KEBANGUNAN GEREJA DAN MASYARAKAT SIMALUNGUN
Tepat di lapangan berumput hijau yang terletak di alun-alun Kota Saribudolok, ribuan umat Paroki St. Fransiskus Assisi Saribudolok merayakan pesta iman. Mereka larut dalam kekhikmatan Ekaristi sebagai puncak syukur dan sukacita atas 75 tahun misi Katolik di Simalungun Atas.
Setelah melalui persiapan yang panjang dan melaksanakan berbagai rangkaian kegiatan, akhimya pesta iman menyemarakkan 75 tahun Paroki St. Fransiskus Assisi, Saribudolok berpuncak pada Misa Agung yang diadakan pada Minggu, 28 November 2010 di lapangan yang tepat berhadapan dengan Gereja Katolik St. Fransiskus Assisi Saribudolok. Misa Agung yang kental dengan nuansa inkulturatif Simalungun ini dipimpin oleh Uskup Agung Medan, Mgr. Anicetus B. Sinaga dan berkonselebrasi bersama 47 imam yang umumnya merupakan putra Paroki Saribudolok. Turut hadir Uskup Emeritus, Mgr. A.G. Pius Datubara, Provinsial Kapusin Medan, Pastor Emmanuel Sembiring, OFMCap., dan Kustos Conventual, Pastor Antonio Razoli, OFMConv. Selain itu, kehadiran putra-putri Paroki Saribudolok dari perantauan yang kini telah menjadi tokoh' masyarakat dan orang-orang sukses turut memberi wama dalam pesta syukur atas 75 tahun misi Katolik di Simalungun Atas tersebut.
Sukacita dari syukur umat separoki Saribudolok terlukiskan melalui pesta yang bertema "Kebangunan Gereja dan Masyarakat Simalungun" ini. Lalu lintas di sepanjang jalan tampak ramai dipadati kendaraan, undangan dan umat yang datang dari stasi-stasi yang berada di wilayah a,, penggembalaan Paroki Saribudolok. Sekitar 18.000 umat datang berbondong-bondong membanjiri lapangan untuk turut serta mengambil bagian dalam perayaan pesta iman tersebut.
Pra Pesta Puncak
Selain sebagai kesempatan untuk bersyukur kepada Tuhan atas apa yang telah dicapai, tujuan Perayaan Jubileum ini adalah wujud introspeksi secara parokhial akan apa dan bagaimana langkah ke depan untuk semakin maju, menyentuh pendidikan, kesehatan dan kesejahteraan masyarakat. Baik sebagai bagian dari Gereja maupun sebagai bagian dari masyarakat agar semakin diyakini bahwa umat dipanggil untuk'turut serta lebih terlibat dalam pembangunan masyarakat dan manusia secara utuh menyeluruh. Oleh sebab itulah sesuai dengan anjuran Uskup Agung Medan bahwa tema Jubileum ini adalah "Kebangunan Gereja dan Masyarakat Simalungun". Untuk menghayati tema ini, berbagai rangkaian kegiatan dilaksanakan menyambut Pesta Puncak, antara lain:
a. Jiarah ke Makam Oppung Dolok
Sebagai pelopor kunci keberadaan Paroki Saribudolok adalah Oppung Dolok. Untuk memperkenalkan dan menanamkan semangat iman cinta kemanusiaan yang ditaburkan Oppung Dolok, diadakanlah jiarah rohani ke makam Oppung Dolok yang diikuti oleh setiap stasi, para guru di setiap lembaga pendidikan Katolik Saribudolok, serta warga asrama putra dan putri.
b. Bakti Sosial
Gereja bukan hadir dari dan untuk dirinya sendiri, melainkan berasal dari masyarakat dan berbakti kepada Tuhan lewat kehadiran dan keterlibatan Gereja di tengah masyarakat. Maka sebagai bagian dari masyarakat, juga diadakan bakti sosial dalam bentuk kegiatan penanaman pohon, pemeriksaan dan pengobatan gratis dan penyerahan bantuan sosial kepada keluarga-keluarga yang kurang mampu.
c. Perlombaan Keasrian Lingkungan Gereja
Di Paroki Saribudolok telah berdiri 61 stasi dan 5 stasi dalam proses persiapan. Dapat dikatakan bahwa stasi-stasi tersebut merupakan rintisan dan berkat perjuangan Oppung Dolok. Dari ke 61 stasi ini terdapat gedung gereja yang sudah permanen dengan lokasi atau-pekarangan yang relative baik.Namun masih banyak gedung gereja masih darurat dengan lokasi yang kumuh dan kurang terawat. Untuk itu, dalam bingkai Jubileum ini diadakan lomba/kontes keasrian lokasi gereja yang akan dibaktikan kepada Tuhan dan penghormatan khusus kepada pendiri paroki;
d. Perlombaan Kreativitas dan Keterampilan Anak- anak dan Muda-mudi
Untuk menanamkan dan menumbuhkembangkan cinta dan cita rasa katolisitas kepada anak-anak dan kaum muda serta menambah semarak gaung Jubileum kepada anak-anak dan muda-mudi juga diadakan perlombaan melukis foto oppugn dolok. Selain itu, di setiap rayon juga diadakan perlombaan koor.
e. Reuni Biarawan-biarawati Asal Paroki Saribudolok
Melihat begitu suburnya panggilan menjadi biarawan-biarawati di Paroki Saribudolok, dengan dengan kehadiran 23 imam dan sekitar 250 biarawan-biarawati yang tersebar di berbaga-i ordo, unio dan kongregasi, maka usia paroki yang ke-75 menjadi kesempatan yang paling tepat untuk mengumpulkan mereka sehingga semakin mengenal dan mendorong mereka untuk turut serta memikirkan masa depan Gereja, khususnya Paroki Saribudolok.
f. Ceramah dan Aksi Panggilanbagi Kaian Muda
Paroki Saribudolok terkenal dengan kesuburannya akan panggilan menjadi biarawan-biarawati. Seniangat im hendak dipertahankan. Oleh karena itu, berbagai tarekat, ordo, unio dan kongregasi yang berkarya di KAM beroleh kesempatan untuk memperkenalkan diri dan spiritualitasnya kepada muda-mudi Katolik di Paroki Saribudolok. Selain mengadakan aksi panggilan, kepada kaum muda juga disajikan ceramah dari seorang tokoh umat Katolik dan tokoh nasional yang berasal dari Paroki Saribudolok, yaitu Dr. Cosmas Batubara, yang pemah ikut mengalami suka-duka perjuangan awal Paroki Saribudolok. Dalam ceramahnya, Cosmas memotivasi kaum muda agar menjadi manusia yang berguna, berdedikasi, bekerja keras dan berperan aktif dalam kehidupan menggereja.
g. Penerbitan Buku Kenangan yang Mengisahkan Perjalanan Paroki Saribudolok Selanta 75 Tahun.
h. Pertunjukan Sendratari Misi Katolik di Saribudolok Pasca Pesta
"Jubileum 75 tahun Paroki Saribudolok sesungguhnya bukanlah segalanya. Jubileum ini hanya sebagai sarana untuk melihat kekuatan keberimanan dan kerja sama umat. Oleh karena itu, kemampuan dan kepercayaan diri yang diperoleh umat melalui pesta ini hendaknya tidak membentuk mereka menjadi pribadi yang soinbong namun semakin kuat dan yakin dalam menyelesaikan tantangan yang lebih berat," demikian Pastor Damianus Gultom, OFMCap. Menuturkan harapannya.
Dengan selesainya pesta puncak Jubileum bukan berarti bahwa kerja panitia telah selesai. Beberapa program lanjutan dari seksi Kenangan dan Rehap Makam Oppung Dolok serta Seksi Pemekaran Paroki telah menanti. Kedua seksi ini akan bersinergi untuk mengadakan pemugaran makam Oppung Dolok dan pemekaran Paroki Pematang Raya.
Sesudah 75 tahun menggereja, para pastor misionaris dari Negeri Belanda telah “tiada” dan kepemimpinan paroki pun telah diemban oleh pastor pribumi. Dengan demikian Paroki Saribudolok telah dianggap dewasa.
Sebagai paroki yang sudah dewasa, umat beriman mesti sadar bahwa Tuhan tidak hadir secara fisik dan menuntun paroki ini dengan peritah nyata sebagaimana lazimnya seorang guru, namun harus sungguh-sungguh percaya akan kehadeiran Kristus secara batiniah dan pendampingan Roh Kudus. Karena itu, di antara umat beriman paroki ini dalam semua tingkat dan jabatan harus merefleksikan dan menerjemahkan atau membuat aksi bagaimana umat harus megikuti Tuhan.
Kita sungguh bangga dan beruntung pernah dikunjungi oleh para misionaris. Kita mengenal Tuhan dan Injil lewat kehadiran mereka. Namun serentak dengan itu, kita juga harus bertanggung jawab untuk melestarikan pembaktian diri mereka. Jangan pemah puas karena pemah mengenal misionaris dan menerima Kabar Gembira Tuhan dari mereka. Pada gilirannya putra-putri paroki harus menjadi misionaris. Jangan pemah merasa cukup karena telah banyak
biarawan-biarawati sebagai putra-putri daerah ini. Sedaya mampu dan sebanyak mungkin kita harus mengerahkan putra-putri paroki ini menjadi misionaris. Semoga pesta ini semakin menyemangati kita dalam kehidupan menggereja dan memampukan kita meneladani semangat misionaris terdahulu. (GM)
MENJEMAAT, No. 12/XXXII/Desember 2010
0 comments:
Post a Comment
Syalom. Terimakasih atas kunjungan dan komentarnya.Semoga Tuhan memberkati para Saudara.