MINGGU 11 September 2011
Sir 27:30-28:9, Mzm 103:1-2,3-4,9-10,11-12, Rm 14:7-9, Mat 18:21-35
BACAAN INJIL: Mat 18:21-35
Bukan hanya sampai tujuh kali, melainkan sampai tujuh puluh kali tujuh hendaknya kamu mengampuni.”
RENUNGAN:
"Hari ini bertepatan dengan peringatan bom di WTC Amerika Seritkat 11 September 7 tahun lalu. Bisakah kelurga korban pengeboman WTC mengampuni orang yang telah menghilangkan nyawa para saudara mereka, dan korban-korban lain?"
Berbicara tentang cinta kasih pasti menyenangkan karena setiap orang mendambakan kasih, mengharapkan orang mengasihi dirinya. Namun melakukan kasih tidak semudah mengatakanya, tidak semudah menjabarkannya, apalagi kasih yang sejati sebagaimana yang diajarkan oleh Yesus Kristus. Yesus mengajarkan bahwa kasih kita bukan hanya untuk orang-orang yang menyenangkan atau mengasihi kita, tetapi juga harus dinyatakan kepada orang-orang yang menyakiti dan membenci dan memusuhi kita. Kasih itu juga menuntut suatu pengorbanan terus menerus dan juga harus terungkap dalam sikap kerelaan untuk mengampuni sesama secara terus menerus pula. Kasih tanpa adanya pengampunan dari orang yang mengatakan dirinya mengasihi sesama, itu belumlah kasih yang sesungguhnya.
Kasih harus berbuah dalam sikap mengampuni kesalahan sesama atau orang yang bersalah kepada kita, inilah yang digambarkan oleh Yesus dalam perumpamaan hari ini. Perumpamaan hari ini menggambarkan kasih Allah kepada manusia. Raja yang baik dalam perumpamaan ini adalah menggambarkan Allah sendiri yang sudah terlebih dahulu mengasihi kita dan kasih-Nya terungkap dalam pengampunannya yang sangat besar. Sebesar apapun kesalahan kita, Allah mau mengampuni kita. Namun pengampunan dari Allah juga hendaknya menuntut suatu pertobatan pada kita. Allah mengampuni kita bukan hanya supaya kita terbebas dari kesalahan dan dosa, tetapi kita juga bertumbuh menjadi seperti Dia yang mengasihi sesama. Kita yang sudah terlebih dahulu mendapatkan kasih pengampunan dari Allah, hendaknya juga berani melakukan hal yang sama kepada sesama kita. Sebab kalau bukan karena kasih Allah yang sungguh besar, kita tidak layak mengharapkan pengampunan dari Allah mengingat besarnya kesalahan dan dosa yang sudah kita lakukan.
Namun yang sering terjadi pada kita adalah seperti hamba yang sudah mendapatkan kasih pengampunan dari Raja itu tetapi dia tidak melakukan hal yang sama dengan sesamanya yang berutang hari sedikit kepadanya. Hamba itu sudah dibebaskan dari hutang yang sangat banyak, yang sampai kapanpun tidak akan bisa dilunasinya, tetapi dia tidak membebaskan temannya yang berhutang sedikit kepadanya, malah bahkan memenjarakan temannya itu. Dia kasih pengampunan yang telah dia terima tidak membuat dia bertobat menyadari kasih Allah dan melakukan hal yang sama. Pertobatan tidak terjadi dalam diri hamba itu dan itu pulalah yang menjadikan Raja itu menarik kembali kasih pengampunan yang dia telah terima.
Kiranya Injil hari ini mengingatkan kita untuk bertobat. Pertobatan yang diharapkan hari ini adalah menyadari bahwa kita sendiri sudah terlebih dahulu mendapatkan kasih pengampunan dari Allah. Kasih pengampunan itu juga harus membuahkan pertobatan diri dalam diri kita yakni melakukan kasih yang tidak berkesudahan kepada sesuama yakni keberanian mengampuni sesama. Pengampunan itu tidak hanya 3kali atau 7 kali tetapi secara terus menerus. Memang ajaran Yesus ini tidak masuk akal bagi pikiran manusia, sulit untuk kita terapkan. Namun itu bukan alasan bagi kita untuk tidak melakukannya. Kalau kita berpikir bahwa ini tidak masuk akal bagi kita untuk kita lakukan, itu berarti kita juga jangan pernah berharap akan mendapatkan kasih pengampunan dari Allah atas dosa-dosa kita. Sebab jelas bahwa tidak ada orang yang lepas dari kesalahan dan dosa, dan bisa dikatakan bahwa kita hampir setiap saat melakukan kesalahan dan dosa. Bila kita hitung-hitung jumlahnya tentu siapapun tidak akan mampu melunasinya. Namun kasih Allah yang mahabesar rela mengampuni kita. Tetapi kasih pengampunan dari Allah harus membuahkan pertobatan dari pihak kita, melakukan hal yang sama.
Hal ini juga kita dengarkan dalam bacaan 1 tadi. Sirak dengan jelas menggambarkan bahwa pengampunan kita kepada sesama menjadi syarat mutlak untuk mendapatkan pengampunan dari Allah. Untuk itu dia mengatakan “Dendam kesumat dan amarahpun sangat mengerikan juga, dan orang berdosalah yang dikuasainya. Barangsiapa membalas dendam akan dibalas oleh Tuhan. Tuhan dengan saksama mengindahkan segala dosanya.” Kata-katanya ini sarat makna bahwa dendam kesumat dan amarah bukan hanya mengerikan, tetapi justru itu tanda bahwa sebenarnya kita masih dikuasai oleh dosa-dosa. Sebab jelas bahwa bila kita mendendam dan marah kepada sesama, secara otomatis kita akan melakukan kesalahan dan dosa lagi misalnya kita pasti akan selalu membenci orang yang telah menyakiti kita, dan tanpa sadar kita selalu dikuasai oleh sikap hati yang selalu mencari-cari kesalahan sesama itu dan umumnya kita akan kembali menyebarkannya kepada orang lain, dan mungkin akan membalasnya. Jadi intinya dendam dan amarah, justru akan menghanyutkan kita pada dosa yang lebih besar lagi, dan ini yang menghilangkan kasih pengampunan Allah atas diri kita. Maka benarlah apa yang dikatakan oleh Yesus, bahwa pengampunan kepada sesama bukan hanya melepaskan kita dari dosa-dosa yang dihasilkan oleh kesalahan sesama kepada kita, tetapi juga menjadi syarat kita mendapatkan pengampunan kepada sesama.
Oleh karena itu para saudaraku, mari kita bertobat yakni menyadari kasih pengampunan dari Allah dan kasih pengampunan itu juga harus kita nyatakan dengan berbuat yang sama kepada sesama kita. Amin.