Kis 2:14,22-33, Mzm 16:1-2a,5,7-8,9-10,11, 1Ptr 1:17-21, Luk 24:13-35
(Bacaan selengkapkan baca di sini.)
Hidup kristiani adalah perjalanan menuju kesempurnaan yakni bersatu dengan utuh bersama dengan Allah. Dalam perjalanan hidup kristiani seringkali mengalami perjalanan seperti perjalanan dua orang murid yang berjalan menuju Emaus. Dua murid yang berjalan menuju Emaus adalah murid yang mengalami kekecewaan atas kematian Yesus, karena dengan kematian Yesus bagi mereka itu juga berarti hilangnya, kegagalan dan matinya harapan manusiawi mereka. Bagi mereka kematian Yesus juga adalah hilangnya pegangan hidup karena Yesus yang mereka harapkan sebagai pemimpin mereka dirasa tidak bersama mereka lagi. Semuanya itu pada akhirnya juga melahirkan ketakutan dalam diri mereka. Walaupun mereka sudah mendengar berita tentang kebangkitan Yesus, tetapi mereka masih diliputi rasa kekecewaan, keraguan dan ketakutan.
Kedua murid ini dan murid yang lain sangat kecewa atas kematian Yesus, apalagi Yesus mati dengan cara yang mengerikan yakni disalibkan. Mereka sangat kecewa atas kematian Yesus, sebab mereka sangat bangga mengikuti dan menjadi murid Yesus yang dianggap sebagai nabi besar, yang berkuasa dalam pekerjaan dan perkataan di hadapan Allah dan di depan seluruh bangsa mereka. Lebih dari itu, mereka berharap bahwa Yesus-lah yang akan membebaskan dari dari penjajahan. Mereka kecewa karena harapan dan keinginan manusiawi mereka seakan leyap dengan matinyaYesus. Semangat hidup mereka juga hilang karena merasa tidak adalah lagi kebanggaan sebagai pengikuti Yesus, sebab Yesus yang mereka bangga-banggakan telah mati. Mereka juga mengalami ketakutan dalam hidup karena merasa Yesus tidak ada lagi bersama mereka untuk mengajar, membimbing dan membantu mereka dalam menghadapi kesulitan hidup.
Kekecewaan, kekhawatiran dan ketakutan mereka atas kematian Yesus sungguh besar, sehingga berita kebangkitan Yesus yang telah mereka dengar dari beberapa perempuan dan beberapa murid yang mengatakan bahwa Yesus telah bangkit. Oleh karena itulah mereka pergi ke Emaus. Perjalanan mereka ke Emaus bukanlah perjalan untuk suatu tugas atau tujuan yang jelas. Kita tidak tahu ada urusan apa mereka ke Emaus. Tetapi dalam perjalanan itu, mereka sedang dalam kekecewaan dan juga ketakutan. Itu terlihat dari percakapan mereka dalam perjalanan, mereka seakan saling melampiaskan kekecewaan dan kekesalan hati mereka atas kematian Yesus. Sehingga dapat kita katakan bahwa kepergian mereka ke Emaus adalah tanpa tujuan yang jelas , juga karena mereka mau meninggalkan Yerusalem, keluar dan lari dari Yerusalem. Kepergian mereka ke Emaus seakan mereka mau menghilangkan semua kenangan mereka hidup bersama Yesus ketika di Yerusalem.
Dalam keraguan dan upaya mereka menghilangkan semua kenangan hidup bersama Yesus di Yerusalem, saat itu Yesus menemui mereka, namun mereka tidak mengenal Yesus yang hadir menjumpai mereka. Hati mereka terasa berkobar-kobar setelah Yesus menerangkan Kitab Suci kepada mereka. Kehadiran Yesus yang menerangkan Kitab Suci membuat mereka berdua seakan terhibur, mereka menjadi lupa akan kekecewaan dan kekhawatiran hidup mereka setelah kematian Yesus. Namun saat itu mereka belum mengenal Yesus yang hadir bersama mereka. Mereka baru mengenal Yesus setelah Yesus tinggal bersama mereka dan makan bersama dengan mereka. Saat makan bersama itu, Yesus mengambil roti, mengucap berkat, lalu memecah-mecahkannya dan memberikannya kepada mereka. Saat itu pula mereka mengenal Yesus yang telah bangkit. Mereka mengenal Yesus yang bangkit bukan hanya sekedar bahwa mengenal tetapi membuat mereka percaya akan kembangkitan Yesus. Mereka menjadi percaya bahwa Yesus yang telah mati demi keselamatan manusia, kini bangkit kembali dan hidup bersama mereka. Yesus tidak mati, tidak meninggalkan para murid-Nya tetapi dengan kebangkitan-Nya, Yesus hadir dalam setiap sisi kehidupan manusia dan selalu datang untuk menghibur dan meneguhkan iman umat-Nya.
Kisah perjalanan dua murid ke Emaus adalah merupakan gambaran perjalanan hidup kita para beriman. Hidup beriman mengikuti Yesus Kristus bukanlah hal yang mudah. Ada saatnya kita mengalami kekecewaan dalam mengikuti Yesus, karena kita merasa bahwa harapan atau keingingan hati kita seakan tidak dikabulkan oleh Yesus. Kita kadang merasa beratnya penderitaan atau persoalan hidup, tetapi seakan Yesus telah mati dalam kehidupan kita, seakan Dia tidka hadir untuk membantu dan menolong kita. Kita sering merasa kecewa karena ketidakpuasan hati kita tidak terpuaskan. Juga mengalami ketakutan dalam mengikuti Yesus Kristus karena mengikuti Yesus Kristus penuh dengan tantangan dari pihak lain seperti yang dialami oleh para murid yang ketakutan kepada bangsa Yahudi dan para pemimpin agama, orang-orang Farisi, mereka takut mengalami nasib yang sama dengan Yesus.
Kekecewaan, kekhawatiran dan ketakutan itu kerap membuat kita lari dari iman kita. Tidak sediki orang yang merasa kecewa dalam hidup beriman karena merasa keinginan dan kehendaknya tidak terpenuhi dan seakan tidak dipenuhi oleh Yesus. Misalnya ada orang yang merasa tidak terpuaskan dalam ibadah dalam Gereja, dia lari ke Gereja lain karena merasa di sana keinginan mereka terpuaskan dengan kotbah yang menggebu-gebu dan nyanyian yang meriah dan seakan hiruk pikuk. Ada orang yang merasa keinginan mereka tidak dipuaskan oleh Yesus sehingga mereka lari ke agama lain. Dan ada pula karena takut tidak mendapat jabatan atau harta, mereka lari meninggalkan iman kepada Yesus.
Kita memang seringkali lebih mengutakaman keinginan dan kehendak kita, kita seringkali begitu dirasuki oleh kekhawatiran dan ketakutan-ketakutan. Begitu lambat hati kita percaya kepada Yesus yang telah mati dan bangkit bagi keselamatan kita. Betapa kita lamban untuk percaya bahwa hanya dalam Yesuslah kita beroleh keselamatan kekal. Betapa lambat hati kita untuk percaya bahwa Yesus yang telah bangkit hadir senantiasa dalam hidup kita, bahkan dalam kekhawatiran dan ketakutan hidup kita.
Bermenung dari Injil hari ini, kepada kita ditegaskan bahwa Yesus tidak pernah meninggalkan kita. Yesus yang telah bangkit selalu hadir bersama kita dan selalu menemui kita terutama saat kita mengalami penderitaan, kekecewaan dan ketakutan dalam hidup. Hanya karena kita kurang percaya kepada Dia yang telah bangkit, kita sulit menangkap kehadiran-Nya dalam hidup kita. Dia tidak pernah meninggalkan Dia, tetapi kitalah yang seringkali lari meninggalkan Dia. Oleh karena itu, kita diajak untuk memperdalam iman kita kepada Yesus.
Kekecewaan dan ketakutan para murid sedikit lebih sedikit hilang setelah Yesus hadir dan menerangkan Kitab Suci kepada mereka. Iman mereka menjadi semakin pulih ketika mereka makan bersama dengan Yesus. Demikian pula halnya, saat iman kita lemah dan goyah, hendaknya kita tidak justru melarikan diri dari Yesus, tetapi kita hendaknya kembali ke Yerusalem hidup kita yakni hidup bersama dengan Yesus. Saat mengalami semuanya, baiklah kita mencoba menguatkan iman kita dengan mendengarkan dan membaca Sabda Allah lewat Kitab Suci. Sabda Allah akan menguatkan kita dan membantu kita menemukan kehendak Allah atas hidup kita. Terlebih baiklah kita berkata, “Tuhan, tinggallah bersama dengan kami.” Yakinlah bahwa Yesus akan dengan senang hati menerima undangan kita, untuk tinggal dan makan bersama dengan kita. Diapun akan membagikan roti kehidupan bagi kita, yakni diri-Nya sendiri dan berkat berlimpah, sehingga kita mampu menjalani kehidupan kita dengan penuh sukacita. Kalaupun selama ini kita seperti dua murid yang lari dan berjalan ke Emaus, maka saat ini baiklah kita kembali ke yerusalem kehidupan kita, yakni ke hidup iman kita bersama Yesus Kristus yang telah bangkit. Amin.