50 Pekerja Reaktor Fukushima Itu Jadi Benteng Terakhir Jepang
fukushima(Jakarta 16/3/2011) Sekelompok kecil teknisi, yang menantang radiasi dan api, menjadi satu-satunya kelompok orang yang tersisa di Reaktor Nuklir Fukushima Daiichi pada hari Selasa. Mereka mungkin menjadi kesempatan terakhir Jepang untuk mencegah bencana nuklir yang lebih luas.
Mereka merangkak melalui labirin peralatan dalam kegelapan hanya dengan senter mereka, mendengarkan ledakan periodik saat gas hidrogen keluar dari reaktor yang lumpuh dan menyatu saat kontak dengan udara.
Mereka bernapas melalui respirator tak nyaman atau membawa tangki oksigen di punggung mereka. Mereka mengenakan pakaian putih penutup seluruh tubuh dengan penutup kepala yang memberikan sedikit perlindungan terhadap radiasi tak terlihat yang melalui tubuhnya.
Mereka adalah 50 operator tak dikenal yang tetap bertahan. Mereka secara sukarela, atau telah ditugaskan, untuk memompa air laut pada bahan bakar nuklir berbahaya, yang dipercaya sebagian telah mencair dan memuntahkan bahan radioaktif. Hal itu untuk mencegah kebocoran penuh yang bisa membuang ribuan ton debu radioaktif ke udara dan membahayakan jutaan saudara mereka.
Perusahaan itu terus berjuang mengatasi masalah di beberapa reaktor pada hari Rabu, termasuk sebuah kebakaran di salah satu reaktor.
Para pekerja itu telah meningkatkan pengorbanannya setelah Departemen Kesehatan Jepang hari Selasa meningkatkan batas hukum jumlah paparan radiasi pekerja, menjadi 250 millisieverts dari 100 millisieverts, lima kali paparan maksimum yang diizinkan untuk pekerja reaktor nuklir di Amerika Serikat.
Perubahan ini berarti bahwa para pekerja itu sekarang dapat tetap berada di lokasi itu, kata kementerian tersebut. "Tak terpikirkan untuk meningkatkan lebih jauh dari itu, mengingat kesehatan para pekerja," kata Menteri Kesehatan, Yoko Komiyama.
Tokyo Electric Power, operator reaktor, hampir tak berkata apa-apa tentang para pekerja itu, termasuk berapa lama seorang pekerja diharapkan bertahan.
Beberapa rincian dari Tokyo Electric dapat menjadi gambaran mengerikan. Lima pekerja tewas sejak terjadinya gempa dan 22 lebih lainnya telah terluka karena berbagai alasan, sementara dua hilang.
Satu pekerja dirawat di rumah sakit setelah tiba-tiba mencengkeram dadanya dan menemukan dirinya tidak mampu untuk berdiri, dan satu lainnya memerlukan perawatan setelah terkena ledakan radiasi dekat reaktor bermasalah. Sebelas pekerja terluka dalam ledakan hidrogen pada reaktor nomor 3.
Operator reaktor nuklir mengatakan profesi mereka sejenis dengan semangat korps yang dijumpai di antara petugas pemadam kebakaran dan unit militer elite. Percakapan di ruang makan reaktor sering beralih ke soal apa yang operator akan lakukan dalam keadaan darurat parah.
Konsensus mereka adalah mereka akan memperingatkan keluarga mereka untuk melarikan diri sebelum mereka tinggal di pos mereka sampai akhir, kata Michael Friedlander, mantan operator senior di tiga pembangkit listrik Amerika selama 13 tahun.(tempointeraktif.com)
Disadur dari :http://www.mirifica.net/artDetail
Mereka merangkak melalui labirin peralatan dalam kegelapan hanya dengan senter mereka, mendengarkan ledakan periodik saat gas hidrogen keluar dari reaktor yang lumpuh dan menyatu saat kontak dengan udara.
Mereka bernapas melalui respirator tak nyaman atau membawa tangki oksigen di punggung mereka. Mereka mengenakan pakaian putih penutup seluruh tubuh dengan penutup kepala yang memberikan sedikit perlindungan terhadap radiasi tak terlihat yang melalui tubuhnya.
Mereka adalah 50 operator tak dikenal yang tetap bertahan. Mereka secara sukarela, atau telah ditugaskan, untuk memompa air laut pada bahan bakar nuklir berbahaya, yang dipercaya sebagian telah mencair dan memuntahkan bahan radioaktif. Hal itu untuk mencegah kebocoran penuh yang bisa membuang ribuan ton debu radioaktif ke udara dan membahayakan jutaan saudara mereka.
Perusahaan itu terus berjuang mengatasi masalah di beberapa reaktor pada hari Rabu, termasuk sebuah kebakaran di salah satu reaktor.
Para pekerja itu telah meningkatkan pengorbanannya setelah Departemen Kesehatan Jepang hari Selasa meningkatkan batas hukum jumlah paparan radiasi pekerja, menjadi 250 millisieverts dari 100 millisieverts, lima kali paparan maksimum yang diizinkan untuk pekerja reaktor nuklir di Amerika Serikat.
Perubahan ini berarti bahwa para pekerja itu sekarang dapat tetap berada di lokasi itu, kata kementerian tersebut. "Tak terpikirkan untuk meningkatkan lebih jauh dari itu, mengingat kesehatan para pekerja," kata Menteri Kesehatan, Yoko Komiyama.
Tokyo Electric Power, operator reaktor, hampir tak berkata apa-apa tentang para pekerja itu, termasuk berapa lama seorang pekerja diharapkan bertahan.
Beberapa rincian dari Tokyo Electric dapat menjadi gambaran mengerikan. Lima pekerja tewas sejak terjadinya gempa dan 22 lebih lainnya telah terluka karena berbagai alasan, sementara dua hilang.
Satu pekerja dirawat di rumah sakit setelah tiba-tiba mencengkeram dadanya dan menemukan dirinya tidak mampu untuk berdiri, dan satu lainnya memerlukan perawatan setelah terkena ledakan radiasi dekat reaktor bermasalah. Sebelas pekerja terluka dalam ledakan hidrogen pada reaktor nomor 3.
Operator reaktor nuklir mengatakan profesi mereka sejenis dengan semangat korps yang dijumpai di antara petugas pemadam kebakaran dan unit militer elite. Percakapan di ruang makan reaktor sering beralih ke soal apa yang operator akan lakukan dalam keadaan darurat parah.
Konsensus mereka adalah mereka akan memperingatkan keluarga mereka untuk melarikan diri sebelum mereka tinggal di pos mereka sampai akhir, kata Michael Friedlander, mantan operator senior di tiga pembangkit listrik Amerika selama 13 tahun.(tempointeraktif.com)
Disadur dari :http://www.mirifica.net/artDetail
0 comments:
Post a Comment
Syalom. Terimakasih atas kunjungan dan komentarnya.Semoga Tuhan memberkati para Saudara.