Renungan Harian : Rabu 16 Februari 2011
(Simon dr Cascia)
Kej 8:6-13, 20-22-, Mzm 116: 12-13,14-15,18-19, Mrk 8:22-26
(Simon dr Cascia)
Kej 8:6-13, 20-22-, Mzm 116: 12-13,14-15,18-19, Mrk 8:22-26
"Sudahkah kaulihat sesuatu?"
BACAAN INJIL:
Kemudian tibalah Yesus dan murid-murid-Nya di Betsaida. Di situ orang membawa kepada Yesus seorang buta dan mereka memohon kepada-Nya, supaya Ia menjamah dia. Yesus memegang tangan orang buta itu dan membawa dia ke luar kampung. Lalu Ia meludahi mata orang itu dan meletakkan tangan-Nya atasnya, dan bertanya: "Sudahkah kaulihat sesuatu?" Orang itu memandang ke depan, lalu berkata: "Aku melihat orang, sebab melihat mereka berjalan-jalan, tetapi tampaknya seperti pohon-pohon." Yesus meletakkan lagi tangan-Nya pada mata orang itu, maka orangitu sungguh-sungguh melihat dan telah sembuh, sehingga ia dapat melihat segala sesuatu dengan jelas. Sesudah itu Yesus menyuruh dia pulang ke rumahnya dan berkata: "Jangan masuk ke kampung!"
Demikianlah Injil Tuhan bagi kita hari ini.
RENUNGAN:
Banyak cara yang dilakukan oleh Yesus dalam menyembuhkan orang sakit. Kali ini Yesus tidak langsung menyembuhkan orang itu, tetapi Yesus melakukan beberapa tahap atau proses, yakni memegang tangan orang buta itu, membawanya keluar kampung, meludahi mata orang buta itu, bertanya, kembali meletakkan tangan pada mata orang buta itu dan bertanya kembali. Baru setelah itu orang buat itu sembuh dan dapat melihat. Adanya proses atau tahap-tahap ini tentu bukan karena Yesus tidak mampu langsung menyembuhkan orang buat itu. Tetapi Yesus melihat bahwa orang buta itu tidak hanya perlu disembuhkan atas kebutaan matanya, tetapi terlebih dahulu yang dibutuhkannya adalah kesembuhan batinnya.
Penyakit buta yang diderita orang itu telah membuat dia sangat tertekan, menderita dan tidak lagi mampu merasakan kehadiran orang lain di sekitarnya dan juga kehadiran Tuhan dalam hidupnya. Kebutaan itu telah membuat penderitaan batin yang mendalam. Memang biasanya orang sakit akan merasakan penderitaan batin yang mendalam, merasa diasingkan oleh orang-orang sehat, merasa tidak lagi diperhatikan dan dibutuhkan orang, merasa tidak mampu lagi berkembang, merasakan kehadiran orang disekitarnya, tidak lagi merasakan kehadiran Tuhan dalam diri-Nya.
Penderitaan batin yang mendalam yang diakibatkan sakit tidak akan dengan mudah untuk diyakinkan atau disembuhkan, membutuhkan proses dan tahap-tahap. Itulah kiranya yang ditemukan oleh Yesus dalam diri orang buta itu. Secara garis besar dapat kita katakanan tahap-tahap itu menggambarkan Yesus menyentuh orang itu dan membawanya keluar dari kampong atau dari pikiran atau ketertekanan batin itu, lalu menyadarkan kembali orang itu dengan meludahi mata orang buta itu dan menyapanya, bahwa Dia bersama orang buta itu. Namun itu belum membuat orang buta itu sungguh melihat kehadiran Tuhan di depannya, dia hanya melihat orang-orang berjalan tidak jelas. Oleh karena itu Yesus meletakkan tangan atas orang buta itu dan menyapanya kembali, barulah setelah itu orang buta itu melihat dengan jelas bahwa Yesus ada dihadapannya. Pada akhirnya Yesus menyuruh orang itu pulang ke rumahnya, bukan ke kampung.
Perikop ini sangat bagus sebagai pegangan bagi para Saudara yang mendapingi dan memohon kesembuhan sakit kepada orang-orang sakit. Mungkin banyak orang dalam mendampingi dan dalam mendoakan orang sakit, lebih terpusat pada penyakit fisik orang itu dan seakan langsung memohonkan kesembuhan fisik orang itu. Belajar dari perikop ini, kepada kita diajarkan bahwa dalam pendampingan orang sakit, ada beberapa tahap yang perlu dilaksanakan yakni terlebih dahulu penyembuhan sakit batin yang diderita orang sakit itu. Untuk itu kita membawa orang sakit itu agar merasakan pegangan atau sentuhan Yesus, agar Yesus membawa dia keluar dari “kampung pikirannya” karena penderitaan, kita membawa dia agar Yesus menyapanya. Itu juga belumlah cukup, masih kita usahakan agar Tuhan menjamah atau memberkati orang itu dan agar Yesus menyapa orang itu sehingga dia mampu melihat kehadiran Yesus di depan-Nya.
Belajar dari proses yang dibuat oleh Yesus, dijelaskan bagi kita juga bahwa dalam pendampingan dan mendoakan orang sakit, tidak selamanya sekali jadi pada saat kita doakan, orang sakit itu langsung sembuh, tetapi dibutuhkan kesabaran kita untuk mendampingi dan mendoakannya beberapa kali hingga pada akhirnya orang sakit itu sungguh sembuh dan mampu melihat kehadiran Yesus di depan matanya sendiri. Dengan demikian orang sakit itu tidak akan kembali ke dunianya ketika dia buta.
Orang buta dan proses penyembuhan dari kebutaannya dapat juga menjadi gambaran diri kita yang buta, tidak mampu menangkap kehadiran Yesus di depan kita. Orang lain mungkin sudah membantu dengan membawa kita kepada Yesus agar Yesus memegang tangan kita, membawa kita keluar dari kampung atau dunia kebutaan kita itu, tetapi kita belum jelas melihat kehadiran Yesus di depan kita sendiri. Kita jangan langsung putus asa, tetapi kita hendaknya membiarkan diri agar Yesus meletakkan tangan-Nya atas kebuataan kita, agar kita sungguh disembukan. Setelah kita sembuh, hendaknya kita tidak kembali ke kampung atau dunia kita hidup dalam kebutaan, tetapi kembali ke rumah kita. Rumah kita adalah hidup bersama dengan Yesus dan orang-orang yang percaya kepada-Nya. Kita tidak kembali ke kampung, agar kita tidak lagi kembali menjadi buta. Semoga kita semua mau disembuhkan oleh Yesus dari kebutaan kita. Amin.
BACAAN INJIL:
Kemudian tibalah Yesus dan murid-murid-Nya di Betsaida. Di situ orang membawa kepada Yesus seorang buta dan mereka memohon kepada-Nya, supaya Ia menjamah dia. Yesus memegang tangan orang buta itu dan membawa dia ke luar kampung. Lalu Ia meludahi mata orang itu dan meletakkan tangan-Nya atasnya, dan bertanya: "Sudahkah kaulihat sesuatu?" Orang itu memandang ke depan, lalu berkata: "Aku melihat orang, sebab melihat mereka berjalan-jalan, tetapi tampaknya seperti pohon-pohon." Yesus meletakkan lagi tangan-Nya pada mata orang itu, maka orangitu sungguh-sungguh melihat dan telah sembuh, sehingga ia dapat melihat segala sesuatu dengan jelas. Sesudah itu Yesus menyuruh dia pulang ke rumahnya dan berkata: "Jangan masuk ke kampung!"
Demikianlah Injil Tuhan bagi kita hari ini.
RENUNGAN:
Banyak cara yang dilakukan oleh Yesus dalam menyembuhkan orang sakit. Kali ini Yesus tidak langsung menyembuhkan orang itu, tetapi Yesus melakukan beberapa tahap atau proses, yakni memegang tangan orang buta itu, membawanya keluar kampung, meludahi mata orang buta itu, bertanya, kembali meletakkan tangan pada mata orang buta itu dan bertanya kembali. Baru setelah itu orang buat itu sembuh dan dapat melihat. Adanya proses atau tahap-tahap ini tentu bukan karena Yesus tidak mampu langsung menyembuhkan orang buat itu. Tetapi Yesus melihat bahwa orang buta itu tidak hanya perlu disembuhkan atas kebutaan matanya, tetapi terlebih dahulu yang dibutuhkannya adalah kesembuhan batinnya.
Penyakit buta yang diderita orang itu telah membuat dia sangat tertekan, menderita dan tidak lagi mampu merasakan kehadiran orang lain di sekitarnya dan juga kehadiran Tuhan dalam hidupnya. Kebutaan itu telah membuat penderitaan batin yang mendalam. Memang biasanya orang sakit akan merasakan penderitaan batin yang mendalam, merasa diasingkan oleh orang-orang sehat, merasa tidak lagi diperhatikan dan dibutuhkan orang, merasa tidak mampu lagi berkembang, merasakan kehadiran orang disekitarnya, tidak lagi merasakan kehadiran Tuhan dalam diri-Nya.
Penderitaan batin yang mendalam yang diakibatkan sakit tidak akan dengan mudah untuk diyakinkan atau disembuhkan, membutuhkan proses dan tahap-tahap. Itulah kiranya yang ditemukan oleh Yesus dalam diri orang buta itu. Secara garis besar dapat kita katakanan tahap-tahap itu menggambarkan Yesus menyentuh orang itu dan membawanya keluar dari kampong atau dari pikiran atau ketertekanan batin itu, lalu menyadarkan kembali orang itu dengan meludahi mata orang buta itu dan menyapanya, bahwa Dia bersama orang buta itu. Namun itu belum membuat orang buta itu sungguh melihat kehadiran Tuhan di depannya, dia hanya melihat orang-orang berjalan tidak jelas. Oleh karena itu Yesus meletakkan tangan atas orang buta itu dan menyapanya kembali, barulah setelah itu orang buta itu melihat dengan jelas bahwa Yesus ada dihadapannya. Pada akhirnya Yesus menyuruh orang itu pulang ke rumahnya, bukan ke kampung.
Perikop ini sangat bagus sebagai pegangan bagi para Saudara yang mendapingi dan memohon kesembuhan sakit kepada orang-orang sakit. Mungkin banyak orang dalam mendampingi dan dalam mendoakan orang sakit, lebih terpusat pada penyakit fisik orang itu dan seakan langsung memohonkan kesembuhan fisik orang itu. Belajar dari perikop ini, kepada kita diajarkan bahwa dalam pendampingan orang sakit, ada beberapa tahap yang perlu dilaksanakan yakni terlebih dahulu penyembuhan sakit batin yang diderita orang sakit itu. Untuk itu kita membawa orang sakit itu agar merasakan pegangan atau sentuhan Yesus, agar Yesus membawa dia keluar dari “kampung pikirannya” karena penderitaan, kita membawa dia agar Yesus menyapanya. Itu juga belumlah cukup, masih kita usahakan agar Tuhan menjamah atau memberkati orang itu dan agar Yesus menyapa orang itu sehingga dia mampu melihat kehadiran Yesus di depan-Nya.
Belajar dari proses yang dibuat oleh Yesus, dijelaskan bagi kita juga bahwa dalam pendampingan dan mendoakan orang sakit, tidak selamanya sekali jadi pada saat kita doakan, orang sakit itu langsung sembuh, tetapi dibutuhkan kesabaran kita untuk mendampingi dan mendoakannya beberapa kali hingga pada akhirnya orang sakit itu sungguh sembuh dan mampu melihat kehadiran Yesus di depan matanya sendiri. Dengan demikian orang sakit itu tidak akan kembali ke dunianya ketika dia buta.
Orang buta dan proses penyembuhan dari kebutaannya dapat juga menjadi gambaran diri kita yang buta, tidak mampu menangkap kehadiran Yesus di depan kita. Orang lain mungkin sudah membantu dengan membawa kita kepada Yesus agar Yesus memegang tangan kita, membawa kita keluar dari kampung atau dunia kebutaan kita itu, tetapi kita belum jelas melihat kehadiran Yesus di depan kita sendiri. Kita jangan langsung putus asa, tetapi kita hendaknya membiarkan diri agar Yesus meletakkan tangan-Nya atas kebuataan kita, agar kita sungguh disembukan. Setelah kita sembuh, hendaknya kita tidak kembali ke kampung atau dunia kita hidup dalam kebutaan, tetapi kembali ke rumah kita. Rumah kita adalah hidup bersama dengan Yesus dan orang-orang yang percaya kepada-Nya. Kita tidak kembali ke kampung, agar kita tidak lagi kembali menjadi buta. Semoga kita semua mau disembuhkan oleh Yesus dari kebutaan kita. Amin.
0 comments:
Post a Comment
Syalom. Terimakasih atas kunjungan dan komentarnya.Semoga Tuhan memberkati para Saudara.