MINGGU 9 Oktober 2011
Yes 25:6-10a, Mzm 23:1-3a,3b-4,5,6, Flp 4:12-14,19-20, Mat 22:1-14
“ Siapa saja yang kamu jumpai, undanglah ke pesta nikah ini.”
Lalu Yesus berbicara pula dalam perumpamaan kepada mereka: "Hal Kerajaan Sorga seumpama seorang raja, yang mengadakan perjamuan kawin untuk anaknya. Ia menyuruh hamba-hambanya memanggil orang-orang yang telah diundang ke perjamuan kawin itu, tetapi orang-orang itu tidak mau datang. Ia menyuruh pula hamba-hamba lain, pesannya: Katakanlah kepada orang-orang yang diundang itu: Sesungguhnya hidangan, telah kusediakan, lembu-lembu jantan dan ternak piaraanku telah disembelih; semuanya telah tersedia, datanglah ke perjamuan kawin ini. Tetapi orang-orang yang diundang itu tidak mengindahkannya; ada yang pergi ke ladangnya, ada yang pergi mengurus usahanya, dan yang lain menangkap hamba-hambanya itu, menyiksanya dan membunuhnya. Maka murkalah raja itu, lalu menyuruh pasukannya ke sana untuk membinasakan pembunuh-pembunuh itu dan membakar kota mereka. Sesudah itu ia berkata kepada hamba-hambanya: Perjamuan kawin telah tersedia, tetapi orang-orang yang diundang tadi tidak layak untuk itu. Sebab itu pergilah ke persimpangan-persimpangan jalan dan undanglah setiap orang yang kamu jumpai di sana ke perjamuan kawin itu. Maka pergilah hamba-hamba itu dan mereka mengumpulkan semua orang yang dijumpainya di jalan-jalan, orang-orang jahat dan orang-orang baik, sehingga penuhlah ruangan perjamuan kawin itu dengan tamu. Ketika raja itu masuk untuk bertemu dengan tamu-tamu itu, ia melihat seorang yang tidak berpakaian pesta. Ia berkata kepadanya: Hai saudara, bagaimana engkau masuk ke mari dengan tidak mengenakan pakaian pesta? Tetapi orang itu diam saja. Lalu kata raja itu kepada hamba-hambanya: Ikatlah kaki dan tangannya dan campakkanlah orang itu ke dalam kegelapan yang paling gelap, di sanalah akan terdapat ratap dan kertak gigi. Sebab banyak yang dipanggil, tetapi sedikit yang dipilih."
RENUNGAN:
Pada umumnya bila seorang pejabat besar atau orang kaya berpesta, pasti banyak yang diundang dan banyak pula orang yang berusaha untuk hadir pada pesta tersebut. Bahkan mungkin orang yang diundang, berusaha untuk mendapatkan undangan pada pesta itu, atau mengaku diri diundang pada pesta itu. Sebab menghadiri pesta seorang pejabat atau orang kaya, dianggap suatu kebanggaan, menaikkan harga diri, karena itu pasti akan mengabadikan diri pada saat pesta itu. Juga selain itu, pasti ada niat tertentu dalam menghadiri undangan itu, yakni siapa tahu kelak mendapat sesuatu dari jabatan atau kekeyaan orang yang berpesta.
Namun suatu hal yang aneh terjadi dalam pesta pernikahan dalam perumpamaan dalam Injil hari ini. Yesus mengumpamakan kerajaan Allah seperti seorang raja yang mengadakan pesta pernikahan untuk anaknya. Raja itu mengundang rekan-rekannya untuk menghadiri pesta itu. Namun apa yang terjadi? Dari semua undangan yang dia harapkan tidak ada yang hadir, padahal semua makanan yang enak-enak sudah dipersiapkan demikian juga dengan acara sudah dipersiapkan. Lebih tragis lagi, bahwa yang diundang bukan hanya tidak peduli dengan undangan itu lalu sibuk dengan pekerjaannya, tetapi malah menangkap hamba-hamba raja itu, menyiksanya dan membunuhnya. Para undangan itu sungguh keras kepala dan jahat, mereka bukan hanya tidak menghargai undangan raja itu, tetapi malah menghina raja itu dengan memukul dan membunuh para utusan raja itu. Sikap mereka membuat raja itu marah dan lalu menyuruh pasukannya ke sana untuk membinasakan pembunuh-pembunuh itu dan membakar kota mereka.
Penolakan para undangan tidak membuat raja itu membatalkan atau membubarkan pesta. Maka raja itu menyuruh hamba-hambanya untuk mengundang siapa saja untuk hadir ke pestanya, untuk menikmati hidangan yang telah dipersiapkannya. Maka raja itu menyuruh hamba-hamba itu ke persimpangan-persimpangan jalan dan mengundang setiap orang yang mereka jumpai di sana ke perjamuan kawin itu. Maka pergilah hamba-hamba itu dan mereka mengumpulkan semua orang yang dijumpainya di jalan-jalan, orang-orang jahat dan orang-orang baik, sehingga penuhlah ruangan perjamuan kawin itu dengan tamu. Namun raja itu melihat bahwa ada undangan yang tidak mengenakan pakaian pesta. Itu dia anggap sebagai penghinaan, tidak menghormati raja dan pesta itu. Memang sikap raja ini terasa aneh karena dia tersinggung dan bahkan menghukum undangan yang tidak mengenakan pakaian pesta itu. Padahal jelas dia yang mengundang dan menyuruh hamba-hambanya mengundang siapa saja di persimpangan jalan sehingga jelas-jelas orang itu tidak punya persiapan untuk mengganti bajunya dengan pakaian pesta. Memang secara logika manusiawi kemarahan raja itu sulit kita mengerti. Maka perumpamaan ini harus kita mengerti dengan baik.
Perumpamaan ini menggambarkan kepada kita bahwa raja yang mengadakan pesta pernikahan adalah Allah sendiri yang mengadakan perjamuan sukacita di surga. Allah sudah menyediakan segala sesuatu untuk semua yang akan masuk ke dalam kerajaan surga, di sana ada sukacita berlimpah. Allah menghendaki semua orang untuk masuk ikut pada perjamuan itu, oleh karena itu Allah mengundang manusia. Allah mengundang kita lewat para utusan dan Gereja-Nya. Namun kiranya banyak orang sering tidak menanggapi undangan Tuhan kepada kita, kita sibuk dengan pekerjaan kita, dan malah ada pula yang menolak undangan dengan membunuh utusan Allah. Memang membunuh yang dimaksudkan bukan hanya dalam bentuk pembunuhan fisik, tetapi bisa dengan sikap mencela atau menghina para utusan, misalnya saat para pengurus Gereja atau Gereja mengajak kita ikut dalam undangan Tuhan, orang malah mengatakan, “Untuk apa ke Gereja, untuk apa beriman?” atau dengan kata-kata lain, yang mana hal itu seringkali bisa menjadi melemahkan iman para utusan. Namun kita harus ingat bahwa orang yang menolak undangan Tuhan, hidup mereka akan berakhir pada kebinasaan. Maka baiklah kita menanggapi undangan Tuhan.
Para Saudara yang dikasihi Tuhan, penolakan orang-orang atas tawaran dan undangan Tuhan kepada manusia untuk ikut masuk menikmati perjamuan surgawi, tidak membuat Tuhan membatalkan atau membubarkan pesta perjamuan surga. Allah tetap rindu, menghendaki kita masuk dalam perjamuan itu. Maka Tuhan selalu dan kapanpun mengundang kita semua. Perjamuan dan undangan Tuhan nyata dalam perayaan hari Minggu, khususnya dalam perayaan ekaristi. Dalam perayaan ekaristi, Tuhan sendiri telah menyediakan perjamuan itu dan menyediakan makanan untuk kita. Makanan rohani yang dipersiapkan Tuhan adalah Yesus sendiri yang mengorbankan diri dan menjadi roti kehidupan bagi kita. Namun apa yang terjadi? Kita seringkali menolak undangan Yesus untuk menghadiri perjamuan itu. Kita menolak undangan Yesus kepada kita untuk menghadiri perjamuan pada hari Minggu khususnya dalam perayaan Ekaristi, dengan berbagai alasan, misalnya sibuk bekerja di ladang, apalagi sekarang lagi musim tanam, menolak menghadiri ekaristi atau ibadat hari Minggu karena lagi musim panen, atau karena ada pesta keluarga, pesta tetanggan atau karena lagi ada tamu yang datang ke rumah. Bahkan mungkin ada dari antara kita yang malah memukul, membunuh utusan yakni dengan mengkritik atau menghina para pengurus Gereja.
Mungkin kita menanggapi undangan Tuhan, tetapi kita tidak mengenakan pakaian pesta. Mengenakan pakaian pesta yang dimaksudkan bukanlah dalam arti pakaian yang kita kenakan. Tetapi yang dimaksudkan adalah iman. Kita mungkin menghadiri undangan Tuhan, kita hadir dalam perayaan ekaristi, tetapi kita tidak mengenakan iman. Bisa jadi kita menghadiri ekaristi atau perayaan hari Minggu, hanya karena kewajiban saja. Ada yang menghadiri perjamuan Tuhan, tetapi hatinya tidak hadir, hati dan pikirannya sibuk pada bisnis atau sibuk bersms ria selama perjamuan.
Pakaian pesta yang dimaksudkan adalah iman yang hidup. Kita menanggapi undangan Tuhan menjadi pengikut-Nya, namun iman kita itu tidak hidup. Iman yang hidup adalah iman yang bukan hanya dalam perayaan liturgi saja, tetapi iman yang tampak nyata dalam perilaku hidup yang baik sesuai dengan kehendak Allah. Iman yang hidup tampak dalam kasih sebagaimana Yesus adalah kasih. Maka kita mengenakan pakaian pesta yakni kasih seperti kasih Allah kepada manusia. Singkat kata, pakaian pesta yang dimaksudkan oleh perumpamaan ini adalah iman yang hidup. Sehingga jelaslah menanggapi undangan Tuhan untuk masuk dalam perjamuan surga atau untuk ikut dalam perjamuan sruga, tidak cukup hanya menanggapi undangan Tuhan dengan menjadi pengikut-Nya atau dengan dibaptis. Tetapi undangan Tuhan kita tanggapi dengan mengenakan pakaian pesta, yakni iman yang hidup. Amin.