Para saudara,
Mengasihi orang yang mengasihi kita atau yang memberi kita untung, itu tentu sangatlah mudah. Walaupun terkadang mengasihi orang yang mengasihi kita saja seringkali juga sulit. Sebab sering kita dengar bahwa ada orang yang mengasihi orang lain, tetapi orang itu tidak mengasihi orang yang mengasihi mereka.
Oleh sebab itu sabda Yesus yang mengatakan agar kita mengasihi bukan hanya orang yang mengasihi kita, juga musuh-musuh kita dan bahkan berbuat baik kepada orang yang membenci kita, ini tentulah bukanlah perintah yang mudah untuk kita lakukan. Kita pasti ingin dikasihi oleh semua orang, tetapi kita sendiri belum tentu bisa mengasihi semua orang apalagi orang yang membenci kita.
Apalagi ajaran yang berlaku dalam kehidupan nyata adalah mengasihi orang yang mengasihi kita. Tanpa diajarkan pun kita pasti cenderung membenci orang yang membenci dan yang tidak mengasihi kita. Jangankan yang membenci, dalam mengasihi sesama juga seringkali orang memperhitungkan untung ruginya. Kalau dirasa orang itu menguntungkan bagi dirinya, pasti akan dikasihi. Tetapi kalau orang itu dirasa tidak menguntungkan bagi dirinya, orang itu mungkin tidak dibenci tetapi tidak berkawan dengan dia.
Inilah hukum manusia bahkan lebih dari itu, seperti yang dikatakan oleh Yesus pada awal sebelum Yesus mengajarkan hukum kasih bagi semua orang, yakni: "Kamu telah mendengar firman: Mata ganti mata dan gigi ganti gigi!" (Mat 5:38) Pada umumnya kita mengerti teks ini sebagai ajaran balas dendam. Tanpa diajarkan, orang pasti menganut ajaran ini.
Perintah yang disebutkan Yesus “mata ganti mata dan gigi ganti gigi”. dikutip dari Kel 21:24. Bila kita baca dalam Kel 21: 22-25, Hukum Taurat sebenarnya mau mengatakan bahwa bertapa berharganya hidup itu, tidak ada yang bisa menggantikan nyawa seseorang selain nyawa sendiri. Tidak sepenuhnya teks ini mau berbicara tentan balas dendam. Hukum Taurat mau melindungi kehidupan dengan ganti rugi yang setimpal. Sekaligus ditunjukkan betapa nyawa dan kehidupan itu amat dihormati. Jadi hukum Taurat ini sebenarnya mengajarkan bagaimana orang hendaknya menghargai kehidupan orang lain seperti kehidupannya sendiri. Jadi tekanan utama bukan pada pembalasan melainkan pada menghormati kehidupan.
Dengan mengerti latar belakang sabda yang dikutip oleh Yesus,kita bisa mengerti maksud Yesus dalam mengasihi sesama. Mengasihi sesama bukan hanya tidak membalas dendam, mengasihi bukan hanya sekedar tidak berbuat jahat kepada sesama. Yesus menuntut lebih dari itu, yakni mengasihi sesama dengan melakukan perbuatan baik kepada sesama. Sehingga ketika kita dibenci oleh orang lain, kita tidak hanya tidak membalas dendam tetapi melakukan perbuatan baik kepada mereka atau mendoakannya supaya bertobat dan diberkati oleh Tuhan.
Ini tentu bukannya muda dan mungkin kita berpikir, "Apakah itu dapat kita lakukan?" Kita mungkin berpikir bahwa sabda ini hanya Yesus sendiri dapat melakukannya.
Kita juga mampu melakukan sabda ini kalau kita sungguh-sungguh mau mencoba dan mau ingin seperti Allah yang adalah sempurna. Yesus mengajak kita agar kita sempurna seperi Bapa yang di sorga adalah sempurna. Kesempurnaan jangan dipikirkan terlalu muluk2. Bapa yang di sorga adalah sempurna, tetapi mau mengasihi kita manusia yang tidak sempurna. Kasih Allah menyempurnakan ketdak sempurnaan kita. Allah yang sempurna mau mengasihi kita yang tidak sempurna, maka sangatlah wajar bila kita yang tidak sempurna mau juga mengasihi orang yang tidak sempurna. Justru dalam ketidak sempurnaan kita sebagai manusia, kita mau mengasihi sesama juga yang tidak sempurna, itu berarti kita mau menjadi sempurna seperti Bapa Yang adalah sempurna. BIla kita mengasihi sesama tanpa membeda-bedakan juga mengasihi yang membenci kita dan kasih itu diwujudkan dalam perbuatan baik yang nyata, kita sudah berusaha ingin seperti Bapa yang adalah sempurna.
Maka semoga kita berusaha seperti Allah Bapa yang sempurna dengan mengasihi sesama kita seperti Allah mengasihi semua manusia.
Selamat Hari Minggu. Tuhan memberkati.