu saja.

Kelahiran Sang Imanuel sudah semakin dekat. Maka baiklah kiranya kita mempersiapkan dan menyambutnya dengan penuh Suka cita. Kita mempersiapkan diri dengan suka cita, karena kita tahu bahwa Allah tidak pernah ingkar janji, selalu setia menyertai dan tinggal bersama kita. Dengan demikian, dalam kegelisahan hidup, dalam persoalan-persoalan dan beratnya hidup yang kita alami dan harus jalani, kita mempunyai suatu pengharapan besar yakni Tuhan ada bersama kita. Dalam masa adven ini, iman akan Tuhan yang menyertai kita hendaknya juga kita perbaharui. Paulus dalam bacaan II, menyerukan agar percaya kepada Yesus Tuhan penyelamat, demikianpun kiranya seruan itu ditujukan dan kita dengarkan dengan sungguh-sungguh yakni dengan percaya bahwa Yesus adalah Imanuel.

Namun kegembiraan menyambut kelahiran Sang Imanuel juga tidak membuat kita lupa untuk mempersiapkan diri dengan sungguh-sungguh. Banyak orang yang hanya melihat sisi kegembiraan ini, tetapi lupa mempersiapkan diri dengan sungguh-sungguh agar layak menerima kehadian Yesus. Dalam hal ini Paulus mengajak kita untuk mengupayakan hidup suci. Hidup suci yang dimaksudkan oleh Paulus juga berarti mengupayakan ketulusan dan kejujuran seperti yang diteladankan oleh Yusuf dan juga kesediaan untuk mendengarkan dan melaksanakan perintah Tuhan. Sehubungan dengan hal ini, sudah kira renungkan dalam renungan kemarin.

Iman Maria dan Yusuf juga sangat berperan dalam kehadiran Sang Imanuel. Tuhanpun mengharapkan peran kita untuk menghadirkan Imanuel. Sehingga lewat hidup kita yang penuh harapan akan kehadiran Tuhan dan juga dengan memelihara kekudusan hidup, pada akhirnya orang akan menyerukan “Imanuel, Tuhan beserta kita.” Iman dan keberadaan kita hendaknya membuat orang mampu menyadari dan mengimani bahwa Tuhan sungguh hadir dalam hidup kita. Kitalah yang menjadi saksi-saksi kehadiran Tuhan. Amin.

REFLEKSI PRIBADI:

1. Mari kita renungkan, persiapan apa saja yang telah kita lakukan dalam mempersiapkan kelahiran Sang Imanuel?

2. Apa yang bisa Anda usahakan dan lakukan agar orang dapan menyerukan “Amanuel”?

Vatikan Prihatin Pula Soal Wikileaks

Vatikan Prihatin Pula Soal Wikileaks

(11/12/2010)Kini, giliran Vatikan yang menyatakan keprihatinan soal WikiLeaks. Soalnya, bocoran kabel rahasia itu mengatakan kalau Tahta Suci menolak bekerja sama dengan penyidik Irlandia terkait kasus dugaan pencabulan terhadap anak oleh pastor atau imam Katolik.

Dalam satu pernyataan, Vatikan juga mengatakan bahwa opini di dalam kabel-kabel itu hanya persepsi diplomat asing, bukan kebijakan Vatikan sebagaimana warta AP dan AFP pada Sabtu (11/12/2010).
Salah satu telegram (kabel) itu menyebutkan penolakan Vatikan muncl lantaran permintaan penyidikan tidak disampaikan melalui saluran diplomatik yang semestinya.

Disebutkan bahwa Irlandia tunduk pada tekanan Vatikan agar memberikan status kekebalan kepada para pejabat gereja dalam penyelidikan kasus-kasus pencabulan yang berlangsung selama puluhan tahun oleh para pastor Irlandia.

Kabel lainnya menjelaskan peranan Vatikan dalam diplomasi, yang menurut laporan telah membantu pembebasan para pelaut Inggris yang ditangkap Iran.

WikiLekas juga mengatakan seberapa banyak ketergantungan AS pada kedutaan-kedutaan lain di Vatikan untuk mendapatkan informasi.

Vatikan menolak memberikan komentar atas kabel bocor tersebut. Namun, Vatikan menegaskan bahwa bocoran itu merupakan "masalah besar".

Duta Besar AS di Vatikan mencela penerbitan dokumen itu, dan mengatakan AS dan Vatikan bekerja sama secara erat dalam menggalakkan nilai-nilai universal.
(kompas.com)

Bacaan Injil Hari Minggu Adven IV Thn. A, 19 Desember 2010 (Bahsa Toba)

Bacaan Injil Hari Minggu Adven IV Thn. A,
19 Desember 2010 (Bahsa Toba)
Yes 7:10-14, Mzm 24:1-2,3-4ab,5,6, Rm 1:1-7, Mat 1:18-24

“…jala bahenon do Goarna Immanuel, lapatanna: Donganta ma Debata!"

Ianggo hatutubu ni Jesus Kristus songon on do: Uju oroan ni si Josep i dope inana, si Maria i, gabegabean do ibana sian Tondi Parbadia, andorang so masipadonohan dope nasida. Ala parroha na bonar si Josep, na mangoro si Maria, ndang adong rohana paurakkon nasida, gabe ditahi rohana nama, naeng sirangkononna songon i. Alai di na songon i dope tahi ni rohana, diida ma di nipina surusuruan ni Tuhan i, na mandok tu ibana: O Josep, anak ni si Daud, unang alang roham mangalap si Maria, gabe donganmu saripe muse, ai na sian Tondi Parbadia do na naeng tubu di ibana. Tumubuhon Anak ma ibana; Jesus do Goarna, bahenonmu, ai paluaonna do bangsona sian angka dosanasida be. Masa pe sudena i, asa jumpang na hinatahon ni Tuhan i marhite sian panurirangna na mandok: "Ida hamu ma, gabegabean do na marbaju i, tubuan Anak ma ibana; jala bahenon do Goarna Immanuel, lapatanna: Donganta ma Debata!" Jadi dung tarsunggul si Josep, dioloi ma hata ni surusuruan ni Tuhan i: Saut ma dialap na niolina i. Alai laos so ditanda, paima tubu buhabajuna i; jadi digoar ma Ibana Jesus.
Songon i ma Barita Nauli na dipatolhas tu hita sadari on.

Bacaan Injil Hari Minggu Adven IV Thn. A, 19 Desember 2010 (Bahasa Karo)

Bacaan Injil Hari Minggu Adven IV Thn. A,
19 Desember 2010 (Bahasa Karo)

Yes 7:10-14, Mzm 24:1-2,3-4ab,5,6, Rm 1:1-7, Mat 1:18-24

"Anak e pagi igelari Immanuel' (ertina: "Dibata ras kita")

Kerna ketubuhen Jesus Kristus, bagenda me: Maria nande Jesus ertunangen ras Jusup. Tapi ope denga erjabu Maria enggo mehuli kulana arah Kuasa Kesah Si Badia. Jusup tunangen Maria e kalak bujur. Labo lit sura-surana ngaduken Maria gelah ola mela iakap Maria. Saja ngenca ersura-sura ia nirangken Maria alu sinik-sinik. Tapi asum ia rukur-rukur kerna si e, teridah man bana malekat Dibata arah nipina. Nina malekat e man bana, "O Jusup, kesusuren Daud, ola kam mbiar muat Maria jadi ndeharandu. Sabap anak si lit i bas bertinna e jadi erkiteken kuasa Kesah Dibata. Ipupusna pagi sekalak anak dilaki janah arus ibahanndu gelarna Jesus -- sabap Ia me pagi si nebusi bangsaNa i bas dosa-dosa nari." Kerina si enda jadi gelah seh kai si ikataken Tuhan arah nabi nina, 'Singuda-nguda e pagi mehuli kulana, jenari ipupusna sekalak anak dilaki. Anak e pagi igelari Immanuel' (ertina: "Dibata ras kita"). E maka kenca keke Jusup, ikutkenna kata malekat Tuhan e. Ialokenna Maria jadi ndeharana. Tapi Jusup ras Maria langa erjabu, ipupusna anak dilaki. Kenca tubuh anak e ibahanna gelarna Jesus.
Bagenda me kata Tuhan.

Bacaan Injil Hari Minggu Adven IV Thn. A, 19 Desember 2010 (Bahsa Indonesia)

Bacaan Injil Hari Minggu Adven IV Thn. A,
19 Desember 2010 (Bahsa Indonesia)

Yes 7:10-14, Mzm 24:1-2,3-4ab,5,6, Rm 1:1-7, Mat 1:18-24

"...mereka akan menamakan Dia Imanuel" yang berarti: Allah menyertai kita."

Kelahiran Yesus Kristus adalah seperti berikut: Pada waktu Maria, ibu-Nya, bertunangan dengan Yusuf, ternyata ia mengandung dari Roh Kudus, sebelum mereka hidup sebagai suami isteri. Karena Yusuf suaminya, seorang yang tulus hati dan tidak mau mencemarkan nama isterinya di muka umum, ia bermaksud menceraikannya dengan diam-diam. Tetapi ketika ia mempertimbangkan maksud itu, malaikat Tuhan nampak kepadanya dalam mimpi dan berkata: "Yusuf, anak Daud, janganlah engkau takut mengambil Maria sebagai isterimu, sebab anak yang di dalam kandungannya adalah dari Roh Kudus. Ia akan melahirkan anak laki-laki dan engkau akan menamakan Dia Yesus, karena Dialah yang akan menyelamatkan umat-Nya dari dosa mereka." Hal itu terjadi supaya genaplah yang difirmankan Tuhan oleh nabi: "Sesungguhnya, anak dara itu akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki, dan mereka akan menamakan Dia Imanuel" yang berarti: Allah menyertai kita. Sesudah bangun dari tidurnya, Yusuf berbuat seperti yang diperintahkan malaikat Tuhan itu kepadanya. Ia mengambil Maria sebagai isterinya.
Demikianlah Injil Tuhan bagi kita hari ini.

Renungan : Hari Biasa Khusus Adven : Sabtu 18 Desember 2010

Renungan : Hari Biasa Khusus Adven : Sabtu 18 Desember 2010
Yer 23:5-8, Mzm 72:2,12-13,18-19, Mat 1:18-24

"Milikilah ketulusan hati dan laksanakanlah perintah Tuhan!"

BACAAN INJIL:

Kelahiran Yesus Kristus adalah seperti berikut: Pada waktu Maria, ibu-Nya, bertunangan dengan Yusuf, ternyata ia mengandung dari Roh Kudus, sebelum mereka hidup sebagai suami isteri. Karena Yusuf suaminya, seorang yang tulus hati dan tidak mau mencemarkan nama isterinya di muka umum, ia bermaksud menceraikannya dengan diam-diam. Tetapi ketika ia mempertimbangkan maksud itu, malaikat Tuhan nampak kepadanya dalam mimpi dan berkata: "Yusuf, anak Daud, janganlah engkau takut mengambil Maria sebagai isterimu, sebab anak yang di dalam kandungannya adalah dari Roh Kudus. Ia akan melahirkan anak laki-laki dan engkau akan menamakan Dia Yesus, karena Dialah yang akan menyelamatkan umat-Nya dari dosa mereka." Hal itu terjadi supaya genaplah yang difirmankan Tuhan oleh nabi: "Sesungguhnya, anak dara itu akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki, dan mereka akan menamakan Dia Imanuel" yang berarti: Allah menyertai kita. Sesudah bangun dari tidurnya, Yusuf berbuat seperti yang diperintahkan malaikat Tuhan itu kepadanya. Ia mengambil Maria sebagai isterinya.
Demikianlah Injil Tuhan bagi kita hari ini.

RENUNGAN:

Pada masa ini, mungkin sudah sering kita dengarkan seorang wanita mengandung di luar nikah dan pada akhirnya melahirkan tanpa suami yang sah. Namun walaupun demikian, setiap laki-laki yang mengetahui tunangannya, pacarnya mengandung bukan dari dirinya, pasti akan sangat kecewa, merasa dikhianati, dibohongi dan pasti akan berujung pada ‘perceraian’, pembatalan pertunangan dan pemutusan hubungan. Olehkarena itu, bisa kita bayangkan bagaimana perasaan Yusuf ketika mendengar bahwa tunangannya Maria mengandung dan bukan darinya. Namun penginjil menjelaskan bahwa dia adalah orang yang tulus hati sehingga meskipun ingin menceraikan Maria tunangannya, tetapi dia tidak mau mempermalukan Maria, dia ingin menceraikan Maria dengan diam-diam. Namun dia tetap ragu untuk melakukannya. Dia ragu, karena merasa tidak yakin Maria yang dia kenal, yang kasihinya melakukan perbuatan keji menghianati dirinya. Bagi dia, tidak masuk akal Maria mengkhianti dia. Sebagai orang yang tulus, dia tidak berpikiran jelek terhadap Maria, oleh karena itulah dia ragu-ragu untuk menceraikan tunangannya. Dalam keraguan itu, dalam mimpinya malaikat Tuhan memberi jawaban atas keraguannya, yakni agar menerima Maria menjadi isterinya. Malaikat Tuhan menerangkan bahwa Maria mengandung bukan karena Maria mengkhianatinya tetapi karena kemuliaan Tuhan akan dinyatakan dalam peristiwa itu. Keyakinan Yusup bahwa tidak masuk akal baginya Maria mengkhianatinya, diteguhkan oleh malaikat Tuhan. Sesudah itu, Yusuf tanpa ragu mengambil Maria sebagai isterinya seperti yang diperintahkan oleh malaikat Tuhan dalam mimpinya. Selain hatinya yang tulus, ternyata Yusuf juga orang beriman, dia percaya dan melaksanakan Sabda Tuhan yang dinyatakan lewat malaikat Tuhan, meskipun dia belum tahu pasti apa yang akan dialaminya kemudian dengan mengambil Maria menjadi isterinya. Dia sungguh juga orang beriman seperti Maria, percaya kepada Tuhan dan melaksanakan perintah Tuhan.

Perayaan Natal semakin mendekat, lewat bacaan ini kita kembali diingatkan bagaimana persiapan kita untuk menyambut hari kelahiran Sang Mesias. Ketulusan hati Yusuf menjadi teladan bagi kita dalam mempersiapkan diri menyambut kelahiran Sang Mesias. Hati yang tulus tentunya selalu berpikir positif atas orang lain, tidak dengan mudah menghakimi sesama apalagi menjatuhkan tuduhan yang jelek atas orang lain dan terutama jauh dari sikap untuk mempermalukan orang lain. Hati yang tulus inilah yang hendaknya kita pupuk dan kita upayakan sebelum merayakan kelahiran Sang Mesias.

Kiranya pribadi Yusuf menjadi teladan bagi kaum bapak atau para suami. Seringkali para bapak atau suami kurang menghargai para isteri yang sudah mengandung dan melahirkan anak-anak bagi mereka. Bahkan mungkin seringkali gampang cemburu, berpikir negative dan menuduh istri mereka tidak setia, tidak menjalankan tugas sebagai isteri dengan baik. Tidak sedikit kaum bapak atau suami yang kurang menghargai isterinya, terlalu banyak menuntut kepada isterinya, padahal dirinya belum tentu berperilaku sebagai suami yang tulus terhadap isteri dan keluarga, belum tentu berperilaku sebagai suami yang baik, setia kepada isterinya, belum tentu menjadi ayah yang baik bagi anak-anaknya dan belum tentu menjadi kepala keluarga yang baik bagi keluarganya. Dari sebab itu, baiklah kiranya kaum bapak atau suami dalam masa adven ini juga merenungkan dan memperbaiki diri dengan meneladan Yusuf si pendiam, situlus hati dan yang taat pada perintah Tuhan. Taat dan melaksanakan perintah Tuhan, itu jugalah yang diteladankan oleh Yusuf bagi kita hari ini.

Sebagai akhir permenungan kita atas Injil hari ini, kita melihat bahwa baik Maria dan Yusuf adalah 2 pribadi yang beriman, yang taat pada perintah dan kehendak Tuhan. Yesus Sang Mesias hadir dan lahir dalam keluarga beriman ini. Demikianlah kiranya, kita hendaknya dalam mempersiapkan diri menyambut kelahiran Sang Mesias, kita perlu memperbaharui iman kita akan Tuhan. Kita juga hendaknya membina iman kita dengan berusaha melaksanakan perintah dan kehendak Tuhan. Inilah syarat yang harus kita upayakan agar Yesus hadir dan lahir dalam diri kita, dalam hidup kita. Semoga Roh Kudus membantu dan menguatkan kita dalam mempersiapkan diri menyambut kelahiran Yesus Tuhan kita. Amin.

REFLEKSI PRIBADI:

1. Upayakanlah untuk memiliki hati yang tulus, selalu berpikiran postifi kepada orang lain, kepada orang yang Anda temui hari ini, khususnya pertama-tama kepada sanak keluarga.

2. Jauhkanlah perbautan-perbuatan yang tidak sesuai dengan kehendak atau perintah Tuhan, dan berusahalah melaksanakan perintah Tuhan.

Renungan : Jumat 17 Desember 2010

Renungan : Jumat 17 Desember 2010
Kej 49:2,8-10, Mzm 72:1,3-4b,7-8,17, Mat 1:1-17

"Kasih Allah senantiasa menyertai seluruh perjalanan sejarah hidup manusia."

BACAAN INJIL:

Inilah silsilah Yesus Kristus, anak Daud, anak Abraham. Abraham memperanakkan Ishak, Ishak memperanakkan Yakub, Yakub memperanakkan Yehuda dan saudara-saudaranya, Yehuda memperanakkan Peres dan Zerah dari Tamar, Peres memperanakkan Hezron, Hezron memperanakkan Ram, Ram memperanakkan Aminadab, Aminadab memperanakkan Nahason, Nahason memperanakkan Salmon, Salmon memperanakkan Boas dari Rahab, Boas memperanakkan Obed dari Rut, Obed memperanakkan Isai, Isai memperanakkan raja Daud. Daud memperanakkan Salomo dari isteri Uria, Salomo memperanakkan Rehabeam, Rehabeam memperanakkan Abia, Abia memperanakkan Asa, Asa memperanakkan Yosafat, Yosafat memperanakkan Yoram, Yoram memperanakkan Uzia, Uzia memperanakkan Yotam, Yotam memperanakkan Ahas, Ahas memperanakkan Hizkia, Hizkia memperanakkan Manasye, Manasye memperanakkan Amon, Amon memperanakkan Yosia, Yosia memperanakkan Yekhonya dan saudara-saudaranya pada waktu pembuangan ke Babel. Sesudah pembuangan ke Babel, Yekhonya memperanakkan Sealtiel, Sealtiel memperanakkan Zerubabel, Zerubabel memperanakkan Abihud, Abihud memperanakkan Elyakim, Elyakim memperanakkan Azor, Azor memperanakkan Zadok, Zadok memperanakkan Akhim, Akhim memperanakkan Eliud, Eliud memperanakkan Eleazar, Eleazar memperanakkan Matan, Matan memperanakkan Yakub, Yakub memperanakkan Yusuf suami Maria, yang melahirkan Yesus yang disebut Kristus. Jadi seluruhnya ada: empat belas keturunan dari Abraham sampai Daud, empat belas keturunan dari Daud sampai pembuangan ke Babel, dan empat belas keturunan dari pembuangan ke Babel sampai Kristus.
Demikianlah Injil Yesus Kristus bagi kita hari ini.

RENUNGAN:

Mungkin kita bingung dan kurang mengerti apa yang hendak dikatakan untuk kita renungkan dari Injil hari ini yang mewartakan silsilah Yesus. Tentu Gereja menampilkan hal ini bukan hanya sekedar mau memperlihatkan garis keturunan Yesus, pasti ada sesuatu yang mendalam yang patut kita renungkan.

Menyimak silsilah yang diwartakan kepada kita, kita dapat menangkap bahwa tidak secara kebetulan Yesus diutus ke dunia ini untuk menyelamatkan manusia. Yesus yang datang ke duni juga tidak terlepas dari kehidupan kita. Namun jelas bahwa dari bacaan di atas dinyatakan kepada kita bahwa sudah sejak awal Allah tetap setia mengasihi dan memperhatikan hidup manusia dan senantiasa menyertai perjalanan hidup manusia. Kesetiaan kasih Allah yang menyertai perjalanan hidup manusia, itu berpuncak pada Yesus Kristus yang diutus ke dunia untuk menyelamatkan kita. Dia bahkan sungguh memasuki sejarah hidup manusia, berasal dari keturunan Abraham. Yang tentunya ini mau menyatakan kepada kita bahwa Yesus yang diutus sungguh sama seperti kita, berasal dari suatu keturunan manusia sama seperti kita. Yang membedakan kita dengan Yesus adalah, kecuali dalam hal dosa.

Sehingga dalam hal ini kita merenungkan bahwa Allah itu sungguh setia menyertai perjalanan hidup kita, Dia menyertai sepanjang sejarah atau perjalanan hidup kita di dunia ini. Dengan demikian, kita patut merenungkan: Allah begitu setia kepada kita, apakah kita juga setia mengasihi Allah?

Dalam upaya mengasihi Allah, tentu kita mengalami pasang surut; terkadang kita merasakah beriman itu menyenangkan, indah dan semuanya lancara. Tetapi pasti kita juga mengalami masa-masa yang semuanya terasa sulit, ‘gelap’ dan seakan Tuhan jauh meninggalkan kita. Pada masa itu, kita berusaha bertahan atau bangkit, tetapi rasanya sulit. Dalam situasi demikian, kita jatuh pada sikap mempertanyakan kehadiran kasih Allah dan bisa membuat kita putus asa. Pengalaman seperti ini tentunya juga pasti dialami oleh bangsa terpilih ketika mereka mengalami pembuangan ke Babel. Mereka tentu merasa ditinggalkan dan dibuang oleh Allah. Namun ternyata tidak benar Allah meninggalkan mereka, Allah menyelamatkan mereka dengan mengeluarkan mereka dari pembuangan di Babel. Setelah itu mereka tentu mulai bangkit lagi dan setelah empat belas keturunan setelah pembuangan dari Babel, ‘lahirlah’ Yesus dari keturunan mereka. Dari peristiwa ini, kita bisa belajar bahwa Allah tidak pernah meninggalkan kita, Dia senantiasa menyertai perjalanan hidup kita. Dari kita dituntut kesetiaan mengasihi Allah. Kita yakin, bahwa kesetiaan kita kepada Allah akan berpuncak pada sukacita, Allah akan menyatakan kasih dan kemuliaan-Nya kepada kita.

Renungan lain yang bisa kita temukan dalam Injil hari ini adalah ‘mutu’ hidup kita tidak spenuhnya ditentukan oleh garis keturunan.

Mungkin kita masih ingat bahwa dulu tema-tema retret atau rekoleksi tentang ‘Pohon Keluarga’ sangat pepouler. Secara singkat kami katakan bahwa dalam konsep ini kita diajak melihat ‘masa lalu’ kita dengan melihat garis keturunan kita lahir, yakni mulai dari orang tua sampai ke leluhur kita. Metode ini seakan mengatakan bahwa hidup kita sekarang dan nanti, dipengaruhi dan bahkan ditentukan oleh ‘masa lalu’ kita tau seakan sudah digariskan sejak dahulu lewat kehidupan leluhur kita. Prinsip yang demikian tentu tidak benar, sehingga Gereja akhirnya ‘melarang’ pemikiran yang demikian.

Demikian halnya, lewat warta hari ini, metode pemikiran di atas dimentahkan dan bahkan dikalahkan. Bila kita simak silsilah di atas, penginjil membeberkan bahwa leluhur Yesus tidak semuanya berasal dari keluarga baik-baik, misalnya Salomo anak Daud , lahir dari istri Uzia yang dirampas oleh Daud. Juga Boas anak Salmon, lahir dari seorang perempuan sundal Rahab. Lewat cerita ini, jelas bagi kita bahwa hidup kita tidak ditentukan dan tidak sepenuhnya dipengaruhi garis keturunan dari mana kita lahir. Tetapi, hidup kita ditentukan oleh suatu keyakinan bahwa kita dikasihi oleh Allah dan berasal dari Allah dan ada dalam berkat Allah. Dengan kesadaran itu, kita mengarahkan seluruh hidup kita untuk melaksanakan kehendak Allah.

REFLEKSI PRIBADI:

1. Allah setia mengasihi kita, dan menyertai seluruh perjalanan hidup kita. Apakah selama ini kita juga setia mengasihi Allah dalam seluruh perjalanan hidup kita?

Renungan : Kamis, 16 Desember 2010

Renungan : Kamis, 16 Desember 2010
Yes 54:1-10, Mzm 30:2,4,5-6,11-12a,13b, Luk 7:24-30
(Maria dr Malaikat)

“MEMAKNAI EKARISTI”

BACAAN INJIL:l
Setelah suruhan Yohanes itu pergi, mulailah Yesus berbicara kepada orang banyak itu tentang Yohanes: "Untuk apakah kamu pergi ke padang gurun? Melihat buluh yang digoyangkan angin kian ke mari? Atau untuk apakah kamu pergi? Melihat orang yang berpakaian halus? Orang yang berpakaian indah dan yang hidup mewah, tempatnya di istana raja. Jadi untuk apakah kamu pergi? Melihat nabi? Benar, dan Aku berkata kepadamu, bahkan lebih dari pada nabi. Karena tentang dia ada tertulis: Lihatlah, Aku menyuruh utusan-Ku mendahului Engkau, ia akan mempersiapkan jalan-Mu di hadapan-Mu. Aku berkata kepadamu: Di antara mereka yang dilahirkan oleh perempuan tidak ada seorangpun yang lebih besar dari pada Yohanes, namun yang terkecil dalam Kerajaan Allah lebih besar dari padanya." Seluruh orang banyak yang mendengar perkataan-Nya, termasuk para pemungut cukai, mengakui kebenaran Allah, karena mereka telah memberi diri dibaptis oleh Yohanes. Tetapi orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat menolak maksud Allah terhadap diri mereka, karena mereka tidak mau dibaptis oleh Yohanes.

RENUNGAN:

Tuhan Yesus memperkenalkan sosok Yohanes Pembaptis kepada orang banyak yang datang mendengarkan pengajaranNya. Yohanes Pembaptis adalah utusan yang mendahului kehadiranNya. Dia adalah sosok yang mempersiapakan jalan bagi kedatangan Sang Juruselamat, yaitu Tuhan Yesus sendiri. Tuhan Yesus mengawali pembicaraanNya tentang sosok Yohanes Pembaptis dengan pertanyaan reflektif: “Untuk apakah kamu pergi ke padang gurun? Melihat buluh yang digoyangkan angin kian kemari? Atau untuk apakah kamu pergi? Melihat orang yang berpakaian halus? Orang yang berpakaian indah dan yang hidup mewah, tempatnya di istana raja. Jadi untuk apakah kamu pergi? Melihat nabi?”

Pertanyaan Yesus: “Untuk apakah kamu pergi?” Pertanyaan ini merupakan sebuah wejangan untuk memaknai sesuatu. Kepada orang banyak yang mengelilingiNya, Yesus meminta supaya perjalanan mereka ke padang gurun untuk mendengarkan pengajaran Yohanes Pembaptis tidak menjadi sia-sia. Tetapi perjalanan itu dan waktu yang telah disediakan untuk mendengarkan pengajaran Yohanes Pembaptis mesti membawa makna bagi mereka.

Sebagai orang-orang Katolik sangat penting menghadiri perayaan ekaristi sebagai puncak dari seluruh kegiatan kita. Di sana kita mendengar warta Sabda Allah, peneguhan kepercayaan dan keyakinan kita akan Allah yang esa dalam tiga pribadi (Allah Tritunggal Mahakudus), dan juga kita mengenang kembali saat-saat perjamuan terakhir Yesus dengan para rasul-Nya. Kegiatan ini mesti kita maknai sungguh-sungguh sebagai sebuah kegiatan yang meneguhkan dan mengembangkan iman kita. Kita juga mesti memaknai bahwa perayaan ekaristi adalah sarana yang mempersatukan kita sebagai orang-orang yang seiman.

Dengan sungguh-sungguh memaknai arti penting dari ekaristi kita tidak pernah akan merasa bosan menghadiri perayaan ekaristi, bahkan kita akan sangat rindu menghadiri perayaan tersebut. Pertanyaan Yesus: “Untuk apakah kamu pergi?” Akan kita jawab: “Kami pergi untuk memaknai apa yang kami imani!”

REFLEKSI PRIBADI:

1. Selama masa Adven ini, apakah anda senantiasa berusaha hadir dalam perayaan Ekaristi dan mengikutinya dengan sungguh-sungguh?

2. Usahakanlah hari ini bermakna bagi diri Anda dan juga bagi orang lain.

Renungan : Rabu, 15 Desember 2010

Renungan : Rabu, 15 Desember 2010
Yes 45:6b-8,18,21b-25; Mzm 85:9ab-10,11-12,13-14; Luk 7 : 19 – 23

YESUS ADALAH MESIAS

BACAAN INJIL:

Ketika Yohanes mendapat kabar tentang segala peristiwa itu dari murid-muridnya, ia memanggil dua orang dari antaranya dan menyuruh mereka bertanya kepada Tuhan: "Engkaukah yang akan datang itu atau haruskah kami menantikan seorang lain?" Ketika kedua orang itu sampai kepada Yesus, mereka berkata: "Yohanes Pembaptis menyuruh kami bertanya kepada-Mu: Engkaukah yang akan datang itu atau haruskah kami menantikan seorang lain?" Pada saat itu Yesus menyembuhkan banyak orang dari segala penyakit dan penderitaan dan dari roh-roh jahat, dan Ia mengaruniakan penglihatan kepada banyak orang buta. Dan Yesus menjawab mereka: "Pergilah, dan katakanlah kepada Yohanes apa yang kamu lihat dan kamu dengar: Orang buta melihat, orang lumpuh berjalan, orang kusta menjadi tahir, orang tuli mendengar, orang mati dibangkitkan dan kepada orang miskin diberitakan kabar baik. Dan berbahagialah orang yang tidak menjadi kecewa dan menolak Aku.
Demikianlah Injil Tuhan bagi kita hari ini.

RENUNGAN:
Santo Lukas mengisahkan tentang pergolakan batin Yohanes Pembaptis dengan kehadiran Yesus di tengah bangsa Israel. Batin Yohanes bergejolak tentang siapa sebenarnya Yesus. Apakah Yesus adalah Mesias yang dinanti-nantikan? Karena Yohanes sedang dipenjara maka dia menyuruh para muridnya untuk menjumpai Yesus dan bertanya tentang siapa diriNya yang sebenarnya. Yohanes Pembaptis dipenjarakan karena kata-katanya yang pedas mengkritik cara hidup petinggi-petinggi bangsa Israel dan pemuka-pemuka agama Yahudi.

Para murid Yohanes Pembaptis kemudian menjumpai Yesus dan bertanya sebagaimana yang ditanyakan Yohanes Pembaptis: “Engkaukah yang akan datang itu atau haruskah kami menantikan seorang lain?” Kisah ini tidak memperlihatkan jawaban Yesus tentang diriNya secara tegas. Misalnya: “Akulah Mesias yang dinantikan itu.” Tetapi Yesus hanya mengatakan kepada para murid itu, “Pergilah, dan katakanlah kepada Yohanes apa yang kamu lihat dan kamu dengar: orang buta melihat, orang lumpuh berjalan, orang kusta menjadi tahir, orang tuli mendengar, orang mati dibangkitkan dan kepada orang miskin diberitakan kabar baik.”

Yesus tidak menjawab secara tegas tentang siapa diriNya yang sebenarnya. Ia hanya memberitahukan tentang pekerjaan dan hasil dari pekerjaan yang dilakukanNya. Mungkin bagi Yesus tidaklah penting mengatakan diriNya adalah Mesias. Karena yang lebih penting adalah sifat dari kemesiasan yang harus dilaksanakan sebagai tugas dan perutusanNya.

Kisah ini memberikan satu pesan untuk kita yang mengakui diri sebagai orang-orang Kristen, pengikut-pengikut Kristus. Kita tidak perlu terlalu bangga dengan kekatolikan kita. Yang harus kita banggakan adalah bagaimana menjalani hidup sebagai pengikut-pengikut Kristus. Tuhan Yesus berujar kepada para murid Yohanes: Orang buta melihat, orang lumpuh berjalan, orang kusta menjadi tahir, orang tuli mendengar, orang mati dibangkitkan dan kepada orang miskin diberitakan kabar baik. Di tengah kehidupan kita ada banyak orang yang buta, mungkin tarmasuk kita juga buta. Ada banyak orang yang tuli, mungkin kita juga tuli. Ada banyak yang lumpuh, mungkin kita juga lumpuh. Ada banyak yang mati nuraninya, mungkin nurani kita juga mati. Kita tidak mampu melihat penderitaan orang lain, tidak mampu mendengar teriakan minta tolong, tidak mampu berlangkah dengan ringan ketika ada yang membutuhkan bantuan, dan nurani kita sudah mati. Kita hidup dalam ketidakjujuran, ketidakadilan, mengorbankan orang lain demi kebahagiaan kita sendiri.

Kita diajak untuk menggerakan kemampuan kita untuk melihat, mendengar, berjalan dan menghidupkan nurani yang sudah mati.

REFLEKSI PRIBADI:
1. Coba renungkan, apakah selama ini Anda berani menyatakan identitas Anda sebagai pengikut Kristus?

2. Bersaksilah akan Kristus dengan membawa Kerajaan Allah bagi sesama.

Renungan : Selasa 14 Desember 2010

Renungan : Selasa 14 Desember 2010
Zef 3:1-2,9-13, Mzm 34:2-3,6-7,17-18,19,23, Mat 21:28-32
(Yohanes dr. Salib)

"Tuhan lebih menghargai kita, bila kita dengan jujur mengakui kedosaan kita dan bertobat."

BACAAN INJIL:

"Tetapi apakah pendapatmu tentang ini: Seorang mempunyai dua anak laki-laki. Ia pergi kepada anak yang sulung dan berkata: Anakku, pergi dan bekerjalah hari ini dalam kebun anggur. Jawab anak itu: Baik, bapa. Tetapi ia tidak pergi. Lalu orang itu pergi kepada anak yang kedua dan berkata demikian juga. Dan anak itu menjawab: Aku tidak mau. Tetapi kemudian ia menyesal lalu pergi juga. Siapakah di antara kedua orang itu yang melakukan kehendak ayahnya?" Jawab mereka: "Yang terakhir." Kata Yesus kepada mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya pemungut-pemungut cukai dan perempuan-perempuan sundal akan mendahului kamu masuk ke dalam Kerajaan Allah. Sebab Yohanes datang untuk menunjukkan jalan kebenaran kepadamu, dan kamu tidak percaya kepadanya. Tetapi pemungut-pemungut cukai dan perempuan-perempuan sundal percaya kepadanya. Dan meskipun kamu melihatnya, tetapi kemudian kamu tidak menyesal dan kamu tidak juga percaya kepadanya."
Demikianlah Injil Tuhan bagi kita hari ini.

PERMENUNGAN:

Berita hangat yang kita dengar atau tonton di TV adalah tuduhan penyuapan atas diri Bupati Simalungun dan juga atas mantan pengacaranya. Mereka digugat dan diajukan perkaranya ke KPK. Benar atau tidaknya hal ini, kita tidak tahu dan bukan itu yang hendak kita renungkan pada hari ini. Yang jelas bagi kita bahwa berita penyuapan, sogok menyogok, korupsi dan yang sejenisnya, masih sangat kerap mengihiasi berita-berita dalam kehidupan Negara kita ini. Sakin sering dan banyaknya, telinga kita dan hati kita menjadi sakit. Belum lagi mendengar dan menyaksikan perilaku atau sepak terjang dari para terhormat yang ketika kampanye menebar janji-janji yang baik, namun pada kenyataannya semua hanya hiasan bibir belaka, hanya kebohongan yang kita dapatkan. Para pembuat peraturan berusaha membuat peraturan baru dengan alasan untuk mengatasi ‘kedosaan’ masyarakat, seakan mereka ada di luar ‘kedosaan’ itu atau seakan orang yang bermoral baik. Padahal kenyataannya justru sebaliknya. Nampaknya kebohongan, kemunafikan, kecurangan dan ketidakjujuran sudah menjadi bagian hidup seharian kita. Kejujuran pada masa ini merupakan suatu perilaku yang langka. Bahkan sering kita dengar ungkapan yang mengatakan bahwa orang jujur akan disingkirkan dan tidak akan kebagian ‘kue’ dalam kehidupan sekarang. Orang dengan mudah mengatakan ‘ya’ tetapi melakukan yang sebaliknya. Saat ini juga, tidak sedikit orang yang hidup dalam kepura-puraan, seakan orang baik, padahal justru penuh dengan kejahatan.

Dalam Injil hari ini, kita dengarkan sikap 2 orang anak dalam menanggapi ‘perintah’ ayahnya. Si sulung menjawab ‘ya’ atas perintah ayahnya tetapi tidak melakukannya. Tentu ketika ayah itu mendengar jawaban anaknya yang sulung, pastilah dia senang karena seakan anaknya patuh. Tetapi ternyata anak sulung itu tidak melaksanakannya. Sedangkan anak yang bungsu menjawab ‘tidak’. Namun setelah itu dia sadar akan kesalahannya yang pasti membuat ayahnya sedih mendengarkan jawabannya, sehingga dia menyesal dan melakukan apa yang dikehendaki ayahnya. Ayah itu pasti sedih atas jawaban anaknya, menganggap anaknya pembangkang. Namun pasti juga bersukacita karena anaknya menyesal dan justru melakukan yang dikehendakinya. Sikap anak bungsu itulah yang lebih dihargai ayah itu, menjawab ‘tidak’ tapi akhirnya menyesal dan melakukannya.

Kitapun mungkin seringkali seperti sikap anak Sulung yang mengatakan ‘ya’ pada Yesus, tetapi tidak melakukan kehendak-Nya. Kita seringkali dengan enteng dan gampang mengatakan bahwa kita percaya kepada-Nya dan ingin menjadi murid-murid yang setia, tetapi justru tidak melakukan apa yang dikehendakinya. Banyak orang Kristen yang tidak hidup sesuai dengan imannya. Kalaupun kita mengatakan ‘ya’ kepada Yesus, mari kita laksanakan. Atau kalaupun selama ini dalam hidup kita jawab ‘ya’ tetapi tidak melaksanakannya, mari kita seperti anak bungsu itu, menyesali kesalahan dan kedosaan kita yang tidak melaksanakan kehendak Tuhan, yang tidak hidup sesuai iman kita dengan melaksanakan kehendak Tuhan dan hidup sesuai dengan iman kita. Oleh karena itu, mari kita bertobat dan kembali kepada Yesus. Yesus lebih menghargai sikap kita yang menyadari kesalahan dan kedosaan lalu bertobat, daripada kita merasa hidup baik, tidak berdosa sehingga merasa tidak perlu bertobat. Dalam hal ini Yesus mengatakan bahwa para pemungut cukai dan perempuan sundal yang mau bertobat akan mendahului kita masuk surge, daripada bila kita merasa diri tidak membutuhkan pertobatan.

Dunia dan hidup sekarang ini membutuhkan kesaksian dari kita sebagai pengikut Kristus, yakni hidup jujur sesuai dengan kehendak Tuhan. Hidup dalam pertobatan dengan berusaha hidup jujur sesuai dengan kehendak Tuhan, memang bukan hal yang mudah. Memang secara duniawi kita akan disingkirkan atau tidak kebagian jatah ‘kue’ hidup ini, tetapi ingatlah dengan hidup yang sesuai dengan kehendak Tuhan, kita akan mendapatkan keselamatan kekal. Janganlah kiranya karena hanya untuk mendapatkan ‘hidup’ dunia ini, kita menjadi kehilangan kehidupan kekal. Semoga Roh Kudus membimbing kita untuk berani menyadari kesalahan dan kedosaan kita selama ini, dan membantu kita untuk bertobat dengan berusaha hidup dalam hidup baru. Amin.

REFLEKASI PRIBADI:

1. Berusahalah untuk hidup jujur dan hidup sesuai dengan apa yang Anda imani.

2. Bertobatlah…bertobatlah…bertobatlah!!!

3. Penuhulah janji-janji yang pernah anda janjikan.

SANTO YOHANES DARI SALIB (14 Desember)

SANTO YOHANES DARI SALIB

Sekilas tentang Yohanes Dari Salib

Yohanes Salib adalah biarawan Karmel yang bersama St Teresa Agung membawa pembaharuan dalam Biara Karmel.
Ia diakui oleh Gereja sebagai seorang Pujangga Gereja, di mana karya-karyanya dilahirkan dalam kegelapan dan tragedi pribadi.
Saat mengalami kegelapan, di tempat-tempat Yohanes merasa kehilangan Tuhan, ia berhasil menemukan Tuhan, dan kehadiran Tuhan itu dialaminya sebagai pemenuhan segala yang didambakan jiwa. Pengalaman kedekatannya secara akrab dengan Tuhan ingin dibagikannya kepada orang lain, melalui ajaran: melepaskan segala sesuatu yang dianggap sangat menyenangkan dan penting dalam hidup untuk Tuhan. Berhubungan dengan itu ia dikenal sebagai pembimbing rohani yang handal.

Latar Belakang Yohanes Dari Salib

Melihat latar belakang Yohanes Dari Salib berarti melihat pula latar belakang Negara Spanyol di masa itu. Ketika itu Spanyol sebagai negara baru, sedang berada di puncak kejayaan setelah 600 th dikuasai bangsa Moor yang Islam. Karena Spanyol berpenduduk campuran bangsa dan agama, maka pemerintah mengusir orang-orang Yahudi dan Islam atau memaksa mereka menjadi Kristen bila tetap ingin tinggal, dan Gereja melalui inquisition harus mendukung kebijaksanaan pemerintahan. Tekanan inquisition inilah yang membayangi kehidupan Yohanes.
Masa Kanak-Kanak

Ayahnya, Gonzalo de Yepes adalah dari keluarga pedagang tekstil kaya di Toledo, berasal dari orang Yahudi yang menjadi Kristen, sedangkan ibunya Catalina Alvares adalah penenun miskin yang tinggal di Fontiveros dekat Madrid yang diyakini memiliki darah campuran Bangsa Moor, karena itulah perkawinan mereka ditentang keluarga Gonzales yang khawatir akan menarik perhatian inquisition sehingga keberadaan mereka sebagai orang Yahudi terungkap dan dapat dijadikan alat menjatuhkan oleh saingan bisnis mereka.

Pernikahan Gonzalo dan Catalina (1529) yang tidak direstui keluarga hidup dalam kemelaratan, serta dikaruniai tiga orang anak laki-laki, Yohanes adalah anak bungsu (1542). Saat Yohanes berumur 5 tahun, ayahnya meninggal terserang wabah, dan kakaknya Luis juga meninggal karena kekurangan gizi ketika Yohanes berumur 8 tahun.
Melalui perjuangan ibunya, Yohanes menyelesaikan sekolah dasarnya bagi kaum miskin, Colegio de la doctrine.

Ketika berumur 12 tahun, ia ditawari bekerja di Rumah Sakit Las Bubas di Medina yang berpunghuni pasien berpenyakit menular. Yohanes muda bekerja dengan sepenuh hati, waktunya dihabiskan untuk mengobrol dan melantunkan lagu-lagu bagi para pasien juga ikut mencari uang dan makanan untuk mereka. Pengelola RS, Don alvonso melihat bakat Yohanes sehingga membiayainya untuk belajar di Kolose Yesuit, tempat yang menumbuhkan bakatnya sebagai penyair.

Sebagai Karmelit

Th 1563 Yohanes bergabung dengan biarawan Karmel di Medina del Campo yang berjumlah sedikit namun terkenal karena keteguhannya dalam mempertahankan cara hidup seperti pada awalnya bapak-bapak padang gurun sebagai Karmelit awal yaitu doa, Kitab Suci dan Ekaristi sebagai inti hidup. Th 1567 Yohanes ditabiskan menjadi Imam Karmelit.

Pengaruh St Teresa Agung

Pada periode tabisan iman, Yohanes bertemu St Teresa Avila yang memiliki visi khusus yaitu menginginkan pembaharuan yang tidak terjadi hanya di permukaan saja tapi pembaharuan yang diukur melalui pelaksanaan hidup kontemplasi, kedisiplinan dan penyangkalan diri dalam kegiatan sehari-hari, sehingga pembaharuan tersebut menjadikan suatu komunitas yang menempatkan keheningan dan doa sebagai prioritas utama.

Saat itu usia Teresa lima puluh tahun, dua kali umur Yohanes yang pemalu dan cenderung menarik diri. Teresa mengajaknya bergabung untuk mendukung kegiatan pembaharuan menolong para biarawati menjadi bapak pengakuan sekaligus menjadi pembimbing rohani. St teresa menginginkan cara hidup yang seimbang sehingga cinta kasih, keteguhan dan kerendahan hati lebih bermakna daripada sekedar menjalankan pengakuan dosa yang berlebihan. Lima tahun mereka bekerja sama dimana Teresa mengalami kemajuan pesat pada hidup mistiknya dari wawasan dan pengalaman Yohanes, sebaliknya Yohanespun kembali menemukan kecintaannya terhadap musik, puisi dan dongeng yang sempat terkubur karena kehidupan akedemisnya, dimana musik, puisi dan dongeng menjadi pusat dalam pengembangan rohaninya, juga sebagai sarana mengkomunikasikan berbagai pengalaman yang mendalam, pengalaman mistisnya.

Reformasi

Tahun 1568, Yohanes bersama dua saudara seordonya yaitu Antonio dan Joseph memulai cara hidup barunya di Durnelo, sebuah desa kecil antara Avila dan Salamanca. Mereka mengenakan jubah kasar dan berjanji untuk menjalankana kehidupan yang dijiwai visi Karmelit awal di Gunung Karmel, untuk itu mereka memperketat semua kelonggaran peraturan ordo yang dianggap tidak sesuai dengan peraturan ordo yang asli. Untuk memperingati peristiwa ini Yohanes menggunakan nama baru dan dikenal sebagai Yohanes dari Salib, dan jalan pembaharuan tersebut dikenal sebagai Discalced Reform. Discalced artinya tidak beralas kaki, ini merupakan symbol reformasi komunitas-komunitas religius pada abad ke-16, meskipun demikian para Karmelit tetap menggunakan alas kaki tapi berupa sandal kasar.

Jalan hidup baru ini menyebar pada biara-biara kemudian yang didirikan, Yohanes sendiri diminta untuk membantu calon biarawan yang sedang belajar sebelum ditabiskan, dimana setiap pribadi dibantunya agar berkembang secara utuh, disatu sisi mereka perlu berkembang saecara akademis namun dilain sisi mereka perlu menghargai tradisi ordo yang memiliki landasan kemanusiaan yang kuat saat membantu orang lain. Ternyata tidak semua yang dibimbing Yohanes memiliki keseimbangan pandangan hidup yang sama, seperti para novis ordo Karmelit di Pastrana. Novis-novis di sini merasa mereka dibimbing oleh kepala novis yang aneh dan tidak rasional.

Th 1572 Yohanes bertugas sebagai bapak pengakuan di Biara Avila dimana St Teresa menjadi kepala. Selama di Avila, Yohanes selalu meluangkan waktunya bagi orang-orang miskin dan malang terutama untuk orang-orang sakit, juga tetap memberikan perhatian pada ibu dan kakaknya Fransisco yang bersedia membantu di biara sebagai tukang masak dan tukang yang memperbaiki bangunan.

Hukuman dan Penjara

Bulan Desember 1577 Yohanes diculik sekelompok biarawan dari Avila dan dibawa ke Toledo, dan kemudian dituduh oleh pemimpin ordonya sebagaoi pemberontak yang tidak taat pada peraturan ordo dan harus menjalani hukuman berdasarkan undang-undang ordo pada saat itu. Hukuman tersebut termasuk hukuman kurungan dan cambuk. Selama 8 bulan Yohanes mengalami masa-masa yang penuh troma yang mengerikan, namun dalam masa itulah Yohanes mendapatkan pengalaman religius yang diungkapkannya melalui puisi-puisi yang indah.

Tahun 1578, Yohanes berhasil melarikan diri dengan bantuan dan perlindungan dari biarawati di biara terdekat, ia kembali ke biara reformasi yang akhirnya memiliki organisasi sendiri sehingga dapat lebih independent dan kesalah pahaman dapat semakin berkurang. Kelompok reformasi ini disebut Discalced sementara yang lain disebut sebagai Karmelit taat.

Suasana menyenangkan ini berlangsung selama 10 tahun, dimana Yohanes menjalankan aktivitasnya dalam membimbing calon biarawan, memegang berbagai jabatan ordo, menulis puisi-puisi serta komentar dari puisinya, juga sebagai disainer biara-biara yang baru didirikan, dan Yohanes selalu membuka diri sebagai sahabat bagi semua orang.

Pemberontakan

Tahun-tahun terakhir hidupnya antara 1588-1591, kembali Kegelapan melingkupi Yohanes, dimulai dari perseteruan antara Nicholas Doria, pemimpin kelompok reformasi Discalced dengan Jerome Gracian, seorang tokoh karismatis sahabat St Teresa. Doria bersifat dingin sedangkan Gracian bersifat kurang sabar sehingga terjadi keretakan yang berpuncak pengusiran Gracian dari biara reformasi. Saat itu Yohanes yang merupakan wakil Doria berusaha menjelaskan bahwa mereka tidak seharusnya bersikap demikian tapi Doria melihatnya sebagai sikap pembangkangan dan kemudian bersikap sangat negative padanya. Salah seorang wakil Doria, yaitu Diego Evangelista sangat membenci Yohanes karena pernah ditegur, ia menggunakan tulisan-tulisan Yohanes untuk menjatuhkannya, disebarkan bahwa tulisan-tulisan tersebut merupakan bidaah, juga disebarkan tuduhan bahwa ajaran Yohanes tidak sejalan dengan ajaran ortodoks dan itu membuat orang-orang melepaskan diri dari gereja, karena apapun yang berbeda dari ajaran ortodoks dianggap pemisahan diri. Atas tuduhan ini Doria tidak melakukan apapun sehingga akibatnya walaupun dalam kondisi kurang sehat pd thn 1591 Yohanes dipindah ke biara terpencil yang sangat sangat sederhana di Andalusia. Kesehatan Yohanes semakin memburuk dan diperkirakan ia mengidap kangker kulit yang berkembang menjadi kangker tulang belakang. Pada tanggal 14 Desember 1591 Yohanes meninggal dalam damai dan pembacaan Kidung Agung oleh komunitas, bacaan yang sangat disukainya.

Tuduhan terhadap Yohanes perlahan memudar dengan sendirinya, karya-karyanya secara bertahap diterbitkan dan ajarannya diakui karena keindahan serta keagungannya. Pengakuan resmi dari Gereja ketika ia dinyatakan sebagai Santo pd tahun 1726, dan ditetapkan sebagai pelindung para penyair Spanyol pada tahun 1952.

Mistik dan Bahasa Cinta

Pengalaman kebersatuan yang mendalam dengan Allah sering disebut Mistik, ditengah kehidupan modern dimana orang-orang telah kurang berminat terhadap agama, ternyata ajaran Yohanes dapat membawa orang menemukan kerinduan terdalam sebenarnya yang sesungguhnya hanya dapat ditemukan dalam Allah. Yohanes banyak sekali menggunakan kata “cinta” dalam tulisannya, dan tulisannya banyak terpengaruhi oleh Kidung Agung yang tidak sekadar merupakan bacaan baginya tapi merupakan pengalaman mistik perjumpaan dengan Tuhan.

Dalam tulisan-tulisan para mistikus Nampak bahasa cinta erotis merupakan elemen penting untuk mengekspresikan pengalaman mistik, namun ajaran Kristiani yang seringkali menentang kenikmatan ragawi menjadikana hal ini sebagai paradoks. Dengan membaca Kitab Suci khususnya Kidung Agung paradoks ini dapat diatasi, Kidung Agung mengajak kita untuk menghargai pengalaman emosional akan cinta, kegembiraan atas keberadaan fisik sekaligus merefleksikan kepedihan karena ketiadaan, ketertarikan pria dan wanita berkaitan dengan cinta yang tidak saling mendominasi, namun ekspresi dari keseluruh pribadian manusia yang alamiah, sehat, gembira dan indah, sehingga hubungan Ilahi dan manusia merupakan hubungan yang saling melengkapi yang merupakan suatu metafora hubungan pria dan wanita.

Seorang mistikus adalah seorang yang menjauh dari gambaran tentang Tuhan, mereka membiarkan Tuhan di dalam misterinya namun semakin dalam menjalin hubungan didalam cinta yang kuat dan indah. Pengalaman mistik yang sulit dijelaskan dapat dibagikan Yohanes lewat kemampuannya menggambarkan hal tersebut dalam tulisannya.

Ajaran pokok Yohanes untuk bersatu dengan Allah

Konteks hidup yang terus menerus bersatu dengan Allah menurut St Teresa adalah hidup didalam doa, dimana doa yang dimaksud adalah meditasi atau hidup dalam kontemplatif yaitu kesadaran akan lingkupan Kasih Allah

Untuk dapat bersatu secara intim dengan Allah Yohanes dari Salib mengajarkan untuk melepas segala sesuatu yang merupakan halangan bagi hubungan tersebut. Pelepasan tersebut merupakan proses pemurnian diamana ada 3 masalah pokok yang erat kaitannya dengan pemurnian, yaitu :

1. Keheningan (silence)

2. Kesepian (solitude)

3. Kesederhanaan (simplicity)

1. KEHENINGAN ( SILENCE )

Kata DIAM bila direfleksikan lebih jauh ternyata membawa pengertian yang jauh lebih mendalam dan menuntut dari yang terduga. Diam badaniah umumnya jauh lebih mudah dari diam rohaniah. Acap kali karena alasan etika kita akan berusaha untuk diam ketika sedang mendengarkan, namun belum tentu di dalam batin juga diam dan mendengarkan, sering saat secara badaniah diam namun di dalam batin sudah sibuk menyusun tanggapan atau jawaban bahkan serangan, sehingga akan sulit untuk benar-benar memahami apa yang sesungguhnya hendak disampaikan. Mendengar adalah memahami apa yang sedang didengar, perkara setuju atau tidak adalah persoalan lain, di sini terlihat bahwa diam secara batin bukan soal yang mudah di dalam pergaulan juga di dalam berdoa.

Diam pada meditasi erat kaitannya dengan keheningan. Dalam Kitab Suci terdapat banyak hal dan nasehat tentang pentingnya diam untuk membantu kita menyadari pentingnya keheningan.
• 1 Tes 2:9, 4:11 → Latar belakang : umat Tesalonika saat itu tidak mau bekerja / malas karena menganggap Tuhan akan datang sehingga tidak perlu bekerja, di sini Rasul Paulus mengingatkan mereka untuk bekerja dengan tenang.

• Yes 30:15 (Dalam ketenangan dan pengharapan terletaklah kekuatanmu). → dalam ketenangan menjadi sungguh tahu apa yang diharapkan, dan menjadi dapat mengatur bermacam2 keinginan serta sanggup menyingkirkan keinginan yang tidak teratur.
• Mat 12:36 (Setiap kata sia-sia yang diucapkan seseorang harus dipertanggungjawabkan pada hari penghakiman) → bukan hal menakut-nakuti tapi Allah melihat pentingnya diam untuk menjaga diri, baik badan maupun batin untuk mengurangi hal-hal buruk yang perlu dipertanggungjawabkan.
Selain itu tokoh-tokoh rohani juga melihat peranan diam dalam kemajuan rohani
• Thomas Kempis dlm tulisannya “Mengikuti jejak Kristus” : Sebenarnya saya lebih ingin lebih sering diam … karena ngobrol mengenai hal-hal yang di dunia ini kerap kali menghambatku melangkah maju.
• Paus Gregorius Agung (590-604) : Dalam berbagai kotbah dan tulisan ia memperbandingkan saat masih di biara dan setelah dipanggil menjalankan tugas urusan Gereja. Ketika di biara ia menikmati ketenangan dari keheningan untuk memusatkan perhatian pada Allah, namun tugas menjadi Paus memerlukan banyak bicara saat mengurus perkara2, diawali berat menjalankannya hingga menjadi terbiasa banyak bicara, hal itu dilukiskannya melalui bahasa satranya : Dari ketinggian keheningan jatuh ke dalam lumpur obrolan yang mengotori hati.
• St Yohanes Salib : “Allah memberi kita PutraNya yaitu SabdaNya yang Tunggal, lain Sabda tak ada padaNya, dan dalam Sabda yang tunggal ini Allah telah mengatakan segala-galanya, sesuatu yang lain tidak dikatakan”
Contoh-contoh di atas memperlihatkan betapa berharganya keheningan untuk berkontak dengan manusia terlebih untuk mendengar apa yang hendak di Firmankan Tuhan.

Berikut adalah tahapan yang sering mengganggu keheningan

Tahap Pelanturan
Hal yang sangat mengganggu keheningan meditasi adalah pelanturan pikiran, namun bila disadari dapat dilihat ini hanyalah nafsu dari ego yang bersifat kekanak2an, karena berputar pada apa yang telah atau akan dilakukan / diinginkan.

Keheningan menuntut kita menempatkan budi dan kehendak diatas hawa nafsu. Nafsu tidak selalu buruk, namun nafsu harus dibawah kendali budi serta kehendak, dengan demikian menjadi manusia yang lengkap. Bila nafsu di atas budi dan kehendak maka akan timbul tindakkan yang tidak bisa dipertanggungjawabkan. Ada banyak ajaran rohani yang bagus tapi tidak dilaksanakan, mengapa ini terjadi ? penyebabnya adalah nafsu yang terus dilayani, membiarkan diri mencari apa yg saat itu menarik dan menghindari apa yang menakutkan.
Dengan bertambahnya usia, kia belajar menahan diri, namun perlu diselidiki apakah hal ini benar2 mengubah hati atau hanya bersifat lahiriah.

Tidak mudah menciptakan keheningan, nafsu sering muncul mengatasi budi terutama saat berdoa dan bermeditasi. Menyadari adanya nafsu yang ingin memecah hati dengan cara timbulnya banyak keinginan dan perasaan yang tidak terkendali, biarkan dia lewat di bawah kendali budi, dengan demikian nafsu menjadi teratur dan ikut membangun kemanusiaan kita sehingga siap mendengar dan menjalankan Firman Allah, dengan demikian terciptalah kedamaian, ketenangan, keheningan sejati. Menciptakan keheningan adalah syarat untuk semakin rela mentaati kehendak Allah., dengan demikian hidup dalam keheningan bukan tugas saat doa dan bermeditasi saja tapi tugas yang harus dijalankan sepanjang hari.

Sekarang dapat terlihat yang terjadi dalam keheningan adalah :

• Kita tidak terbebas dari pelanturan (bersumber pada nafsu / ego yang kekanak-kanakan)
• Pelanturan tidak dapat dihilangkan tapi dapat diatasi dengan tidak mengikuti pikiran yang timbul tsb. St teresa dari Avila menyamakan pelanturan sebagai orang gila yg mengajak bercakap2, tentu kita tidak memperdulikannya dan segera meninggalkannya.

Tahap Kenangan Masa Lampau / Luka Batin

Mungkin ada keadaan di suatu masa yang lalu yang ingin dilupakan karena menjadikan potret perjalanan hidup jadi tidak sempurna / tidak indah. Namun tidak dapat dipungkiri hal-hal terburuk sekalipun yang pernah terjadi merupakan bagian dari sejarah hidup yang tak terhapus dengan melupakannya. Melalui Rahmat Allah dalam bermeditasi hal tersebut dapat diingatkan kembali dan diterima secara wajar sehingga membuat jiwa terbebas dari tekanan juga topeng yang tidak disadari.

Pada satu sisi, terasa tidak enak bahkan menyakitkan teringat kembali kenangan yang hendak dilupakan, sehingga bila tidak menyadari seorang berada pada level ini, ia dapat menjadi gelisah, namun bila menyadari bahwa ini sesungguhnya merupakan rahmat Allah yang mengingatkannya agar dapat merasakan Kasih yang menyembuhkan.

Tahap ini akan menjadi pelanturan bila kembali nafsu dibiarkan mengambil kendali, dengan kesadaran akan hal ini dan membiarkannya berlalu, berarti membiarkan Kasih Allah semata yang memegang kendali, sungguh ini akan menjadi proses penyembuhan yang membawa pada keheningan yang dicari.

Tahap Tembok

Dengan selalu setia bermeditasi, ada saatnya menemui level tembok, keadaan seperti yang dilukiskan St Yohaanes dari Salib sebagai “malam gelap” dimana kita seakan terhalangi bersatu dengan Allah, ada rasa sakit dan ketidak mengertian tentang Allah, ada rasa yang berbaur dari mencintai dan merasa dekat denganNya sekaligus mencari dimana Allah, seorang mistikus yang menulis “The Cloud of Unknowing” mengatakan ini adalah tahap pengalaman an extential sorrow, kesakitan karena adanya halangan untuk bersatu denganNya. Tahap ini merupakan rahmat Allah dan bisa berlangsung lama, saat ini sebenarnya iman diperdalam dan diperkuat karena lambat laun namun pasti tembok satu persatu akan dibuka sehingga kita dapat melihat dan mengerti keindahan berelasi denganNya, saat itulah kita dapat mengalami kehadiran Allah secara baru dan tak terduga. Kapan hal ini terjadi tidak perlu menjadi soal, bila hal ini terjadipun yang perlu dilakukan adalah tetap menjaga keheningan, Allah sendiri yang akan melakukannya.
Hal tentang tembok ini dilukiskan Kitab Suci sebagai pengalaman Maria Magdalena. Tembok yang menghalangi pandangannya membuat ia tidak mengenali Yesus yang benar yang sesungguhnya ada bersamanya, namun ketika tembok itu runtuh yaitu saat Yesus sendiri yang meruntuhkannya dengan memangil nama pribadinya : Maria, ia tersadar dan segera mengenali Yesus, bukan Yesus yang ada dalam pikirannya tapi Yesus telah tersalib, bangkit dan hidup, Yesus yang memperkenalkan diriNya sendiri dalam rupa yang sesungguhnya.
Akhirnya, keheningan sejati baru tercipta bila ada campurtangan Allah, yang membebaskan kita dari segala bentuk-bentuk egoisme.

2. KESEPIAN ( SOLITUDE )

Manusia adalah mahluk social dimana secara umum selalu ingin mencari kawan dan berkumpul, namun ada saatnya masing-masing orang akan hadir sendiri-sendiri dihadapan Allah. Walaupun sekelompok orang berdoa bersama-sama tapi tetap kehadirannya dihadapan Allah berada dalam kesepian dan kesunyian masing-masing personal yang tidak terwakilkan oleh yang lain. Meskipun demikian doa yang sangat pribadi sekalipun tetap mempersatukan pribadi-pribadi yang berdoa. Hal ini dapat dilihat pada pertemuan lintas agama dimana pesertanya datang pada level bahasa-pikiran manusia, namun saat mereka bermeditasi bersama menurut tradisi masing-masing mereka masuk dalam keheningan, jelas masing-masing seorang diri, tetapi justru dalam keheningan dan kesendirian mereka menjadi dekat dan bersatu. Semakin dekat seseorang menuju Allah akan semakin dekat pula menuju sesama. Dengan demikian seorang yang dalam kesendirian menuju Allah saat bermeditasi sesungguhnya akan semakin dekat dan terbuka pada orang lain, hal ini terjadi bukan karena hanya dipersatukan oleh status atau organisasi tapi karena usaha / latihan meditasi yang menuju pusat yang sama yaitu Kasih Allah yang mempersatukan.

St Yohanes Salib melihat dengan tajam bahwa karya terbesar Yesus terjadi saat Ia berada dalam keadaan solitude, yaitu saat Ia tergantung sendiri di ketinggian kayu salib yang hina tampa hiburan bahkan serasa ditinggalkan oleh BapaNya. Tapi saat itulah saat kesepian dan derita dasyat Ia melaksanakan karya teragung dan terbesar yaitu mendamaikan manusia dengan Allah, melalui teladan ketaatanNya. Kematian Yesus bukan rencana sesungguhNya dari Allah, namun teladan ketaatan karena kasih pada Allah itulah yang mempersatukan dan yang menjadi focus perutusanNya walau salib harus dijalankan sebagai konsekwensi.

Solitude diperlukan dalam pemurnian, meskipun tidak semua orang tahan di dalamnya. Pada solitude seseorang akan bertemu dengan dirinya sendiri, dalam meditasi, solitude mungkin akan memunculkan kenangan buruk atau luka batin, Pada level ini diperlukan perjuangan yang, karena tidak ada yang dapat masuk dan menolong dalam kesolitude ini kecuali diri sendiri yang terbuka pada Rahmat Allah. Sama seperti Yesus yang memulai karyaNya melalui solitude di padang gurun, Ia melihat semua orang sebagai saudara yang dikasihi Allah, lemah lembut dan merangkul semua orang di dalam hatiNya.

Melalui solitude, kita juga dibawa bertemu dengan ego palsu, ego yang dipasang untuk menunjukkan siapa saya pada orang lain. Tidak ada perkembangan hidup rohani yang dilalui tampa kesulitan, karena melalui kesulitan kita dibentuk menjadi kuat, contoh sebatang pohon yang dalam pertumbuhannya selalu dalam perlindungan akan menjadi pohon yang tidak tahan menghadapi cuaca di luar. Bila tetap bertahan dalam segala kesulitan termasuk kesepian dan melihat betapa buruk dan kotornya diri saat bermeditasi yang dapat kita ibaratkan sebagai setumpuk pakian kotor, dapat dicuci di ruang batin rumah sendiri yaitu saat bermeditasi, tampa perlu ditampilkan pada umum. Melewati proses itu kita dapat melihat wajah orang lain dengan wajah baru, melihat diri sendiri dalam orang lain, karena ego yang membatasi sudah menjadi hilang.

3. KESEDERHANAAN (SIMPLICITY)

Kesederhanan berkaitan erat dengan kerndahan hati, dalam meditasi segala sesuatu menjadi sederhana karena memasukinya dengan iman seorang anak pada bapanya, seperti hubungan Yesus dengan BapaNya, membiarkan Bapa yang meraja dalam keseluruhan hidup dan matiNya, sehingga dapat berkata bukan apa yang ku kehendaki tapi apa yang Bapa kehendaki.
Santa Teresa dari Avila merumuskan kerendahan hati dengan sederhana yaitu : kebenaran. Maksudnya kalau kita menerima kenyataan diri dan tidak membohongi diri sendiri atau dan orang lain tentang siapa kita, menerima kenyataan diri baik dan buruknya itulah tanda kerendahan hati.

Acapkali ada topeng terpasang dalam pergaulan entah untuk menyembunyikan hal-hal yang tidak disukai orang atau untuk menunjukkan sifat yang tidak dimiliki untuk memperindah image kita. Tidak ada orang yang berani berdiridi hadapan orang lain dalam ketelanjangan rohani, artinya benar2 apa adanya, tetapi di hadapan Tuhan tidak mungkin menyembunyikan apapun. Melalui melalui level-level kesadaran kita dapat melihat bahwa kita belum sederhana, sering tampak gambaran diri yang belum dapat kita terima karena belum terintegrasi.namun dengan tekun hidup dalam kontemplasi kita akan semakin total menyerahkan diri pada Allah, semakin sadar kita sungguh sangat dikasihi oleh Allah. Keterbukaan hati membuat karya Roh leluasa di dalam diri memperlihatkan dosa dan kekurangan kita akan berubah menjadi bukti besarnya Kasih Allah, hati kita menjadi hati seorang anak, seperti hati Yesus, hati yang sederhana tidak mendua dan memakai topeng. Kegagalan dalam “mencuci pakaian kotor” janganlah membuat lari dan berhenti melakukan pemurnian, karena hal inipun tanda kerendahan hati melihat keterbatasan dan ketidakmampuan diri dan membiarkan Tuhan melihat waktu yang tepat.

Disadur dari http://diosdias.wordpress.com/

Renungan : Senin 13 Desember 2010

Renungan : Senin 13 Desember 2010
Bil 24:2-7,15-17a, Mzm 25:4bc-5ab,6-7c,8-9, Mat 21:23-27
(St. Lusia)

"Menerima Yesus adalah Mesias, berarti menerima dan melaksanakan sabda-Nya."

BACAAN INJIL:
Lalu Yesus masuk ke Bait Allah, dan ketika Ia mengajar di situ, datanglah imam-imam kepala serta tua-tua bangsa Yahudi kepada-Nya, dan bertanya: "Dengan kuasa manakah Engkau melakukan hal-hal itu? Dan siapakah yang memberikan kuasa itu kepada-Mu?" Jawab Yesus kepada mereka: "Aku juga akan mengajukan satu pertanyaan kepadamu dan jikalau kamu memberi jawabnya kepada-Ku, Aku akan mengatakan juga kepadamu dengan kuasa manakah Aku melakukan hal-hal itu. Dari manakah baptisan Yohanes? Dari sorga atau dari manusia?" Mereka memperbincangkannya di antara mereka, dan berkata: "Jikalau kita katakan: Dari sorga, Ia akan berkata kepada kita: Kalau begitu, mengapakah kamu tidak percaya kepadanya? Tetapi jikalau kita katakan: Dari manusia, kita takut kepada orang banyak, sebab semua orang menganggap Yohanes ini nabi." Lalu mereka menjawab Yesus: "Kami tidak tahu." Dan Yesuspun berkata kepada mereka: "Jika demikian, Aku juga tidak mengatakan kepadamu dengan kuasa manakah Aku melakukan hal-hal itu."
Demikianlah Injil Tuhan hari ini.

PERMENUNGAN:

Sama seperti Injil kemarin, ketika Yesus ditanya apakah Dia Mesias yang dinantikan atau tidak, Yesus tidak langsung memberi jawaban, tetapi Dia mengajak yang bertanya untuk melihat apa yang Dia perbuat dan memutuskan sendiri, dengan harapan tentu dengan melihat semunya itu, mereka percaya bahwa Yesus adalah Mesias yang dinanti-nantikan. Dalam Injil hari ini juga, ketika Yesus mengajar di Bait Allah, imam-imam kepala serta tua-tua bangsa Yahudi bertanya kepada-Nya, "Dengan kuasa manakah Engkau melakukan hal-hal itu? Dan siapakah yang memberikan kuasa itu kepada-Mu?" Yesus tidak langsung menjawab tetapi balik memberi suatu pertanyaan kepada mereka sehubungan asal dari baptisan Yohanes pemandi. Yesus balik bertanya karena Dia tahu hati dan niat jahat para imam-imam kepada dan serta tua-tua bangsa Yahudi itu. Seharusnya dengan melihat dan mendengarkan pengajaran Yesus, mereka sudah bisa menangkap bahwa Yesus adalah Mesias yang dinantikan seperti yang telah diwartakan oleh para nabi dan kemudian ditegaskan oleh Yohanes Pemandi. Mereka tetap tidak percaya dan tidak mau bertobat.

Demikianlah halnya yang sering terjadi dalam hidup kita umat kristiani. Kita sudah sering mendengar Yesus bersabda kepada kita, secara khusus pada masa adven ini yang menyerukan bahwa Yesus adalah Mesias dan juga menyerukan pertobatan, namun kita kurang memperhatikannya dan belum sepenuhnya bertobat. Mungkin Sabda Tuhan yang kita dengar terasa indah, tetapi tidak kita resapkan dalam hati sehingga kita belum melaksanakannya dan belum mau bertobat. Sama halnya, pada saa ibadah hari Minggu, Sabda Yesus diwartakan dan umat yang hadir pada saat itu, pasti banyak yang seperti imam-imam kepala dan tua-tua bangsa Yahudi, mendengar tetapi tidak mau percaya dan malah mungkin menganggap Sabda itu bukan untuk dirinya, tetapi untuk orang lain. Seperti mereka itu, kita mendengar Sabda Tuhan tetapi kita tidak percaya karena kita tidak mau mengubah hidup dan perilaku kita seperti yang dikehendaki sabda itu, kita tidak mau kehilangan kesenangan kita, kita tidak mau berkorban dalam melaksanakan sabda itu. Juga mungkin kita semua mengakui Sabda yang kita dengar itu sangat baik, berguna dan akan membawa kita ke kebahagiaan dan keselamatan kekal, tetapi kita tidak berani mengakui. Kita tidak berani bersaksi akan kebenaran Sabda Tuhan yang akan membawa kita ke kehidupan kekal.

Imam-imam kepala dan tua-tua bangsa Yahudi menolak Yesus Sang Mesias dan juga menolak sabda keselamatan yang mereka dengarkan. Menerima Yesus sebagai Mesias, berarti juga menerima sabda yang diwartakan-Nya. Juga sebaliknya menerima sabda yang diwartakan Yesus berarti juga menerima Dia sebagai Mesias. Dengan demikian, mari kita mengakui dan berani bersaksi bahwa Yesus adalah Mesias. Pengakuan dan kesaksian kita, kita nyatakan dalam mendengarkan sabda keselamatan yang diwartakan-Nya, mengubah hidup kita sesuai dengan sabda itu dan bersaksi bahwa Dia adalah Mesias.

REFLEKSI PRIBADI:

1. Baca, dengarkan, renungkan dan hayatilah sabda yang Anda dengarkan.

2. Berusahalah selalu mengakui dan memberi kesaksian bahwa Yesus adalah Mesias.

 
Maka hendaklah sekarang ini kelebihan kamu mencukupkan kekurangan mereka, agar kelebihan mereka kemudian mencukupkan kekurangan kamu, supaya ada keseimbangan! (2Kor 8:14)