Renungan Harian : Sabtu 19 Februari 2011
Kej 11:1-7, Mzm 145:2-3,4-5,10-11, Mrk 9:2-13
(Konradus dr Piacenza )
Kej 11:1-7, Mzm 145:2-3,4-5,10-11, Mrk 9:2-13
(Konradus dr Piacenza )
"Inilah Anak yang Kukasihi, dengarkanlah Dia."
BACAAN INJIL:
Enam hari kemudian Yesus membawa Petrus, Yakobus dan Yohanes dan bersama-sama dengan mereka Ia naik ke sebuah gunung yang tinggi. Di situ mereka sendirian saja. Lalu Yesus berubah rupa di depan mata mereka, dan pakaian-Nya sangat putih berkilat-kilat. Tidak ada seorangpun di dunia ini yang dapat mengelantang pakaian seperti itu. Maka nampaklah kepada mereka Elia bersama dengan Musa, keduanya sedang berbicara dengan Yesus. Kata Petrus kepada Yesus: "Rabi, betapa bahagianya kami berada di tempat ini. Baiklah kami dirikan tiga kemah, satu untuk Engkau, satu untuk Musa dan satu untuk Elia." Ia berkata demikian, sebab tidak tahu apa yang harus dikatakannya, karena mereka sangat ketakutan. Maka datanglah awan menaungi mereka dan dari dalam awan itu terdengar suara: "Inilah Anak yang Kukasihi, dengarkanlah Dia." Dan sekonyong-konyong waktu mereka memandang sekeliling mereka, mereka tidak melihat seorangpun lagi bersama mereka, kecuali Yesus seorang diri. Pada waktu mereka turun dari gunung itu, Yesus berpesan kepada mereka, supaya mereka jangan menceriterakan kepada seorangpun apa yang telah mereka lihat itu, sebelum Anak Manusia bangkit dari antara orang mati. Mereka memegang pesan tadi sambil mempersoalkan di antara mereka apa yang dimaksud dengan "bangkit dari antara orang mati." Lalu mereka bertanya kepada-Nya: "Mengapa ahli-ahli Taurat berkata, bahwa Elia harus datang dahulu?" Jawab Yesus: "Memang Elia akan datang dahulu dan memulihkan segala sesuatu. Hanya, bagaimanakah dengan yang ada tertulis mengenai Anak Manusia, bahwa Ia akan banyak menderita dan akan dihinakan? Tetapi Aku berkata kepadamu: Memang Elia sudah datang dan orang memperlakukan dia menurut kehendak mereka, sesuai dengan yang ada tertulis tentang dia."
Demikianlah Injil Tuhan bagi kita hari ini.
RENUNGAN:
Zaman sekarang sering dikatakan zaman instan, orang ingin mendapatkan apa yang diinginkannya dengan secara cepat dan kalau boleh tanpa berjuang atau pengorbanan. Budaya instan ini sungguh merasuki hidup manusia zaman sekarang dan itu dijadikan peluang oleh para pebisnis atau pemodal untuk memperbesar kekayaannya. Karena itu kita tidak jarang mendengar tawaran-tawaran yang mengatakan rahasia ingin cepat kaya, ada yang menawarkan jalan ingin cepat sukses dan ada pula yang menawarkan jalan cepat menuju hidup bahagia. Nilai perjuangan dan pengorbanan semakin pudar. Orang seakan berpikir, kalau bisa cepat mengapa harus diperlambat atau dilambat-lambatkan.
Budaya instan juga sudah merasuki hidup manusia dalam hubungannya dengan kerinduan akan kebahagiaan kekal atau surga. Sadar atau tidak sadar, semua orang pasti menginginkan kelak bahagia dalam surga. Kerinduan itu pasti sangat besar tetapi saat ini tidak lagi diberengi dengan upaya dan perjuangan untuk sampai ke sana. Banyak orang yang menginginkannya tetapi tidak mau repot-repot berjuang untuk meraihnya. Bahkan mungkin berpikir bahwa mereka bisa masuk surge walau tidak perlu repot-repot, cukup hanya dengan rajin ke Gereja, rajin dalam kegiatan ibadah atau dengan rajin atau banyak memberi sumbangan. Kebahagiaan surge menjadi seakan bisa dibeli dan Tuhan bisa disogok.
Mungkin hal yang demikian dialami oleh para murid sebagaimana kita dengar hari ini. Injil mengatakan bahwa setelah enam hari, Yesus membawa mereka bertiga ke atas gunung. Di atas gunung itu para murid melihat wajah Yesus bersinar putih demikian juga pakaian-Nya dan saat itu juga hadir Elia dan Musa. Rasa lelah yang dialami oleh para murid karena menemani Yesus berkeliling tentu seketika menjadi hilang. Penampakan yang demikian itu mereka mengerti sebagai gambaran bahwa Yesus adalah Tuhan. Mereka bergembira karena merasa tidak sia-sia mengikuti Yesus sebab Yesus adalah Tuhan dan kelak merekapun akan bertemu dengan para nabi besar, yang artinya mereka akan masuk surga. Kebahagiaan itu sungguh terungkap dari kata-kata Petrus bahkan merasa ingin segera dan saat itu juga masuk dalam kebahagiaan itu dan ingin tetap tinggal di sana. Pada saat berpikir demikian, datanglah awan menaungi mereka dan dari dalam awan itu terdengar suara: "Inilah Anak yang Kukasihi, dengarkanlah Dia!” Kata-kata ini semakin menegaskan kepada para murid bahwa Yesus adalah Tuhan. Namun jelas juga menyatakan bahwa jalan untuk masuk dalam kebahagiaan bersama para nabi atau para kudus adalah dengan jalan mengikuti Yesus Kristus. Tidak ada jalan lain dan jalan singkat untuk masuk dalam kebahagiaan surge selain hanya mendengarkan Yesus Kristus.
Mendengarkan Yesus Kristus berarti percaya kepada-Nya dan mengikuti sabda dan teladan hidup-Nya. Yesus Kristus mewartakan cinta kasih, mewartakan keselamtan kekal dan bahkan karena tugas perutusan itu, Yesus mengalami kematian tetapi dibangkitkan pada hari ketiga dari antara orang-orang mati. Kita yang mendengarkan Yesus Kristus, yang merindukan kebahagiaan surga juga tentu menjadikan sabda-Nya sebagai pegangan hidup kita, ikut mewartakan cinta kasih, mewartakan keselamatan surge kepada semua orang. Hidup yang sungguh-sungguh mendengarkan Yesus selama kita hidup, kelak setelah mengalami kematian, juga akan bangkit bersama Yesus Kristus untuk masuk dalam kebahagiaan abadi di surga. Semoga hari demi hari, kita semakin setia mendengarkan Yesus Kristus. Amin.
Enam hari kemudian Yesus membawa Petrus, Yakobus dan Yohanes dan bersama-sama dengan mereka Ia naik ke sebuah gunung yang tinggi. Di situ mereka sendirian saja. Lalu Yesus berubah rupa di depan mata mereka, dan pakaian-Nya sangat putih berkilat-kilat. Tidak ada seorangpun di dunia ini yang dapat mengelantang pakaian seperti itu. Maka nampaklah kepada mereka Elia bersama dengan Musa, keduanya sedang berbicara dengan Yesus. Kata Petrus kepada Yesus: "Rabi, betapa bahagianya kami berada di tempat ini. Baiklah kami dirikan tiga kemah, satu untuk Engkau, satu untuk Musa dan satu untuk Elia." Ia berkata demikian, sebab tidak tahu apa yang harus dikatakannya, karena mereka sangat ketakutan. Maka datanglah awan menaungi mereka dan dari dalam awan itu terdengar suara: "Inilah Anak yang Kukasihi, dengarkanlah Dia." Dan sekonyong-konyong waktu mereka memandang sekeliling mereka, mereka tidak melihat seorangpun lagi bersama mereka, kecuali Yesus seorang diri. Pada waktu mereka turun dari gunung itu, Yesus berpesan kepada mereka, supaya mereka jangan menceriterakan kepada seorangpun apa yang telah mereka lihat itu, sebelum Anak Manusia bangkit dari antara orang mati. Mereka memegang pesan tadi sambil mempersoalkan di antara mereka apa yang dimaksud dengan "bangkit dari antara orang mati." Lalu mereka bertanya kepada-Nya: "Mengapa ahli-ahli Taurat berkata, bahwa Elia harus datang dahulu?" Jawab Yesus: "Memang Elia akan datang dahulu dan memulihkan segala sesuatu. Hanya, bagaimanakah dengan yang ada tertulis mengenai Anak Manusia, bahwa Ia akan banyak menderita dan akan dihinakan? Tetapi Aku berkata kepadamu: Memang Elia sudah datang dan orang memperlakukan dia menurut kehendak mereka, sesuai dengan yang ada tertulis tentang dia."
Demikianlah Injil Tuhan bagi kita hari ini.
RENUNGAN:
Zaman sekarang sering dikatakan zaman instan, orang ingin mendapatkan apa yang diinginkannya dengan secara cepat dan kalau boleh tanpa berjuang atau pengorbanan. Budaya instan ini sungguh merasuki hidup manusia zaman sekarang dan itu dijadikan peluang oleh para pebisnis atau pemodal untuk memperbesar kekayaannya. Karena itu kita tidak jarang mendengar tawaran-tawaran yang mengatakan rahasia ingin cepat kaya, ada yang menawarkan jalan ingin cepat sukses dan ada pula yang menawarkan jalan cepat menuju hidup bahagia. Nilai perjuangan dan pengorbanan semakin pudar. Orang seakan berpikir, kalau bisa cepat mengapa harus diperlambat atau dilambat-lambatkan.
Budaya instan juga sudah merasuki hidup manusia dalam hubungannya dengan kerinduan akan kebahagiaan kekal atau surga. Sadar atau tidak sadar, semua orang pasti menginginkan kelak bahagia dalam surga. Kerinduan itu pasti sangat besar tetapi saat ini tidak lagi diberengi dengan upaya dan perjuangan untuk sampai ke sana. Banyak orang yang menginginkannya tetapi tidak mau repot-repot berjuang untuk meraihnya. Bahkan mungkin berpikir bahwa mereka bisa masuk surge walau tidak perlu repot-repot, cukup hanya dengan rajin ke Gereja, rajin dalam kegiatan ibadah atau dengan rajin atau banyak memberi sumbangan. Kebahagiaan surge menjadi seakan bisa dibeli dan Tuhan bisa disogok.
Mungkin hal yang demikian dialami oleh para murid sebagaimana kita dengar hari ini. Injil mengatakan bahwa setelah enam hari, Yesus membawa mereka bertiga ke atas gunung. Di atas gunung itu para murid melihat wajah Yesus bersinar putih demikian juga pakaian-Nya dan saat itu juga hadir Elia dan Musa. Rasa lelah yang dialami oleh para murid karena menemani Yesus berkeliling tentu seketika menjadi hilang. Penampakan yang demikian itu mereka mengerti sebagai gambaran bahwa Yesus adalah Tuhan. Mereka bergembira karena merasa tidak sia-sia mengikuti Yesus sebab Yesus adalah Tuhan dan kelak merekapun akan bertemu dengan para nabi besar, yang artinya mereka akan masuk surga. Kebahagiaan itu sungguh terungkap dari kata-kata Petrus bahkan merasa ingin segera dan saat itu juga masuk dalam kebahagiaan itu dan ingin tetap tinggal di sana. Pada saat berpikir demikian, datanglah awan menaungi mereka dan dari dalam awan itu terdengar suara: "Inilah Anak yang Kukasihi, dengarkanlah Dia!” Kata-kata ini semakin menegaskan kepada para murid bahwa Yesus adalah Tuhan. Namun jelas juga menyatakan bahwa jalan untuk masuk dalam kebahagiaan bersama para nabi atau para kudus adalah dengan jalan mengikuti Yesus Kristus. Tidak ada jalan lain dan jalan singkat untuk masuk dalam kebahagiaan surge selain hanya mendengarkan Yesus Kristus.
Mendengarkan Yesus Kristus berarti percaya kepada-Nya dan mengikuti sabda dan teladan hidup-Nya. Yesus Kristus mewartakan cinta kasih, mewartakan keselamtan kekal dan bahkan karena tugas perutusan itu, Yesus mengalami kematian tetapi dibangkitkan pada hari ketiga dari antara orang-orang mati. Kita yang mendengarkan Yesus Kristus, yang merindukan kebahagiaan surga juga tentu menjadikan sabda-Nya sebagai pegangan hidup kita, ikut mewartakan cinta kasih, mewartakan keselamatan surge kepada semua orang. Hidup yang sungguh-sungguh mendengarkan Yesus selama kita hidup, kelak setelah mengalami kematian, juga akan bangkit bersama Yesus Kristus untuk masuk dalam kebahagiaan abadi di surga. Semoga hari demi hari, kita semakin setia mendengarkan Yesus Kristus. Amin.
0 comments:
Post a Comment
Syalom. Terimakasih atas kunjungan dan komentarnya.Semoga Tuhan memberkati para Saudara.