Pembangunan Gereja Paroki Tigalingga

Pembangunan Gereja Paroki sedang berlangsung. Kami sangat mengarapkan uluran kasih para Saudara untuk membantu.

Gotong Royong Pembangunan Gereja

Tidak ada kata yang bisa melukiskan pengalaman indah pada waktu gotong royong pengecoran lantai 2 bangunan Gereja selain, suatu keyakinan bahwa semuanya dapat terlaksana adalah karena MUKJIJZAT ALLAH BEKERJA.

Pengecoran Lantai Panti Imam Gereja

Pengecoran Lantai 2 bangunan Gereja ini dilakukan pada hari Selasa, 30 Agustus 2011 yang lalu. Luas yang dicor adalah 19 m x 24 m. Hujan yang mengguyur tidak menyurutkan semangat umat.

Kerjasama Imam dan Umat

Uskup emeritus KAM, Mgr. A.G.Pius Datubara OFM.Cap, datang berkunjung ke Paroki dan memberi semangat pada umat dalam pembangunan Gereja Paroki. Para pastor juga ikut berkerja bersama umat dalam pembangunan Gereja.

Misa Tridentin: Warisan Liturgi Yang Dipertahankan

HIDUPKATOLIK.com - Paus Benediktus XVI mengeluarkan Surat Apostolik Summorum Pontificum yang menjamin penggunaan Misa Tridentin...

Pembinaan Para Pengurus Gereja

Tidak sedikit umat katolik yang kerap menganggap bahwa Liturgi adalah sekedar perayaan wajib biasa yang dilaksanakan pada hari minggu.

Pertemuan Ibu-Ibu dan Pesta Pelindung Paroki

Pertemuan para ibu se-paroki telah terlaksana pada hari Kamis-Sabtu, 15 s/d 16 Juli 2011. Pertemuan ini mengundang semua ibu katolik yang ada di paroki untuk hadir dalam pertemuan/pembinaan para ibu katolik dan juga segaligus menjalin kebersamaan para ibu. Penutupan pertemuan sikaligus Pesta Pelindung Paroki.

Pembinaan Asmika se-Paroki

Biarkanlah anak-anak datang kepada-Ku; inilah yang menjadi tema dari pertemuan dan pembinaan minggu gembira yang telah berlangsung dengan sangat baik.

Mudika Ambil bagian dalam pembangunan Gereja Paroki

Mudika paroki tidak mau berpangku tangan melihat pembangunan Gereja paroki. Para mudika juga ambil bagian dengan mengumpulkan kerikil di sungai.

Pengecoran Lantai Balkon Gereja (Bagian 1)

Umat dari lingkungan paroki dan juga dari beberapa stasi kembali bekerja sama dengan bergotong royong membangun gereja paroki. Untuk kali ini, umat bergotong royong men-cor lantai balkon bangunan Gereja.

Pengecoran Lantai Balkon Gereja (Bagian 2)

Allah peduli. Karena kepedulian Allah atas pembangunan rumah-Nya ini, maka kami kamipun peduli dan bisa melanjutkan pembangunanini. Kepedulian Allah kami rasakan juga lewat kepedulian para Saudara.

Pengecoran Lantai Balkon Gereja (Bagian 3)

Mari kita memuliakan Tuhan, tidak hanya dengan kata2 indah, tetapi dengan perbuatan nyata dengan rela berkorban.

Pertemuan akhir Tahun 2011 Pengurus Gereja se-Paroki

Para pengurus Gereja adalah ‘ujung tombak’ Gereja khususnya di stasi-stasi. Peran para pengurus Gereja ini sangat sentral dalam kehidupan Gereja di stasi-stasi.

Gua Maria dan Menyambut Hari Raya Natal

Persiapan menyambut hari Raya Natal 25 Desember 2011.

Rahmat dan Perlindungan Tuhan

Pastor Anton Manik O.Carm selamat dari kecelakaan mobil masuk jurang.

Rekoleksi dan Aksi Panggilan

Biarkanlah anak-anak datang kepada-Ku.

Pesan Prapaskah Kepausan 2012

"Kita Tidak Boleh Diam Saja terhadap Kejahatan" "Marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih dan dalam pekerjaan baik" (Ibr. 10:24).

Pembangunan Gereja Santo Petrus Stasi Rante Besi

Dalam kemiskinan, kesederhanaan, umat membangunan Gereja. Meraka tidak memiliki uang, tetapi mereka memiliki harapan dan iman pada Tuhan.

Misa Perdana Pastor Andreas Korsini Lamtarida Simbolong O.Carm

Puji Syukur pada Tuhan, karena berkat-Nya, misa Perdana Pastor Andreas Lamtarida Simbolon O.Carm bersama 4 Pastor Karmel yang baru ditahbiskan, dapat terlaksana dengan baik pada hari Rabu 31 Oktober 2012 di Stasi Gundaling 1, paroki Maria dari gunung Karmel Tigalingga.

Bakti Sosial : Pengobatan Gratis

Dalam Rangka Menyongsong Jubileum Gereja Katolik di Dairi dan Pakpak Bharat, diadakan bakti Sosial Pengobatan Gratis di Paroki Maria dari Gunung Karmel Tigalingga, pada 9 Desember 2012 yg lalu. Puji syukur pada Tuhan, kegiatan ini berlangsung dengan sangat memuaskan.

Mari Berbagi Berkat Tuhan

 photo UskupEmeritusKAMMgrPiusDautabra.jpg Photobucket

MENDAMBAKAN BERKAT TUHAN

SYALOM...SELAMAT DATANG.
"Maka hendaklah sekarang ini kelebihan kamu mencukupkan kekurangan mereka, agar kelebihan mereka kemudian mencukupkan kekurangan kamu, supaya ada keseimbangan."(2Kor 8:14)
"Muliakanlah Tuhan dengan hartamu dan dengan hasil pertama dari segala penghasilanmu." (Amsal 3:9)
"Janganlah menahan kebaikan dari pada orang-orang yang berhak menerimanya, padahal engkau mampu melakukannya." (Amsal 3:27)
"Barangsiapa mempunyai harta duniawi dan melihat saudaranya menderita kekurangan tetapi menutup pintu hatinya terhadap saudaranya itu, bagaimanakah kasih Allah dapat tetap di dalam dirinya?" (1 Yohanes 3:17)
Saya Pastor Paroki Maria dari Gunung Karmel Tigalingga, atas nama Panitia Pembangunan dan semua umat, memohon bantuan uluran kasih/dana untuk pembangunan Gereja Paroki. Kami sangat membutuhkan berkat Tuhan lewat uluran tangan dari para donatur.
Kami berharap dan berdoa Para Saudara berkenan berbagi berkat Tuhan kepada kami untuk pembangunan Gereja ini yang adalah rumah Tuhan sendiri.
BRI 5379 Unit Tigalingga Sidikalang
No. Rekening : 5379-01-000112-50-8
Nama : PANITIA PEMBANGUNAN GEREJA KATOLIK.
ATAU
BCA KCU MEDAN
NO.0222053453.
Atas Nama : ADYTIA PERMANA P.
(Adytia Permana P. adalah Romo Adytia Permana Perangin-angin O.Carm. Beliau dulu bertugas di Paroki Tigalingga, juga mengawali pembangunan ini, namun sekarang beliau bertugas di Keuskupan Agung Medan sebagai ekonom.Beliau kami minta buka rekening di BCA khusus untuk pembangunan ini, karena di daerah kami tidak ada BCA.)
Kami sangat senang bila sudah mentransfer persembahan, bapak/ibu/saudara/saudari memberitahukan ke kami melalui:
E mail ke :.
parokimariagk3lingga@yahoo.com
atau di SMS ke:.
Romo Anton Manik O.Carm : 081370836645
Romo Willy O.Carm : 081333837433
Untuk lebih jelasnya permohnan kami ini, Para Saudara dapat melihatnya di sini.... Sehubungan dengan Gambar pembangunan dapat melihatnya di sini....
Demikian kiranya Permohonan ini kami sampaikan. Atas dukungan, doa dan bantuan Bapak, Ibu dan Para Saudara-Saudari, kami mengucapkan banyak terima kasih.Berkat Tuhan senantiasa menyertai kita semua. Amin.
HORMAT KAMI:
Pastor Antonius Manik O.Carm

VARIA PAROKI

REKOLEKSI DAN AKSI PANGGILAN TELAH TERLAKSANA DENGAN SANGAT BAIK ;"> "APA YANG KAMU CARI?" (Yoh 1:38).
Puji syukur pada Tuhan, karena Rekoleksi dan Aksi panggilan untuk siswa-siswi Katolik Usia SMP dan SMA se-paroki Tigalingga sudah terlaksana dengan sangat baik. Kegiatan ini dihadiri hampir 400 orang anak. Semuanya dapat terlaksana hanya karena berkat Tuhan. Terimakasih juga kami sampaikan kepada semua Saudara yang telah mendukung dan mendoakan kegaitan kami ini. Kegiatan ini dilaksanakan hanya dengan menggunakan dana partisipasi peserta dan swadaya paroki, karena tidak mendapatkan bantuan dari donatur manapun, namun karena berkat Tuhan dan doa para Saudara, semuanya dapat berjalan dengan sangat baik. Semoga dari antara anak-anak ini, kelak ada yang menjadi Imam dan biarawan-biarawati.
Photobucket
Tuhan memberkati kita.
Kegembiraan dan Persaudaraan
Photobucket
Hari Ulang tahun Romo Anton M.Carm yang seharusnya tanggal 15 Januari 2010, baru dirayakan hari Minggu Minggu 16 Januari 2011 lalu, bersama Romo-romo Karmel se-Dairi, bersama beberapa umat Paroki Tigalingga di Aula Paroki Tigalingga. Pada kesempatan itu, Rm. Bernad O.Carm, pastor paroki Sidikalang memberi kado ulang tahun yakni 20 sak semen untuk pembangunan Gereja dan Rm. Anton sendiri menyumbangkan semua hadiah ultah untuk pembangunan Gereja. Saat itu, hadiah uang yang diperoleh sebanyak Rp. 1.100.000,-. Lumayanlah untuk tambahan dana pembangunan Gereja. Trimakasih buat semuanya.
Saldo Pesta Pelantikan Pengurus Gereja dan Penerimaan Sakramen Krisma, 6-7 Nop. 2010.
Pada hari Kamis 18 Nopember 2010 telah diadakan Evaluasi dan pembubaran Panitia. Saldo dari kegiatan tersebut adalah Rp. 22.320.500 Acara ini dapat berjalan dengan baik karena partisipasi semua umat. Dana juga bisa Saldo karena umat menyumbangkan hasil-hasil pertanian mereka dengan harapan ada Saldo untuk pembangunan Gereja Paroki.Jadi selain dana partisipasi dari umat, juga umat menyumbangkan hasil pertanian yang dibutuhkan untuk mengurangi dana konsumsi. Syukur pada Tuhan, akhirnya memang ada saldo untuk dana pembangunan Gereja. Terimakasih kami ucapkan kepada semua umat Paroki, DPP, Para Panitia, Para Donatur dan siapa saja yang mendoakan dan mendukung kegitan ini. Yesus memberkati kita semua selalu. Amin.

Renungan : Hari Minggu Biasa II 16 Januari 2011

Renungan : Hari Minggu Biasa II 16 Januari 2011
Yes 49:3,5-6, Mzm 40:2,4ab,7-8a,8b-9,10, 1Kor 1:1-3, Yoh 1:29-34

"Tentu sia-sia kita bersaksi bahwa Yesus adalah Anak Domba Allah yang telah menghapus dosa manusia, kalau kita sendiri tidak memberi bukti nyata bahwa kita telah ‘dikuduskan’ karena dosa-dosa kita sudah dihapus oleh Yesus, yakni tanpa mengupayakan hidup yang kudus."

BACAAN INJIL:
Pada keesokan harinya Yohanes melihat Yesus datang kepadanya dan ia berkata: "Lihatlah Anak domba Allah, yang menghapus dosa dunia. Dialah yang kumaksud ketika kukatakan: Kemudian dari padaku akan datang seorang, yang telah mendahului aku, sebab Dia telah ada sebelum aku. Dan aku sendiripun mula-mula tidak mengenal Dia, tetapi untuk itulah aku datang dan membaptis dengan air, supaya Ia dinyatakan kepada Israel." Dan Yohanes memberi kesaksian, katanya: "Aku telah melihat Roh turun dari langit seperti merpati, dan Ia tinggal di atas-Nya. Dan akupun tidak mengenal-Nya, tetapi Dia, yang mengutus aku untuk membaptis dengan air, telah berfirman kepadaku: Jikalau engkau melihat Roh itu turun ke atas seseorang dan tinggal di atas-Nya, Dialah itu yang akan membaptis dengan Roh Kudus. Dan aku telah melihat-Nya dan memberi kesaksian: Ia inilah Anak Allah."
Demikianlah Injil Tuhan bagi kita hari ini.

RENUNGAN:

Kita mungkin masih ingat Susi Susanti, Chris John dan bintang Televisi lainnya selalu membuat tanda salib sebelum dan sesudah pertandingan. Beberapa kali saya saksikan seorang bintang Televisi saat mendapat bintang anugerah atas prestasinya, ntah itu bintah sinetron atau atlit, mereka dengan ‘lantang’ mengatakan rasa syukur kepada Yesus Kristus yang menganugerahkan semuanya kepada mereka. Mereka berani ‘memamerkan’ iman dan agama mereka di hadapan ribuan bahkan mungkin jutaan pemirsah yang pasti tidak semuanya orang kristiani. Apakah mereka juga melakukan hal yang sama bila kalah? Itu bukan soalan kita. Yang pasti mereka seakan tidak takut bila karena sikap mereka itu, penggemarnya yang bukan kristiani menjadi tidak menyukai mereka. Mereka berani memperlihatkan identitas mereka di hadapan public dan bahkan menyatakan iman kristiani mereka.

Memang itu bukan menjadi ukuran atau jaminan untuk mengatakan iman kekatolikan mereka itu sudah mendalam. Karena bagaimanapun, kesaksian akan iman tidak cukup hanya dengan kata-kata, tetapi harus sungguh nyata dalam perilaku hidup sehari-hari yang sesuai dengan kehendak Allah. Namun, paling tidak mereka berani melakukannya hal itu di hadapan jutaan public. Pasti masih banyak umat kristiani atau katolik yang juga melakukan hal yang sama, berani bersaksi atas iman mereka, walau memang tidak dipublikasikan dan disaksikan oleh jutaan orang. Namun kenyataannya juga, banyak umat kristiani yang dengan sengaja menyembunyikan iman kristianinya, dan bahkan mungkin dengan mudah melepaskan imannya dan berpindah agama hanya karena alasan uang, kekayaan, harta dan pangkat. Bahkan mungkin ada yang dengan mudah berpindah dari agama kristiani menjadi non kristiani hanya karena sakit hati kepada orang-orang terntentu. Sakit hati kepada orang tertentu, tetapi iman dan kesalamatan yang sudah dia peroleh dalam Yesus malah dikorbantkan.

Menjadi murid Yesus Kristus, berarti dipanggil pada keselamatan dan sekaligus mengandung suatu perutusan untuk menjadi saksi-saksi Yesus Kristus. Panggilan dan perutusan ini, 2 hal yang berebeda tetapi tidak bisa dipisahkan satu sama lain. Panggilan kita pada keselamtan, semamin disempurnakan dalam perutusan itu pula. Yohanes pembaptis menjadi tokoh teladan bagi kita untuk hidup menjadi saksi-saksi Yesus Kristus. Yohanes dengan rendah hati mengakui bahwa dirinya bukanlah Mesias yang dinanti-natikan. Dia juga dengan rendah hati mengakui bahwa semula dia tidak mengenal Yesus, tetapi berkat wahyu Allah akhirnya dia mengenal Yesus lah Mesias itu. Dia akhirnya mengenal Yesus adalah Mesias lewat tanda Roh yang turun atas Yesus dan diam dalam Yesus saat Dia dibaptis. Sesudah peristiwa itu, Yohanes dengan terang-terangan memberi kesaksian kepada para pengikutnya dan orang banyak, bahwa Yesus adalah Mesias, Anak Domba Allah yang diutus untuk menghapus dosa manusia. Yohanes Pembaptis juga memberi kesaksian bahwa Yesus Mesias akan membaptis kita dalam Roh Kudus. Dengan baptisan itu, kita telah disucikan kembali dan dijadikan anak-anak Allah dalam Roh Kudus. Sungguh Yohanes memberi kesaksian yang sempurna, dia tidak hanya memberi kesaksian akan Yesus, tetapi juga akan baptisan yang kita terima dalam nama Yesus. Rasul Paulus menegaskan baptisan yang telah kita terima dalam Yesus dengan mengatakan, bahwa kita dikuduskan dalam Kristus Yesus dan dipanggil menjadi orang-orang kudus, dengan semua orang di segala tempat. Berkat baptisan itu pula Kasih karunia dan damai sejahtera dari Allah, Bapa kita, dan dari Tuhan Yesus Kristus menyertai kamu.

Sekarang persoalannya, beranikah kita menjadi saksi atas semuanya itu? Yohanes pembaptis dan Rasu Paulus menjadi saksi-saksi Kristus. Kitapun harus menjadi saksi-saksi Yesus Kristus, dengan memberi kesaksian bahwa Yesus adalah Anak Domba Allah yang telah mengapus dosa manusia. Menjadi saksi-saksi Kristus tentu tidak cukup hanya dengan membuat tanda salib di depan public atau hanya dengan kata-kata. Kesaksian yang demikian hendaknya semakind disempurnakan lagi dengan perilaku hidup yang baik dan perbuatan baik yang membawa damai bagi dunia kita.

Kita membari kesaksian bahwa Yesus adalah Mesias, Anak Domba Allah yang telah datang dan mengorbankan diri untuk menyelamatkan kita, menguduskan kita dan bahkan menjadikan kita orang-orang kudus. Kesaksian atas hal ini kita nyatakan dalam hidup yang selalu memelihara kekudusan hidup yang sudah kita dapatkan berkat anugerah Anak Domba Allah. Memelihara kekudusan hidup tentunya dengan berusaha hidup dalam kuasa Roh Kudus, hidup yang senantiasa melakukan kehendak Allah sereta menghindarkan hidup yang tidak sesuai dengan kehendak Allah. Dengan hidup yang demikian, kita memberi kesaksian bahwa Yesus Anak Domba Allah telah menguduskan kita dan menjadikan kita kudus. Tentu sia-sia kita bersaksi bahwa Yesus adalah Anak Domba Allah yang telah menghapus dosa manusia, kalau kita sendiri tidak memberi bukti nyata bahwa kita telah ‘dikuduskan’ karena dosa-dosa kita sudah dihapus oleh Yesus, yakni tanpa mengupayakan hidup yang kudus.

Lebih lanjut Rasul Paulus berkata, “Kasih karunia dan damai sejahtera dari Allah, Bapa kita, dan dari Tuhan Yesus Kristus menyertai kamu.” Orang kristiani juga harus memberi kesaksian akan kasih karuni dan damai sejahtera telah tinggal dalam dunia kita. Tugas dan pewartaan ini ditujukan kepada kita semua, kapan pun dan di manapun. Paulus mengajarkan kepada kita agar kita bersaksi akan Yesus dengan hidup yang membawa kasih karunia dan damai sejahatera bagi sesama kita. Paulus berani mengatakan itu kepada jemaat di Korintus, karena memang dia memberi kesaksian dengan hidupnya. Kita pun hendaknya berani mengatakan demikian dalam keluarga bagi anggota keluarga, bagi sesama di tempat kerja kita, kepada sesama dalam kehidupan atau lingkungan masyarakat kita. Namun tentu apa yang kita katakan, nyata dalam perilaku kita yang membawa kasih karunia dan damai sejahtera Allah.

Yohanes pembaptis mengakatakan bahwa Yesus telah membaptis kita dalam Roh, maka Roh itupun telah berdiam dalam diri kita, sehingga kalau kita mau dan berani, kita akan dapat menjadi saksi-saksi Kristus, karena Roh itu akan bekerja bersama kita untuk menyempurnakan kesaksian kita. Dalam dan bersama Roh Allah, kita pasti bisa menjadi saksi-saksi Kristus yang handal. Amin.

Bacaan Hari Minggu Biasa II, 16 Januari 2011 (Bahasa Batak Toba)

Bacaan Hari Minggu Biasa II, 16 Januari 2011 (Bahasa Batak Toba)
Yes 49:3,5-6, Mzm 40:2,4ab,7-8a,8b-9,10, 1Kor 1:1-3, Yoh 1:29-34

"Asa nunga huida jala huhajongjongkon: Ibana do Anak ni Debata."

BARITA NAULI:
Torang ni arina i diida si Johannes ma Jesus ro tusi, jadi didok ma: On do Birubiru ni Debata, na mamorsan dosa ni portibi on! Ibana do na hudok i: Sian pudingku ro sada halak, naung jumolo adong asa ahu; ai parjolo hian do Ibana. Ahu pe, ndang hutanda Ibana; alai asa tandap Ibana di halak Israel, umbahen na ro ahu mandidihon aek. Dung i dihatindangkon si Johannes ma, ninna ma: Huida do Tondi i tuat songon darapati sian banua ginjang i jala mian di Ibana! Ahu pe, ndang hutanda Ibana jolo. Alai Ibana na marsuru ahu mandidihon aek, I do mandok tu ahu: Ia tusi diida ho tuat Tondi i jala mian di Ibana, Ibana do sididihon Tondi Parbadia. Asa nunga huida jala huhajongjongkon: Ibana do Anak ni Debata.
Songon I ma Barita Nauli na dipatolhas tu hita sadari on.

Bacaan Hari Minggu Biasa II, 16 Januari 2011 (Bahasa Karo)

Bacaan Hari Minggu Biasa II, 16 Januari 2011 (Bahasa Karo)
Yes 49:3,5-6, Mzm 40:2,4ab,7-8a,8b-9,10, 1Kor 1:1-3, Yoh 1:29-34

"Enggo kuidah Kesah Si Badia e nusur i Surga nari bagi nderapati janah ringan i bas Ia."

BERITA SI MERIAH:
Pepagina idah Johanes reh Jesus ndahi ia. E maka nina Johanes, "Nehenlah, enda me Anak Biri-biri Dibata, si ngangkut dosa doni enda! Kerna Ia me katangku asum ningku, 'Pudin Ia reh asa aku, tapi belinen Ia asa aku, sabap ope denga aku tubuh pe Ia enggo lit.' Aku pe nai labo kutandai Ia tapi guna mpetandaken Ia man kalak Israel, reh aku mperidiken alu lau." Tole nina Johanes, "Aku pe nai labo kueteh ise Ia. Tapi Dibata si nuruh aku mperidiken alu lau, ngataken man bangku nina, 'Adi idahndu pagi Kesah Si Badia nusur janah ringan i bas sekalak manusia, Ia me si mperidiken alu Kesah Si Badia.' Enggo kuidah Kesah Si Badia e nusur i Surga nari bagi nderapati janah ringan i bas Ia. Kukataken man bandu maka Ia kap Anak Dibata.
Enda me kap Injil Tuhanta.

Bacaan Hari Minggu Biasa II 16 Januari 2011

Hari Minggu Biasa II 16 Januari 2011
Yes 49:3,5-6, Mzm 40:2,4ab,7-8a,8b-9,10, 1Kor 1:1-3, Yoh 1:29-34

"Aku telah melihat Roh turun dari langit seperti merpati, dan Ia tinggal di atas-Nya."

BACAAN INJIL:
Pada keesokan harinya Yohanes melihat Yesus datang kepadanya dan ia berkata: "Lihatlah Anak domba Allah, yang menghapus dosa dunia. Dialah yang kumaksud ketika kukatakan: Kemudian dari padaku akan datang seorang, yang telah mendahului aku, sebab Dia telah ada sebelum aku. Dan aku sendiripun mula-mula tidak mengenal Dia, tetapi untuk itulah aku datang dan membaptis dengan air, supaya Ia dinyatakan kepada Israel." Dan Yohanes memberi kesaksian, katanya: "Aku telah melihat Roh turun dari langit seperti merpati, dan Ia tinggal di atas-Nya. Dan akupun tidak mengenal-Nya, tetapi Dia, yang mengutus aku untuk membaptis dengan air, telah berfirman kepadaku: Jikalau engkau melihat Roh itu turun ke atas seseorang dan tinggal di atas-Nya, Dialah itu yang akan membaptis dengan Roh Kudus. Dan aku telah melihat-Nya dan memberi kesaksian: Ia inilah Anak Allah."
Demikianlah Injil Tuhan bagi kita hari ini.

Beatifikasi Paus Yohanes Paulus II akan dilaksanakan tanggal 1 Mei yang akan datang, enam tahun sejak kematiannya

Beatifikasi Paus Yohanes Paulus II akan dilaksanakan tanggal 1 Mei yang akan datang, enam tahun sejak kematiannya.
Oleh: Shirley Hadisandjaja Mandelli
Milano, 14 Januari 2011
VATIKAN
Beatifikasi Paus Yohanes Paulus II akan dilaksanakan enam tahun sejak kematiannya.

Seperti yang diketahui, berdasarkan norma Kanonik, pelaksanaan proses beatifikasi seharusnya menunggu lima tahun sejak kematian seorang kandidat. Namun demikian, Paus Benediktus XVI telah menguranginya dengan mempertimbangkan kekudusan Paus Yohanes Paulus II sejak masa hidupnya, pada saat dan sesudah kematiannya.

Tanggal 13 Mei 2005 Bapa Suci Benediktus XVI, beberapa minggu setelah pentahbisannya, mengumumkan keputusannya dalam bahasa latin di Katedral Santo Yohanes di Roma, dihadapan para Kolega Imam Roma, untuk mengijinkan segera pembukaan dari proses penyebab kanonik untuk Paus Yohanes Paulus II. Paus asal Polandia itulah yang pertama kalinya tanpa mendahului norma Kanonik, mengijinkan awal proses beatifikasi untuk Bunda Teresa di Kalkuta, yang meninggal tahun 1997 dan dibeatifikasi tahun 2003.

Pada tanggal 1 Mei yang akan datang, Hari Minggu kedua Paskah, Hari Raya Kerahiman Ilahi, Bapa Suci Benediktus XVI sendiri yang akan memimpin upacara ritus beatifikasi Paus Karol Wojtyla. Penutupan dari proses beatifikasi untuk Paus Wojtyla di awal tahun 2011 ini menunjukkan bahwa kerja keras telah dilakukan, dengan melakukan evaluasi atas begitu banyaknya dokumen-dokumen dan mendengarkan banyaknya kesaksian-kesaksian, untuk menganalisi masa kepausan selama hampir 27 tahun dan seluruh hidup dari seorang tokoh yang telah menandai bukan saja sejarah Gereja di abad 20.

Dalam sebuah catatan informasi dari Kongregasi bagi Penyebab Orang Kudus mengatakan: "Hari ini, 14 Januari 2011, Bapa Suci Benediktus XVI, selama audiensi yang diberikan kepada Kardinal Angelo Amato, Kepala Kongregasi bagi Penyebab Orang Kudus, telah memberikan wewenang kepada pemimpin kongregasi itu untuk mengumumkan Dekret atas Mukjizat dari Allah yang berkaitan dengan kesembuhan Suster Marie Pierre Simon dari penyakit Parkinson, berkat perantaraan Hamba Allah yang diMuliakan Yohanes Paulus II (Karol Wojtyla). Dengan demikian, keputusan ini mengakhiri proses yang mendahului ritual beatifikasi.

Peti mati Paus Yohanes Paulus II akan dipindahkan ke bawah gua Basilika Santo Petrus dan tidak akan dibuka: tidak akan ada proses exhumasi (penggalian)”, demikian P. Federico Lombardi, Juru Bicara Vatikan menyatakan di dalam konferensi pers mengenai beaitifikasi Paus Wojtyla. Jenasah Paus Yohanes Paulus II “tidak akan ditampakkan, dan akan di selungkup di dalam makam yang ditutup oleh batu marmer sederhana dengan tulisan:. Beatus Ioannes Paulus II"

http://www.pondokrenungan.com/
(dari sumber: Sala Stampa Vaticana, VIS, Il Giornale edisi 14 Januari 2011)

Renungan harian : 15 Januari 2011

Renungan harian : 15 Januari 2011
Ibr 4:12-16, Mzm 19:8-9,10,15, Mrk 2:13-17
(Arnoldus Janssen, Aloysius Variara,Maurus & Plasidus)


"Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit; Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, melainkan orang berdosa."

BACAAN INJIL:
Sesudah itu Yesus pergi lagi ke pantai danau, dan seluruh orang banyak datang kepada-Nya, lalu Ia mengajar mereka. Kemudian ketika Ia berjalan lewat di situ, Ia melihat Lewi anak Alfeus duduk di rumah cukai lalu Ia berkata kepadanya: "Ikutlah Aku!" Maka berdirilah Lewi lalu mengikuti Dia. Kemudian ketika Yesus makan di rumah orang itu, banyak pemungut cukai dan orang berdosa makan bersama-sama dengan Dia dan murid-murid-Nya, sebab banyak orang yang mengikuti Dia. Pada waktu ahli-ahli Taurat dari golongan Farisi melihat, bahwa Ia makan dengan pemungut cukai dan orang berdosa itu, berkatalah mereka kepada murid-murid-Nya: "Mengapa Ia makan bersama-sama dengan pemungut cukai dan orang berdosa?" Yesus mendengarnya dan berkata kepada mereka: "Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit; Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, melainkan orang berdosa."
Demikianlah Injil Tuhan bagi kita hari ini:

RENUNGAN:

Dalam suatu pertemuan, ada seorang ibu yang mengeluh karena suaminya sulit diajak ke Gereja dan hal itu mempengaruhi beberapa anaknya, sehingga anaknya juga seperti suaminya. Ibu yang lain menanggapinya dengan santai dengan mengatakan agar menjadikan itu sebagai syukur, karena dengan situasi demikian, itu menjadi kesempatan atau jalan bagi dia untuk memberi contoh makna iman dan berdoa bagi suami dan anak-anaknya supaya aktif dalam menggeraja. Dikatakan lagi, sebab bila semuanya baik-baik saja, mungkin kita jadi lupa berdoa bagi suami dan anak-anak. Sejak saat itu, ibu itu tidak mengeluh tetapi semakin memberi perhatian kepada suami dan anaknya yang malas ke Gereja dan semakin banyak berdoa bagi mereka.

Ahli-ahli Taurat dari golongan Farisi begitu terkejut ketika Yesus bergaul dengan Lewi si pemungut cukai anak Alfeus dan bahkan makan bersama dengan pemungut cukai lainnya yang dianggap kalangan pendosa. Mereka tentu kaget dengan sikap Yesus yang demikian dan pasti mencela Yesus melakukan hal yang tidak terpuji, karena pada dasarnya mereka yang menganggap dirinya terhormat, akan bergaul dengan kaum terhormat pula, tidak dengan para pemungut cukai yang dianggap pendosa. Mereka yang menganggap dirinya baik dan suci, tentu tidak akan bergaul dengan orang yang dianggap tidak baik, karena takut ternodai dan dianggap bersekongkol dengan para pemungut cukai. Sama halnya dalam kehidupan kita sehari-hari. Mana ada orang yang berani terang-terangan bergaul dengan si ‘Gayus’, karena pasti takut dianggap bersekongkol, meskipun sebenarnya mungkin saja bersekong-kol dengan dunia si ‘gayus’. Pada umumnya, orang yang menganggap dirinya baik, pasti hanya bergaul dengan orang yang dianggapnya baik, dan akan menjauh dari orang-orang yang dianggap tidak baik.

Namun syukurlah bahwa Yesus tidak seperti yang kita pikirkan dan perbuat. Yesus mengatakan bahwa "Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit; Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, melainkan orang berdosa." Dia yang adalah Tuhan, Dia yang adalah Kudus, Suci dan mulia, mau menyapa dan beragaul dengan orang berdosa tentu bukan dengan maksud untuk bersekongkol dalam kejahatan, tetapi untuk mengajak dan mempertobatkan manusia dari kedosaan, dan berbalik kepada Allah. Kita semua adalah tentu tidak lepas dari dosa dan kesalahan. Kalau sekiranya Yesus seperti kita yang hanya bergaul dan mau hidup hanya dengan orang-orang yang kita atau orang anggap baik, tentu Yesus tidak akan mau datang mengunjungi kita, hidup bersama kita dan mau menyelamatkan kita. Yesus datang membawa keselamatan kepada semua orang, membawa dan mengajak pertobatan secara khusus bagi kita dan semua yang hidup dalam dosa. Seperti yang dikatakan-Nya kepada Lewi "Ikutlah Aku!", panggilan ini juga ditujukan oleh Yesus kepada kita. Sehingga sebesar apapaun dosa dan kelemahan kita, Yesus mengajak kita pada pertobatan hidup dengan mengikuti Dia. Dia senantiasa berjalan mencari dan mengajak kita pada pertobatan. Kita tidak usah takut, karena Dia tidak akan menolak kita, malah bahkan mencari dan menantikan pertobatan kita.

Ahli-ahli Taurat dari golongan Farisi merasa dirinya baik, suci dan menyingkirkan orang-orang yang dianggap berdosa. Kalau Yesus sendiri benar-benar Tuhan yang kudus, suci dan mulia, mau menyapa dan bergaul dengan orang pendosa dengan tujuan menyelamatkan mereka, mengapa kita yang berdosa tidak melakukan hal yang sama. Betapa banyak orang saat ini merasa terkucilkan dan dituduh bersalah padahal belum tentu mereka bersalah, tetapi kita ikut-ikutan menghukum mereka dengan tidak mau peduli dengan nasib mereka, tidak mau menyapa dan bergaul dengan mereka. Betapa banyak orang dan umat kita yang hidupnya jauh dari kehendak Tuhan, tetapi kita tidak peduli, malah kita semakin mengucilkan mereka dengan sikap kita yang mencibir, tidak mau menyapa dan bahkan mungkin ikut ‘mewartakan’ kekurangan atau kejahatan mereka. Harusnya, kalau kita tidak mampu menasihati mereka, paling tidak kita menyapanya dalam kasih dan berdoa agar mereka bertobat. Betapa banyak gereja yang sepi ketika beribadah, karena kemalasan atau karena jalan-jalan ke kandang domba yang lain, tetapi kita tidak peduli. Kita sering hanya mengeluh soal umat yang tidak aktif dan umat yang jajan ke Gereja lain, tetapi kita tidak pernah mencari mereka, menyapa dan mengajak mereka untuk kembali. Semoga Injil hari ini menyemangati kita untuk berbuat bagi pertobatan banyak orang. Boleh kita katakana bahwa iman yang mendalam dan kekudusan hidup seseorang, dapat juga diukur dari upaya untuk mewartakan pertobatan sesama. Amin.

Renungan Harian : Jumat 14 Januari 2011

Renungan Harian : Jumat 14 Januari 2011
Ibr 4:1-5,11, Mzm 78:3,4bc,6c-7,8, Mrk 2:1-12
(Petrus Donders)

"Iman itu, hendaknya menyelamatkan kita dan sesama kita."

BACAAN INJIL:
Kemudian, sesudah lewat beberapa hari, waktu Yesus datang lagi ke Kapernaum, tersiarlah kabar, bahwa Ia ada di rumah. Maka datanglah orang-orang berkerumun sehingga tidak ada lagi tempat, bahkan di muka pintupun tidak. Sementara Ia memberitakan firman kepada mereka, ada orang-orang datang membawa kepada-Nya seorang lumpuh, digotong oleh empat orang. Tetapi mereka tidak dapat membawanya kepada-Nya karena orang banyak itu, lalu mereka membuka atap yang di atas-Nya; sesudah terbuka mereka menurunkan tilam, tempat orang lumpuh itu terbaring. Ketika Yesus melihat iman mereka, berkatalah Ia kepada orang lumpuh itu: "Hai anak-Ku, dosamu sudah diampuni!" Tetapi di situ ada juga duduk beberapa ahli Taurat, mereka berpikir dalam hatinya: "Mengapa orang ini berkata begitu? Ia menghujat Allah. Siapa yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah sendiri?" Tetapi Yesus segera mengetahui dalam hati-Nya, bahwa mereka berpikir demikian, lalu Ia berkata kepada mereka: "Mengapa kamu berpikir begitu dalam hatimu? Manakah lebih mudah, mengatakan kepada orang lumpuh ini: Dosamu sudah diampuni, atau mengatakan: Bangunlah, angkatlah tilammu dan berjalan? Tetapi supaya kamu tahu, bahwa di dunia ini Anak Manusia berkuasa mengampuni dosa" ?berkatalah Ia kepada orang lumpuh itu?: "Kepadamu Kukatakan, bangunlah, angkatlah tempat tidurmu dan pulanglah ke rumahmu!" Dan orang itupun bangun, segera mengangkat tempat tidurnya dan pergi ke luar di hadapan orang-orang itu, sehingga mereka semua takjub lalu memuliakan Allah, katanya: "Yang begini belum pernah kita lihat."
Demikianlah Injil Tuhan bagi kita hari ini.

RENUNGAN:

Dalam Injil hari ini, kita tidak tahu pasti apakah si lumpuh itu yang meminta empat orang itu, agar membawanya kepada Yesus untuk disembuhkan atau ini semua inisiatif ke empat orang itu saja. Yang jelas kita tahu adalah bagaimana kerinduan hati mereka akan kesembuhan si lumpuh, keyakinan mereka bahwa Yesus pasti akan mau menyembuhkannya dan perjuangan mereka yang besar atas kerinduan itu. Mereka tidak begitu saja menyerah ketika mereka tidak bisa membawa si lumpuh itu ke hadapan Yesus. Keempat orang yang membantu si lumpuh juga patut dipuji imannya. Tanpa mengesampingkan apakah mereka itu keluarganya, atau apakah mereka itu disuruh dan dibayar, tetapi yang jelas mereka juga punya keyakinan besar bahwa Yesus bisa menyembuhkan si lumpuh dan tidak akan marah akan tindakan mereka. Hal ini ditegaskan oleh penginjil dengan mengatakan ,” Ketika Yesus melihat iman mereka,…” Jadi jelas bukan hanya iman si lumpuh.

Iman si lumpuh dan empat orang itu sungguh besar akan kuasa dan kasih Yesus. Iman yang kuat mereka nyatakan dengan perjuangan, tidak dengan mudah putus asa ketika ada halangan untuk bertemu dengan Yesus. Demikian juga seringkali iman kita pasti akan menghadapi tantangan. Kita ingin bertemu dengan Yesus, tetapi ada tantangan. Kita ingin menghayati ajaran-ajaran Yesus, tetapi menghadapi tantangan. Dalam menghadapi tantangan iman, kita seringkali cepat putus asa, patah semangat, tidak mau merusaha setia dan mencarai jalan untuk semuanya itu. Perikop hari ini menguatkan kita, agar kita setia dan berjuang dalam penghayatan iman kita karena iman yang kuat, itulah yang menyelamatkan kita, memberi kesembuhan atau keselamatan bagi kita.

Iman kita juga hendaknya berbuah kepada orang lain. Ke empat orang itu, membawa si lumpuh ke hadapan Yesus dan berusaha keras agar si lumpuh bertemu dan disembuhkan oleh Yesus. Suatu ungkapan iman yang indah. Sekarang ini banyak orang beriman, tetapi imannya tidak berbuah baik untuk dirinya sendiri apalagi untuk orang lain. Orang mengatakan diri beriman, tetapi tidak sungguh-sungguh menghayati imannya, hanya sekedar ikut-ikutan atau formalitas belakan. Iman yang hidup tentunya juga dinyatkan dalam usaha untuk semakin mendekatkan diri atau untuk bertemu dengan Yesus. Iman yang berbuah juga dinyatakan dalam perhatian, usaha nyata dalam perbuatan kasih kepada orang-orang lumpuh atau orang-orang sakit. Iman yang berbuah juga nyata dalam sikap/perbuatan yang mengharapkan agar orang sakit, orang menderita, sesama dapat bertemu dengan Yesus dan beroleh keselamatan daripada-Nya.
Iman itu, hendaknya menyelamatkan kita dan sesama kita. Semoga.

Renungan Harian : Kamis 13 Januari 2011

Renungan Harian : Kamis 13 Januari 2011
Ibr 3:7-14, Mzm 95:6-7,8-9,10-11, Mrk 1:40-45
(Hilarius)

"Beranikah kita 'melawan arus' kebiasaan dan peraturan yang berlaku demi melakukan perbuatan cinta kasih kepada sesama?"

BACAAN INJIL:
Seorang yang sakit kusta datang kepada Yesus, dan sambil berlutut di hadapan-Nya ia memohon bantuan-Nya, katanya: "Kalau Engkau mau, Engkau dapat mentahirkan aku." Maka tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan, lalu Ia mengulurkan tangan-Nya, menjamah orang itu dan berkata kepadanya: "Aku mau, jadilah engkau tahir." Seketika itu juga lenyaplah penyakit kusta orang itu, dan ia menjadi tahir. Segera Ia menyuruh orang itu pergi dengan peringatan keras: "Ingatlah, janganlah engkau memberitahukan apa-apa tentang hal ini kepada siapapun, tetapi pergilah, perlihatkanlah dirimu kepada imam dan persembahkanlah untuk pentahiranmu persembahan, yang diperintahkan oleh Musa, sebagai bukti bagi mereka." Tetapi orang itu pergi memberitakan peristiwa itu dan menyebarkannya kemana-mana, sehingga Yesus tidak dapat lagi terang-terangan masuk ke dalam kota. Ia tinggal di luar di tempat-tempat yang sepi; namun orang terus juga datang kepada-Nya dari segala penjuru.
Demikianlah Injil Tuhan bagi kita hari ini.

RENUNGAN:

Sakit bukanlah pengalaman yang enak, apalagi kalau sakit yang diderita adalah penyakit menular. Pada saat mengalami sakit, si sakit bisa merasa dikucilkan dari keluarga, merasa membebani keluarga apalagi bila penyakit yang diderita itu berkepanjangan dan menular. Pada saat demikian, si sakit bisa merasa tidak berharga bagi orang lain. Perasaan itu muncul selain dari diri sendiri, bisa juga keluarga atau orang lain, tanpa sadar memperlihatkan kesan demikian. Bahkan seringkali, ketika seseorang sudah sembuh dengan penyakitnya yang menular, orang lain selalu berusaha menjaga jarak dalam berinteraksi dengan orang yang sudah sembuh, karena dalam hati ada prasangka siapa tahu dia belum sembuh total dan takut menularkan penyakit itu. Dengan demikian, muncullah sikap hidup ‘yang mengucilkan’ orang lain.

Orang kusta yang kita dengarkan hari ini, datang kepada Yesus, dia tersungkur di hadapan Yesus dan memohon penyembuhan. Sikapnya yang tersungkur bisa menjadi suatu sikap kerendahan hati untuk memohon belaskasihan dari Yesus, tetapi juga bisa menjadi suatu sikap kesadaran diri atas peraturan dalam masyarakat pada masa itu, yakni bahwa orang kusta adalah dianggap hina, manusia terkucil, dan mereka dilarang bertemu dengan orang yang sehat. Orang kusta itu melanggar aturan umum dengan datang sendiri kepada Yesus, tetapi dia juga sadar peraturan sehingga dia memilih sikap tersungkur, tidak mau berdiri atau duduk atau menatap wajah Yesus. Orang kusta itu, dihadapan orang banyak melanggar aturan umum dalam masyarakat. Di luar dugaan orang kusta itu dan orang banyak, bahwa Yesus juga melanggar aturan umum yang berlaku, yakni Yesus tidak hanya sekedar menyapa, menyembuhkan orang kusta itu, tetapi malah Yesus menjamah orang kusta itu. Bertemu, menyapa apalagi menjamah orang kusta adalah perbuatan yang melanggar aturan masyarakat pada masa itu, dan itu dianggap tindakan najis. Yesus ternyata melakukan itu, sehingga menurut aturan umum pada masa itu, Yesus menajiskan diri-Nya.

Tindakan demikian tentunya bukan dengan maksud sengaja untuk melanggar aturan dan menajiskan diri-Nya. Tindakan Yesus yang demikian, menjadi suatu gambaran nyata bagi kita bahwa Yesus datang bukan untuk menyingkirkan orang menderita, tetapi untuk menyapa dengan penuh kasih, membawa kesembuhan dan keselamatan bagi manusia. Tidak ada yang bisa menghalangi Yesus dalam menyatakan kasih-Nya kepada manusia, terutama orang-orang yang sakit, menderita dan miskin. Dalam tindakan-Nya itu, bukan maksud Yesus untuk melanggar peraturan, tetapi mau mengatakan bahwa peraturan itu yang dibuat oleh manusia, adalah suatu peraturan yang tidak sesuai dengan kehendak Tuhan, yakni peraturan yang menganggap orang menderita kusta adalah orang yang dihukum oleh Tuhan, dianggap najis dan menajiskan sehingga harus dikucilkan. Yesus mau mengatakan bahwa pemikiran dan peraturan itu tidak benar, sehingga dengan bersikap demikian, Yesus mau mengubah pola pikir manusia saat itu. Hal ini nyata, karena ternyata kalau memang Dia menjadi najis sebab telah menjamah orang kusta, tentu orang dari segala penjuru tidak lagi datang kepada-Nya. Secara tidak langsung, orang banyak itu menangkap apa yang dikehendaki oleh Yesus dengan perbuatan-Nya. Kalau orang banyak merasa bahwa Yesus sudah najis, melanggar aturan umum karena menjamah orang kusta, tentu orang banyak tidak akan mau datang lagi kepada-Nya.

Dalam hidup keseharian, kita juga sering merasa terasing, disingkirkan bahwa seakan tidak dipedulikan oleh Yesus. Perasaan ini bisa muncul karena persoalan hidup, penderitaan dan penyakit yang kita alami. Perasaan ini juga bisa muncul karena sikap orang yang tidak memperlihatkan kasih kepada kita, sebab kita mengharapkannya dari sesama kita. Kita berpikir bahwa orang beriman yang mengikuti Yesus, seharusnya memperlihatkan kasih kepada kita, tetapi nyatanya tidak seperti yang kita harapkan. Menemukan kenyataan ini, kita merasa bahwa kita tersingkir oleh sesama dan juga oleh Yesus, karena nyatanya umat-Nya tidak mengasihi kita.

Pengalaman yang menyakitkan dan mengecewakanini pasti akan terjadi. Namun kitaharus tetap yakin, bahwa siapapun dan bagaimanapun hinanya kita di mata orang, Yesus tidak akan pernah menolak kita. Kita harus senantiasa yakin dan memberanikan diri untuk selalu datang kepada Yesus, dan Yesus pasti menerima kita dengan senang hati dan memberi kesembuhan kepada kita.

Mengucilkan dan dikucilkan orang lain, saat itu bukan hanya karena penyakit yang berkepanjangan tetapi juga sudah menjadi penyakit manusia sekarang ini yang suka mengucilkan orang lain. Sikap demikian tentunya bukanlah sikap seorang kristiani, tetapi hendaknya meneladan sikap Yesus yang berani ‘melanggar’ peraturan umum karena melihat itu tidak didasari oleh cinta kasih kepada sesama, malah justru menyingkirkan orang menderita dan semakin menyengsarakan orang menderita. Manakala kita melihat dan merasakan bahwa peraturan yang dibuat oleh manusia itu tidak sesuai dengan cinta kasih kepada sesama dan tidak sesuai dengan kehendak Tuhan, kitapun hendaknya berani ‘melanggarnya’ dengan melakukan perbuatan baik. Sikap ‘brontak’ kita tentunya bukan hanya dengan suara teriakan, tetapi dengan melakukan perbuatan baik yang penuh cinta kasih. Dengan sikap kita yang demikian, biarlah orang lain menilai bahwa apa yang kita langgar berarti suatu peraturan yang tidak baik. Seringkali, orang miskin, orang sakit, orang menderita semakin merasakan penderitaan mereka bukan karena kondisi yang mereka sedang alami, tetapi karena merasakan sikap kita yang menyingkirkan mereka. Semoga kita berani ‘melawan arus’ dalam melakukan perbuatan cinta kasih kepada sesama. Amin.

Renungan Harian : Rabu 12 Januari 2011

Renungan Harian : Rabu 12 Januari 2011
Ibr 2:14-18, Mzm 105:1-2,3-4,6-7,8-9,Mrk 1:29-39
(Aelredus, Bernardus dr Corleone)

"Marilah kita pergi ke tempat lain, ke kota-kota yang berdekatan, supaya di sana juga Aku memberitakan Injil, karena untuk itu Aku telah datang."

BACAAN INJIL:
Sekeluarnya dari rumah ibadat itu Yesus dengan Yakobus dan Yohanes pergi ke rumah Simon dan Andreas. Ibu mertua Simon terbaring karena sakit demam. Mereka segera memberitahukan keadaannya kepada Yesus. Ia pergi ke tempat perempuan itu, dan sambil memegang tangannya Ia membangunkan dia, lalu lenyaplah demamnya. Kemudian perempuan itu melayani mereka. Menjelang malam, sesudah matahari terbenam, dibawalah kepada Yesus semua orang yang menderita sakit dan yang kerasukan setan. Maka berkerumunlah seluruh penduduk kota itu di depan pintu. Ia menyembuhkan banyak orang yang menderita bermacam-macam penyakit dan mengusir banyak setan; Ia tidak memperbolehkan setan-setan itu berbicara, sebab mereka mengenal Dia. Pagi-pagi benar, waktu hari masih gelap, Ia bangun dan pergi ke luar. Ia pergi ke tempat yang sunyi dan berdoa di sana. Tetapi Simon dan kawan-kawannya menyusul Dia; waktu menemukan Dia mereka berkata: "Semua orang mencari Engkau." Jawab-Nya: "Marilah kita pergi ke tempat lain, ke kota-kota yang berdekatan, supaya di sana juga Aku memberitakan Injil, karena untuk itu Aku telah datang." Lalu pergilah Ia ke seluruh Galilea dan memberitakan Injil dalam rumah-rumah ibadat mereka dan mengusir setan-setan.
Demikianlah Injil Tuhan bagi kita hari ini.

RENUNGAN:

Menjadi terkenal tentu menjadi dambaan semua orang. Keingingan untuk menjadi terkenal ini bisa meliputi banyak bidang atau aspek. Bisa juga orang mendambakan menjadi terkenal juga dalam hal rohani, misalanya menjadi seorang pengkotbah ulung yang diundang berkotbah ke mana-mana dan dengan tarif sebagai orang yang terkenal, punya nama dan harga jualnya tinggi. Ada pula yang menjadi terkenal dengan karunia penyembuhan-penyembuhan, sehingga dia diundang ke mana-mana untuk mengadakan ibadah atau doa penyembuhan. Karena sudah menjadi orang terkenal, orang itu diundang kemana-mana, jadwalnya begitu padat dan pasti akan begitu senang bila banyak pihak yang mengundangnya dan menghadiri setiap acaranya. Kalau sudah terkenal, pasti nilai jualnya tinggi dan bahkan sudah punya tariff minimal bila mengundangnya.

Yesus juga sangat terkenal karena banyak yang selalu berduyun-duyun untuk mendengar pengajaran-Nya apalagi untuk disembuhkan. Namun terlebih, orang datang kepada Yesus lebih pada kagum pada kuasa penyembuhan yang dilakukan Yesus, ingin disembuhkan dari penyakit, sehingga mereka tidak karena mengimani diri-Nya yang adalah Tuhan dan pada yang diajarkan-Nya. Padahal mukjizat penyembuhan itu, bukan itu misi utama Yesus tetapi yang utama adalah keselamatan dan kerajaan Allah. Penyembuhan adalah salah satu bagian dari penguat pengajaran-Nya dan juga akan identitasnya. Namun kenyataannya, orang banyak itu hanya melihat hal penyembuhan.

Iman kita akan Yesus juga mungkin seperti itu. Kita mengikuti Yesus bukan karena kita percaya sungguh bahwa Dia adalah Tuhan yang membawa keselamatan dan menghantar kita pada keselamatan. Banyak orang mengikuti Yesus karena mengharapkan penyembuhan atas dirinya, bisa juga karena merasa apa yang diajarkan oleh Yesus sesuai dengan pikiran dan perasaan emosinya, atau juga karena merasa Yesus memenuhi keingingannya. Sehingga manakala Yesus dan sabda-Nya tidak lagi seperti yang dipikirkan dan diharapkannya, seseorang itu berubah. Ada pula orang yang hanya melihat bahwa penyembuhan fisik dari Yesus, itulah ukuran iman kepada-Nya.

Para murid tentu begitu senang karena banyak orang yang mengagumi dan mencari-cari Yesus. Namun Yesus tidak seperti yang mereka pikirkan. Saat orang mencari-cari Dia, Yesus malah pergi ke tempat sunyi dan berdoa dan malah pergi ke tempat lain, meninggalkan orang yang mencari-cari-Nya. Sikap Yesus pasti mengecewakan para murid, namun Yesus tetap pada tujuan utama-Nya, yakni bukan mau menjadikan diri-Nya terkenal, bukan mau menjadi tukang obat atau penyembuh penyakit fisik, bukan untuk mencari kesenangan sendiri tetapi untuk mewartakan Kerajaan Allah untuk semua orang, bukan hanya untuk orang tertentu. Demikianpun halnya, kita atau anda yang mungkin mendapat karunia yang membuat diri kita dikenal, dikagumi oleh banyak orang, hendaknya kita tidak lupa diri sehingga terhanyut pada keterkenalan diri. Kita harus tetapi sadar bahwa semuanya itu adalah karunia yang kita terima dari Allah, yang dipercayakan oleh Allah sebagai sarana untuk membantu kita dalan mewartakan Kerajaan Allah, bukan untuk mencari keterkenalan diri atau kepentingan diri sendiri. Dari sebab itu, kita harus tetap menyediakan waktu untuk masuk ke tempat sunyi, atau keluar dari kesibukan atau keterkenalan diri, dan berdoa kepada Tuhan. Dalam kesunyian bersama Tuhan itu, kita renungkan sejauh mana kita telah menggunakan karunia itu untuk mewartakan kerajaan Allah. Menyediakan diri masuk dalam kesunyian dan berdoa kepada Tuhan, dapat membantu kita jatuh pada pencarian kesenangan dan keterkenalan diri. Semoga hidup kita dan karunia yang kita terima, kita gunakan menjada sarana untuk ikut ambil bagian dalam mewartakan kerajaan Allah kepada semua orang. Amin.

Renungan Hari Biasa : Selasa 11 Januari 2011

Renungan Hari Biasa : Selasa 11 Januari 2011
Ibr 2:5-12, Mzm 8:2a,5,6-7,8-9, Mrk 1:21b-28











"Kehadiran Yesus membawa ketakutan pada roh kejahatan, tetapi membawa kebahagiaan dan keselamatan bagi orang yang percaya kepada-Nya."

BACAAN INJIL:
Mereka tiba di Kapernaum. Setelah hari Sabat mulai, Yesus segera masuk ke dalam rumah ibadat dan mengajar. Mereka takjub mendengar pengajaran-Nya, sebab Ia mengajar mereka sebagai orang yang berkuasa, tidak seperti ahli-ahli Taurat. Pada waktu itu di dalam rumah ibadat itu ada seorang yang kerasukan roh jahat. Orang itu berteriak: "Apa urusan-Mu dengan kami, hai Yesus orang Nazaret? Engkau datang hendak membinasakan kami? Aku tahu siapa Engkau: Yang Kudus dari Allah." Tetapi Yesus menghardiknya, kata-Nya: "Diam, keluarlah dari padanya!" Roh jahat itu menggoncang-goncang orang itu, dan sambil menjerit dengan suara nyaring ia keluar dari padanya. Mereka semua takjub, sehingga mereka memperbincangkannya, katanya: "Apa ini? Suatu ajaran baru. Ia berkata-kata dengan kuasa. Roh-roh jahatpun diperintah-Nya dan mereka taat kepada-Nya." Lalu tersebarlah dengan cepat kabar tentang Dia ke segala penjuru di seluruh Galilea.
Demikianlah Injil Tuhan bagi kita hari ini.

RENUNGAN:

Dalam gambar 1 yang kami lampirkan di atas, yang berdiri dan berbaju jaket adalah Romo Yoakim O.Carm, pastor rekan di paroki Tigalingga, dan yang duduk adalah Frater Aris O.Carm yang lagi menjalani masa pastoral di paroki Tigalingga. Sedangkan pada gambar 2, yang lagi duduk sambil menelpon adalah pastor Anton O.Carm. Bila kita melihat gambar itu, mereka bukannya lagi mengganti ban mobil yang kempes atau bocor, tetapi ban mobil copot mulai dari asnya karena laharnya pecah. Posisi ban dan as belum dirubah, tetapi seperti itulah yang terjadi dalam kejadian yang baru dialami tadi sore (10 Januari 2011) sepulang dari hari komunitas di Sidikalang. Memang suatu hal yang itu biasa terjadi. Aneh tapi nyata dan bahkan luar biasa bahwa walaupun ban dan as copot, mobil tidak sampe terguling dan tidak mencelakan mereka berdua. Romo Yoakim dan Frater Aris mengakui bahwa ini adalah suatu mukjizat Allah atas mereka. Mereka sadar bahwa mereka selamat dan terhindar dari kecelakaan karena berkat, perlindungan Tuhan yang menyertai mereka. Baik room Yoakim dan Frater Aris juga tidak habis pikir bagaimana mungkin mereka bisa selamat dalam peristiwa yang demikian.

Menurut cerita mereka, mereka merasa jalannya mobil terasa tidak normal, ketika mendahului satu mobil barang, mereka mendengar ada suara di bagian bahwa mobil, karena itu romo Yoakim ngerem mobil. Sesudah mobil berhenti, ban lepas bersama asnya seperti yang kita lihat dalam gambar. Mereka bersyukur pada Tuhan karena Tuhan melindungi mereka, bersyukur peristiwa itu tidak terjadi di jalan tikungan, jalan menurun, karena perjalanan dari Sidikalang menuju Tigalingga adalah jalanan yang banyak tikungan dan turunan atau tanjakan. Akhirnya, room Yoakim menelepon Romo Anton Manik yang sudah lebih dahulu melaju ke Tigalingga dengan menggunakan mobil lain, pinjaman dari umat paroki Sidikalang. Romo Anton akhirnya menelepon umat dari paroki Sidikalang untuk membantu karena tempat kejadian masih lebih dekat ke Sidikalang. Mungkin melihat foto tersebut, kita berpikir bahwa mobilnya udah tua atau udah perlu diganti. Tetapi bagi kedua Saudara kita ini, mereka bersyukur, memuji memuliakan Tuhan, karena dalam peristiwa itu, mereka yakin bahwa Tuhanlah yang melindungi mereka, yang menghindarkan mereka dari kecelakaan yang diakibatkan oleh ban dan as mobil lepas, juga lewat umat yang langsung dengan tanggap membantu dengan membawa tukang bengkel untuk memperbaiki mobil tersebut.

Refleksi atas peristiwa di atas, bisa dikatakan sama halnya dalam peristiwa yang kita dengarkan dalam bacaan Injil hari ini. Dalam Injil yang kita dengarkan hari ini, Yesus memasuki rumah ibadah, dan ternyata di rumah ibadah itu ada orang yang kerasukan roh jahat. Kehadiran Yesus menimbulkan ketakutan kepada roh jahat, tetapi membawa kesembuhan bagi orang yang dirasuki roh jahat tersebut. Orang yang kerasukan tidak meminta Yesus untuk menyembuhkannya, tetapi Yesus tanpa diminta bertindak menyembuhkan orang itu dengan mengusir roh jahat yang merasuki dirinya. Yesus melakukannya dengan kata yang penuh kuasa sehingga roh jahat itu takluk dan keluar dari dalam diri orang itu. Semua orang yang hadir dan menyaksikan hal itu heran dan tidak memahami apa yang mereka saksikan. Namun bagi kita, jelas bahwa Yesus adalah kasih Allah yang nyata menyertai kita senantiasa. Dalam diri Yesus, membuat kita bisa dengan mudah menyadari dan mengakui Allah itu penuh kuasa, berkuasa atas segala sesuatu, bahkan roh jahat sekalipun takluk kepada-Nya. Juga lewat Yesus Kristus, kita semakin mudah mengetahui dan mengakui bahwa kasih Allah itu sungguh besar kepada manusia dan Dia akan selalu menyertai perjalanan hidup kita, kapanpun, di manapun dan akan senantiasa melakukan mukjizat besar kepada kita, walaupun sering kali kita tidak menyadarinya dan memintanya. Tuhan tahu apa yang kita butuhkan, yang perlu untuk kehidupan kekal kita, sehingga Yesus akan bertindak untuk membantu kita agar kita selamat.

Namun kita seringkali kurang menyadari dan mengakuinya. Kalau kita berani jujur, banyak pengalaman hidup kita yang melampaui kemampuan manusiawi kita dan tidak bisa kita mengerti dengan akal budi kita. Kalau bagi orang lain, hal itu membingungkan, tetapi bagi kita nyata bahwa itu semua adalah tanda bahwa Yesus senantiasa hadir dalam seluruh perjalanan hidup kita, Dia senantiasa menyertai kita kapanpun dan di manapun, dan senantiasa akan bertindak atau bebruat sesuatu untuk menyelamatkan kita. Padahal seperti dikatakan dalam bacaan pertama, "Apakah manusia, sehingga Engkau mengingatnya, atau anak manusia, sehingga Engkau mengindahkannya?” Dengan kesadaran ini, hendaknya membuat kita semakin percaya, mendekatkan diri dan menyerahkan hidup kita pada kuasa dan kasih-Nya. Lebih dari itu, kita yang menyaksikan atau menyadari kuasa dan kasih Tuhan atas hidup kita, hendaknya membuat kita berani bersaksi akan semuanya itu sehingga kuasa dan kasih Tuhan semakin tersebar luas, serta semakin banyak yang menikmatinya dan pada akhirnya percaya kepada-Nya. Oleh karena itu, mari kita bersaksi bahwa Yesus yang mahakuasa dan mahakasih senantiasa hadir dalam hidup kita kapanpun dan di manapun. Amin.

Renungan Harian : Senin 10 Jan 2011

Renungan Harian : Senin 10 Jan 2011
Ibr 1:1-6, Mzm 97:1,2b,6,7c,9, Mrk 1:14-20
(Gregorius Nyssa, Gulielmus Bituricensis)

"Ikutlah Aku dan kamu akan Kujadikan penjala manusia."

BACAAN INJIL:
"Sesudah Yohanes ditangkap datanglah Yesus ke Galilea memberitakan Injil Allah, kata-Nya: "Waktunya telah genap; Kerajaan Allah sudah dekat. Bertobatlah dan percayalah kepada Injil!" Ketika Yesus sedang berjalan menyusur danau Galilea, Ia melihat Simon dan Andreas, saudara Simon. Mereka sedang menebarkan jala di danau, sebab mereka penjala ikan. Yesus berkata kepada mereka: "Mari, ikutlah Aku dan kamu akan Kujadikan penjala manusia." Lalu mereka pun segera meninggalkan jalanya dan mengikuti Dia. Dan setelah Yesus meneruskan perjalanan-Nya sedikit lagi, dilihat-Nya Yakobus, anak Zebedeus, dan Yohanes, saudaranya, sedang membereskan jala di dalam perahu. Yesus segera memanggil mereka dan mereka meninggalkan ayahnya, Zebedeus, di dalam perahu bersama orang-orang upahannya lalu mengikuti Dia."
Demikianlah Injil Tuhan bagi kita hari ini.

RENUNGAN:
Kemarin dalam kunjungan merayakan ekaristi di stasi, kami memulai perayaan ekaristi hanya dengan 6 umat yang hadir. Sebenarnya telah lama diberitahukan bahwa perayaan ekaristi akan dimulai pukul 09.00 pagi. Dalam perjalan menuju stasi tersebut, waktu sudah menunjukkan hampir pukul Sembilan, namun masih terlihat umat yang duduk-duduk santai di depan rumah mereka. Persis di depan Gereja, ada pula umat masih sibuk dengan menjemur pakaian mereka. Mereka mengetahui kedatangan kami, karena selain menyapa mereka, juga kami sengaja membunyikan kelakson mobil. Perjalanan dari paroki menuju stasi itu sekitar 1 jam naik mobil. Namun nampaknya sapaan atau ajakan kami lewat kelakson mobil, tidak membuat mereka menghentikan aktifitas dan bergegas menuju ke Gereja. Mereka seakan heran akan kedatangan kami atau tidak peduli bahwa pastor sudah datang untuk merayakan ekaristi untuk mereka. Sesampai di Gereja, waktu sudah menujukkan jam 08.50, namun umat hadir baru hanya sekitar 5 orang saja, padahal jumlah umat di stasi itu ada sekitar 75 KK. Tepat pukul 09.00, kami memulai perayaan ekaristi, meskipun umat yang hadir hanya 6 orang saja. Pengurus Gereja mengusulkan agar menunggu sampe banyak umat yang hadir, karena katanya biasanya walau dibunyikan lonceng gereja untuk memanggil umat, banyak umat yang hadir dalam ibadah baru setelah lewat waktu yang sudah disepakati. Namun kami tetap melanjutkan pukul 09.00 supaya umat terbiasa untuk disiplin dan tepat waktu. Sebab seringkali banyak umat merasa bahwa ibadah atau perayaan ekaristi baru dimulai setelah banyak umat yang hadir, menganggap karena toh mereka yang terlambat akan ditunggu. Umumnya, banyak umat yang sulit bergegas ke Gereja agar memulai kebaktian tepat waktu.

Seringkali umat mengeluh karena jarang dikunjungi pastor untuk merayakan ekaristi, mengingat banyaknya stasi yang harus dilayani pastor. Tetapi ketika pastor hadir untuk merayakan ekaristi dengan waktu yang sudah diberitahukan sebelumnya, umat tetap tidak bergegas hadir tepat waktu, malah seakan sibuk dengan pekerjaan mereka masing-masing.

Sangat berbeda halnya dengan apa yang kita dengarkan dalam Injil hari ini, Yesus menyerukan pertobatan yang sesegera mungkin karena kerajaan Allah sudah dekat. Ketika Yesus melihat Simon dan Andreas, saudara Simon yang sedang menebarkan jala di danau, sebab mereka penjala ikan, Yesus berkata kepada mereka: "Mari, ikutlah Aku dan kamu akan Kujadikan penjala manusia." Mereka pun segera meninggalkan jalanya dan mengikuti Dia. Demikian halnya ketika memanggil Yakobus, anak Zebedeus, dan Yohanes, saudaranya, sedang membereskan jala di dalam perahu, merekapun langsung meninggalkan ayah mereka, Zebedeus dan mengikuti Yesus. Para murid langsung menanggapi panggilan Yesus, dan langsung meninggalkan pekerjaan mereka untuk mengikuti Yesus. Panggilan menjadi murid Yesus, percaya kepada-Nya dan mengikuti Dia, adalah suatu panggilan yang menuntut suatu keputusan segera, tidak boleh menunda-nunda. Namun kenyataannya, kita sering kali menunda-nunda waktu kita dengan pengandian toh masih ada waktu. Kita seringkali menunda waktu untuk bertindak dan melakukan sesuatu yang penting, berguna bagi hidup kita dan banyak orang, karena sibuk dengan urusan pribadi, tidak mau melepaskan kesenangan pribadi yang sebenarnya bukan sesuatu yang sangat penting. Gaya hidup yang suka menunda-nunda waktu, pada umumnya akan kehilangan sesuatu yang berharga dalam hidupnya dan pada akhirnya akan menyesal sesudah semua telah terjadi. Demikianlah kiranya dalam mengikuti Yesus Kristus, Yesus menuntut kita agar tidak segera menunda waktu dalam mengikuti-Nya. Kita harus berani melepas, meninggalkan sesuatu yang tidak terlalu penting untuk meraih yang lebih berharga yakni Kerajaan Allah. Kita hendaknya waspada, karena seringkali kita sibuk dengan urusan atau pekerjaan yang seakan sangat penting bagi kita, padahal apa yang seakan penting itu sebenarnya sia-sia saja, sehingga kita menunda untuk mengikuti Yesus. Jangan karena menunda-nunda, kita menjadi terlambat mengikutinya, sehingga semuanya menjadi sia-sia.

Dalam Injil hari ini, ada juga hal yang menarik, yakni bahwa murid pertama yang dipanggil adalah 4 orang bersaudara, yakni Simon dan saudaranya Andreas, saudara Simon, Yakobus, anak Zebedeus, dan Yohanes, saudaranya. Apakah ini suatu kebetulan belakan? Kita tidak tahu dengan pasti pikiran Allah, ini bisa dikatakan misteri Allah. Namun demikian, ada yang bisa kita renungkan dari fenomena ini. Mereka dipanggil oleh Yesus untuk mengiktui Dia dan menjadikan mereka menjadi penjala manusia. Kitapun dipanggil oleh Yesus untuk mengikuti Dia, masuk dalam keluarga kerajaan Allah dan menjadikan kita sebagai satu saudara. Dalam panggilan itu, kita juga dijadikan oleh Allah menjadi penjala manusia, yang artinya ‘menangkap’ orang lain untuk dimasukkan dalam ‘jala’ Allah yakni kerajaan Allah, menjadi satu saudara dalam kerajaan Allah. Tugas perutusan ini tentunya pertama-tama kita laksanakan dalam keluarga kita sendiri atau terhadap saudara-saudari kita sendiri. Karena pada kenyataannya dalam keluarga-keluarga katolik, banyak juga memang sudah menjadi pengikut Yesus tetapi tidak menjadi pengikut Yesus yang sungguh-sungguh. Demikian juga dalam diri umat kita, banyak umat katolik yang tidak hidup sungguh-sungguh menjadi murid Yesus. Pada kenyataannya, banyak keluarga yang tidak peduli bahwa dari anggota keluarganya ada yang keluar dari kerajaan Allah. Dari sebab itu, kita hendaknya menebarkan jala kita di tengah keluarga kita, sehingga anggota keluarga kita itu hidup sungguh-sungguh menjadi saudara dalam kerajaan Allah.

Demikian juga halnya dalam lingkungan Gereja atau paroki kita. Kenyataannya, banyak umat katolik, tetapi tidak sungguh-sungguh menjadi seorang katolik. Bukan rahasia bahwa banyak umat katolik yang jalan-jalan atau jajan ke Gereje lain atau agama lain, atau hidup dalam kejahatan. Ini suatu kenyataan yang terjadi. Namun kita dan banyak umat katolik sebagai anggota Gereja katolik, tidak peduli dengan hal ini. Umat yang merasa dia masih dalam Gereja katolik, sibuk dengan urusannya sendiri, tidak peduli dengan umat katolik lain yang ‘meleapaskan diri’ atau terlepas dari tangkapan Yesus dalam Gereja katolik. Apakah kita harus membiarkan ini terjadi dan melemparkan tanggungjawab kepada kaum religious?

Tentu bila kita membiarkan hal ini terjadi lama, akan banyak anggota keluarga dan umat katolik akan tertangkap oleh jala-jala asing. Oleh karena itu, kita semua dipanggil dan diutus oleh Yesus untuk menjala kembali anggota keluarga kita, umat katolik agar mereka kembali kepangkuan Gereja yang didirikan oleh Yesus sendiri yakni Gereja katolik. Tugas perutusan ini menuntut kita untuk segera bertindak, jangan menunda menunggu orang lain untuk melakukannya, agar jangan sampai anggota keluarga kita sendiri, umat katolik menjadi tertangkap dalam jala-jala orang asing. Oleh karena itu, mari kita tebarkan jala kita pertama-tama dalam keluarga kita sendiri, dalam lingkungan Gereja kita sendiri. Karena bukan rahasia, banyak umat katolik yang jajan ke Gereja lain, banyak juga yang hidupnya dalam kejahatan, dan banyak pula yang tidak pernah ke Gereja. Sebagaimana kami katakana di atas, dari 75 KK umat stasi itu, tetapi rata-rata yang hadir tiap minggunya hanya sepertiga dari jumlah umat. Kemana yang lainnya? Tugas kitalah untuk mencari dan menjala mereka untuk kembali ke pangkuan Gereja kita. Sekarang juga kita harus memulainya, jangan sampai setelah terjala orang lain, baru kita menyesal dan mempersalahkan orang lain. Ini juga menjadi salah satu wujud dari pertobatan kita. Amin.

 
Maka hendaklah sekarang ini kelebihan kamu mencukupkan kekurangan mereka, agar kelebihan mereka kemudian mencukupkan kekurangan kamu, supaya ada keseimbangan! (2Kor 8:14)