Doa Yesus
oleh: Rm. Yohanes Indrakusuma, O. Carm
1. Apakah doa itu?
Doa adalah suatu hubungan pribadi dengan Allah yang diungkapkan dalam suatu percakapan, pujian, syukur, permohonan, kerinduan, penyesalan, masuk dalam keheningan dan mendengarkan suara Allah yang berbicara kepada kita. Allah telah menciptakan kita menurut gambar dan rupa-Nya sendiri, Ia begitu mengasihi kita dan ingin agar kita memasuki hubungan yang mesra dengan Dia. Hubungan antara manusia dengan Allah itu bukan buah pikiran atau khayalan manusia, melainkan buah karya keselamatan Allah. Allah yang menanamkan kerinduan itu di dalam hati manusia. Allah menghendaki agar kita mengenal Dia sungguh-sungguh dan memasuki aliran hidup yang ada di dalam diri Allah sendiri. Dalam Kristus, Bapa menawarkan cinta-Nya kepada kita. Ia ingin agar kita memasuki persekutuan hidup dengan-Nya. Jadi Allah yang lebih dahulu menawarkan hubungan ini kepada kita. Bagaimana kita dapat menjawab tawaran Allah ini dengan semestinya? Yaitu bahwa Allah telah mengutus Roh-Nya sendiri untuk membantu kita dalam kelemahan kita, sebab kita tidak tahu bagaimana seharusnya berdoa, tetapi Roh sendiri berdoa untuk kita kepada Allah dengan keluhan-keluhan yang tak terucapkan (Rm 8:26).
2. Yesus adalah teladan kita dalam berdoa
Yesus adalah pendoa yang sejati, dalam seluruh hidup-Nya Ia mempunyai hubungan yang mesra dengan Bapa-Nya. Kita melihat dalam Injil, Yesus sering pergi ke tempat yang sunyi untuk berdoa (Mrk 1:35), Yesus berdoa di atas gunung Tabor bersama murid-murid-Nya (Luk 9: 28-30). Dalam pelayanan-Nya kepada orang banyak Yesus selalu berdoa; ketika mengadakan perbanyakan roti Yesus menengadah ke langit mengucap syukur kepada BapaNya; Yesus berdoa di taman Getsemani ketika akan menghadapi ajal-Nya (Luk 22:39-46). Jadi dapat disimpulkan bahwa doa Yesus memancar keluar dari hubungan-Nya yang mesra dengan Allah Bapa. Semakin Yesus bergaul mesra dengan Bapa-Nya, maka semakin nyata bahwa Yesus selalu hidup di hadirat Bapa. Seperti dikatakan dalam Injil Yoh 4:34, “Makanan-Ku ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku.” Apa yang dilihat-Nya dikerjakan oleh Bapa-Nya itulah yang dikerjakan-Nya (Yoh 5: 19).Yesus juga mengundang kita semua untuk mengambil bagian dalam hubungan-Nya yang mesra dengan Bapa-Nya ini. Ia mengutus Roh-Nya supaya dalam kuasa Roh itu kita dijadikan anak-anak-Nya dan mengambil bagian dalam misteri hubungan yang mesra dengan Allah Bapa. “Inilah hidup yang kekal itu, yaitu bahwa mereka mengenal Engkau, satu-satunya Allah yang benar, dan mengenal Yesus Kristus yang telah Engkau utu.” (Yoh 17:3).
3. Inti Doa Yesus
Doa Yesus amat populer dalam tradisi Gereja Timur, dan sudah tersebar luas juga dalam Gereja Katolik. Inti doa Yesus ini adalah penyeruan nama Yesus, itulah sebabnya disebut doa Yesus. Penyeruan nama Yesus itu bukan hanya secara mekanis saja, tetapi harus disertai dengan iman, harapan, dan kasih. Penyeruan nama Yesus itu harus merupakan ungkapan kerinduan hati untuk mengenal dan mengalami kasih-Nya. Kita mencurahkan seluruh isi hati kita, kerinduan kita dalam nama suci itu. Doa ini bersandar pada kekuatan nama Yesus, “Barangsiapa berseru kepada nama Yesus akan diselamatkan” (Kis 2:21. Kis 4:12). Dengan menyerukan nama Yesus kita memanggil hadir Yesus sendiri atau lebih tepat kita menghadirkan diri pada Roh yang sesungguhnya sudah senantiasa hadir, tetapi tidak kita sadari kehadiran-Nya. Nama Roh itu akan menyelamatkan, menyembuhkan, menyucikan kita. Rumusan doa Roh secara kongkrit itu demikian: “Yesus, Yesus, Yesus kasihanilah aku.” Ada pula yang memakai rumusan: “Yesus, Putera Allah yang hidup, kasihanilah aku orang yang berdosa ini.” Seruan ini berasal dari seruan si buta dari Yerikho yang memohon kesembuhan kepada Yesus (Luk 18:38), atau doa si pemungut cukai “Ya Yesus kasihanilah aku orang berdosa ini” (Luk 18:13). Juga dapat hanya disebutkan “Yesus, Yesus” saja, atau bahkan hanya “Yesus” saja. Kata-katanya dapat berbeda-beda, tetapi sangat dianjurkan berpegang pada satu rumusan saja. Banyaknya kata-kata dalam doa kerapkali mengisi roh kita dengan gambaran-gambaran yang tidak berguna serta mencerai-beraikan perhatian, sedangkan kata tunggal menghasilkan pemusatan perhatian ke dalam, demikian nasehat Santo Yohanes Climakus, salah seorang tokoh dalam bidang ini.
4. Latihan penyadaran
Seringkali orang sukar berdoa karena kebisingan dan keramaian jiwanya. Oleh karena itu perlulah diciptakan keheningan dalam dirinya lebih dahulu, supaya dapat memasuki doa yang lebih dalam. Untuk tujuan ini dapat dipakai latihan penyadaran. Tujuan latihan ini adalah untuk memperbesar daya konsentrasi dan kepekaan terhadap alam sekitar dan dengan demikian juga kepekaan terhadap karya Roh di dalam dirinya. Latihan penyadaran itu dapat diarahkan pada suara, memusatkan pandangan pada sesuatu seperti salib, lilin, merasakan sentuhan pada pakaian yang melekat di tubuh, merasakan udara yang sejuk yang menyentuh kulit, menyadari pernapasan, dll. Latihan penyadaran ini dilakukan untuk membantu konsentrasi.
5. Doa dan pernapasan
Doa ini dapat dimulai dengan bantuan rosario. Doa ini dapat didoakan setiap waktu, dalam situasi apapun juga, di dalam bis, atau kereta api, atau ketika kita melakukan aktivitas sehari-hari yang tidak membutuhkan konsentrasi penuh. Misalnya jika sedang mengerjakan pembukuan tentu kita membutuhkan konsentrasi penuh. Doa Yesus bisa dilakukan misalnya sambil mengemudikan kendaraan, menyapu, berjalan, menunggu antrian dokter, dll. Doa Yesus ini hendaknya bukan hanya aktivitas lahiriah saja, namun harus membawa kita kepada doa yang lebih batiniah. Untuk mencapai tujuan itu kita dapat mengiramakan doa itu dengan pernapasan, seturut keluar masuknya napas. Misalnya: waktu menarik napas mendoakan “Tuhan Yesus Kristus”, waktu mengeluarkan napas menyerukan “kasihanilah aku.” Dapat pula lebih pendek “Tuhan Yesus” saja. Bahkan hanya nama Yesus saja, “Ye--sus” atau “Ye--su”. Dengan mengatur doa seturut pernapasan, roh kita menjadi tenang, menemukan damai. Perhatiannya mudah dipusatkan dan ia sedikit demi sedikit menguasai gerak pikiran, fantasi, ide-ide. Ia menjadi terarah ke dalam dan makin menjadi satu, maka terciptalah harmoni.
6. Halangan-halangan doa
Menurut St. Theresia dari Avila, Allah bertahta di kedalaman lubuk hati kita. Allah berdiri di depan pintu hati kita dan mengetuk (Why 3:20). Untuk berjumpa dengan Allah, kita harus masuk ke dalam hati kita. Hal ini hanya bisa terlaksana kalau kita mengheningkan hati dari segala macam keributan seperti kecemasan, ketakutan, kekuatiran, dendam, rasa bersalah, iri hati, menyimpan jimat, belajar ilmu gaib bela diri, mempunyai ikatan dengan kuasa gelap, perdukunan, tukang ramal, dan macam-macam dosa lainnya. Untuk itu kita harus membuka hati terhadap Tuhan, minta pengampunan, bertobat dan merasakan kerahiman-Nya / belas kasihan-Nya.
7. Motivasi doa
Hendaklah doa Yesus ini dijalankan dengan motivasi yang murni. Doa itu hendaknya merupakan persembahan diri yang murni kepada Allah. Memberikan waktu secara cuma-cuma bagi Tuhan, memboroskan waktu untuk Tuhan, sebab Dia pantas dicintai demi diri-Nya sendiri. Doa kita harus bertujuan untuk sekedar hadir di hadapan Allah yang dirindukan oleh jiwa kita. Biarpun kadang-kadang doa itu kering sekali, toh doa ini sangat berharga. Sebab dalam keheningan dan ketenangan, Allah dapat menyatakan diri secara rahasia kepada jiwa, dan secara rahasia Allah mencurahkan cinta dan kebijaksanaan dalam hati kita, sehingga tanpa tahu bagaimananya, hati kita mulai berkobar dalam cinta kasih Allah dan lebih merindukan Dia.
8. Gejala-gejala yang kadang-kadang menyertai doa
Dalam doa Yesus kadang-kadang timbul gejala seperti: badan bergoyang ke depan atau ke belakang, ke samping, melihat terang / sinar, melihat vision / penampakan, tangan bergetar, merasa dipeluk Yesus, air mata mengalir, mengalami aliran hangat atau dingin, dll. Kalau ada pengalaman-pengalaman tersebut tidak usah diperhatikan, dalam doa janganlah mencari pengalaman-pengalaman. Kalau ada pengalaman bersyukur, tidak ada pengalaman juga tetap bersyukur. Sebab dalam doa itu kita tidak mencari hiburan / pengalaman, melainkan mencari Yesus yang hadir dalam hati kita. Baik tidaknya doa tidak tergantung dari keadaan in / hambar, lamanya berjam-jam, ada hiburan atau tidak, tetapi dilihat dari buah-buahnya. Kalau terjadi pelanturan jangan menjadi marah atau jengkel, tetapi dengan tenang kembali lagi menyadari kehadiran Tuhan dan menyerukan nama Yesus.
9. Buah-buah doa Yesus
Doa Yesus dapat memulihkan keutuhan manusia. Akibat dosa asal, maka manusia terpecah-belah, kodratnya terluka, sehingga daya-daya jiwa tidak bekerja dengan harmonis, pikiran melayang-layang, perasaan bermacam-macam, susah senang, sakit hati, cinta, dendam, kemauan menjadi lemah, karena pikiran dan perasaan sukar terpusat kepada Allah.
Dalam tradisi Gereja Timur, nama Yesus tidak boleh hanya berhenti di otak, tetapi harus turun ke hati. Jadi pikiran diberi tugas untuk mengulang-ulang nama Yesus dan hati terpusat kepada Allah, maka pribadi kita akan menjadi utuh kembali. Memperbesar daya perhatian dan konsentrasi, ingatan menjadi lebih kuat. Doa Yesus dapat menjadikan kita lebih peka terhadap dorongan Roh Kudus. Kalau hati dan pikiran tenang dan damai, maka suara Tuhan mudah terdengar. Bila orang makin terbuka kepada Roh Kudus, maka buah-buah Roh juga akan nampak dalam kehidupannya sehari-hari antara lain kerendahan hati, kasih, damai sejahtera, sukacita, dll (Gal 5:22). Doa Yesus bila dilakukan dengan tekun dan setia akan menghantar orang kepada kontemplasi yang murni, sebabnya ialah karena roh membiasakan diri untuk mengarahkan perhatiannya kepada satu arah yaitu kehadiran Yesus, akhirnya pelanturan berkurang, dan lama kelamaan hilang. Roh kita akan memasuki tahap keheningan yang mendalam dan orang akan berdoa dalam roh dan kebenaran, mencapai tahap kontemplasi. Keheningan dibutuhkan manusia untuk berkembang secara rohani. Di sini orang dapat mengalami penyembuhan dari kekacauan psikis, kekosongan hidup masa lampau, dibebaskan dari ikatan-ikatan yang tidak teratur dan mengalami cinta kasih Allah yang tak terkatakan. Dalam hidup ini, orang akan dipenuhi oleh kebahagiaan akan kehadiran Allah; mengalami kemanisan kemuliaan surgawi sudah dalam hidup ini. Orang dibebaskan dari segala macam kerisauan, lebih tahan menanggung segala beban dan salib kehidupan. Budinya akan memperoleh terang ilahi yang lebih besar sehingga akan lebih dapat menyelami misteri Allah, baik dalam Kitab Suci maupun karya Allah yang nyata dalam kehidupan sehari-hari. Doa Yesus dapat mempengaruhi kehidupan fisik kita. Pernapasan yang teratur akan membantu kesehatan.
10. Keheningan dan kontemplasi
Bila suatu saat orang merasa tertarik untuk diam saja tanpa mengucapkan sesuatu, maka turuti saja dorongan untuk diam itu tanpa menyebut nama Yesus. Asalkan dalam diam itu orang secara samar-samar menyadari bahwa Allah hadir. Dalam hal ini jangan takut untuk diam saja tanpa berbuat sesuatu, janganlah takut untuk menganggur, karena diam seperti itu lebih berharga dari segala aktivitas yang dapat dipikirkan, entah dengan budi, entah dengan ingatan sendiri ataupun dengan kehendak. Justru dalam keheningan inilah Roh Allah tanpa halangan dapat memurnikan serta membebaskan orang dari ikatan-ikatan, serta mencurahkan kebijaksanaan dalam diri seseorang. Tanpa tahu bagaimananya Tuhan menumbuhkan kebajikan-kebajikan dalam diri seseorang. Doa Yesus dapat menghantar orang pada kontemplasi yang murni. Kontemplasi berasal dari kata 'kontemplare' yang berarti memandang Allah dengan sikap sembah sujud penuh hormat / penuh perhatian. Di sini yang dipandang adalah Allah berserta misteri-misteri-Nya. Kita memandang-Nya dengan sikap iman penuh kekaguman. Menyadari kebesaran dan kemuliaan Allah, sehingga orang tidak menemukan kata-kata lagi, satu-satunya sikap yang pantas adalah hanya diam penuh hormat dan kekaguman. Dalam sikap diam ini terkandung sikap penyerahan diri, sembah sujud dan keterbukaan terhadap Allah. Membiarkan diri diperlakukan oleh Allah menurut rencana dan kehendak-Nya.
11. Sikap tubuh dalam doa Yesus
Bisa duduk dengan dingklik / kursi atau bantal doa.
Bisa duduk bersila lotus penuh atau setengah lotus.
Punggung tegak.
Pandangan lurus ke depan.
Tangan diletakkan di pangkuan dengan posisi terbuka atau tertelungkup.
Pejamkan mata.
Bernapas biasa.
12. Petunjuk praktis untuk orang yang memimpin doa Yesus
Pada permulaan bisa diangkat lagu pujian dan penyembahan, satu atau dua lagu riang, satu lagu penyembahan, kemudian doa pembukaan, lalu diberikan tentang teori doa Yesus / penjelasan, setelah selesai penjelasan umat diajak menyanyi satu lagu penyembahan, kemudian diajak untuk menyiapkan hati / membuka hati bagi Tuhan.
Ajaklah umat untuk mengambil posisi duduk yang sesuai untuk doa Yesus.
Ajaklah umat untuk mengambil napas panjang dua / tiga kali supaya menjadi lebih tenang, khususnya kalau baru beralih dari suatu kesibukan tertentu. Dapat juga mengajak umat untuk melakukan penyadaran misalnya: menyadari pernapasan, pakaian yang melekat, udara sejuk yang menyentuh kulit, menangkap suara alam dll. Mengajak umat menyadari bahwa saat ini adalah saat yang indah untuk bertemu Tuhan dalam doa, dalam lubuk hati, mempersembahkan waktu untuk Tuhan secara cuma-cuma.
Ajaklah umat untuk menyadari kehadiran Tuhan dalam lubuk hati / jiwa.
Ajaklah umat untuk menyerukan Nama Yesus seturut ritme pernapasan. Menyerukan Nama Yesus dengan penuh kerinduan, dengan penuh iman harapan dan kasih.
Biarkan umat memasuki keheningan dalam doa Yesus, pemimpin doa jangan terlalu banyak bicara. Membiarkan umat masuk dalam keheningan.
Bila umat kelihatan gelisah, mungkin sulit konsentrasi, atau melantur, sesekali diajak kernbali lagi untuk menyerukan Nama Yesus dengan penuh kesadaran / kerinduan.
Pada akhir doa jangan begitu saja keluar dari doa, akhirilah dengan suatu ucapan syukur atau
perlahan-lahan mendoakan Bapa Kami. Bisa juga dinyanyikan satu lagu penutup / lagu syukur pada Tuhan.
sumber : “Vacare Deo” edisi Juli / Tahun V / 2003; Media Pengajaran Komunitas Tritunggal Mahakudus; Pertapaan Shanti Bhuana