Pembangunan Gereja Paroki Tigalingga

Pembangunan Gereja Paroki sedang berlangsung. Kami sangat mengarapkan uluran kasih para Saudara untuk membantu.

Gotong Royong Pembangunan Gereja

Tidak ada kata yang bisa melukiskan pengalaman indah pada waktu gotong royong pengecoran lantai 2 bangunan Gereja selain, suatu keyakinan bahwa semuanya dapat terlaksana adalah karena MUKJIJZAT ALLAH BEKERJA.

Pengecoran Lantai Panti Imam Gereja

Pengecoran Lantai 2 bangunan Gereja ini dilakukan pada hari Selasa, 30 Agustus 2011 yang lalu. Luas yang dicor adalah 19 m x 24 m. Hujan yang mengguyur tidak menyurutkan semangat umat.

Kerjasama Imam dan Umat

Uskup emeritus KAM, Mgr. A.G.Pius Datubara OFM.Cap, datang berkunjung ke Paroki dan memberi semangat pada umat dalam pembangunan Gereja Paroki. Para pastor juga ikut berkerja bersama umat dalam pembangunan Gereja.

Misa Tridentin: Warisan Liturgi Yang Dipertahankan

HIDUPKATOLIK.com - Paus Benediktus XVI mengeluarkan Surat Apostolik Summorum Pontificum yang menjamin penggunaan Misa Tridentin...

Pembinaan Para Pengurus Gereja

Tidak sedikit umat katolik yang kerap menganggap bahwa Liturgi adalah sekedar perayaan wajib biasa yang dilaksanakan pada hari minggu.

Pertemuan Ibu-Ibu dan Pesta Pelindung Paroki

Pertemuan para ibu se-paroki telah terlaksana pada hari Kamis-Sabtu, 15 s/d 16 Juli 2011. Pertemuan ini mengundang semua ibu katolik yang ada di paroki untuk hadir dalam pertemuan/pembinaan para ibu katolik dan juga segaligus menjalin kebersamaan para ibu. Penutupan pertemuan sikaligus Pesta Pelindung Paroki.

Pembinaan Asmika se-Paroki

Biarkanlah anak-anak datang kepada-Ku; inilah yang menjadi tema dari pertemuan dan pembinaan minggu gembira yang telah berlangsung dengan sangat baik.

Mudika Ambil bagian dalam pembangunan Gereja Paroki

Mudika paroki tidak mau berpangku tangan melihat pembangunan Gereja paroki. Para mudika juga ambil bagian dengan mengumpulkan kerikil di sungai.

Pengecoran Lantai Balkon Gereja (Bagian 1)

Umat dari lingkungan paroki dan juga dari beberapa stasi kembali bekerja sama dengan bergotong royong membangun gereja paroki. Untuk kali ini, umat bergotong royong men-cor lantai balkon bangunan Gereja.

Pengecoran Lantai Balkon Gereja (Bagian 2)

Allah peduli. Karena kepedulian Allah atas pembangunan rumah-Nya ini, maka kami kamipun peduli dan bisa melanjutkan pembangunanini. Kepedulian Allah kami rasakan juga lewat kepedulian para Saudara.

Pengecoran Lantai Balkon Gereja (Bagian 3)

Mari kita memuliakan Tuhan, tidak hanya dengan kata2 indah, tetapi dengan perbuatan nyata dengan rela berkorban.

Pertemuan akhir Tahun 2011 Pengurus Gereja se-Paroki

Para pengurus Gereja adalah ‘ujung tombak’ Gereja khususnya di stasi-stasi. Peran para pengurus Gereja ini sangat sentral dalam kehidupan Gereja di stasi-stasi.

Gua Maria dan Menyambut Hari Raya Natal

Persiapan menyambut hari Raya Natal 25 Desember 2011.

Rahmat dan Perlindungan Tuhan

Pastor Anton Manik O.Carm selamat dari kecelakaan mobil masuk jurang.

Rekoleksi dan Aksi Panggilan

Biarkanlah anak-anak datang kepada-Ku.

Pesan Prapaskah Kepausan 2012

"Kita Tidak Boleh Diam Saja terhadap Kejahatan" "Marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih dan dalam pekerjaan baik" (Ibr. 10:24).

Pembangunan Gereja Santo Petrus Stasi Rante Besi

Dalam kemiskinan, kesederhanaan, umat membangunan Gereja. Meraka tidak memiliki uang, tetapi mereka memiliki harapan dan iman pada Tuhan.

Misa Perdana Pastor Andreas Korsini Lamtarida Simbolong O.Carm

Puji Syukur pada Tuhan, karena berkat-Nya, misa Perdana Pastor Andreas Lamtarida Simbolon O.Carm bersama 4 Pastor Karmel yang baru ditahbiskan, dapat terlaksana dengan baik pada hari Rabu 31 Oktober 2012 di Stasi Gundaling 1, paroki Maria dari gunung Karmel Tigalingga.

Bakti Sosial : Pengobatan Gratis

Dalam Rangka Menyongsong Jubileum Gereja Katolik di Dairi dan Pakpak Bharat, diadakan bakti Sosial Pengobatan Gratis di Paroki Maria dari Gunung Karmel Tigalingga, pada 9 Desember 2012 yg lalu. Puji syukur pada Tuhan, kegiatan ini berlangsung dengan sangat memuaskan.

Mari Berbagi Berkat Tuhan

 photo UskupEmeritusKAMMgrPiusDautabra.jpg Photobucket

MENDAMBAKAN BERKAT TUHAN

SYALOM...SELAMAT DATANG.
"Maka hendaklah sekarang ini kelebihan kamu mencukupkan kekurangan mereka, agar kelebihan mereka kemudian mencukupkan kekurangan kamu, supaya ada keseimbangan."(2Kor 8:14)
"Muliakanlah Tuhan dengan hartamu dan dengan hasil pertama dari segala penghasilanmu." (Amsal 3:9)
"Janganlah menahan kebaikan dari pada orang-orang yang berhak menerimanya, padahal engkau mampu melakukannya." (Amsal 3:27)
"Barangsiapa mempunyai harta duniawi dan melihat saudaranya menderita kekurangan tetapi menutup pintu hatinya terhadap saudaranya itu, bagaimanakah kasih Allah dapat tetap di dalam dirinya?" (1 Yohanes 3:17)
Saya Pastor Paroki Maria dari Gunung Karmel Tigalingga, atas nama Panitia Pembangunan dan semua umat, memohon bantuan uluran kasih/dana untuk pembangunan Gereja Paroki. Kami sangat membutuhkan berkat Tuhan lewat uluran tangan dari para donatur.
Kami berharap dan berdoa Para Saudara berkenan berbagi berkat Tuhan kepada kami untuk pembangunan Gereja ini yang adalah rumah Tuhan sendiri.
BRI 5379 Unit Tigalingga Sidikalang
No. Rekening : 5379-01-000112-50-8
Nama : PANITIA PEMBANGUNAN GEREJA KATOLIK.
ATAU
BCA KCU MEDAN
NO.0222053453.
Atas Nama : ADYTIA PERMANA P.
(Adytia Permana P. adalah Romo Adytia Permana Perangin-angin O.Carm. Beliau dulu bertugas di Paroki Tigalingga, juga mengawali pembangunan ini, namun sekarang beliau bertugas di Keuskupan Agung Medan sebagai ekonom.Beliau kami minta buka rekening di BCA khusus untuk pembangunan ini, karena di daerah kami tidak ada BCA.)
Kami sangat senang bila sudah mentransfer persembahan, bapak/ibu/saudara/saudari memberitahukan ke kami melalui:
E mail ke :.
parokimariagk3lingga@yahoo.com
atau di SMS ke:.
Romo Anton Manik O.Carm : 081370836645
Romo Willy O.Carm : 081333837433
Untuk lebih jelasnya permohnan kami ini, Para Saudara dapat melihatnya di sini.... Sehubungan dengan Gambar pembangunan dapat melihatnya di sini....
Demikian kiranya Permohonan ini kami sampaikan. Atas dukungan, doa dan bantuan Bapak, Ibu dan Para Saudara-Saudari, kami mengucapkan banyak terima kasih.Berkat Tuhan senantiasa menyertai kita semua. Amin.
HORMAT KAMI:
Pastor Antonius Manik O.Carm

VARIA PAROKI

REKOLEKSI DAN AKSI PANGGILAN TELAH TERLAKSANA DENGAN SANGAT BAIK ;"> "APA YANG KAMU CARI?" (Yoh 1:38).
Puji syukur pada Tuhan, karena Rekoleksi dan Aksi panggilan untuk siswa-siswi Katolik Usia SMP dan SMA se-paroki Tigalingga sudah terlaksana dengan sangat baik. Kegiatan ini dihadiri hampir 400 orang anak. Semuanya dapat terlaksana hanya karena berkat Tuhan. Terimakasih juga kami sampaikan kepada semua Saudara yang telah mendukung dan mendoakan kegaitan kami ini. Kegiatan ini dilaksanakan hanya dengan menggunakan dana partisipasi peserta dan swadaya paroki, karena tidak mendapatkan bantuan dari donatur manapun, namun karena berkat Tuhan dan doa para Saudara, semuanya dapat berjalan dengan sangat baik. Semoga dari antara anak-anak ini, kelak ada yang menjadi Imam dan biarawan-biarawati.
Photobucket
Tuhan memberkati kita.
Kegembiraan dan Persaudaraan
Photobucket
Hari Ulang tahun Romo Anton M.Carm yang seharusnya tanggal 15 Januari 2010, baru dirayakan hari Minggu Minggu 16 Januari 2011 lalu, bersama Romo-romo Karmel se-Dairi, bersama beberapa umat Paroki Tigalingga di Aula Paroki Tigalingga. Pada kesempatan itu, Rm. Bernad O.Carm, pastor paroki Sidikalang memberi kado ulang tahun yakni 20 sak semen untuk pembangunan Gereja dan Rm. Anton sendiri menyumbangkan semua hadiah ultah untuk pembangunan Gereja. Saat itu, hadiah uang yang diperoleh sebanyak Rp. 1.100.000,-. Lumayanlah untuk tambahan dana pembangunan Gereja. Trimakasih buat semuanya.
Saldo Pesta Pelantikan Pengurus Gereja dan Penerimaan Sakramen Krisma, 6-7 Nop. 2010.
Pada hari Kamis 18 Nopember 2010 telah diadakan Evaluasi dan pembubaran Panitia. Saldo dari kegiatan tersebut adalah Rp. 22.320.500 Acara ini dapat berjalan dengan baik karena partisipasi semua umat. Dana juga bisa Saldo karena umat menyumbangkan hasil-hasil pertanian mereka dengan harapan ada Saldo untuk pembangunan Gereja Paroki.Jadi selain dana partisipasi dari umat, juga umat menyumbangkan hasil pertanian yang dibutuhkan untuk mengurangi dana konsumsi. Syukur pada Tuhan, akhirnya memang ada saldo untuk dana pembangunan Gereja. Terimakasih kami ucapkan kepada semua umat Paroki, DPP, Para Panitia, Para Donatur dan siapa saja yang mendoakan dan mendukung kegitan ini. Yesus memberkati kita semua selalu. Amin.

Renungan Minggu: Hari Raya Yesus Kristus Raja Semesta Alam (21 Nopember 2010)

Renungan Minggu 21 Nopember 2010:
Hari Raya Yesus Kristus Raja Semesta Alam
2Sam 5:1-3, Mzm 122:1-2,4-5, Kol 1:12-20, Luk 23:35-43

"Yesus, ingatlah akan aku, apabila Engkau datang sebagai Raja."

BACAAN INJIL:

Orang banyak berdiri di situ dan melihat semuanya. Pemimpin-pemimpin mengejek Dia, katanya: "Orang lain Ia selamatkan, biarlah sekarang Ia menyelamatkan diri-Nya sendiri, jika Ia adalah Mesias, orang yang dipilih Allah." Juga prajurit-prajurit mengolok-olokkan Dia; mereka mengunjukkan anggur asam kepada-Nya dan berkata: "Jika Engkau adalah raja orang Yahudi, selamatkanlah diri-Mu!" Ada juga tulisan di atas kepala-Nya: "Inilah raja orang Yahudi". Seorang dari penjahat yang di gantung itu menghujat Dia, katanya: "Bukankah Engkau adalah Kristus? Selamatkanlah diri-Mu dan kami!" Tetapi yang seorang menegor dia, katanya: "Tidakkah engkau takut, juga tidak kepada Allah, sedang engkau menerima hukuman yang sama? Kita memang selayaknya dihukum, sebab kita menerima balasan yang setimpal dengan perbuatan kita, tetapi orang ini tidak berbuat sesuatu yang salah." Lalu ia berkata: "Yesus, ingatlah akan aku, apabila Engkau datang sebagai Raja." Kata Yesus kepadanya: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus."
Demikianlah Warta Gembira bagi kita hari ini.

PERMENUNGAN

Mendengar kara raja, tentu kita langsung terbayang dengan sosok pribadi yang penuh wibawa, punya pangkat, kuasa, kedudukan dan tentu mereka dikelilingi oleh para pengawal dan duduk ditakhta kebesaran yang membuat orang-orang menjadi segan dan takut. Walaupun kerajaan di tempat kita sudah hampir tidak ada lagi, tetapi kesan itu pasti muncul dalam benak kita ketika mendengar kata raja.

Kata raja di daerah Batak berdeda lagi. Di daerah Batak sudah hampir tidak ada lagi kerajaan, tetapi kata raja masih kerap digunakan dan bahkan kata raja bukan hal yang luar biasa bagi orang Batak. Orang Batak menggunakan kata raja bukan lagi dalam konteks seperti yang kami katakan di atas, tetapi dikenakan kepada orang-orang yang dianggap dituakan. Misalnya ada istilah ‘raja parboru’ yang artinya yang dituakan dari pihak perempuan, raja nanidapot (keturuan atau orang tua-tua kampung), raja parhata (orang yang dianggap pintar dalam masalah adat), raja parhobas (kepala pelayan saat pesta) dan ada pula marga Rajagukguk, dll. Tetapi walaupun penggunaan kata raja di daerah Batak tidak lagi langsung menunjuk pada kekuasaan, pangkat, kuasa, dll, namun jelas secara umum seorang raja adalah dalam pikiran kita adalah orang yang kaya, punya kuasa, pangkat, kedudukan, dikawal oleh pengawal dan juga punya takhta kebesaran.

Hari ini kita merayakan Hari Raya Yesus Kristus Raja Semesta Alam. Mungkin kita bingung dengan hari raya ini, karena konsep raja sebagaimana raja dunia, tidak ditampakkan dalam bacaan Injil hari ini. Dalam Injil yang diwartakan kepada kita hari ini justru Yesus disalibkan dan diejek oleh masyarakat banyak, pemimpin-pemimpin bangsa, juga Pilatus mengejek Yesus dengan membuat tulisan di atas kepala Yesus “Inilah raja orang yahudi”. Lebih parah lagi, seorang penjahat yang disalibkan bersama Yesus, ikut pula mengejek Yesus. Dengan demikin, kita berpikir , “Di mana letak kemaharajaan Yesus yang tersalib?” Bagaimana kita bisa mengerti dan menerima bahwa Yesus adalah Raja semesta Alam, sebab Dia sendiri disalibkan dan nasib hidupNya tidak seperti yang dialami kebanyakan raja dunia ini.

Memang kalau kita berpikir bahwa seorang raja hanya seperti yang kita ketahui berdasarkan raja-raja dunia ini, hal itu tidak kita temui dalam diri Yesus. Kerajaan dan kemaharajaan Yesus berbeda dengan kerjaan dunia ini. Namun coba kita melihat dari sisi hakekat seorang raja.

Seorang raja memiliki wibawa, kuasa dalam dirinya, dan diharapkan dia tidak takut kepada orang lain, karena memiliki kuasa. Tapi adakah raja yang berkuasa penuh dan tidak takut kepada orang lain? Pada kenyataannya seorang raja tidak memiliki kuasa penuh, dia pasti takut kepada raja-raja lain dan seringkali juga takluk dengan hal-hal lain. Sedangkan Yesus, dia sungguh raja yang memiliki kuasa penuh dalam diri-Nya, karena jelas bagi kita Yesus tidak takut kepada siapapun dalam membela manusia, dalam mewartakan keselamatan, bahkan kepada kematianpun Yesus tidak takut. Yesus sungguh raja yang penuh kuasa, karena Dia tidak takluk oleh godaan-godaan dunia, oleh godaan-godaan setan, Yesus tidak takluk oleh dosa dan Dia tidak takluk atau tunduk terhadap pemerintah, penguasa, para imam yang mau menghalangi Dia dalam mewartakan keselamatan. Dari aspek ini, jelas bahwa hanya Yesuslah raja yang sungguh memiliki kuasa penuh dalam diriNya, sebab kita ketahui bahwa raja-raja dunia ini banyak yang takluk terhadap ‘orang lain’, ditaklukkan oleh harta dunia, kekuasaan dan oleh dosa-dosa. Raja-raja dunia ini, kerajaannya hanya bentuk luarnya, sedangkan dalam dirinya sendiri dia tidak mampu menguasai dari godaan setan, tidak mampu menguasai dirinya terlepas dari dosa. Mungkin mereka menjadi raja atas orang lain, tetapi dia tidak bisa menjadi raja atas dirinya sendiri.

Seorang raja tentu diharapkan menjadi pengayom rakyatnya dan mengupayakan kesejahteraan bagi rakyatnya. Namun pada kenyataanya, banyak raja yang hanya mementingkan kepentingannya sendiri dan bahkan seringkali malah mengorbankan rakyatnya. Inilah raja dunia dan inipula yang seringkali membuat rakyat tidak puas atas raja-raja dunia ini dan hal itu seringkali menyebabkan dalam perkembangan zaman kerajaan-kerajaan menjadi hilang karena tidak disukai lagi.

Berbeda halnya dengan Yesus sang raja kita. Yesus adalah pemimpin kita, yang mewartakan keselamatan kekal, menghantar kita kepada kebahagian sejati. Yesus sebagai pemimpin kita sungguh seorang pemimpin atau raja yang sejati, karena Dia membela kita mati-matian dan bahkan rela berkorban kehilangan nyawanya demi membela kita. Yesus sebagai raja memang tidak mempunya seperti yang dimiliki raja-raja dunia ini, tetapi Dia lebih mememiliki jiwa seorang raja sejati, bukan hanya yang kelihatan.

Lebih dari itu, jelas bahwa tujuan hidup kita adalah untuk kehidupan kekal. Kita semua pasti rindu kelak masuk surga. Seorang raja dunia mungkin bisa membantu kita hidup makmur, aman dalam kehidupan dunia ini. Tetapi adakah raja dunia ini yang bisa menjamin kita masuk surga? Tidak ada raja dunia ini yang bisa menjamin kita masuk surga, hanya Yesus sendiri yang bisa menjamin itu karena Dia adalah raja dalam kerajaan surga. Kemaharajaan Yesus atas surga jelas-jelas dinyatakan bagi kita dalam bacaan Injil tadi. Salah seorang penyamun yang disalibkan bersama Yesus mengakui Yesus sebagai raja dan berkata "Yesus, ingatlah akan aku, apabila Engkau datang sebagai Raja." Sungguh luar biasa, Yesus menunjukkan kuasaNya yang penuh atas kerajaan Surga karena Yesus mengatakan bahwa hari itu juga penyamun itu akan ada bersama-sama dengan Yesus dalam kerajaan surga. Sungguh luar biasa kuasa Yesus, Dia sanggup mengampuni dosa manusia dan sanggup menjamin manusia itu masuk surge. Adalah raja dunia ini atau pemimpin dunia ini yang sanggup mengampuni dosa dan menjamin kita masuk surge? Tentu tidak akan ada yang bisa demikian.

Apa arti Perayaan ini bagi kita?

1. Bagi kita jelas bahwa Yesus adalah sungguh raja sejati atas dunia ini dan surga. Memang kita tidak bisa memahami kemaharajaan Yesus dengan hanya bertitik tolak dari pemikiran kita sendiri atau perpedoman pada raja-raja dunia ini. Tetapi dalam hal ini kita diajak memahami dan menerima kemaharajaan Yesus melampui pikiran, pemahaman dan contoh yang ada dalam raja-raja dunia ini. Kerajaan Yesus sungguh berbeda dengan kerajaan dunia ini. Yesus adalah sungguh raja yang memiliki kuasa penuh atas dan dalam diriNya, sehingga Dia tidak dapat ditaklukkan oleh dosa, oleh godaan dunia, godaan harta, pangkat, kuasa, kedudukan dan tidak takut kepada siapapun dalam menjalankan tugasNya mewartakan keselamatan kepada kita. Bahkan lebih dari itu, Dia rela mengorbankan nyawanya demi membela kita umat-Nya. Yesus adalah raja yang membawa kedamaian sejati, keadilan, membawa pengampunan dan yang sanggup menjamin kita masuk dalam kebahagiaan surgawi. Dengan demikian, lewat perayaan ini, kita diajak untuk bersyukur karena kita mempunyai Yesus seorang raja dan pemimpin kita yang sejati. Kalau kita bisa kecewa karena dikecewakan oleh raja-raja dunia, tetapi Yesus tidak akan pernah mengecewakan kita.

2. Hal lain yang bisa kita petik dan kita renungkan dari perayaan ini adalah belajar dari salah seorang penyamun yang ikut disalibkan bersama dengan Yesus. Mungkin kita juga sering mengalami hidup seakan disalibkan, seperti hampir mati karena persoalan yang disebabkan diri kita sendiri atau orang lain. Saat itu pasti kita berpikir dan berseru dalam hati, “Yesus, jika Engkau Tuhan dan mengasihi aku, selamatlah aku.” Saat itu kita merasa Tuhan jauh, dan tak berdaya membela kita. Namun lewat perayaan ini, kepada kita diyakinkan bahwa saat seakan kita disalibkan, Yesuspun ada disamping kita dan ikut merasakan penderitaan kita. Seruan kita hendaknya seperti seruan salah seorang penyamun yang ikut disalibkan bersama dengan Yesus, "Yesus, ingatlah akan aku, apabila Engkau datang sebagai Raja." Yakinlah, seruan kita yang tulus dan penuh pertobatan serta pengharapan, akan mendapat balasan dari Yesus. Sehingga dalam setiap situasi yang demikian kita selalu berani berseru, : "Yesus, ingatlah akan aku, apabila Engkau datang sebagai Raja."

REFLEKSI PRIBADI:

1. Siapakah raja dalam hidupmu selama ini?

2. Kembalilah kepada Yesus, jadikanlah Dia sebagai raja dalam hidupmu.

3. Jika mengalami persoalan hidup hari ini, yakinlah Yesus ada di sampingmu dan ikut merasakan penderitaanmu dan berserulah kepadaNya, “Yesus, ingatlah akan aku, apabila Engkau datang sebagai Raja."

Bacaan Injil Hari Raya Yesus Kristus Raja Semesta Alam (Bahasa Toba)

Bacaan Injil Hari Raya Yesus Kristus Raja Semesta Alam (Bahasa Toba)
2Sam 5:1-3, Mzm 122:1-2,4-5, Kol 1:12-20, Luk 23:35-43

“O Jesus, ingot ahu, ia dung sahat Ho tu harajaonmi!”

Jongjong ma disi natorop i mainondur. Alai dohot do angka panungganei manginsahi Ibana, angka ninna ma: Ia na leban dipalua; ua, dirina ma dipalua, anggo na tutu Kristus ni Debata, na pinili i Ibana! Alai dohot do angka soldadu i pauruuru Ibana. Dipajonok mamboan na asom tu Ibana. Laos didok ma: Anggo raja ni Jahudi do Ho, palua dirim antong! Alai adong ma tarsurat di atasna: Raja ni Jahudi do On! Alai na sada sian angka parjahat, na targantung i, mangaleai Ibana: Ai ndada Kristus i Ho? Palua ma dirim, nang hami antong! Alai dialusi donganna ibana, dipinsang ma, ninna ma: Ndang dihabiari ho hape Debata, atik pe rap hona uhum hita? Uhum na tigor do na tu hita, ai tajalo do upa ni pambahenanta; alai anggo Ibana, ndang adong diula na so ture. Laos ninna ma: O Jesus, ingot ahu, ia dung sahat Ho tu harajaonmi! Gabe ninna Jesus ma mandok ibana: Situtu do hatangkon tu ho: Sadari on do ho rap dohot Ahu di Paradeiso!

Lingkaran Adven: Lambang dan Maknanya

Lingkaran Adven: Lambang dan Maknanya
oleh: Romo Francis J. Peffley


Pada Masa Adven, banyak keluarga memasang Lingkaran Adven di rumah mereka. Selain hiasan-hiasannya yang tampak semarak serta membangkitkan semangat, ada banyak sekali lambang yang terkandung di dalamnya, yang belum diketahui banyak orang.

Pertama, karangan tersebut selalu berbentuk lingkaran. Karena lingkaran tidak mempunyai awal dan tidak mempunyai akhir, maka lingkaran melambangkan Tuhan yang abadi, tanpa awal dan akhir.

Lingkaran Adven selalu dibuat dari daun-daun evergreen. Dahan-dahan evergreen, sama seperti namanya “ever green” - senantiasa hijau, senantiasa hidup. Evergreen melambangkan Kristus, Yang mati namun hidup kembali untuk selamanya. Evergreen juga melambangkan keabadian jiwa kita. Kristus datang ke dunia untuk memberikan kehidupan yang tanpa akhir bagi kita. Tampak tersembul di antara daun-daun evergreen yang hijau adalah buah-buah beri merah. Buah-buah itu serupa tetesan-tetesan darah, lambang darah yang dicurahkan oleh Kristus demi umat manusia. Buah-buah itu mengingatkan kita bahwa Kristus datang ke dunia untuk wafat bagi kita dan dengan demikian menebus kita. Oleh karena Darah-Nya yang tercurah itu, kita beroleh hidup yang kekal.

Empat batang lilin diletakkan sekeliling Lingkaran Adven, tiga lilin berwarna ungu dan yang lain berwarna merah muda. Lilin-lilin itu melambangkan keempat minggu dalam Masa Adven, yaitu masa persiapan kita menyambut Natal. Setiap hari, dalam bacaan Liturgi Perjanjian Lama dikisahkan tentang penantian bangsa Yahudi akan datangnya Sang Mesias, sementara dalam Perjanjian Baru mulai diperkenalkan tokoh-tokoh yang berperan dalam Kisah Natal. Pada awal Masa Adven, sebatang lilin dinyalakan, kemudian setiap minggu berikutnya lilin lain mulai dinyalakan. Seiring dengan bertambah terangnya Lingkaran Adven setiap minggu dengan bertambah banyaknya lilin yang dinyalakan, kita pun diingatkan bahwa kelahiran Sang Terang Dunia semakin dekat. Semoga jiwa kita juga semakin menyala dalam kasih kepada Bayi Yesus.

Warna-warni keempat lilin juga memiliki makna tersendiri. Lilin ungu sebagai lambang pertobatan. Warna ungu mengingatkan kita bahwa Adven adalah masa di mana kita mempersiapkan jiwa kita untuk menerima Kristus pada Hari Natal. Lilin merah muda dinyalakan pada Hari Minggu Adven III yang disebut Minggu “Gaudete”. “Gaudete” adalah bahasa Latin yang berarti “sukacita”, melambangkan adanya sukacita di tengah masa pertobatan karena sukacita Natal hampir tiba. Warna merah muda dibuat dengan mencampurkan warna ungu dengan putih. Artinya, seolah-olah sukacita yang kita alami pada Hari Natal (yang dilambangkan dengan warna putih) sudah tidak tertahankan lagi dalam masa pertobatan ini (ungu) dan sedikit meledak dalam Masa Adven. Pada Hari Natal, keempat lilin tersebut digantikan dengan lilin-lilin putih - masa persiapan kita telah usai dan kita masuk dalam sukacita yang besar.

Pada kaki setiap lilin, atau pada kaki Lingkaran Adven, ditempatkan sebuah mangkuk berwarna biru. Warna biru mengingatkan kita pada Bunda Maria, Bunda Allah, yang mengandung-Nya di dalam rahimnya serta melahirkan-Nya ke dunia pada hari Natal.

Lingkaran Adven diletakkan di tempat yang menyolok di gereja. Para keluarga memasang Lingkaran Adven yang lebih kecil di rumah mereka. Lingkaran Adven kecil ini mengingatkan mereka akan Lingkaran Adven di Gereja dan dengan demikian mengingatkan hubungan antara mereka dengan Gereja. Lilin dinyalakan pada saat makan bersama. Berdoa bersama sekeliling meja makan mengingatkan mereka akan meja perjamuan Tuhan di mana mereka berkumpul bersama setiap minggu untuk merayakan perjamuan Ekaristi - santapan dari Tuhan bagi jiwa kita.

Jadi, nanti jika kalian melihat atau memasang Lingkaran Adven, jangan menganggapnya sebagai hiasan yang indah saja. Ingatlah akan semua makna yang dilambangkannya, karena Lingkaran Adven hendak mengingatkan kita akan perlunya persiapan jiwa sehingga kita dapat sepenuhnya ambil bagian dalam sukacita besar Kelahiran Kristus, Putera Allah, yang telah memberikan Diri-Nya bagi kita agar kita beroleh hidup yang kekal.


sumber : "The Symbolism of the Advent Wreath” by Father Peffley; Father Peffley's Web Site; www.transporter.com/fatherpeffley

Disadur dari www.indocell.net/

Bacaan Injil Hari Raya Yesus Kristus Raja Semesta Alam (Bahasa Bahasa Karo)

Bacaan Injil Hari Raya Yesus Kristus Raja Semesta Alam (Bahasa Bahasa Karo)
2Sam 5:1-3, Mzm 122:1-2,4-5, Kol 1:12-20, Luk 23:35-43

"O Jesus, inget aku asum Kam reh pagi jadi Raja!"

Kalak si nterem tedis janahna ngenehen-ngenehen, janah peminpin-peminpin kalak Jahudi nokoh-nokohi Jesus nina, "Kalak si deban isampatiNa; pelepaslah Ia mulahi baNa adi Ia kin Mesias si ipadanken Dibata e." Perajurit-perajurit pe nokoh-nokohi Jesus; ideherina Ia janah iberekenna anggur macem man baNa, jenari nina, "Adi Kam kin Raja kalak Jahudi, pulahilah baNdu!" I babo Jesus lit isuratken, "Enda me Raja kalak Jahudi." Sekalak i bas penjahat si ipakuken i je igombangina Jesus, nina, "Ma Kam kin Mesias si ipadanken Dibata e? Pulahilah baNdu dingen pulahi pe kami!" Tapi ipandang sekalak nari ia nina, "La kin kam mbiar Dibata? Kita seri ukumenta ras Ia. Adi kita ma bujur nge bagenda, sabap kita iukum sue nge ras perbahanenta. Tapi Ia labo lit perbahanenNa si salah." Jenari nina man Jesus, "O Jesus, inget aku asum Kam reh pagi jadi Raja!" Ngaloi Jesus man bana, "Kukataken man bandu maka sendah me kam ras Aku i Pardis."

Bacaan Injil Hari Raya Yesus Kristus Raja Semesta Alam (Bahasa Indonesia)

Bacaan Injil Hari Raya Yesus Kristus Raja Semesta Alam (Bahasa Indonesia)
2Sam 5:1-3, Mzm 122:1-2,4-5, Kol 1:12-20, Luk 23:35-43

"Yesus, ingatlah akan aku, apabila Engkau datang sebagai Raja."

Orang banyak berdiri di situ dan melihat semuanya. Pemimpin-pemimpin mengejek Dia, katanya: "Orang lain Ia selamatkan, biarlah sekarang Ia menyelamatkan diri-Nya sendiri, jika Ia adalah Mesias, orang yang dipilih Allah." Juga prajurit-prajurit mengolok-olokkan Dia; mereka mengunjukkan anggur asam kepada-Nya dan berkata: "Jika Engkau adalah raja orang Yahudi, selamatkanlah diri-Mu!" Ada juga tulisan di atas kepala-Nya: "Inilah raja orang Yahudi". Seorang dari penjahat yang di gantung itu menghujat Dia, katanya: "Bukankah Engkau adalah Kristus? Selamatkanlah diri-Mu dan kami!" Tetapi yang seorang menegor dia, katanya: "Tidakkah engkau takut, juga tidak kepada Allah, sedang engkau menerima hukuman yang sama? Kita memang selayaknya dihukum, sebab kita menerima balasan yang setimpal dengan perbuatan kita, tetapi orang ini tidak berbuat sesuatu yang salah." Lalu ia berkata: "Yesus, ingatlah akan aku, apabila Engkau datang sebagai Raja." Kata Yesus kepadanya: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus."

Asal-mula Masa Adven

Asal-mula Masa Adven
oleh: Romo William P. Saunders *


Masa Liturgi Adven menandai masa persiapan rohani umat beriman sebelum Natal. Adven dimulai pada hari Minggu terdekat sebelum Pesta St. Andreas Rasul (30 November). Masa Adven berlangsung selama empat hari Minggu dan empat minggu persiapan, meskipun minggu terakhir Adven pada umumnya terpotong dengan tibanya Hari Natal.

Masa Adven mengalami perkembangan dalam kehidupan rohani Gereja. Sejarah asal-mula Adven sulit ditentukan dengan tepat. Dalam bentuk awalnya, yang bermula dari Perancis, Masa Adven merupakan masa persiapan menyambut Hari Raya Epifani, hari di mana para calon dibaptis menjadi warga Gereja; jadi persiapan Adven amat mirip dengan Prapaskah dengan penekanan pada doa dan puasa yang berlangsung selama tiga minggu dan kemudian diperpanjang menjadi 40 hari. Pada tahun 380, Konsili lokal Saragossa, Spanyol menetapkan tiga minggu masa puasa sebelum Epifani. Diilhami oleh peraturan Prapaskah, Konsili lokal Macon, Perancis, pada tahun 581 menetapkan bahwa mulai tanggal 11 November (pesta St. Martinus dari Tours) hingga Hari Natal, umat beriman berpuasa pada hari Senin, Rabu dan Jumat. Lama-kelamaan, praktek serupa menyebar ke Inggris. Di Roma, masa persiapan Adven belum ada hingga abad keenam, dan dipandang sebagai masa persiapan menyambut Natal dengan ikatan pantang puasa yang lebih ringan.

Gereja secara bertahap mulai lebih membakukan perayaan Adven. Buku Doa Misa Gelasian, yang menurut tradisi diterbitkan oleh Paus St. Gelasius I (wafat thn 496), adalah yang pertama menerapkan Liturgi Adven selama lima Hari Minggu. Di kemudian hari, Paus St. Gregorius I (wafat thn 604) memperkaya liturgi ini dengan menyusun doa-doa, antifon, bacaan-bacaan dan tanggapan. Sekitar abad kesembilan, Gereja menetapkan Minggu Adven Pertama sebagai awal tahun penanggalan Gereja. Dan akhirnya, Paus St. Gregorius VII (wafat thn 1095) mengurangi jumlah hari Minggu dalam Masa Adven menjadi empat.

Meskipun sejarah Adven agak “kurang jelas”, makna Masa Adven tetap terfokus pada kedatangan Kristus (Adven berasal dari bahasa Latin “adventus”, artinya “datang”). Katekismus Gereja Katolik menekankan makna ganda “kedatangan” ini: “Dalam perayaan liturgi Adven, Gereja menghidupkan lagi penantian akan Mesias; dengan demikian umat beriman mengambil bagian dalam persiapan yang lama menjelang kedatangan pertama Penebus dan membaharui di dalamnya kerinduan akan kedatangan-Nya yang kedua” (no. 524).

Oleh sebab itu, di satu pihak, umat beriman merefleksikan kembali dan didorong untuk merayakan kedatangan Kristus yang pertama ke dalam dunia ini. Kita merenungkan kembali misteri inkarnasi yang agung ketika Kristus merendahkan diri, mengambil rupa manusia, dan masuk dalam dimensi ruang dan waktu guna membebaskan kita dari dosa. Di lain pihak, kita ingat dalam Syahadat bahwa Kristus akan datang kembali untuk mengadili orang yang hidup dan mati dan kita harus siap untuk bertemu dengannya.

Suatu cara yang baik dan saleh untuk membantu kita dalam masa persiapan Adven adalah dengan memasang Lingkaran Adven. Lingkaran Adven merupakan suatu lingkaran, tanpa awal dan akhir: jadi kita diajak untuk merenungkan bagaimana kehidupan kita, di sini dan sekarang ini, ikut ambil bagian dalam rencana keselamatan Allah yang kekal dan bagaimana kita berharap dapat dapat ikut ambil bagian dalam kehidupan kekal di kerajaan surga. Lingkaran Adven terbuat dari tumbuh-tumbuhan segar, sebab Kristus datang guna memberi kita hidup baru melalui sengsara, wafat dan kebangkitan-Nya. Tiga batang lilin berwarna ungu melambangkan tobat, persiapan dan kurban; sebatang lilin berwarna merah muda melambangkan hal yang sama, tetapi dengan menekankan Minggu Adven Ketiga, Minggu Gaudate, saat kita bersukacita karena persiapan kita sekarang sudah mendekati akhir. Terang itu sendiri melambangkan Kristus, yang datang ke dalam dunia untuk menghalau kuasa gelap kejahatan dan menunjukkan kepada kita jalan kebenaran. Gerak maju penyalaan lilin setiap hari menunjukkan semakin bertambahnya kesiapan kita untuk berjumpa dengan Kristus. Setiap keluarga sebaiknya memasang satu Lingkaran Adven, menyalakannya saat santap malam bersama dan memanjatkan doa-doa khusus. Kebiasaan ini akan membantu setiap keluarga untuk memfokuskan diri pada makna Natal yang sebenarnya.

Secara keseluruhan, selama Masa Adven kita berjuang untuk menggenapi apa yang kita daraskan dalam doa pembukaan Misa Minggu Adven Pertama: “Bapa di surga… tambahkanlah kerinduan kami akan Kristus, Juruselamat kami, dan berilah kami kekuatan untuk bertumbuh dalam kasih, agar fajar kedatangan-Nya membuat kami bersukacita atas kehadiran-Nya dan menyambut terang kebenaran-Nya.

* Fr. Saunders is pastor of Our Lady of Hope Parish in Potomac Falls and a professor of catechetics and theology at Notre Dame Graduate School in Alexandria.

sumber : “Straight Answers: The Celebration of Advent” by Fr. William P. Saunders; Arlington Catholic Herald, Inc; Copyright ©2003 Arlington Catholic Herald. All rights reserved; www.catholicherald.com
“diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya atas ijin The Arlington Catholic Herald.”

Renungan Harian : Sabtu 20 Nopember 2010

Renungan Harian : Sabtu 20 Nopember 2010
Why 11:4-12, Mzm 144:1,2,9-10, Luk 20:27-40


"Allah bukan Allah orang mati, melainkan Allah orang hidup, sebab di hadapan Dia semua orang hidup."

BACAAN INJIL:
Maka datanglah kepada Yesus beberapa orang Saduki, yang tidak mengakui adanya kebangkitan. Mereka bertanya kepada-Nya: "Guru, Musa menuliskan perintah ini untuk kita: Jika seorang, yang mempunyai saudara laki-laki, mati sedang isterinya masih ada, tetapi ia tidak meninggalkan anak, saudaranya harus kawin dengan isterinya itu dan membangkitkan keturunan bagi saudaranya itu. Adalah tujuh orang bersaudara. Yang pertama kawin dengan seorang perempuan lalu mati dengan tidak meninggalkan anak. Lalu perempuan itu dikawini oleh yang kedua, dan oleh yang ketiga dan demikianlah berturut-turut oleh ketujuh saudara itu, mereka semuanya mati dengan tidak meninggalkan anak. Akhirnya perempuan itupun mati. Bagaimana sekarang dengan perempuan itu, siapakah di antara orang-orang itu yang menjadi suaminya pada hari kebangkitan? Sebab ketujuhnya telah beristerikan dia." Jawab Yesus kepada mereka: "Orang-orang dunia ini kawin dan dikawinkan, tetapi mereka yang dianggap layak untuk mendapat bagian dalam dunia yang lain itu dan dalam kebangkitan dari antara orang mati, tidak kawin dan tidak dikawinkan. Sebab mereka tidak dapat mati lagi; mereka sama seperti malaikat-malaikat dan mereka adalah anak-anak Allah, karena mereka telah dibangkitkan. Tentang bangkitnya orang-orang mati, Musa telah memberitahukannya dalam nas tentang semak duri, di mana Tuhan disebut Allah Abraham, Allah Ishak dan Allah Yakub. Ia bukan Allah orang mati, melainkan Allah orang hidup, sebab di hadapan Dia semua orang hidup." Mendengar itu beberapa ahli Taurat berkata: "Guru, jawab-Mu itu tepat sekali." Sebab mereka tidak berani lagi menanyakan apa-apa kepada Yesus.
Demikianlah warta gembira bagi kita hari ini.

PERMENUNGAN.

Tantangan hidup beriman, makin hari bukan makin mudah, justru semakin berat karena semakin banyak tantangan. Ajaran iman seringkali bertolak belakang dengan kenyataan atau kebiasaan yang ada dalam hidup dan juga kadangkala bertolak belakang dengan keinginan manusiawi kita. Selain itu, orang sudah lebih menggunakan akal budi dalam menghadapi hidup ini, semuanya dinilai dan dihadapi dengan akal budi. Orang semakin banyak dan pintar dalam menghadapi dan menjawabi apa yang terjadi dalam hidup manusia. Hal ini bahkan bisa saja terjadi dalam penafsiran mukjizat yang terdapat dalam kitab Suci. Memang ilmu pengetahuan dan akal budi perlu dan dapat membantu kita dalam memahami Sabda Tuhan, tetapi tentunya tidak semuanya dapat dijawabi oleh akal budi dan iman. Namun kenyataan itu yang seringkali terjadi. Dengan lihainya orang mulai mempertanyakan keberadaan Tuhan, makna iman dalam hidup. Dengan demikian itu berarti juga mempertanyakan kebangkitan badan, dan hidup kekal yang dijanjikan oleh Yesus kepada siapa saja yang setia kepada-Nya. Saat ini sudah begitu banyak orang Saduki yang tidak mengakui kehidupan kekal, bahkan mungkin orang Saduki sekarang jauh lebih pintar. Menghadapi mereka kita bisa kelabakan menjawabnya, apalgi kalau kita kurang beriman dan pengetahuan iman kitapun kurang mendalam. Hal ini bisa menyebabkan kita terjebak dan menjadi Atheis dalam praktek meskipun di KTP masih tertulis katolik.

Dalam Injil hari ini, Yesus menghadapi orang Saduki yang tidak mengakui adanya kehidupan kekal. Mereka mau menjebak Yesus dengan ajaran soal kebangkitan, soal yang sulit untuk dijawab secara akal budi. Tetapi niat jahat dan jebakan mereka tidak berkekuatan apa-apa menghadapi Yesus. Yesus menjawabnya dengan sangat tepat dan pada akhir bacaan ini bahkan dikatakan mereka tidak berkutik dengan jawaban Yesus.

Jawaban Yesus sekaligus menjadi suatu pembelajaran kepada kita bahwa iman dan hal kehidupan kekal atau kerajaan Allah itu melampaui akal budi manusia, melampaui hal yang menusiawi. Iman dan kehidupan kekal itu memang sungguh tidak sama dengan kehidupan dunia dan melampaui hidup dunia ini. Gambaran hidup kekal itu, bukan seperti yang terjadi dalam hidup dunia dan bukan seperti gambaran manusia dan bahkan tidak bisa digambarkan oleh akal budi manusia. Inilah rahasia iman dan rahasia kehidupan kekal. Justru karena iman dan kehidupan kekal itu berbeda dengan hidup dunia ini dan tidak bisa kita pahami dengan akal budi, itulah yang menjadi salah satu kekuatan dan alasan kita beriman. Kalau sama seperti hidup di dunia ini dan dapat kita mengerti dengan akal budi kita, buat apa kita mempercayainya. Tetapi karena tidak sama dengan hidup dunia ini, melampaui hidup dunia dan akal budi manusia, maka kita percaya. Akan tetapi dengan percaya, bukan berarti kita pasrah dan menerima begitu saja. Tentu bukan. Tetapi karena percaya Tuhan itu adalah Tuhan yang hidup, yang mahakuasa, Dia melampaui dunia ini.

Dengan iman ini, kita hendaknya menyatukan pikiran dan kehendak kita dengan pikiran dan kehendak Tuhan. Kita diajak memandang dan menghadapi hidup dunia ini dengan kacamata iman kepada Tuhan. Justru dengan diresapi iman ini, kita dimampukan untuk berjuang menghadapi dunia, hidup yang penuh dengan persoalan yang kadang kita tidak bisa mengerti. Tetapi dengan iman, kita akan dimampukan karena kita percaya bahwa mempunyai Tuhan yang melampaui manusia dan ada harapan kehidupan kekal yang melampaui dunia ini yang siap menanti kita. Untuk mampu hidup demikian, mari kita undang agar Roh Kudus berdiam dalam diri kita, dan membiarkan Roh itu yang membimbing dan berkuasa atas diri kita. Hidup yang demikian, akan membuat kita mampu melihat dan menikmati indahnya hidup ini. Semangat hidup kita semakin bertambah besar karena suatu keyakinan, kebahagiaan sejati dan kekal sudah siap menanti kedatangan kita. Semoga kita mampu hidup dalam iman. Amin.

REFLEKSI PRIBADI:

1. Cobalah hari ini mengahadapi hidup dengan kacamata iman, tidak melulu dengan akal budi.

2. Sebelum Anda memulai aktifitas hari ini, berusahalah memberi waktu untuk hening sejanak, berdoa dan mendengarkan apa kehendak Tuhan bagi Anda hari ini.

3. Cobalah semakin hari semakin menyatukan pikiran dengan pikiran Tuhan sendiri.

Perlawanan Terhadap Fatwa Kondom Paus Benediktus

Perlawanan Terhadap Fatwa Kondom Paus Benediktus

Pernyataan Paus Benediktus XVI yang membolehkan penggunaan kondom guna mencegah penyebaran HIV mengundang penolakan dikalangan konservatif Katolik. Sejumlah gereja Ortodoks memang menerima titah Paus. Akantetapi tak sedikit yang menolak atau bahkan meragukan juru bicara VatiKan, Federico Lombardi dalam menerjemahkan pesan Paus. "Ini gila," papar Presiden National Catholic Bioethics Center, Philadelphia, AS. Dirinya mengaku tidak siap dengan apa yang dikatakan Paus dan juga Lombardi

Sebelumnya, kalangan konservatif juga dikejutkan dengan pernyataan Paus dalam bukunya "Light of the World: The Pope, the Church and the Signs of the Times'. Dalam buku itu Paus membolehkan penggunaan kondom di kalangan pelaku prostitusi. Paus berpendapat, bagi pekerja seks komersial laki-laki, penggunaan kondom bisa menjadi langkah dalam memikul tanggung jawab moral karena tujuannya untuk mengurangi resiko infeksi.

Selasa lalu, dalam konfrensi pers di Roma, Lombardi menjelaskan Paus sadar kalau pernyataannya itu memicu perdebatan sengit. Lombardi mengatakan Paus tidak membolehkan penggunaan kondom pada pekerje seks komersial laki-laki saja tetapi juga seorang pria, wanita atau transeksual. " Paus tidak menyarankan menggunakan kondom sebagai kontrol kelahiran, seperrti yang diputuskan Gereja Katolik Roma, dan dia juga mengatakan kondom itu bukan "solusi nyata atau moral" untuk krisis AIDS," kata Lombardi. Namun, ibarat nasi telah menjadi bubur, perdebatan panjang tengah berlangsung antara teolog dan pejabat gereja atas moralitas penggunaan kondom untuk pencegahan penyakit.

Jenn Giroux, Direktur Eksekutif Human Life International Amerika, yang mempromosikan ajaran Katolik tentang kontrasepsi, aborsi dan isu-isu moral lainnya, mengatakan Vatikan perlu mengklarifikasi pernyataan Paus lebih lanjut. "Saya melihat pernyataan Paus dengan sangat hati-hati," kata Giroux, seorang perawat terdaftar dan ibu dari sembilan anak. "Kami lebih melihat doktrin gereja pada pernyataan seperti ini,"

Germain Grisez, seorang teolog moral terkemuka mengatakan promosikan kondom sebagai perlindungan terhadap penyakit akan membenarkan hal "jahat" karena mengasumsikan seseorang tidak memiliki kapasitas untuk membuat pilihan moral yang baik. Dia menyatakan komentar Paus bisa jadi disalahgunakan untuk menabur keraguan tentang ajaran Katolik.

"Banyak perkataan Yesus sendiri telah disalahgunakan, dan dia tidak meragukan ramalan bahwa ajarannya akan disalahgunakan. Namun, dia tetap mengatakan apa yang dia pikir akan mengarah pada keselamatan orang-orang yang terbuka untuk pengajaran-Nya.," Tulis Grisez dalam sebuah e-mail. "Saya berasumsi bahwa niat Paus Benediktus saat berbicara karena ia tidak mirip dengan Yesus. Niat itu Benediktus harus dikatakan mungkin tidak terdengar seperti Yesus,"

Haas, seorang teolog moral lainnya mengatakan dia memanggil semua Uskup Selasa lalu, untuk mempertanyakan kebingungannya terhadap perkataan Lombardi. Menurutnya, apa yang dikatakan Paus terfokus usaha menegakkan ortodoksi Katolik tentang perkawinan dan seksualitas. Menanggapi itu, Konferensi Uskup Katolik AS menolak memberikan komentar.

Secara terpisah, Philip Lawler, editor Catholic World News, menuntut pengunduran diri editor surat kabar Vatikan, L'Osservatore Romano, setelah Paus mengutip harian tersebut saat mempublikasikan pemberitaan kondom dan topik lainnya dalam edisi Sabtu lalu.

Lawler dan kebanyakan umat Katolik ortodoks lain berpendapat bahwa media itu merongrong paus dengan mengutip dia tanpa konteks yang tepat. Lawler berdiri dengan kritik dan menyerukan pengunduran diri editor setelah konferensi pers. "Saya pikir klarifikasi itu membingungkan dan membuat frustrasi," ujar Lawler.

Pada dasarnya ajaran Katolik tidak pernah benar-benar melarang penggunaan kondom untuk perlindungan terhadap HIV. Vatikan sebagai otoritas tertinggi dalam hieraki kekristenan boleh dibilang mengeluarkan kebijakan tidak resmi atas masalah ini.

Sumber : www.republika.co.id

Vatikan pun Dilema

Vatikan pun Dilema

Sekian lama menentang penggunaan kondom, Vatikan menghadapi dilema. Terutama setelah Paus Benediktus XVI menyatakan kondom boleh digunakan dalam beberapa kasus. Ajaran Katolik Roma menyatakan penggunaan kondon tergolong tidak bermoral. Doktrin gereja mengenai penggunaan alat kontrasepsi buatan masih tidak berubah. Namun begitu, ucapan Benediktus seakan menentang hal tersebut. Ia menyatakan kondom boleh digunakan pada situasi tertentu.

“Ada perubahan yang sangat besar di Vatikan,” ujar Pastur James Martin, seorang penulis Jesuit dan editor. Menurutnya, kebijakan kondom Vatikan itu ternyata tidak membenarkan kasus yang membahayakan nyawa. Pernyataan Benediktus yang berbuntut panjang itu, termuat dalam wawancara bersama seorang jurnalis Jerman. Benediktus memperbolehkan penggunaan kondom dalam beberapa kasus. Sebelumnya ketika berkomentar mengenai AIDS di Afrika, ia menyatakan kondom takkan bisa memecahkan masalahnya.

“Dengan mengakui bahwa kondom membantu mengurangi penyebaran HIV antara manusia yang melakukan hubungan seksual, Paus Benediktus telah mengubah diskusi Katolik mengenai kondom,” tutur Martin yang seorang penulis Katolik liberal. Ahli teologi Vatikan sejak lama berdebat apakah menggunakan kondom untuk mencegah pasangannya menulari HIV bisa diterima secara moral. Beberapa tahun lalu, Vatikan merencanakan sebuah dokumen untuk hal ini. Namun hingga kini, dokumen itu tak pernah keluar.

Dalam wawancara yang disusun menjadi sebuah buku bertajuk Light of the World: The Pope, the Church and the Signs of the Time, Benediktus menyatakan kondom yang digunakan beberapa orang seperti PSK pria, mengindikasikan mereka lebih bertanggung jawab secara moral dan seksual untuk melindungi partner mereka dari infeksi mematikan.

Sumber : www.inilah.com
Disadur dari http://kabarkatolik.com/

Renungan : Jumat 19 Nopember 2010

Renungan Harian, 19 Nopember 2010
Why 10:8-11, Mzm 119:14,24,72, 103,111,131, Luk 19:45-48
(Mechtildis, Rafael dr Yosef Kalinowski )

"Hendaknya kita menjadi pelaku, pejuang bagi hidup yang lebih baik. Jangan takut! Sbab Yesus akan selalu berpihak kepada kita."

BACAAN INJIL:

Lalu Yesus masuk ke Bait Allah dan mulailah Ia mengusir semua pedagang di situ, kata-Nya kepada mereka: "Ada tertulis: Rumah-Ku adalah rumah doa. Tetapi kamu menjadikannya sarang penyamun." Tiap-tiap hari Ia mengajar di dalam Bait Allah. Imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat serta orang-orang terkemuka dari bangsa Israel berusaha untuk membinasakan Dia, tetapi mereka tidak tahu, bagaimana harus melakukannya, sebab seluruh rakyat terpikat kepada-Nya dan ingin mendengarkan Dia.
Demikianlah warta gembira bagi kita hari ini.

PERMENUNGAN:
Setiap orang pasti mengharapkan hal yang baik. Tidak ada seorangpun yang mengharapkan hidup ini penuh dengan kekacauan, tidak seorangpun yang mengharapkan orang lain melakukan hal yang jahat atas dirinya. Namun seringkali kita hanya mengharapkan kebaikan, tetapi tidak melakukannya dan bahkan seakan ikut ‘memelihara’ hal yang tidak baik dalam hidup ini. Mungkin kita tidak melakukannya, tetapi kita tidak berani menyuarakan kebaikan, kebenaran dan keadilan. Kita seringkali berdiam diri ketika melihat sesuatu yang tidak baik terjadi. Lebih banyak orang yang takut untuk memperjuangkan kebenaran karena takut resiko yang tidak baik. Karena memang dalam dunia sekarang ini seringkali orang yang berbuat baik, memperjuangkan kebaikan, kebenaran dan keadilan kurang disenangi dan bahkan ‘dibenci’ oleh banyak orang. Oleh karena itu, tidak sedikit orang yang memilih diam, seakan-akan tidak tahu bila melihat suatu hal yang tidak baik.

Berbeda halnya dengan Yesus, sebagaimana kita dengarkan dalam Injil hari ini. Yesus begitu marah ketika rumah ibadah yang harusnya menjadi tempat berdoa, tempat yang disucikan tetapi dijadikan sebagai sarang penyamun. Bait Allah bukan hanya dicemari dengan pelanggaran-pelanggaran kecil, tetapi justru menjadi sarang penyamun. Dengan ungkapan jadi sarang penyamun, itu menggambarkan betapa besarnya kejahatan yang sudah dilakukan di Bait Allah. Umumnya kejahatan besar terjadi dalam instansi atau lembaga resmi, tentu dibekingi oleh orang-orang besar, orang-orang kaya atau para pejabat tertentu. Contohnya bukan rahasia bahwa sudah ada peraturan bagi para kooruptu, tetapi tetap orang melakukannya, tidak ada rasa takut dan jera. Pasti mereka melakukannya karena di belakang mereka ada orang-orang berpengaruh, para penguasa. Buktinya, kalaupun ketahuan, hukuman mereka jauh lebih sedikit dibandingkan rakyat kecil yang mungkin karena lapat mencuri buah dari ladang orang lain. Masih banyak contoh lain yang bisa kita lihat dalam kehidupan kita. Karena itu pulalah seringkali orang takut untuk menegakkan kebenaran. Itu pulalah pasti yang terjadi di Bait Allah yang dihadapi oleh Yesus. Hal ini benar karena buktinya para imam dan ahli-ahli Taurat malah tidak senang atas sikap Yesus yang hendak mengembalikan fungsi Bait Allah sebagai tempat doa karena sudah menjadi sarang penyamun. Malah dikatakan mereka yang harusnya memelihara kekudusan Bait Allah merencanakan untuk secepatnya membinasakan Yesus. Benarlah bahwa sebenarnya mereka itulah kiranya yang menadi dalang dan beking dari kejahatan yang terjadi di Bait Allah. Walaupun demikian, Yesus tidak gentar, Dia tidak takut dan tetap mengajar di Bait Allah.

Syukurlah bahwa Yesus tetap konsekuen dan setia pada tugas perutusanNya, yakni membawa Kerajaan Allah, membela kebenaran, keadilan dan mengajak kita untuk bertobat dan masuk dalam Kerajaan Allah. Ini menjadi sukacita bagi kita. Lewa hal ini kita bersuka cita karena kita yakin bahwa Yesus tidak akan bisa dihalangi apapun untuk membela kita agar kita masuk surga. Dia adalah Tuhan yang setia, meskipun kita tidak setia. Berbeda dengan pemimpin bangsa ini yang seringkali hanya masin di bibir tetapi menyakitkan dan membinasakan dalam tindakan.

Apa yang dialami Yesus memang juga masih banyak terjadi dalam kehidupan sekarang ini. Orang yang berusaha hidup baik, benar, jujur dan adil seringkali malah disingkirkan dari percaturan hidup ini. Melakukannya untuk diri sendiri saja sudah mendapat resiko tidak baik apalagi bila menjadi pembela kebaikan, kebenaran, keadilan dan kejujuran. Zaman ini malah caranya lebih canggih dalam menyingkirkan orang-orang baik. Oleh karena itulah orang lebih banyak memilih diam dan bahkan ikut ambil bagian dalam kejahatan dunia ini.

Walaupun demikian, apakah kita para pengikut Yesus harus berdiam diri dan melah ikut memelihara kejahatan dalam hidup ini? Tentu tidak demikian yang diharapkan oleh Yesus. Memang dunia tidak berpihak pada kita bila kita berusaha hidup baik, berusaha membela kebenaran, kebaikan, kejujuran dan keadilan, tetapi kita yakin bahwa Yesus Tuhan berpihak kepada kita. Yesus tidak hanya berpihak kepada kita, tetapi Dia sendiri akan menjadi pembela kita karena Dia tidak pernah takut kepada siapapun dalam melakukan kebaikan. Ini hendaknya menjadi semangat dan kekuatan bagi kita agar kita berani menjadi pelaku kebaikan, kebenaran, keadilan dan kejujuran dalam hidup. Ini memang bukan tugas yang mudah. Oleh karena itu, kita tetap memohon kekuatan daripada-Nya, agar Roh Kudus memampukan dan memberanikan kita melakukan seperti yang telah dilakukan oleh Yesus. Kita juga berdoa dan semoga semakin banyak orang yang berani berjuang untuk menciptakan hidup yang lebih baik. Kalaupun kita tidak berani menjadi pelaku kebaikan, paling tidak kita berpihak, mendoakan dan mendukung saudara-saudari kita yang berani memperjuangkan kebaikan. Atau paling tidak kita berusaha melakukan dengan memulainya dengan hal-hal yang kecil di sekitar kita, misalnya dalam keluarga kita, kepada anggota keluarga kita dan juga dalam lingkup Gereja kita. Semoga berkat kuasa Roh Kudus, kita dimampukan dan diberanikan menjadi pelaku dan pejuang kebaikan. Amin.

REFLEKSI RPIBADI:

1. Hari ini, cobalah berani menegur pelanggaran-pelanggaran kecil yang terjadi di sekitar Anda.

2. Coba juga terbuka atas teguran atau kritik dari orang lain.

3. Cobalah melakukan hal-hal yang baik pada hari ini, mulai dari diri Anda dan mulailah dengan hal-hal yang kecil yang kelihatannya sepela.

Pesan Natal Bersama Tahun 2010

Pesan Natal Bersama Tahun 2010

PERSEKUTUAN GEREJA-GEREJA DI INDONESIA (PGI)
KONFERENSI WALIGEREJA INDONESIA (KWI)
TAHUN 2010

"Terang yang sesungguhnya sedang datang ke dalam dunia"
(bdk. Yoh. 1:9)

Saudara-saudari yang terkasih,
segenap umat Kristiani Indonesia di mana pun berada,
Salam sejahtera dalam kasih Tuhan kita Yesus Kristus.

1. Pada saat ini kita semua sedang berada di dalam suasana merayakan kedatangan Dia, yang mengatakan: "Akulah terang dunia; barangsiapa mengikut Aku, ia tidak akan berjalan dalam kegelapan, melainkan ia akan mempunyai terang hidup"1. Dalam merenungkan peristiwa ini, rasul Yohanes dengan tepat mengungkapkan: "Terang yang sesungguhnya itu sedang datang ke dalam dunia. Ia telah ada di dalam dunia dan dunia dijadikan oleh-Nya, tetapi dunia tidak mengenal-Nya. Ia datang kepada milik kepunyaan-Nya, tetapi orang-orang kepunyaan-Nya itu tidak menerima-Nya"2. Suasana yang sama juga meliputi perayaan Natal kita yang terjalin dan dikemas untuk merenungkan harapan itu dengan tema: "Terang yang sesungguhnya sedang datang ke dunia".

2. Saudara-saudari terkasih,
Kita bersyukur boleh hidup dalam suatu negara yang secara konsti-tusional menjamin kebebasan beragama. Namun akhir-akhir ini gejala-gejala kekerasan atas nama agama semakin tampak dan mengancam ke-rukunan hidup beragama dalam masyarakat. Hal ini mencemaskan pihak-pihak yang mengalami perlakuan yang tidak wajar dalam masyarakat kita. Kita semakin merasa risau akan perkembangan "peradaban" yang mengarus-utamakan jumlah penganut agama; "peradaban" yang memenangkan mereka yang bersuara keras berhadapan dengan mereka tidak memiliki kesempatan bersuara; "peradaban" yang memenangkan mereka yang hidup mapan atas mereka yang terpinggirkan. Peradaban yang sedemikian itu pada gilirannya akan menimbulkan perselisihan, kebencian dan balas-dendam: suatu peradaban yang membuahkan budaya kematian dari pada budaya cinta yang menghidupkan.
Keadaan yang juga mencemaskan kita adalah kehadiran para penang-gungjawab publik yang tidak sepenuhnya memperjuangkan kepentingan rakyat kebanyakan. Para penanggungjawab publik memperlihatkan kiner-ja dan moralitas yang cenderung merugikan kesejahteraan bersama. So-rotan media massa terhadap kinerja penanggungjawab publik yang kurang peka terhadap kepentingan masyarakat, khususnya yang terung-kap dengan praktek korupsi dan mafia hukum hampir di segala segi kehidupan berbangsa, sungguh-sungguh memilukan dan sangat mempri-hatinkan, karena itu adalah kejahatan sosial.

Kenyataan ini yang berlawanan dengan keadaan masyarakat yang sema-kin jauh dari sejahtera, termasuk sulitnya lapangan kerja, semakin mem-perparah kemiskinan di daerah pedesaan dan perkotaan. Keadaan ini diperberat lagi oleh musibah dan bencana yang sering terjadi, baik karena faktor murni alami maupun karena dampak campur-tangan kesalahan manusiawi, terutama dalam penanganan dan penanggulangannya. Sisi-sisi gelap dalam peradaban masyarakat kita dewasa ini membuat kita semakin membutuhkan Terang yang sesungguhnya itu.

Terang yang sesungguhnya, yaitu Yesus Kristus menjelma menjadi ma-nusia, sudah datang ke dalam dunia. Walaupun banyak orang menolak Terang itu, namun Terang yang sesungguhnya ini membawa pengha-rapan sejati bagi umat manusia. Di tengah kegelapan, Terang itu me-numbuhkan pengharapan bagi mereka yang menjadi korban ketidak-adilan. Bahkan di tengah bencana pun muncul kepedulian yang justru melampaui batas-batas suku, agama, status sosial dan kelompok apa pun. Terang itu membawa Roh yang memerdekakan kita dari pelbagai kege-lapan, sebagaimana dikatakan oleh Penginjil Lukas: "Roh Tuhan ada pada-Ku, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku, untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin; dan Ia telah mengutus Aku untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan penglihatan bagi orang-orang buta, untuk membebaskan orang-orang yang tertindas, untuk memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang"3.
Natal adalah tindakan nyata Allah untuk mempersatukan kembali di dalam Kristus sebagai Kepala segala sesuatu yang telah diciptakan-Nya4. Semua yang dilihat-Nya baik adanya itu5, yang telah dirusakkan dan diceraiberaikan oleh kejahatan manusia, menemukan dirinya di dalam Terang itu. Oleh karena itu, dengan menyambut dan merayakan Natal sebaik-baiknya, kita menerima kembali, „Ÿ dan demikian juga menya-tukan diri kita dengan „Ÿ karya penyelamatan Allah yang baik bagi semua orang.
Di dalam merayakan Natal sekarang ini, kita semua kembali diingatkan, bahwa Terang sejati itu sedang datang dan sungguh-sungguh ada di da-lam kehidupan kita. Terang itu, Yesus Kristus, berkarya dan membuka wawasan baru bagi kesejahteraan umat manusia serta keutuhan ciptaan. Inilah semangat yang selayaknya menjiwai kita sendiri serta suasana di mana kita sekarang sedang menjalani pergumulan hidup ini.

3. Saudara-saudari terkasih,
Peristiwa Natal membangkitkan harapan dalam hidup dan sekaligus memanggil kita untuk tetap mengupayakan kesejahteraan semua orang. Kita juga dipanggil dan diutus untuk menjadi terang yang membawa pengharapan, dan terus bersama-sama mencari serta menemukan cara-cara yang efektif dan manusiawi untuk memperjuangkan kesejahteraan ber-sama.

•• Bersama Rasul Paulus, kami mengajak seluruh umat kristiani di tanah air tercinta ini: "Janganlah kamu kalah terhadap kejahatan, tetapi kalahkanlah kejahatan dengan kebaikan"6, karena dengan membalas kejahatan dengan kejahatan, kita sendirilah yang dikalahkannya.

•• Selanjutnya kita wajib ikut-serta mewujudkan masyarakat yang sejah-tera, adil dan makmur, bahkan melalui usaha-usaha kecil tetapi konkrit seperti menjalin hubungan baik dengan sesama warga masyarakat demi kesejahteraan bersama. Kita turut menjaga dan memelihara serta melestarikan lingkungan alam ciptaan, antara lain dengan menanam pohon dan mengelola pertanian selaras alam, dengan tidak membuang sampah secara sembarangan; mempergunakan air dan listrik seperlunya, mempergunakan alat-alat rumahtangga yang ramah lingkungan.

•• Dalam situasi bencana seperti sekarang ini kita melibatkan diri secara proaktif dalam pelbagai gerakan solidaritas dan kepedulian sosial bagi para korban, baik yang diprakarsai gereja, masyarakat maupun pemerintah.

•• Marilah kita memantapkan penghayatan keberimanan kristiani kita, terutama secara batiniah, sambil menghindarkan praktik-praktik iba-dat keagamaan kita secara lahiriah, semu dan dangkal. Hidup beragama yang sejati bukan hanya praktik-praktik lahiriah yang ditetap-kan oleh lembaga keagamaan, melainkan berpangkal pada hubungan yang erat dan mesra dengan Allah secara pribadi.

Akhirnya, marilah kita menyambut dan merayakan kedatangan-Nya dalam kesederhanaan dan kesahajaan penyembah-penyembah-Nya yang pertama, yakni para gembala di padang Efrata, tanpa jatuh ke dalam perayaan gegap-gempita yang lahiriah saja. Marilah kita percaya kepada Terang itu yang sudah bermukim di antara kita, supaya kita menjadi anak-anak Terang7.[1]Dengan demikian perayaan Natal menjadi kesempatan mulia bagi kita untuk membangkitkan dan menggerakkan peradaban kasih sebagai tanda penerimaan akan Terang itu dalam lingkungan kita masing-masing. Dengan pemikiran serta ungkapan hati itu, kami mengucapkan:










SELAMAT NATAL 2010 DAN TAHUN BARU 2011
Jakarta, 12 November 2010
Atas nama





PERSEKUTUAN GEREJA-GEREJA DI INDONESIA (PGI)




KONFERENSI WALIGEREJA INDONESIA (KWI),




Pdt. Dr. A.A. Yewangoe Mgr. M.D. Situmorang OFMCap.
Ketua Umum Ketua




Pdt. Gomar Gultom, M.Th. Mgr. J.M. Pujasumarta
Sekretaris Umum Sekretaris Jenderal


Disadur dari http://www.mirifica.net/

Renungan : 18 Nopember 2010

Why 5:1-10, Mzm 149:1-2,3-4,5-6a,9b, Kis 28:11-16,30-31, Mat 14:22-33
(P. Fak Pemberkatan Gereja Basilik St. Petrus dan Paulus Rasul)

"Hai orang yang kurang percaya, mengapa engkau bimbang?"

BACAAN:
Sesudah itu Yesus segera memerintahkan murid-murid-Nya naik ke perahu dan mendahului-Nya ke seberang, sementara itu Ia menyuruh orang banyak pulang. Dan setelah orang banyak itu disuruh-Nya pulang, Yesus naik ke atas bukit untuk berdoa seorang diri. Ketika hari sudah malam, Ia sendirian di situ. Perahu murid-murid-Nya sudah beberapa mil jauhnya dari pantai dan diombang-ambingkan gelombang, karena angin sakal. Kira-kira jam tiga malam datanglah Yesus kepada mereka berjalan di atas air. Ketika murid-murid-Nya melihat Dia berjalan di atas air, mereka terkejut dan berseru: "Itu hantu!", lalu berteriak-teriak karena takut. Tetapi segera Yesus berkata kepada mereka: "Tenanglah! Aku ini, jangan takut!" Lalu Petrus berseru dan menjawab Dia: "Tuhan, apabila Engkau itu, suruhlah aku datang kepada-Mu berjalan di atas air." Kata Yesus: "Datanglah!" Maka Petrus turun dari perahu dan berjalan di atas air mendapatkan Yesus. Tetapi ketika dirasanya tiupan angin, takutlah ia dan mulai tenggelam lalu berteriak: "Tuhan, tolonglah aku!" Segera Yesus mengulurkan tangan-Nya, memegang dia dan berkata: "Hai orang yang kurang percaya, mengapa engkau bimbang?" Lalu mereka naik ke perahu dan anginpun redalah. Dan orang-orang yang ada di perahu menyembah Dia, katanya: "Sesungguhnya Engkau Anak Allah."
Demikianlah warta gembira bagi kita hari ini.

PERMENUNGAN:

Tidak ada hidup yang mulus berjalan atau terlepas dari persoalan. Hidup kita juga hidup beriman seringkali harus menghadapi badai atau persoalan yang kadangkala membuat hidup kita diombang-ambingkan, iman kita yang semula mungkin kuta, bisa saja pada akhirnya goyah karena badai kehidupan ini. Ketika hidup itu seakan lanjar, ketika kita tidak menghadapi persoalan, pasti kita akan mudah merasakan kehadiran Tuhan, mudah mengatakan bahwa Tuhan hadir dalam hidup kita. Namun ketika ‘badai’ kehidupan datang menerjang perahu kehidupan kita, saat itu seringkali kita meragukan kasih dan kehadiran Tuhan dalam kehidupan kita. Lebih dari itu, kita bisa jadi malah meragukan kuasa Tuhan yang sanggup membantu kita dalam mengatasi persoalan yang sedang kita hadapi.

Hal demikian pula yang dialami oleh para murid, ketika perahu mereka diombang-ambingkan oleh ombak, apalagi dikatakan bahwa hal itu terjadi pada malam hari. Mereka semua ketakukan, padahal jelas bahwa dalam kisah sebelumnya mereka sudah menyaksikan mukjijat yang diperbuat oleh Yesus, yakni mempergandakan 5 roti dan 2 ikan dan memberi makan 5 ribu orang laki-laki belum termasuk perempuan dan anak-anak. Mereka melupakan hal itu, karena ternyata tidak ada diantara mereka yang berseru mohon pertolongan Yesus. Bahkan ketika Yesus hadir untuk memberi pertolongan, mereka bukannya gembira, iman mereka bukannya bangkit, tetapi malah mengatakan bahwa Yesus yang hadir adalah hantu. Dalam situasi ketakutan, Yesus memperkenalkan diri-Nya tetapi Petrus masih ragu-ragu, walaupun sudah mulai yakin bahwa yang mereka lihat adalah Yesus. Tetapi karena keyakinannya kurang kuat dan disamping gelombang ombak yang dasyat, dia hampir tenggelam. Syukur bahwa dia langsung sadar dan berseru, “Tuhan, tolonglah aku.” Yesuspun menolongnya dan dia selamat.
Perikop ini sungguh menarik, menggambarkan bahwa hidup kita adalah seperti sebuah perahu yang mengarungi lautan luas. Dalam perjalanan perahu kehidupan kita, kita pasti mengalami gelombang badai kehidupan yang mengombang-ambingkan perahu kehidupan kita. Hidup iman kita yang semula lancar, bisa menjadi goyah dan seakan kita menjalani hidup dalam malam gelap dan penuh dengan gelombang yang siap untuk menghanyutkan atau menggulingkan perahu kehidupan kita. Biasanya dalam situasi demikian, kita mulai mempersoalkan kehadiran dan kuasa Tuhan atas kita, iman mulai kita pertanyakan. Kita mulai merasa bahwa Tuhan tidak hadir dalam kehidupan kita. Mungkin saja kita mulai ‘bangkit’ yakni dengan berdoa, tetapi karena kita memikirkan bahwa badai itu begitu besar, kita jadinya meragukan kehadiran dan meragukan kuasa Tuhan yang akan mampu membantu kita.

Perikop ini menjadi suatu peneguhan bagi kita, terutama bagi iman kita akan kehadiran Yesus dan kuasa-Nya yang senantiasa hadir untuk kita. Lewat perikop ini, kepada kita dikatakan bahwa Yesus senantiasa mengetahui semua perjalanan hidup kita terutama menakalai kita mengalami badai kehidupan. Saat badai itu datang dan iman kita mulai goyah, sebenarnya Yesus hadir dan menyatakan kehadiran-Nya lewat tanda-tanda yang diharapkan iman kita dikuatkan. Namun pikiran kita hanya terarah pada badai yang sedang kita alami, kita menjadi ragu akan kehadiran Tuhan dan kuasa-Nya. Persoalan atau badai kehidupan itu semakin terasa berat, manakala pikiran kita hanya tercurah padanya dan kita tidak pernah lagi memikirkan Tuhan, atau kita melupakan kehadiran Tuhan, tidak sempat lagi memikirkan Tuhan. Oleh karena itu, mari kita menyadari bahwa bagaimanapun besarnya badai kehidupan yang kita alami, kita berusaha tetap meyakinkan diri bahwa Tuhan ada dalam hidup kita dan Dia siap menolong kita. Hal ini kita nyatakan dalam doa-doa kita. Dalam doa kita berseru, “Tuhan, tolonglah aku.” Doa ini kita lakukan berulang-ulang sehingga keyakinan dan sikap mengharapkan pertolongan Tuhanlah yang mengisi pikiran kita, bukan badai itu saja. Melakukan hal ini, bukan berarti kita menghindar dari badai yang sedang kita hadapi. Tetapi dengan berdoa atau berseru-seru kepada Tuhan, kita memohon pertolongan Tuhan. Yakinlah, Tuhan pasti akan datang, hadir untuk menolong kita, terutama pada saat seakan-akan kita tidak akan sanggup lagi untuk menghadapi badai kehidupan itu. Nah beranikah kita percaya akan hal ini?

REFLEKSI PRIBADI:

1. Rasakan, sadari dan yakinkanlah dirimu bahwa Yesus senantiasa hadir dan siap menolong senantiasa, terutama menakala kita mengalami badai kehidupan ini.

2. Hari ini, bila mengalami ‘badai’ kehidupan, ‘berserulah’ kepada Tuhan, “Tuhan, tolonglah aku.”

Renungan : Rabu 17 Nopember 2010

Why 4:1-11, Mzm 150:1-2,3-4,5-6, Luk 19:11-28
(St. Elisabeth dr Hungaria)

Tuhan memberikan berkat-Nya kepada kita, bukan untuk kita simpan atau untuk diri sendiri, tetapi juga untuk kita bagikan kepada sesama.

Untuk mereka yang mendengarkan Dia di situ, Yesus melanjutkan perkataan-Nya dengan suatu perumpamaan, sebab Ia sudah dekat Yerusalem dan mereka menyangka, bahwa Kerajaan Allah akan segera kelihatan. Maka Ia berkata: "Ada seorang bangsawan berangkat ke sebuah negeri yang jauh untuk dinobatkan menjadi raja di situ dan setelah itu baru kembali. Ia memanggil sepuluh orang hambanya dan memberikan sepuluh mina kepada mereka, katanya: Pakailah ini untuk berdagang sampai aku datang kembali. Akan tetapi orang-orang sebangsanya membenci dia, lalu mengirimkan utusan menyusul dia untuk mengatakan: Kami tidak mau orang ini menjadi raja atas kami. Dan terjadilah, ketika ia kembali, setelah ia dinobatkan menjadi raja, ia menyuruh memanggil hamba-hambanya, yang telah diberinya uang itu, untuk mengetahui berapa hasil dagang mereka masing-masing. Orang yang pertama datang dan berkata: Tuan, mina tuan yang satu itu telah menghasilkan sepuluh mina. Katanya kepada orang itu: Baik sekali perbuatanmu itu, hai hamba yang baik; engkau telah setia dalam perkara kecil, karena itu terimalah kekuasaan atas sepuluh kota. Datanglah yang kedua dan berkata: Tuan, mina tuan telah menghasilkan lima mina. Katanya kepada orang itu: Dan engkau, kuasailah lima kota. Dan hamba yang ketiga datang dan berkata: Tuan, inilah mina tuan, aku telah menyimpannya dalam sapu tangan. Sebab aku takut akan tuan, karena tuan adalah manusia yang keras; tuan mengambil apa yang tidak pernah tuan taruh dan tuan menuai apa yang tidak tuan tabur. Katanya kepada orang itu: Hai hamba yang jahat, aku akan menghakimi engkau menurut perkataanmu sendiri. Engkau sudah tahu bahwa aku adalah orang yang keras, yang mengambil apa yang tidak pernah aku taruh dan menuai apa yang tidak aku tabur. ika demikian, mengapa uangku itu tidak kauberikan kepada orang yang menjalankan uang? Maka sekembaliku aku dapat mengambilnya serta dengan bunganya. Lalu katanya kepada orang-orang yang berdiri di situ: Ambillah mina yang satu itu dari padanya dan berikanlah kepada orang yang mempunyai sepuluh mina itu. Kata mereka kepadanya: Tuan, ia sudah mempunyai sepuluh mina. Jawabnya: Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang mempunyai, kepadanya akan diberi, tetapi siapa yang tidak mempunyai, dari padanya akan diambil, juga apa yang ada padanya. Akan tetapi semua seteruku ini, yang tidak suka aku menjadi rajanya, bawalah mereka ke mari dan bunuhlah mereka di depan mataku." Dan setelah mengatakan semuanya itu Yesus mendahului mereka dan meneruskan perjalanan-Nya ke Yerusalem.
Demikianlah warta gembira bagi kita hari ini.

PERMENUNGAN:

Hari ini adalah peringatan St. Elisabeth dari Hongaria. Olehkarena itu, baiklah kiranya menyediakan waktu sebentar untuk membaca kisah St. Elisabeth dari Hongaria. Kisahnya dapat menjadi inspirasi bagi kita untuk memahami warta gembira hari ini.

Elisabeth Hungaria adalah janda kudus mendiang Pangeran Ludwig IV dari Turingia. Sepeninggal suaminya, ia menjadi anggota Ordo Ketiga Santo Fransiskus dan sangat aktif melayani orang-orang miskin dengan kekayaannya. Elisabeth lahir di Pressbura atau Bratislava atau Saros Patak (sekarang: Cekoslovakia), ibukota Hungaria Utara, pada tahun 1207 dari pasangan Andreas II, Raja Hungaria, dan Gertrude dari Andechs Meran.

Ketika berusia 4 tahun, kedua orang-tuanya mempertunangkan dia dengan putera tertua Pangeran Hermann I dari Thuringia, Jerman Barat. Semenjak itu Elisabeth kecil tinggal di istana Wartburg di Jerman Tengah. Di sana ia dan putera Pangeran Herman I itu dibesarkan dan dididik bersama. Namun sayang, rencana pernikahan mereka menemui jalan buntu: sang pangeran muda itu mati dalam usia yang masih begitu muda. Sebagai gantinya Elisabeth lalu dipertunangkan dengan Ludwig IV, putera Hermann I yang lebih muda. Pernikahan mereka diselenggarakan pada tahun 1221 ketika Elisabeth berusia 14 tahun dan Ludwig berusia 21 tahun. Mereka dikaruniai tiga orang anak. Perkawinan ini berakhir pada tahun 1227, ketika Ludwig meninggal dunia karena serangan wabah pes sementara mengikuti Perang Salib di Tanah Suci.

Selagi hidup bersama suaminya, Elisabeth tetap hidup sederhana, tidak seperti penghuni istana lainnya yang serba mewah. Ia bahkan sangat sosial dan menunjukkan perhatian dan cintakasih yang besar kepada orang-orang miskin. Ia mendermakan uang, makanan dan pakaian kepada para fakir miskin itu. Hal itu tidak disukai oleh kaum keluarganya; mereka menuduh Elisabeth memboroskan harta suaminya. Suatu hari, ia dipergoki suaminya ketika sedang keluar membawa sebuah keranjang berisi roti. "Apa yang kaubawa itu?" tanya suaminya dengan suara agak keras. Elisabeth agak takut tetapi dengan serta merta ia menjawab: "Bunga mawar, Mas!". Suaminya tak percaya dan segera menggeledah bungkusan di dalam keranjang itu. Dan ternyata betul: keranjang itu berisi bunga-bunga mawar yang masih segar. Tuhan kiranya telah menyelamatkan hambanya. Sejak itu, Ludwig semakin menyayangi Elisabeth dan hidup rukun dengannya. Ludwig semakin memahami tujuan perbuatan sosial Elisabeth kepada orang-orang miskin. Kepada penghuni-penghuni istana lain yang tidak menyukai Elisabeth, Ludwig mengatakan: "Perbuatan amal Elisabeth akan membawa berkat Tuhan bagi kita. Kita tentu tidak akan dibiarkan Allah menderita suatu kekurangan pun, selama kita mengizinkan Elisabeth untuk meringankan penderitaan orang lain."

Sebelum kepergian suaminya ke Tanah Suci guna mengikuti Perang Salib, Elisabeth telah banyak menunjukkan perbuatan-perbuatan cintakasih yang mengagumkan kepada orang-orang miskin dan sakit. Ia mendirikan rumah-rumah sakit, dan memberikan makanan kepada orang-orang malang itu. Kegiatan amalnya ini diperganda, ketika Elisabeth menjadi anggota Ordo Ketiga Santo Fransiskus.

Kegiatan-kegiatannya semakin memperhebat kebencian anggota keluarga istana padanya. Ia diusir dari istana tanpa membawa apa-apa kecuali tiga orang puteranya. Kemudian ketiga anaknya itu dititipkan pada seorang sahabatnya yang terpercaya. Ia sendiri lalu masuk Ordo Ketiga Santo Fransiskus dan giat menjalankan berbagai kegiatan amal kepada orang-orang miskin dan anak-anak yatim-piatu. Ia mengakhiri hidupnya sebagai hamba Tuhan yang setia dan wafat di Marburg, Jerman pada tanggal 17 Nopember 1231, dalam usia 24 tahun. Banyak sekali terjadi mujizat berkat perantaraannya.

Pada tahun 1235, empat tahun setelah kematiannya, ia sudah dinyatakan 'kudus' berkat permohonan dari orang-orang yang mengenal baik dia dan semua kebajikan yang dilakukannya semasa hidupnya. Tak ketinggalan di antara orang-orang itu, bapa pengakuannya, yang sungguh mengagumi kepribadian dan karyanya. Elisabeth adalah seorang ibu yang memberi teladan hidup yang luar biasa kepada para ibu rumah tangga. Ia diangkat menjadi pelindung kudus karya-karya sosial.

Santa Elisabeth dari Hongaria menerima mina yang besar dari Tuhan, yakni sebagai puteri bangsawan, dan ia mempertanggungjawabkannya dengan baik, yakni dengan hidup sederhana, tidak seperti penghuni istana lainnya yang serba mewah. Ia bahkan sangat sosial dan menunjukkan perhatian dan cintakasih yang besar kepada orang-orang miskin. Ia mendermakan uang, makanan dan pakaian kepada para fakir miskin itu.

Kita semua juga sudah menerima mina atau berkat dari Tuhan. Apa yang ada pada kita adalah pemberian Tuhan, sehingga tidak ada alasan buat kita untuk disombongkan. Berkat itu dipercayakan oleh Tuhan kepada kita masing-masing bukan hanya untuk diri kita sendiri atau tidak untuk disimpang, tetapi untuk kita gandakan atau kembangkan. Menggandakan berkat yang kita terima artinya membagikan berkat itu bagi sesama, sehingga orang lainpun pada akhirnya ikut menikmati berkat yang sudah kita terima. Ketika orang lain ikut merasakan dan menikmati mina/berkat yang kita terima, pada saat itu pula berkat/mina itu kita gandakan. Semakin banyak orang yang merasakan dan menikmatinya, semakin berlipatganda pula berkat itu bertambah. Orang yang menggunakan atau menikmati berkat hanya untuk dirinya sendiri, itu sama halnya orang yang menyimpan mina dalam sapu tangan. Apa yang sudah kita terima, kelak harus kita pertanggungjawabkan kepada Tuhan sendiri.

REFLEKSI PRIBADI:

1. Sadari dan yakinilah bahwa diri Anda sudah menerima mina/berkat dari Tuhan dan berkat itu harus dilipatgandakan, yakni menggunakannya bukan hanya untuk diri sendiri, tetapi juga bagi banyak orang.

2. Cobalah hari ini hidup sederhana seperti Santa Elisabeth, yakni dengan mengurangi jatah kesenangan atau pengeluaran sebagaimana biasanya, bukan supaya irit, tetapi untuk diberikan kepada sesama yang membutuhkannya.

Pujasumarta Uskup Agung Semarang

Pujasumarta Uskup Agung Semarang

(Semarang 13/11/10)Paus Benediktus XVI di Tahta Suci Vatikan menunjuk Mgr. Johannes Pujasumarta menjabat sebagai Uskup Agung Semarang.
Pengangkatan Pujasumarta tersebut telah diumumkan Duta Besar Vatikan untuk Indonesia, Mgr. Leopoldo Girreli, kata administrator Keuskupan Agung Semarang, Romo Pius Riana Prapdi, di Semarang, Jumat (12/11).
Pujasumarta sebelumnya menjabat sebagai Uskup Agung Bandung. "Pujasumarta selanjutnya akan mengisi jabatan Uskup Agung Semarang yang telah beberapa waktu kosong karena pejabatnya Mgr. Ignatius Suharyo ditunjuk Vatikan sebagai Uskup Agung Jakarta," jelasnya.
Ditambahkan, surat keputusan tentang pengangkatan Pujasumarta kemungkinan baru akan ditetapkan sekitar satu bulan mendatang.
Jabatan Uskup Agung Bandung, katanya, sementara akan diampu Uskup Agung Jakarta Mgr. Ignatius Suharyo.
Pujasumarta lahir di Surakarta, Jawa Tengah, pada 27 Desember 1949. Ia mengawali pendidikan imamatnya di Seminari Menengah Mertoyudan, Magelang, Jawa Tengah, tahun 1963.
Romo yang menyandang gelar doktor spiritualitas dari Universitas St. Thomas Aquinas Roma pada 1987 itu, menjabat sebagai Uskup Agung Bandung sejak 2008. Sebelumnya, Pujasumarta menjabat Vikaris Jenderal Keuskupan Agung Semarang.(suaramerdeka.com)

Disadur dari http://www.mirifica.net/

Tolak Pembangunan Gereja, Warga Geruduk Rumah Pastur

Tolak Pembangunan Gereja, Warga Geruduk Rumah Pastur


(Bandung 12/11/10)Seratusan warga kampung Jiwanaya RW 04, Kelurahan Cibeunying, Kecamatan Cimenyan, Kabupaten Bandung, berunjuk rasa di di depan rumah dinas pastur lembaga Pengurus Gereja Amal Katolik Santa Melania di kampung itu, Jumat (12/11) siang. Sambil memajang spanduk, mereka menuntut pemilik dan penghuni rumah dinas tersebut tak menggelar kegiatan kegerejaan dan mengalihfungsikan rumah tinggal dua lantai yang kini dihuni Romo Iwan itu menjadi gereja.

"Kami bertahun-tahun ditipu. Kalau tetap membangun gereja, kami warga laki dan perempuan siap ramai-ramai menghancurkan bangunannya," kata salah seorang warga laki-laki saat berorasi di depan massa kampungnya, Jumat (12/11).

Pendemo lainnya, seorang perempuan, menyatakan, warga Jiwanaya memang kebanyakan bukan orang kaya, namun warga punya iman yang kuat. Kepada massa, wanita berjilbab ini pun bertanya apakah setuju pembangunan gereja di Jiwanaya yang langsung dijawab massa dengan pekik: "Tidak (setuju)."

Sementara itu pada saat yang sama sejumlah perwakilan warga, pihak penghuni dan pemilik rumah dinas, serta Musyawarah Pimpinan Kecamatan setempat, serta sebuah organisasi kemasyarakatan bertemu di lantai dua rumah dinas yang didemo. Pertemuan digelar untuk menuntaskan masalah antara warga dengan penghuni dan pemilik rumah dinas hari ini juga.

Agus, perwakilan warga, menjelaskan, keresahan warga bermula sekitar dua tahun lalu kala beberapa orang yang mengatasnamakan Yayasan Pengurus Gereja Amal Katolik membagikan uang Rp 350 ribu kepada sejumlah warga kampung Jiwanaya. "Menurut seorang warga, uang itu dibagikan untuk kompensasi debu dan kebisingan terkait rencana pembangunan gereja di area rumah ini (dinas pastur)," jelas anggota tim khusus warga itu saat pertemuan para pihak.

Pembagian duit itu lalu memicu keresahan antara warga yang menerima dan menolak duit yang diduga kompensasi pembangunan gereja itu. "Sejak itu terjadi saling curiga antar sesama warga Jiwanaya. Sayangnya, sejak itu pula tak ada penjelasan dari pihak PGAK (Pengurus Gereja Amal Katolik) maupun penghuni rumah terkait itu sehingga warga semakin resah," jelas Agus.

Lewat pertemuan tersebut, Agus berharap pihak Pengurus Gereja maupun penghuni rumah memastikan kalau rumah dua lantai yang tampak paling megah di Jiwanaya itu tetap berfungsi sebagai rumah tinggal.

"Kami berharap pertemuan ini bisa menuntaskan masalah yang sudah terjadi sejak lama pada hari ini juga. Kami meminta pihak PGAK berkomitmen supaya rumah tinggal ini tak digunakan untuk ritual ibadat dan kegiatan kegerejaan dan tidak membangun gereja di sini," tandas Agus.

Sementara itu, mewakili Pengurus Gereja, Romo Antonius Julistiana, menyangkal kalau pihaknya hendak membangun gereja di Jiwanaya. Ia pun memastikan kalau bangunan dua lantai tersebut tetap akan berfungsi sebagai rumah tinggal pastur Pengurus Gereja Amal Katolik paroki Santa Melania yang menangani jemaat di empat kecamatan, termasuk kecamatan Cimenyan, Kabupaten Bandung.

"Tak ada maksud kami untuk membangun gereja dan mengalihfungsikan rumah ini menjadi rumah ibadah. Kalaupun memang sering banyak tamu datang ke rumah ini, itu bukan untuk melakukan ibadat," jelas mantan Ketua Pengurus Gereja Amal Kristen itu.

Adapun Romo Iwan, yang kini menghuni rumah dinas Jiwanaya, justru mengajak agar warga sekitar percaya pada dirinya dan tak mencurigai akan adanya kegiatan kegerejaan di rumah dinasnya. "Mari kita mempererat silaturahmi, tempat kami terbuka,"kata dia.

Dimulai sekitar pukul 13.00, pertemuan dan konflik berakhir setelah para pihak menandatangani naskah kesepakatan tentang tak adanya pembangunan gereja sekitar pukul 15.00. Para pendemo pun membubarkan diri setelah pihak Pengurus Gereja dan perwakilan warga mengumumkan komitmen masing-masing terkait kesepakatan tersebut.

(tempointeraktif.com)
Disadur dari http://www.mirifica.net/

Renungan Harian, Selasa 16 Nopember 2010

Renungan Harian, Selasa 16 Nopember 2010
Why 3:1-6, Mzm 15:2-3ab,3cd-4ab,5, Luk 19:1-10
(P. Fak. Margarita dr Skotlandia, Gertrudis, Rochus Gonzales, Yohanes de Castillo)
"Jadilah Zakeus-Zakeus yang baru!"

Yesus masuk ke kota Yerikho dan berjalan terus melintasi kota itu. Di situ ada seorang bernama Zakheus, kepala pemungut cukai, dan ia seorang yang kaya. Ia berusaha untuk melihat orang apakah Yesus itu, tetapi ia tidak berhasil karena orang banyak, sebab badannya pendek. Maka berlarilah ia mendahului orang banyak, lalu memanjat pohon ara untuk melihat Yesus, yang akan lewat di situ. Ketika Yesus sampai ke tempat itu, Ia melihat ke atas dan berkata: "Zakheus, segeralah turun, sebab hari ini Aku harus menumpang di rumahmu." Lalu Zakheus segera turun dan menerima Yesus dengan sukacita. Tetapi semua orang yang melihat hal itu bersungut-sungut, katanya: "Ia menumpang di rumah orang berdosa." Tetapi Zakheus berdiri dan berkata kepada Tuhan: "Tuhan, setengah dari milikku akan kuberikan kepada orang miskin dan sekiranya ada sesuatu yang kuperas dari seseorang akan kukembalikan empat kali lipat." Kata Yesus kepadanya: "Hari ini telah terjadi keselamatan kepada rumah ini, karena orang inipun anak Abraham. Sebab Anak Manusia datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang."
Demikianlah warta gembira buat kita hari ini.

PERMENUNGAN:

Berita tentang Gayus menghangat kembali, seakan ahmbir sehangat berita bencana merapi. Kita tentu tahu siapa dia dan apa yang dilakukannya. Singkat kata dia dituduh sebagai koruptor penggelapan pajak yang merugikan Negara dalam jumlah yang besar dan terakhir ini dikatakan dia ‘bebas berkeliaran’ bebas menonton pertandingan Tenis di Bali. Benar atau tidak berita itu, hanya dia yang tau, masih kontrofersi dan ada ‘pembelaan’ yang mengatakan bahwa yang dalam foto itu bukan dia. Bagaimana kelanjutan berita ini, silahkan kita ikuti dalam berita. Yang bisa kita lihat dari peristiwa ini adalah, bahwa tentu banyak orang yang tidak menyukai dia, mungkin mencibir, menghujat dia, tetapi pasti ada pula yang ‘mendekati’ dia dengan maksud tertentu, bisa jadi yang mendekati dia adalah orang-orang yang seakan mau membantu kasusnya, padahal dengan tujuan meraup keuntungan yang besar dari dia, atau mungkin ada pula yang mendekati dia karena dia memagang banyak rahasia para koruptor, sehiingga dia didekati supaya kasusnya tidak dia bongkar. Yang jelas orang mendekati mereka, entah itu terang-terangan atau diam-diam adalah dengan maksud meraup keuntungan bagi pribadi atau kelompok. Yang jelas, umumnya kita pasti tidak menyukai dia dan juga kita pasti tidak suka kepada orang-orang yang bergaul dengan dia. Kitapun pasti tidak berani mendekati dia supaya tidak dianggap dan dituduh orang yang jahat seperti dia.

Pola pikir yang sama dialami oleh orang-orang ketika melihat Yesus bukan hanya menyapa Zakeus si pemungut Cukai yang dikatakan sebagai seorang pendosa, tetapi malah makan bersama di rumah Zakeus. Apa yang dilakukan oleh Yesus memang sungguh bertolak belakang dengan perilaku para guru pada masa itu, apalagi menurut orang-orang Farisi yang merasa dirinya baik dan benar. Tindakan Yesus memang seringkali mengagetkan kita. Kitapun mungkin akan mengalami hal yang sama bila seseorang yang kita kenal baik, saleh, guru hidup tetapi bergaul dengan seorang pendosa. Tentu bukan maksud Yesus mau mengambil keuntungan pribadi atau kelompok dengan mendekati Zakeus. Yesus bukan mau mendapatkan bagian harta Zakeus, tetapi jelas bagi kita, sapaan Yesus yang penuh kasih justru membawa perubahan besar bagi Zakeus. Zakeus bukan hanya membagikan hartanya kepada orang-orang miskin, tetapi memberi hatinya, hatinya yang berubah atau bertobat. Dan jelas bagi kita bahwa maksud Yesus adalah sebagaimana dikatakan pada ayat terakhir yakni bahwa Dia datang untuk menyapa dan mengajak orang untuk bertobat. Dia menyapa Zakeus dengan penuh kasih adalah untuk mempertobatkan Zakeus.

Apa yang mau dikatakan warta gembira hari ini bagi kita?

Yesus sungguh adalah Tuhan yang mahakasih, Dia selalu merindukan semua orang menikmati hidup bahagia terutama dalam kebahagiaan kekal, Yesus mengharapkan pertobatan orang berdosa, bahkan orang yang dianggap seorang pendosa berat. Zakeus dianggap pendosa berat, karena itu dia disingkirkan. Tetapi walaupun demikian pandangan umum, Yesus menyapa dia dengan penuh cinta kasih, Dia tidak menolak Zakeus. Cinta kasih Yesus itulah yang mengubah Zakeus sehingga dia bertobat. Pertobatan yang sunguh-sungguh membawa kita kepada keselamatan kekal. Demikianpun kiranya kita, tentu kita tidak ada yang terlepas dari kekurangan dan dosa. Yesus juga mendambakan pertobatan kita. Dari kisah ini, jelas tidak ada ketakutan bagi kita untuk kembali kepada Yesus atau bertobat. Sebesar apapun dosa kita, asal kita sungguh-sungguh merindukan dan ketulusan untuk bertobat, Yesus tidak pernah akan menolak kita. Tidak ada alasan bagi kita untuk takut datang kepada Yesus. Zakeus menunjukkan kesungguhan dan kerinduan hatinya untuk melihat Yesus, yakni dengan menyingkirkan ‘harga dirinya’ dengan memanjat pohon. Demikianpun kiranya kita semua. Hanya persoalannya, kita seringkali merasa bukan pendosa berat, hanya dosa kecil-kecil, sehingga merasa tidak membutuhkan pertobatan. Janganlah kita pernah mengatakan bahwa kita tidak membutuhkan pertobatan, kita semua membutuhkan pertobatan, maka datanglah kepada Yesus dan Dia akan menerima kita dan kita akan dihantar kepada keselamatan kekal.

Kesadaran diri bahwa kita juga manusia yang punya kekurangan dan dosa, tentu menghantar kita sikap tobat dengan datang kepada Tuhan. Selain itu juga, tentu kita tidak dengan begitu mudah untuk menghakimi orang yang salah atau berdosa, menyingkirkan mereka. Namun kiranya karena kita tidak sadar bahwa kita juga orang yang berdosa, yang sering terjadi, kita dengan mudah menghakimi dan menuduh orang yang bersalah atau berdosa, menyingkirkan mereka atau mungkin sekedar mendiamkan mereka. Banyak diantara kita yang tidak peduli bahwa disekitarnya ada orang yang bersalah atau berdosa. Yang kita maksud di sini adalah, tidak peduli, tidak ada usaha untuk mempertobatkan mereka. Oleh karena itu, mari kita meneladan apa yang diperbuat oleh Yesus terhadap Zakeus, kitapun berani menyapa, mendoakan orang lain yang berdosa, dan kalau perlu kitapun mengupayakan supaya mereka bertobat. Pasti secara manusiawi tentu tidak akan punya keberanian itu, tetapi bila kita punya hati yang tulus untuk pertobatan sesama, bukan untuk mencari keuntungan dan terutama dengan mohon bantuan Tuhan, kita pasti mampu melakukannya.

REFLEKSI PRIBADI:

1. Sadarilah bahwa dirimu juga orang yang punya salah, dosa dan punya potensi untuk melakukan dosa berat. Dengan demikian sadarilah bahwa diri Anda juga membutuhkan pertobatan.

3. Jadilah Zakeus-Zakeus yang baru, yang rindu melihat Yesus dan bertobat karena sadar dan merasakan kasih Yesus.

3. Cobalah menyapa orang lain dengan penuh cinta kasih, orang yang menurut Anda bersalah atau berdosa, doakan dan mohonkanlah rahmat pertobatan bagi mereka.

4. Hindarkanlah untuk tidak dengan mudah menghakimi dan berpikiran negative kepada orang lain.

Renungan Harian, Senin 15 Nopember 2010

Renungan Harian, Senin 15 Nopember 2010
Why 1:1-4,2:1-5,Mzm 1:1-2,3,4,6, Luk 18:35-43
(Albertus Agung, Magdalena Marano)
"Tuhan, supaya aku dapat melihat!"

Waktu Yesus hampir tiba di Yerikho, ada seorang buta yang duduk di pinggir jalan dan mengemis. Waktu orang itu mendengar orang banyak lewat, ia bertanya: "Apa itu?" Kata orang kepadanya: "Yesus orang Nazaret lewat." Lalu ia berseru: "Yesus, Anak Daud, kasihanilah aku!" Maka mereka, yang berjalan di depan, menegor dia supaya ia diam. Namun semakin keras ia berseru: "Anak Daud, kasihanilah aku!" Lalu Yesus berhenti dan menyuruh membawa orang itu kepada-Nya. Dan ketika ia telah berada di dekat-Nya, Yesus bertanya kepadanya: "Apa yang kaukehendaki supaya Aku perbuat bagimu?" Jawab orang itu: "Tuhan, supaya aku dapat melihat!" Lalu kata Yesus kepadanya: "Melihatlah engkau, imanmu telah menyelamatkan engkau!" Dan seketika itu juga melihatlah ia, lalu mengikuti Dia sambil memuliakan Allah. Seluruh rakyat melihat hal itu dan memuji-muji Allah.
Demikianlah warta Gembira bagi kita hari ini.

PERMENUNGAN:

Alkisah dikatakan bahwa di satu desa dikenal banyak terdapat orang buta, tidak diketahui apa penyebabnya. Orang-orang buta itu pekerjaannya setiap hari hanya meminta-minta di kota. Pagi hari mereka berangkat ke kota untuk meminta-minta, baik secara pribadai maupun bergerombol dan sorenya pulang ke desa mereka. Suatu ketika ada seorang kaya yang dermawan, merasa kasihan melihat orang-orang di desa itu. Dia berpikir, kasihan mereka itu, karena kebutaan, mereka menjadi peminta-minta. Dia berpikir, mungkin kalau mata mereka bisa disembuhkan dan bisa melihat kembali, mereka pasti hidup akan lebih baik, tidak perlu meminta-minta lagi. Oleh karena itu dia menawarkan niat baiknya kepada masyarakat lewat kepala desa dan kepala desa manyanggupinya untuk memberitahukan kepada masyarakatnya. Kepala desa mengumumkan hal itu berungkali dan orang kaya yang dermawan itupun pulang dan berusaha mencari dokter yang hebat. Dia bersedia menanggung semua biaya yang diperlukan untuk itu, masyarakat tidak perlu membayar. Sampailah pada hari yang ditentukan, si dermawan sudah datang bersama rombongan dokter mata yang hebat, lengkap dengan peralatan yang canggih langsung diboyong ke desa itu. Tetapi sampai di tempat yang ditentukan untuk pengobatan gratis, mereka hanya mendapatkan si kepala desa, belum ada satupun orang buta yang datang untuk berobat dan disembuhkan matanya. Si dermawan heran dan bertanya apakah hal itu belum diumumkan atau belum. Si kepala desa menjawab bahwa sudah diumumkan setiap hari dan bahkan sudah langsung mendatangani orang buta maupun keluarga orang buta yang akan diobati. Akan tetapi hingga hari itu lewat, tidak satu orangpun orang buta yang datang untuk disembuhkan, bukan karena mereka sudah sembuh. Akhirnya rombongan si dermawan pulang dengan kecewa karena merasa niat baiknya tidak ditanggapi.

Mengapa tidak seorangpun orang buta tidak mau disembuhkan? Tentu karena bila mereka sembuh dan bisa melihat, mereka tidak punya alasan lagi untuk meminta-minta, mereka akan kehilangan ‘mata pencaharian’ mereka. Mereka sudah nyaman dengan kebutaan mereka karena itu menjadi alasan untuk meminta-minta, tidak usah bekerja keras.

Beda halnya dalam Injil hari ini. Orang buta itu ketika mendengar bahwa Yesus lewat, dia berteriak mohon belaskasihan dari Yesus. Dia sungguh percaya bahwa Yesus adalah Almasih dari keturunan Daud sebagaimana yang diwartakan para nabi dan yakin bahwa Yesus bisa dan mau menyembuhkannya. Dia sungguh ingin mengakhiri kebutaannya, dia ingin melihat Yesus yang lewat dan ingin tidak hidup dalam kegelapan karena kebutaan penglihatan. Oleh karena itu ketika orang lain melarangnya, dia tidak diam, tetapi malah semakin berteriak dengan keras. Keyakinan, keingingan yang besar tidak dikalahkan oleh larangan orang lain, dan memang membuakan hasil, Yesus menghampirinya. Iman orang buta itulah kiranya yang mendorong dia demikian. Hal ini tampak ketika Yesus bertenya apa yang dia kehendaki, orang buta itu menjawab, “Tuhan, supaya aku dapat melihat.” Dia sungguh yakin bahwa Yesus adalah Tuhan dan mampu menyembuhkannya. Yesus juga memuji iman orang buta itu dan akhirnya menyembuhkan orang buta itu. Sesudah dia bisa melihat, orang buta itu begitu bersukacita, dia mengikuti Yesus dan memuliakan Tuhan.

Dalam hidup kita, mungkin banyak juga orang buta. Yang kami maksudkan adalah lebih pada buta dalam arti kiasan, bukan dalam arti buta penglihatan. Mungkin kita juga buta terhadap penderitaan, persoalan orang lain sehingga kita tidak peduli dengan semuanya, kita hanya hidup bagi diri sendiri. Mungkin kita juga buta iman, sehingga kita tidak mampu menangkap kehadiran Tuhan dalam hidup kita, dalam diri sesame kita, sehingga kita hidup tidak memuliakan Tuhan. Kita bisa melihat dengan mata, tetapi tidak melihat dengan hati dan iman kita. Kita sudah banyak mendengar bahwa Yesus itu Tuhan, Dialah satu-satunya penyelamat kita, namun seringkali kita buta dan tidak mau mengikutiNya. Kita juga mungkin seringkali tidak mau disembuhkan dari ‘kebutaan’ kita, karena sudah merasa nyaman tinggal dalam kebutaan.
Orang buta tadi merasa sudah bosan hidup dalam kegelapan. Dia ingin melihat terang dan terutama Sang Terang sehingga minta disembuhkan. Hidup dalam kebutaan dapat berarti hidup dalam ‘dunia kegelapan’ atau hidup dalam kedosaan. Mungkin kita pun dalam situasi hidup yang demikian. Namun hendaknya kita seperti orang buta itu, berseru-seru kepada Yesus agar Dia juga menyembuhkan kita dari kebutaan kita selama ini, agar kita bisa melihat terang, Sang terang itu sendiri dan hidup dalam ‘terang’. Atau mungkin kita termasuk orang buta yang tidak mau disembuhkan?

Kalau kita berseru-seru kepada Yesus agar Dia menyembuhkan kita, Dia pasti akan menyembuhkan kita, sehingga kita mampu melihat Dia yang hadir dalam hidup kita, sehingga kita hidup dalam terang Kristus yang penuh dengan keindahan dan kebahagiaan. Melihat Tuhan, berarti percaya kepadaNya dan hidupnya senantiasa ‘bernyani memuliakan Tuhan.’ Kalau ternyata hidup kita masih belum merupakan hidup yang memuliakan Tuhan, berarti kita masih termasuk orang yang buta, yang butuh disembuhkan oleh Yesus. Semoga kita juga berani berseru ,”Tuhan, kasihanilah aku. Tuhan, aku mau supaya bisa melihat.”. Amin.

REFLEKSI PRIBADI:

1. Renungkanlah, apakah diri Anda termasuk orang ‘buta’ yang butuh disembuhkan oleh Yesus?

2. Cobalah hanyati bahwa Yesus hadir dalam diri orang-orang yang kita temua hari ini, khususnya orang-orang ‘kecil’.

 
Maka hendaklah sekarang ini kelebihan kamu mencukupkan kekurangan mereka, agar kelebihan mereka kemudian mencukupkan kekurangan kamu, supaya ada keseimbangan! (2Kor 8:14)