OPPUNG DOLOK
Ompung Semua Marga
Ompung Semua Marga
Oppung Dolok adalah nama yang tak asing bagi masyarakat Simalungun Atas, khususnya Umat Katolik Paroki Seribudolok. Siapa Oppung Dolok?
Tahun 1934, Pastor Elpidius van )uijnhoven diutus menjadi misionaris ke daerah Simalungun (Atas). Pastor Elpidius mulai menjadikan stasi Sawah Dua di Pematangsiantar menjadi pusat kegiatan untuk daerah sekitar Tigadolok, Sidamanik, dan arah Saribudolok. Lama-kelamaan kegiatannya di sekitar Saribudolok makin pesat, sehingga tahun 1939 Elpidius menetap di Saribudolok.
Pastor Elpidius adalah seorang pastor yang sederhana dan penuh perhatian pada orang sakit, menderita, dan miskin. Sikapnya tersebut dengan cepat menarik perhatian orang-orang Simalungun. Stasi-stasi baru didirikan dengan gereja sederhana dan kecil. Bersama katekis Petrus Batubara, tak jemu-jemunya dia mengunjungi stasi-stasi dan bermalam di kampung-kampung.
Selain itu, ia membutuhkan sedikitsaja bagi dirinya sendiri, tetapi tak pernah cukup bagi orang sakit dan miskin. Kantongnya selalu 'bocor' bagi siapa saja yang datang dan menganggap diri miskin. Mgr. Mathias Brans, prefek apostolik waktu itu, pernah menuliskan kepada pimpinan ordo kapusin tentang Elpidius: "Saya dengar bahwa L. Pied (nama julukan yang diberikan Mgr. Brans kepada Elpidius) memberi obat-obatan kepada orang sakit. Saya tidak tahu dari mana dia mendapat uang untuk itu." Ada orang yang mengatakan bahwa pastor ini sengaja mendirikan gereja-gereja yang sangat sederhana tanpa perhiasan apa pun, agar dapat memakai kelebihan uang. pembangunan untuk menolong orang sakit dan miskin.
Pada Pesta Emas (50) tahun Imamat, nama Oppung Dolok diberikan kepada pastor ini. Mengapa dijuluki Oppung Do/ok? Ketika beberapatokoh marga mengusulkan supaya beliau menyandang salah satu marga yang ada di Simalungun, beliau dengan sangat sederhana menjawab, "Saya ingin seluruh marga di Simalungun menjadi milik saya." Wacana berkembang dan kehidupan Paroki Saribudolok yang dirintisnya dari tahun 1936 sampai dengan 1993, dengan kondisi geografis bukit-bukit, lembah-lembah yang dalam bahasa Simalungun disebut Dolok, menjadikan beliau menjadi kakek (ompung) yang senantiasa setia melayani umat dengan Injil di daerah perbukitan (dolok) Simalungun Atas, Tanah Karo, sampai keAceh Tenggara. Dalam sidang paripurna gereja Katolik para peserta secara akiamasi membuat gelar bagi Pastor Elpidius van Duijnhoven, OFM Cap. menjadi Pastor Oppung Dolok. Hampir seluruh waktu dalam hidupnya dicurahkan untuk menyampaikan Kerajaan Allah di Simalungun Atas, Tanah Karo, hingga Lawe Diski-Aceh Tenggara.
Pastor van Duijnhoven telah menjadi mitos yang hidup di kalangan orang-orang Simalungun. Tak ada seorang pun pulang dari Ompung ini tanpa dibantu. Waktu perang dan pemberontakan dia tinggal di antara umatnya, sampai ditangkap. Orang percaya dia sudah dipukuli orang Jepang, dianiaya pemberontak, dicoba dibunuh penjahat, tetapi selalu kembali lagi dengan tak kurang suatu apapun. Doa ompung untuk minta hujan di musim kemarau pastilah berhasil. Jika Ompung yang selalu sabarini memberikan peringatan keras, pastilah ada akibat fatal bagi orang yang diperingati tapi tidak bertobat.
Satu cerita menarik dari Ompung ini adalah kebiasaannya membuat pelayanan kepada orang yang kurang waras, terkena penyakit lepra, orang-orang sakit dan susah. Suatu hari seorang sahabatnya wanita yang kurang waras lagi kambuh. Wanita itu menari-nari di jalan raya pada hari pekan tanpa sehelai kain penutup, tak ada seorang pun yang mampu mengatasinya. Akan tetapi, Oppung Dolok datang dan si wanita pun langsung sadarkan diri dan minta maaf. "Sahali nari lang boi sonai, mela hita (Sekali lagi tidak bisa begitu, malu kita)," kata Oppung Dolok.
Waktu pelayanannya yang sangat lama membuat beliau rindu dimakamkan di Purba Hinalang, di Simpang Haranggaol, karena memang tempatinilah yang menjadi pusat paroki sebelum pindah ke Saribudolok. Sekalipun seharusnya akan dimakamkan di Pekuburan Pastor Kapusin di Sinaksak atau permintaan anak-anak didiknya seperti Dr.Cosmas Batubara dan kawan-kawan di panorama indah Sihorbo di atas Haranggaol Danau Toba, beliau lebih memilih di samping Gereja Inkulturatif Simalungun di Purba Hinalang Simpang Haranggaol. Demikianlah Pastor Elpidius van Duijnhoven, yang diberi gelar Oppung Dolok oleh umatnya, dipandang sebagai Rasul Simalungun atas.
(Fr. Febry; dari berbagai sumber)
Menjemaat, No. 12/XXXII/Desember 2010
0 comments:
Post a Comment
Syalom. Terimakasih atas kunjungan dan komentarnya.Semoga Tuhan memberkati para Saudara.