Pemimpin Kristen bahas masa depan ekumenis
Sekitar 275 pemimpin Kristen tengah mengadakan pertemuan di Manado, Sulawesi Utara, untuk merencanakan masa depan ekumenis, yang berlangsung 4-7 Oktober.
Ketua Global Christian Fellowship (GCF) mengumpulkan Gereja-Gereja dari Evangelis, Pantekosta, Protestan, Katolik dan Ortodoks, untuk menilai perubahan terbaru dalam kekristenan global.
“Kami berencana untuk meneliti kecenderungan global yang mengubah Kekristenan, mendengarkan laporan perkembangan dan perjuangan Gereja di berbagai belahan dunia, dan membahas bagaimana persekutuan kami dapat diperkuat untuk tujuan kesaksian kami bersama,” kata Pendeta Wesley Granberg-Michaelson, seorang penyelenggara GCF dan penasehat untuk hubungan ekumenis dari Gereja Reformasi di Amerika.
Rumor bahwa Kekristenan itu sudah mati, terutama di Afrika dan Asia, masih terlalu dini, kata Granberg-Michaelson.
“Faktanya bahwa hari ini mungkin ada 560 juta jemaat Pentakosta, yang berarti satu dari setiap empat Kristen adalah dari sebuah latar belakang Pantekosta,” kata Granberg-Michaelson.
“Kekristenan di Afrika dalam 100 tahun terakhir telah bertumbuh dari hanya sedikit menjadi 375 juta hingga 380 juta (pengikut), yang membuat kekristenan di Afrika menjadi pertumbuhan tercepat akibat kesaksian Kristen.
Granberg-Michaelson menyebutkan persekutuan ekumenis mencakup semua GCF. GCF didirikan selama musyawarah kedelapan Dewan Gereja Dunia di Zimbabwe tahun 1998, tetapi lebih banyak perwakilan dari WCC.
“Dewan Gereja Dunia, seperti yang ada, hanya mencakup seperempat dari kekristenan global,” kata Granberg-Michaelson, yang adalah direktur WCC bidang pelayanan Gereja dan masyarakat dari tahun 1988-1994.
“Seperti Dewan Gereja Dunia, GCF tidak dapat membangun sebuah meja yang luas. Ini adalah satu-satunya tempat yang akan memiliki luas penuh Kekristenan dunia mewakili dalam cara yang penuh arti. ”
Selengkapnya: Christian leaders plot ecumenical future in Indonesia
Ketua Global Christian Fellowship (GCF) mengumpulkan Gereja-Gereja dari Evangelis, Pantekosta, Protestan, Katolik dan Ortodoks, untuk menilai perubahan terbaru dalam kekristenan global.
“Kami berencana untuk meneliti kecenderungan global yang mengubah Kekristenan, mendengarkan laporan perkembangan dan perjuangan Gereja di berbagai belahan dunia, dan membahas bagaimana persekutuan kami dapat diperkuat untuk tujuan kesaksian kami bersama,” kata Pendeta Wesley Granberg-Michaelson, seorang penyelenggara GCF dan penasehat untuk hubungan ekumenis dari Gereja Reformasi di Amerika.
Rumor bahwa Kekristenan itu sudah mati, terutama di Afrika dan Asia, masih terlalu dini, kata Granberg-Michaelson.
“Faktanya bahwa hari ini mungkin ada 560 juta jemaat Pentakosta, yang berarti satu dari setiap empat Kristen adalah dari sebuah latar belakang Pantekosta,” kata Granberg-Michaelson.
“Kekristenan di Afrika dalam 100 tahun terakhir telah bertumbuh dari hanya sedikit menjadi 375 juta hingga 380 juta (pengikut), yang membuat kekristenan di Afrika menjadi pertumbuhan tercepat akibat kesaksian Kristen.
Granberg-Michaelson menyebutkan persekutuan ekumenis mencakup semua GCF. GCF didirikan selama musyawarah kedelapan Dewan Gereja Dunia di Zimbabwe tahun 1998, tetapi lebih banyak perwakilan dari WCC.
“Dewan Gereja Dunia, seperti yang ada, hanya mencakup seperempat dari kekristenan global,” kata Granberg-Michaelson, yang adalah direktur WCC bidang pelayanan Gereja dan masyarakat dari tahun 1988-1994.
“Seperti Dewan Gereja Dunia, GCF tidak dapat membangun sebuah meja yang luas. Ini adalah satu-satunya tempat yang akan memiliki luas penuh Kekristenan dunia mewakili dalam cara yang penuh arti. ”
Selengkapnya: Christian leaders plot ecumenical future in Indonesia
Disadur dari: www.cathnewsindonesia.com
0 comments:
Post a Comment
Syalom. Terimakasih atas kunjungan dan komentarnya.Semoga Tuhan memberkati para Saudara.