(Thn A, 20 Februari 2011)
Im 19:1-2,17-18, Mzm 103:1-2,3-4,8,10,12-13, 1Kor 3:16-23, Mat 5:38-48
"Kekudusan kita sebagai orang kristen harus dan hanya otentik, apabila segenap sikap dan penghayatan hidup kita terungkap dalam sikap dan pelaksanaan kasih.
Kamu telah mendengar firman: Mata ganti mata dan gigi ganti gigi. Tetapi Aku berkata kepadamu: Janganlah kamu melawan orang yang berbuat jahat kepadamu, melainkan siapapun yang menampar pipi kananmu, berilah juga kepadanya pipi kirimu.
Dan kepada orang yang hendak mengadukan engkau karena mengingini bajumu, serahkanlah juga jubahmu. Dan siapapun yang memaksa engkau berjalan sejauh satu mil, berjalanlah bersama dia sejauh dua mil. Berilah kepada orang yang meminta kepadamu dan janganlah menolak orang yang mau meminjam dari padamu. Kamu telah mendengar firman: Kasihilah sesamamu manusia dan bencilah musuhmu. Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu. Karena dengan demikianlah kamu menjadi anak-anak Bapamu yang di sorga, yang menerbitkan matahari bagi orang yang jahat dan orang yang baik dan menurunkan hujan bagi orang yang benar dan orang yang tidak benar.
Apabila kamu mengasihi orang yang mengasihi kamu, apakah upahmu? Bukankah pemungut cukai juga berbuat demikian? Dan apabila kamu hanya memberi salam kepada saudara-saudaramu saja, apakah lebihnya dari pada perbuatan orang lain? Bukankah orang yang tidak mengenal Allahpun berbuat demikian? Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna."
Demikianlah Injil Tuhan bagi kita hari ini.
RENUNGAN:
Menjadi orang Kristen itu bukanlah hal yang mudah, dari dahulu hingga sekarang selalu mendapat tantangan bahkan penolakan dari luar dirinya. Belum lagi karena ajaran-ajaran Yesus seringkali tidak masuk akal normal kita, karena sungguh bertolak belakang dengan pikiran dan prinsip hidup yang dianut oleh manusia saat ini.
Prinsip hidup yang berlaku umum adalah mengasihi orang yang mengasihi kita atau yang menguntungkan bagi kita. Sehingga sebaliknya orang akan membenci orang yang tidak mengasihinya dan orang yang menyakitinya atau orang yang tidak menguntungkannya. Prinsip umum yang juga berlaku adalah hukum balas dendam, yakni membalas perbuatan yang tidak baik dengan perbuatan yang tidak baik pula, bahkan membalasnya lebih keras lagi dengan pikiran supaya orang itu jera. Korupsi yang meluas dan kekerasan yang sering terjadi menjadi salah satu bukti bahwa ajaran cinta kasih yang diajarkan Yesus bagi kita hari ini adalah ajaran yang langka, bertolak belakang dengan kenyataan hidup manusia. Bahkan seringkali orang mungkin berpikir bahwa orang Kristen itu sungguh bodoh, karena sudah sering ditekan, dikerasin tetapi tidak mau membalas dan karena itulah pihak lain semakin menjadi-jadi, coba kalau dibalas, mereka pasti tidak berani lagi. Itu pikiran orang akan hal itu. Tetapi apakah benar akan demikian bila perbuatan kejahatan kita balas dengan perbuatan kejahatan yang sama, maka semuanya akan selesai dan menjadi aman? Tentu belum tentu demikian.
Sebagaimana dalam Injil hari ini, Yesus mengajarkan agar kita tidak membalas kejahatan dengan kejahatan tetapi dengan kebaikan. Yesus meminta kita agar mengasihi orang yang membenci kita dan memohonkan berkat bagi mereka. Ini tentu ajaran yang aneh bagi manusia. Mungkin kalau dijahatin orang lain, kita bisa hanya diam dan tidak membalas dengan perbuatan jahat juga, tetapi dalam hati pasti kita membenci dan mungkin mengutuki mereka. Ini hal manusiawi yang pasti kita lakukan. Kalau Yesus meminta kita untuk tidak balas dendam, mungkin kita masih sanggup melakukannya, karena juga pertimbangan kita tidak berani atau tidak punya kemampuan untuk membalas dendam, juga karena pertimbangan bahwa balas dendam tidak ada habisnya, tetapi Yesus meminta kita berdoa bagi mereka, hal ini pasti luar biasa sulit untuk kita lakukan. Siapa diantara kita yang tidak sakit hati bila sudah berbuat baik tetapi dijahati orang lain? Siapa diantara kita yang tidak sakit hati dan mengutuki orang-orang yang melakukan pembunuhan terhadap 3 orang di Cikeusik? Siapa yang tidak sakit hati dan mengutuk pembuat kerusuhan yang sampai membakar Gereja? Siapa yang tidak sakit hati ketika melihat para koruptor bebas dari jerat hukum? Siapa yang tidak sakit hati bila dikhianati suami/istri, atau kekasih atau orang-orang yang dikasihi selama ini? Masih banyak hal yang tidak baik, baik itu yang langsung berhubungan dengan kita maupun tidak, pasti membuat kita sakit hati dan pasti sulit untuk berdoa bagi merekam malah mungkin mengutuki mereka. Dengan demikian kita mungkin berpikir, apakah ajaran cinta kasih yang diajarkan Yesus hari ini mungkin kita wujudkan?
Secara manusiawi dan bila hanya mengandalkan kekuatan manusiawi kita, memang itu adalah hal yang tidak mungkin. Namun sikap tidak membalas dendam, mengasihi orang yang membenci atau yang telah berbuat jahat kepada kita dan memohon doa bagi mereka, merupakan keharusan bagi para pengikut Yesus Kristus. Memang melakukan apa yang diajarkan Yesus hari ini bukan hal yang mudah dan sangat bertolak bekalang dengan prinsip hidup yang banyak dianut oleh manusia sekarang ini, bahkan mungkin suatu gaya hidup yang tidak laku. Tetapi Yesus dengan tegas mengatakan bahwa justru dengan hidup demikian, nyatalah kita sungguh-sungguh anak Allah Bapa yang mengasihi manusia, yang menerbitkan matahari bagi orang yang jahat dan orang yang baik dan menurunkan hujan bagi orang yang benar dan orang yang tidak benar. Lebih lanjut Yesus mengatakan bahwa kalau tidak hidup seperti yang diminta-Nya, tidak ada bedanya kita dengan orang-orang yang tidak mengenal Allah. Sehingga hidup tidak membalas dendam, mengasihi dan memohon doa bagi orang yang tidak berbuat baik kepada kita, justru itulah yang membedakan kita dengan orang yang tidak mengenal Allah, justru itulah tandanya bahwa kita adalah anak-anak Allah.
Pada akhir ajaran tentang kasih, Yesus menutup dengan suatu ajakan agar kita sempurna, sama seperti Bapa yang di sorga adalah sempurna. Seruan ini sama halnya sebagaimana kita dengarkan dalam bacaan I; “Kuduslah kamu, sebab Aku, TUHAN, Allahmu, kudus.” Inti sari panggilan hidup kristiani adalah kekudusan hidup seperti Allah yang adalah kudus. Kekudusan Allah terpancar dalam kasih-Nya kepada manusia. Kasih Allah kepada manusia memang sungguh luar biasa, lain daripada kasih yang ditawarkan oleh dunia. Sehingga dengan demikian hidup dalam perbuatan kasih sebagaimana yang diajarkan oleh Yesus adalah hidup mengambil bagian dalam kekudusan Allah. Sehingga bila kita mendengar bahwa Yesus meminta kita sempurna atau kudus seperti Allah, tidak hanya berpikir bahwa kita harus masuk biara, atau pergi meninggalkan hidup dunia ini, tetapi dengan hidup dalam kasih kepada sesama bahkan kasih kepada orang-orang yang membenci, yang tidak menyukai atau membenci kita, itulah jalan kita mengupayakan kekudusan hidup, mengambil bagian dalam kekudusan Allah Bapa kita.
Panggilan kepada kekudusan hidup yang terpancar dalam perbuatan kasih, pada saat ini sangatlah relevan. Orang banyak beriman kepada Allah tetapi tidak hidup mengambil bagian dengan kekudusan Allah dengan berusaha hidup dalam kasih, sehingga hidup melakukan perbuatan yang merugikan orang lain. Terlebih-lebih ajaran Yesus ini menjadi sangat relevan karena kita tahu akhir-akhir ini apa yang terjadi, yakni kekerasan, kebencian dan pembunuhan dengan alasan agama. Tindakan seperti itu seakan mau menunjukkan bahwa mereka sungguh beriman kepada Tuhan, memperlihatkan kebenaran imannya, bahkan seakan mau membela Tuhan. Padahal Tuhan tidak perlu dibela-bela, karena tanpa manusia Tuhan tetap Allah yang kudus dan agung. Yesus sendiri mengatakan hidup dalam kekudusan dengan berbuat cinta kasih kepada sesame, itulah tandanya kita anak-anak Allah. Kesungguhan kekudusan kita sebagai orang kristen harus dan hanya otentik, apabila segenap sikap dan penghayatan hidup kita terungkap dalam sikap dan pelaksanaan kasih. Semoga kita menjadi sempurna dalam mengasihi sesame, sama seperti Allah Bapa yang sempurna mengasihi kita. Amin.