Zef 2:3, 3:12-13, Mzm 146:1,7,8-9a,9bc-10, 1Kor 1:26-31, Mat 5:1-12a
"Bersukacita dan bergembiralah, karena upahmu besar di sorga"
BACAAN INJIL:
Demikianlah Injil Tuhan bagi kita hari ini.
RENUNGAN:
Arti hidup bahagia yang ditawarkan oleh dunia tentu berbeda dengan arti bahagia yang kita dengarkan dalam Injil hari ini. Hidup bahagia bagi dunia pada umumnya adalah hidup dalam kelimpahan kekayaan, hidup mengejar kenikmatan sepuas-puasnya, hidup yang terlepas dari persoalan dan penderitaan. Tuntutan hidup yang berat dan juga perkembangan zaman mau tidak mau membuat manusia hanya terarah pada diri sendiri, hanya mementingkan diri, nilai kebersamaan dan berkorban untuk orang lain rasanya semakin disingkirkan. Manusia sekarang ini lebih banyak mencari kesenangan hidup yang ditawarkan oleh dunia, dan untuk berani melakukan apa saja untuk meraihnya, bahkan dengan mudah mengorbankan orang lain, mengorbankan agamanya demi tujuan pribadi, kesenangan pribadi. Kebenaran dan pengorbanan demi iman, bukan lagi dilihat sebagai keutamaan, kebangkaan dan malah menganggap bahwa iman dan agama harus memberi keuntungan. Orang sudah berpikir untung rugi dalam beriman. Inilah kenyataan hidup manusia sekarang ini.
Injil hari ini yang kita kenal sebagai Sabda Bahagia, rasanya bagi dunia sekarang dianggap tidak realistis, membingungkan dan bertentangan dengan realitas yang terjadi dalam hidup kita. Kita sulit memahami dan menerima sabda ini adalah sabda bahagia, yang membawa orang pada hidup bahagia. Sehingga orang bisa saja menganggap bahwa Sabda yang kita dengarkan hari ini dianggap sebagai pembodohan, mengajak orang bersikap pasrah pada kemiskinan maupun sikap ketidak adilan atau penderitaan yang terjadi dalam hidup ini.
Memang kebahagiaan yang ditawarkan Injil hari ini bertentangan dengan arti kebahagiaan yang ditwarkan oleh dunia dan yang dianut orang-orang pada masa ini. Situasi dunia yang sekarang ini, membuat manusia kurang mampu melihat kebenaran dari Injil yang kita dengarkan hari ini. Namun kalau kita renungkan dengan sungguh-sungguh, Injil hari ini menawarkan nilai kebahagiaan yang sejati yang menjamin manusia hidup bahagia. Yesus sendiri sudah membuktikan dari apa yang diajarkan-Nya, sehingga selain mengajarkan jalan kebahagiaan bagi kita, Yesus juga mau menyatakan siapa diri-Nya kepada kita. Selain itu Injil hari ini berbicara tentang sikap hidup kita di hadapan Allah.
Oleh karena itu, coba kita renungkan sabda bahagia yang diwartakan kepada kita.
"Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga.
Yesus tidak menyinggung soal miskin dalam hal materi, tetapi yang dimaksudkan adalah semangat miskin di hadapan Allah. Sikap hidup kita hendkanya tetap bersikap rendah hati di hadapan Allah, tetapi menyadari kelemahan, kekurangan dan kedosaan kita di hadapan Allah. Sikap hidup demikian akan membawa kita pada sikap hidup yang senantiasa tahu bersyukur, senantiasa terbuka akan pertolongan Tuhan dan pada akhirnya menyerahkan hidupnya kepada Tuhan. Orang yang hidup demikian, pada hidup sekarang berkenan pada Allah dan akan mencapai kesempurnaan pada hidup yang kekal.
Sikap hidup miskin di hadapan Allah juga seperti orang memiliki harta, tetapi seakan-akan hidup tidak punya apa-apa. Sikap demikian senantiasa bersikap rendah hati dan berjiwa hidup miskin di hadapan Allah. Itu berarti rendah hati kebalikannya adalah sombong. Tentu orang yang sombong tidak akan disukai oleh banyak orang, apalagi Tuhan sendiri.
Berbahagialah orang yang berdukacita, karena mereka akan dihibur.
Berdukacita yang dimaksud bukan hanya karena mengalami penderitaan hidup, atau karena kemiskinan. Tetapi yang dimaksudkan adalah berdukacita karena hal rohani. Kita seringkali berdukacita manakala kita menderita atau melihat orang menderita, tetapi apakah kita juga merasa berdukacita ketika kita kurang percaya kepada Tuhan? Apakah kita berdukacita, manakala kita kurang hidup seperti yang diharapkan oleh Tuhan? Apakah kita juga merasa berdukacita menakala melihat orang lain sudah kurang merasakan kuasa dan kasih Tuhan atas hidupnya dan sudah kurang percaya kepada Tuhan? Dengan demikian dukacita yang dimaksud adalah hidup yang senantiasa hidup berkenan di hadapan Tuhan, sehingga manalaka Tuhan kurang dipercayai dan disembah dalam hidup ini, kita merasa berdukacita. Juga Yesus mau mengatakan agar kita tetap setia mengikuti Dia walaupun sedang dalam keadaan berdukacita, karena Tuhan sendiri akan menghibur kita.
Berbahagialah orang yang lemah lembut, karena mereka akan memiliki bumi.
Lemah lembut yang dimaksud bukan terutama dalam hal bersikap atau bertutur kata. Sikap lemah lembut adalah buah dari kerendahan hati. Karena orang yang rendah hati di hadapan Allah dan di hadapan sesama, dia juga akan bersikap lemah lembut dalam hidup kepada sesama. Orang yang hidupnya lemah lembut tentu akan disenangi banyak orang, terutama Tuhan sendiri karena Tuhan sendiri adalah lemah lembut.
Berbahagialah orang yang lapar dan haus akan kebenaran, karena mereka akan dipuaskan.
Lapar dan haus akan makanan tentu tidak ada yang mengharapkannya. Tetapi lapar dan haus akan kebenaran, itu hendaknya menjadi bagian hidup para pengikut Yesus. Lapar dan haus akan kebenaran yang dimaksudkan adalah hidup yang senantiasa berusaha dan berjuang untuk mengikuti dan melaksanakan kehendak Allah. Kebenaran sejati itu adalah Yesus sendiri, sehingga lapar dan haus akan kebenaran, berarti lapar dan haus untuk senantiasa bersatu dengan Yesus sendiri. Orang yang berjuang dan senantiasa lapar dan haus untuk bersatu dengan Yesus dan melaksanakan sabda-Nya, Tuhan sendiri akan membuaskan mereka. Upaya dan kerja keras mereka tidak akan sia-sia.
Berbahagialah orang yang murah hatinya, karena mereka akan beroleh kemurahan.
Orang yang senantiasa bersyukur atas hidupnya, juga akan memilik kemurahan hati. Tetapi orang yang tidak pernah menysukuri hidupnya, dia tidak akan pernah merasa hidupnya cukup dan akan begitu sulit untuk bermurah hati dan berbagi dengan sesama. Dengan demikian, hendaknya kita tidak menungguh merasa cukup dulu baru bermurah hati kepada sesama. Sebab kalau hal itu yang terjadi, maka kita tidak akan pernah bermurah hati kepada sesama karena kita tidak pernah akan merasa cukup. Juga pemberian kita yang karena sudah meresa cukup atau memberi dari kelebihan, kurang bernilai dibanding dengan memberi dari kekurang. Dengan bermurah hati kepada sesama. Kitapun patut mengharapkan kemurahan hati Allah untuk melimpahkan berkat-Nya kepada kita.
Berbahagialah orang yang suci hatinya, karena mereka akan melihat Allah.
Hati yang bersih, akan memancarkan dan menghasilkan perbuatan yang baik. Kesucian hati dapat kita artikan dengan hidup senantiasa berpikiran positif. Tetapi lebih dari itu, suci hati yang dimaksudkan adalah orang yang hidupnya disemangati dan dijiwai oleh Sabda Tuhan sendiri. Orang yang hidup demikian, akan mampu menangkap kehadiran Allah dalah pengalaman hidupnya dan juga lewat sesama.
Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah.
Hidup orang kristiani tidaklah cukup hanya hidup damai dengan orang lain. Lebih dari itu, orang kristiani harus menjadi penggerak dan pembawa damai bagi sesama dan dunia ini. Yesus sendiri membawa damai bagi manusia, dan mendamaikan manusia dengan Allah. Sehingga orang yang hidup membawa damai, dialah yang layak disebut anak-anak Allah.
Berbahagialah kamu, jika karena Aku kamu dicela dan dianiaya dan kepadamu difitnahkan segala yang jahat.
Menjadi pengikut Yesus dan melaksanakan sabda-Nya bukanlah hal yang mudah. Hal ini sudah terbukti dalam perjalanan hidup Gereja. Pada umumnya pengikut Yesus yang setia akan dibenci oleh dunia. Tentu bukan karena menyebapkan kebinasaan hidup, tetapi karena ‘setan’ kejahatan tidak menghendaki manusia itu hidup bahagia. Walaupun demikian, hendkanya tantangan dan penolakan dunia karena kita menjadi pengikut Kristus dank arena melaksanakan sabda-Nya, tidak menyurutkan kita. Namun bila kita tetap setia walau dicela, dianiaya dan difitnah, karena hidup kita berkenan kepada Allah, Allah akan berpihak kepada kita dan pada akhirnya kebahagiaan sejati akan kita terima yakni hidup kekal di surge.
Bersukacita dan bergembiralah, karena upahmu besar di sorga, sebab demikian juga telah dianiaya nabi-nabi yang sebelum kamu."
Pada ayat terakhir ini, Yesus memberi semangat bagi kita agar kita mengejar kebahagiaan sejati dengan menghayati sabda bahagia ini, meskipun untuk itu kita harus berjuang dan mengalami penolakan dari dunia dan penderitaan. Bagi dunia jalan kebahagiaan yang ditawarkan oleh Yesus ini memang aneh dan seakan tidak masuk akal. Demikian juga hidup kita bila menghayati sabda bahagia ini, akan terasa aneh bagi dunia, namun kita patut bersukacita dan barbahagia karena kita akan beroleh kebahagiaan dalam hidup yang sekarang dan terutama dalam hidup yang akan datang.
Semoga kita berani mengubah pengertian kebahagiaan bagi kita seturut Sabda Bahagia ini dan kita berani menjadikan Sabda Bahagia sebagai pedoman hidup kita dalam mengejar dan meraih kebahagiaan hidup. Amin.