RENUNGAN HARI BIASA PEKAN XIX, Kamis 18 AGUSTUS 2011
(Angelus Agustinus Mazzinghi, Helena, Gervasius Brunel, Paulus Charles & Elias Desgardin)
Hak 11:29-39a, Mzm 40:5,7-8a,8b-9,10, Mat 22:1-14
BACAAN INJIL:
Lalu Yesus berbicara pula dalam perumpamaan kepada mereka: "Hal Kerajaan Sorga seumpama seorang raja, yang mengadakan perjamuan kawin untuk anaknya. Ia menyuruh hamba-hambanya memanggil orang-orang yang telah diundang ke perjamuan kawin itu, tetapi orang-orang itu tidak mau datang. Ia menyuruh pula hamba-hamba lain, pesannya: Katakanlah kepada orang-orang yang diundang itu: Sesungguhnya hidangan, telah kusediakan, lembu-lembu jantan dan ternak piaraanku telah disembelih; semuanya telah tersedia, datanglah ke perjamuan kawin ini. Tetapi orang-orang yang diundang itu tidak mengindahkannya; ada yang pergi ke ladangnya, ada yang pergi mengurus usahanya, dan yang lain menangkap hamba-hambanya itu, menyiksanya dan membunuhnya. Maka murkalah raja itu, lalu menyuruh pasukannya ke sana untuk membinasakan pembunuh-pembunuh itu dan membakar kota mereka. Sesudah itu ia berkata kepada hamba-hambanya: Perjamuan kawin telah tersedia, tetapi orang-orang yang diundang tadi tidak layak untuk itu. Sebab itu pergilah ke persimpangan-persimpangan jalan dan undanglah setiap orang yang kamu jumpai di sana ke perjamuan kawin itu. Maka pergilah hamba-hamba itu dan mereka mengumpulkan semua orang yang dijumpainya di jalan-jalan, orang-orang jahat dan orang-orang baik, sehingga penuhlah ruangan perjamuan kawin itu dengan tamu. Ketika raja itu masuk untuk bertemu dengan tamu-tamu itu, ia melihat seorang yang tidak berpakaian pesta. Ia berkata kepadanya: Hai saudara, bagaimana engkau masuk ke mari dengan tidak mengenakan pakaian pesta? Tetapi orang itu diam saja. Lalu kata raja itu kepada hamba-hambanya: Ikatlah kaki dan tangannya dan campakkanlah orang itu ke dalam kegelapan yang paling gelap, di sanalah akan terdapat ratap dan kertak gigi. Sebab banyak yang dipanggil, tetapi sedikit yang dipilih."
RENUNGAN:
Saat menghadiri suatu pesta, kita pasti menyesuaikan diri dengan pesta yang hendak kita hadiri. Kita juga berusaha menyesuaikan bakaian dan penampilan kita saat menghadiri pesta. Saat hendak menghadiri pesta bersama dengan para rekan bisnis, tentu kita berusaha menggunakan pakaian yang menunjukkan penghormatan kita dengan rekan bisnis yang akan kita temua dan juga penghormatan atas pesta itu. Kita juga pasti berusaha menampilkan diri bahwa kita memang berwibawa dan layak menjadi rekan bisnis mereka. Tidak mungkin kita pada saat menghadiri pesta demikian, kita menggunakan pakaian santai mau ke pantai atau mau picnik. Intinya, kita berusaha menyesuaikan diri dengan pesta yang hendak kita hadiri, entah itu dari segi pakaian maupun dalam membawakan diri. Kalau kita melalaikan hal ini, kita pasti dianggap orang yang tidak tahu diri dan mungkinakan menjadi bahan perbincangan.
Berkaitan dengan hal di atas, tentu baiklah kiranya juga kita terapkan saat menghadiri pesta perjamuan makan bersama dengan Yesus pada saat ekaristi. Kita pasti masih ingat bagaimana perdebatan sehubungan dengan pakaian yang pantas saat menghadiri perayaan ekaristi. Ada yang mengatakan bahwa banyak umat yang tidak mengerti dan menghayati hakekat perayaan ekaristi sebagai perjamuan kudus makan bersama karena Yesus Kristus yang mengundang kita dan Dia sendiri menyediakan dirinya menjadi santapan rohani bagi kita. Perayaan ekaristi adalah perayaan kudus, tetapi kenyataannya banyak umat yang memenuhi undangan dengan pakaian yang tidak sesuai dengan kekudusan perayaan itu yakni tidak sedikit umat yang mengenakan pakaian pesta resepsi biasa dan ada yang memakai pakaian yang seakan mau ke mall atau ke pantai. Seringkali alasannya adalah karena memang setelah perayaan ekaristi mereka langsung mau rekreasi ke mall atau ke pantai, jadi sekalian aja, repot membawa pakaian ganti. Ada pula yang memberi alasan, soal pakaian mengapa harus dipersoalkan, kan yang terpenting hati orang yang mau memuji Tuhan dalam perayaan ekaristi.
Mungkin jawaban protes dan pembelaan pasti tidak akan bertemua karena yang keberatan atas pakaian yang tidak pas itu akan mencari pembelaan diri yang bahkan seakan sangan imani. Namun kiranya bila kita menghadiri pesta duniawi aja pasti menyesuaikan diri dengan pesta dan menghormati pesta dan pengundang, tetapi mengapa hal yang demikian juga tidak kita terapkand alam perayaan ekaristi? Bila kita sungguh menghayati makna kekudusan pesta perayaan ekaristi tentu kita juga berusaha memberi hati yang bersih, iman yang mendalam yang mana semuanya itu juga kita cerminkan dalam penampilan pakaian yang pantas dan perilaku kita selama perayaan ekaristi. Kehadiran kita yang menghadiri perayaan ekaristi juga hendaknya ikut berperan serta memelihara kekudusan perayaan yang kita ikuti.
Sebagaimana dalam perjamuan ekaristi, semua umat diundang untuk menghadirinya, namun hendaknya juga menghadiri dengan penuh iman, bukan dengan asal-asalan. Demikian juga halnya sehubungan dengan perjamuan abadi dalam kerajaan Surga, Tuhan mengundang semua orang untuk masuk ke dalamnya, karena Tuhan merindukan semua orang masuk dan menikmati kerajaan surga. Namun untuk masuk dan menikmati perjamuan surgawi adalah juga harus mengenakan pakaian pesta. Pakaian pesta yang dimaksudkan bukanlah dalam arti yang sebenarnya. Yang dimaksudkan oleh Yesus adalah iman yang hidup sesuai dengan kehendak Allah. Bukanlah iman yang hanya sekedar menganut agama kristiani, bukanlah iman yang hanya sekedar mengakui Yesus adalah Tuhan, tetapi tidak mengikuti Yesus secara sungguh-sungguh. Orang yang tidak mengenakan pekaian pesta sebagaimana yang dikehendaki oleh Yesus, pada akhirnya akan dicampakkan ke dalam kegelapan yang paling gelap, di sanalah terdapat ratap dan gertak gigi.
Maka para saudaraku yang dikasihi Tuhan. Tuhan mengundak kita untuk ikut ambil bagian menikmati perjamuan surgawi. Maka mari kita memenuhi undangan Yesus dengan mengenakan pakaian pesta yakni iman yang hidup. Amin.