Renungan Hari Biasa Khusus Adven IV, Selasa 21 Desember 2010
Kid 2:8-14 atau Zef 3:14-18a, Mzm 33:2-3,11-12,20-21, Luk 1:39-45(Petrus Kanisius)
"Apa saja yang sudah Saudara/i perbuat bagi sesama terutama yang ‘menderita’ pada masa Adven ini?
BACAAN INJIL:
Beberapa waktu kemudian berangkatlah Maria dan langsung berjalan ke pegunungan menuju sebuah kota di Yehuda. Di situ ia masuk ke rumah Zakharia dan memberi salam kepada Elisabet. Dan ketika Elisabet mendengar salam Maria, melonjaklah anak yang di dalam rahimnya dan Elisabetpun penuh dengan Roh Kudus, lalu berseru dengan suara nyaring: "Diberkatilah engkau di antara semua perempuan dan diberkatilah buah rahimmu. Siapakah aku ini sampai ibu Tuhanku datang mengunjungi aku? Sebab sesungguhnya, ketika salammu sampai kepada telingaku, anak yang di dalam rahimku melonjak kegirangan. Dan berbahagialah ia, yang telah percaya, sebab apa yang dikatakan kepadanya dari Tuhan, akan terlaksana."
Demikianlah Injil Tuhan bagi kita hari ini.
RENUNGAN:
Hari ini kembali kita terkagum-kagum akan Maria, dia sungguh menjadi teladan hidup kaum beriman. Imannya kepada Tuhan bukan hanya memberi dia kekuatan untuk berani menerima tawaran Tuhan, tetapi juga menggerakkan dia untuk berbagi sukacita dan begitu peka akan kebutuhan orang yang membutuhkan pertolongan. Hal ini dinyatakannya kepada Elisabeth saudarinya yang mengandung 6 bulan. Pada usia yang demikianya, tentu Elisabeth sangat membutuhkan bantuan. Maria setelah mendengar keadaan Elisabeth dari malaikat Tuhan, langsung bergegas menuju ke tumah Zakharia, suami dari Elisabeth. Dia memberi salam kepada Elisabeth. Elisabet dan terutama bayi yang dalam kandungannya begitu gembira ketika mendengar salam dari Maria, bahkan sampe dikatakan bahwa anak yang di dalam rahim Elisabeth sampai melonjak kegirangan. Sungguh luar biasa kegembiraan yang dibawa oleh Maria.
Kelahiran Yesus Kristus adalah Allah mengunjungi manusia membawa kegembiraan karena Yesus adalah bukti cinta kasih Allah kepada manusia. Yesus adalah Tuhan yang mewartakan Kerajaan Allah dan menghantar kita kepada keselamatan kekal. Apa yang dilakukan Maria, adalah perwujudan imannya kepada Tuhan. Sama seperti yang telah dilakukan oleh Tuhan sendiri kepada manusia. Lewat teladan Maria, nyata bahwa iman itu tidak tinggal diam atau pasif tetapi harus aktif, harus menggerakkan kita untuk berbagi cukacita kepada sesama, harus menggerakkan kita untuk peka terhadap sesama.
Kenyataannya, banyak orang beriman yang merasa hidup beriman cukup hanya berdoa, rajin ke Gereja, aktif dalam kegiatan gereja, tetapi tidak peduli dengan sesamanya, tidak peka akan sesama yang membutuhkan perhatian, sapaan dan pertolongan. Yesus sendiri mengatakan “Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga” (Mat 7:21). Demikianlah seharunya selama masa Adven ini kita aktif melakukan pertobatan dan juga aktif melakukan perbuatan baik kepada sesama, mengunjungi sesama yang mungkin sudah lama tidak aktif ke Gereja, sesama yang imannya goyah dan butuh peneguhan, mengunjungi sesama yang membutuhkan pertolongan dan perhatian kita. Masa adven hendaknya kita gunakan sebagai kesempatan indah untuk membina kepekaan kita kepada sesama kita. Dengan demikian, masa adven sungguh menjadi bermakna bagi kita dan bagi orang lain. Semoga. Amin.
REFLEKSI PRIBADI:
1. Apa saja yang sudah Saudara/i perbuat bagi sesama terutama yang ‘menderita’ pada masa Adven ini?
2. Berusahalan untuk membina kepekaan kepada sesama, bukan hanya memikirkan diri sendiri.
Renungan Hari Biasa Khusus Adven, Rabu 22 Desember 2010
1Sam 1:24-28, 1Sam 2:1,4-5,6-7, Luk 1:46-56
"Sesungguhnya, mulai dari sekarang segala keturunan akan menyebut aku berbahagia, karena Yang Mahakuasa telah melakukan perbuatan-perbuatan besar kepadaku dan nama-Nya adalah kudus."
BACAAN INJIL:
Lalu kata Maria: "Jiwaku memuliakan Tuhan, dan hatiku bergembira karena Allah, Juruselamatku, sebab Ia telah memperhatikan kerendahan hamba-Nya. Sesungguhnya, mulai dari sekarang segala keturunan akan menyebut aku berbahagia, karena Yang Mahakuasa telah melakukan perbuatan-perbuatan besar kepadaku dan nama-Nya adalah kudus. Dan rahmat-Nya turun-temurun atas orang yang takut akan Dia. Ia memperlihatkan kuasa-Nya dengan perbuatan tangan-Nya dan mencerai-beraikan orang-orang yang congkak hatinya; Ia menurunkan orang-orang yang berkuasa dari takhtanya dan meninggikan orang-orang yang rendah; Ia melimpahkan segala yang baik kepada orang yang lapar, dan menyuruh orang yang kaya pergi dengan tangan hampa; Ia menolong Israel, hamba-Nya, karena Ia mengingat rahmat-Nya, seperti yang dijanjikan-Nya kepada nenek moyang kita, kepada Abraham dan keturunannya untuk selama-lamanya." Dan Maria tinggal kira-kira tiga bulan lamanya bersama dengan Elisabet, lalu pulang kembali ke rumahnya.
Demikianlah Injil Tuhan bagi kita hari ini.
RENUNGAN:
Sikap sombong seringkali dengan mudah hinggap di dalam diri kita, bahkan sikap sombong ini bisa tanpa sadar kita lakukan setiap hari dan inilah dosa yang seringkali kita lakukan. Sombong dan menyombongkan diri seakan sudah menjadi bagian dari diri manusia. Sifat ini mungkin secara tidak sadar tertanam dan berkembang karena didikan yang senantiasa menuntut kita untuk menjadi yang terbaik. Orang tua seringkali mengharapkan atau menuntut anaknya menjadi yang terbaik, melebihi orang lain. Tanpa sadar pendidikan yang seperti itu, menanamkan sifat sombong dalam diri anak. Kesombongan akan membuat orang tidak mampun menyadari kelemahan dalam dirinya, tidak mampu melihat dan menghargai kebaikan yang ada pada orang lain. Singkatnya, sifat sombong akan membuat orang ‘merendahkan’ orang lain dan selalu berpikiran negative kepada orang lain, yang pada akhirnya berpuncak pada sikap kurang mampu bersyukur dan tidak lagi melihat peran, rahmat Allah dalam dirinya.
BACAAN INJIL:
Beberapa waktu kemudian berangkatlah Maria dan langsung berjalan ke pegunungan menuju sebuah kota di Yehuda. Di situ ia masuk ke rumah Zakharia dan memberi salam kepada Elisabet. Dan ketika Elisabet mendengar salam Maria, melonjaklah anak yang di dalam rahimnya dan Elisabetpun penuh dengan Roh Kudus, lalu berseru dengan suara nyaring: "Diberkatilah engkau di antara semua perempuan dan diberkatilah buah rahimmu. Siapakah aku ini sampai ibu Tuhanku datang mengunjungi aku? Sebab sesungguhnya, ketika salammu sampai kepada telingaku, anak yang di dalam rahimku melonjak kegirangan. Dan berbahagialah ia, yang telah percaya, sebab apa yang dikatakan kepadanya dari Tuhan, akan terlaksana."
Demikianlah Injil Tuhan bagi kita hari ini.
RENUNGAN:
Hari ini kembali kita terkagum-kagum akan Maria, dia sungguh menjadi teladan hidup kaum beriman. Imannya kepada Tuhan bukan hanya memberi dia kekuatan untuk berani menerima tawaran Tuhan, tetapi juga menggerakkan dia untuk berbagi sukacita dan begitu peka akan kebutuhan orang yang membutuhkan pertolongan. Hal ini dinyatakannya kepada Elisabeth saudarinya yang mengandung 6 bulan. Pada usia yang demikianya, tentu Elisabeth sangat membutuhkan bantuan. Maria setelah mendengar keadaan Elisabeth dari malaikat Tuhan, langsung bergegas menuju ke tumah Zakharia, suami dari Elisabeth. Dia memberi salam kepada Elisabeth. Elisabet dan terutama bayi yang dalam kandungannya begitu gembira ketika mendengar salam dari Maria, bahkan sampe dikatakan bahwa anak yang di dalam rahim Elisabeth sampai melonjak kegirangan. Sungguh luar biasa kegembiraan yang dibawa oleh Maria.
Kelahiran Yesus Kristus adalah Allah mengunjungi manusia membawa kegembiraan karena Yesus adalah bukti cinta kasih Allah kepada manusia. Yesus adalah Tuhan yang mewartakan Kerajaan Allah dan menghantar kita kepada keselamatan kekal. Apa yang dilakukan Maria, adalah perwujudan imannya kepada Tuhan. Sama seperti yang telah dilakukan oleh Tuhan sendiri kepada manusia. Lewat teladan Maria, nyata bahwa iman itu tidak tinggal diam atau pasif tetapi harus aktif, harus menggerakkan kita untuk berbagi cukacita kepada sesama, harus menggerakkan kita untuk peka terhadap sesama.
Kenyataannya, banyak orang beriman yang merasa hidup beriman cukup hanya berdoa, rajin ke Gereja, aktif dalam kegiatan gereja, tetapi tidak peduli dengan sesamanya, tidak peka akan sesama yang membutuhkan perhatian, sapaan dan pertolongan. Yesus sendiri mengatakan “Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga” (Mat 7:21). Demikianlah seharunya selama masa Adven ini kita aktif melakukan pertobatan dan juga aktif melakukan perbuatan baik kepada sesama, mengunjungi sesama yang mungkin sudah lama tidak aktif ke Gereja, sesama yang imannya goyah dan butuh peneguhan, mengunjungi sesama yang membutuhkan pertolongan dan perhatian kita. Masa adven hendaknya kita gunakan sebagai kesempatan indah untuk membina kepekaan kita kepada sesama kita. Dengan demikian, masa adven sungguh menjadi bermakna bagi kita dan bagi orang lain. Semoga. Amin.
REFLEKSI PRIBADI:
1. Apa saja yang sudah Saudara/i perbuat bagi sesama terutama yang ‘menderita’ pada masa Adven ini?
2. Berusahalan untuk membina kepekaan kepada sesama, bukan hanya memikirkan diri sendiri.
Renungan Hari Biasa Khusus Adven, Rabu 22 Desember 2010
1Sam 1:24-28, 1Sam 2:1,4-5,6-7, Luk 1:46-56
"Sesungguhnya, mulai dari sekarang segala keturunan akan menyebut aku berbahagia, karena Yang Mahakuasa telah melakukan perbuatan-perbuatan besar kepadaku dan nama-Nya adalah kudus."
BACAAN INJIL:
Lalu kata Maria: "Jiwaku memuliakan Tuhan, dan hatiku bergembira karena Allah, Juruselamatku, sebab Ia telah memperhatikan kerendahan hamba-Nya. Sesungguhnya, mulai dari sekarang segala keturunan akan menyebut aku berbahagia, karena Yang Mahakuasa telah melakukan perbuatan-perbuatan besar kepadaku dan nama-Nya adalah kudus. Dan rahmat-Nya turun-temurun atas orang yang takut akan Dia. Ia memperlihatkan kuasa-Nya dengan perbuatan tangan-Nya dan mencerai-beraikan orang-orang yang congkak hatinya; Ia menurunkan orang-orang yang berkuasa dari takhtanya dan meninggikan orang-orang yang rendah; Ia melimpahkan segala yang baik kepada orang yang lapar, dan menyuruh orang yang kaya pergi dengan tangan hampa; Ia menolong Israel, hamba-Nya, karena Ia mengingat rahmat-Nya, seperti yang dijanjikan-Nya kepada nenek moyang kita, kepada Abraham dan keturunannya untuk selama-lamanya." Dan Maria tinggal kira-kira tiga bulan lamanya bersama dengan Elisabet, lalu pulang kembali ke rumahnya.
Demikianlah Injil Tuhan bagi kita hari ini.
RENUNGAN:
Sikap sombong seringkali dengan mudah hinggap di dalam diri kita, bahkan sikap sombong ini bisa tanpa sadar kita lakukan setiap hari dan inilah dosa yang seringkali kita lakukan. Sombong dan menyombongkan diri seakan sudah menjadi bagian dari diri manusia. Sifat ini mungkin secara tidak sadar tertanam dan berkembang karena didikan yang senantiasa menuntut kita untuk menjadi yang terbaik. Orang tua seringkali mengharapkan atau menuntut anaknya menjadi yang terbaik, melebihi orang lain. Tanpa sadar pendidikan yang seperti itu, menanamkan sifat sombong dalam diri anak. Kesombongan akan membuat orang tidak mampun menyadari kelemahan dalam dirinya, tidak mampu melihat dan menghargai kebaikan yang ada pada orang lain. Singkatnya, sifat sombong akan membuat orang ‘merendahkan’ orang lain dan selalu berpikiran negative kepada orang lain, yang pada akhirnya berpuncak pada sikap kurang mampu bersyukur dan tidak lagi melihat peran, rahmat Allah dalam dirinya.
Injil yang kita dengarkan hari ini kita kenal dengan sebuat magnificat. Maginificat ini sungguh kaya dengan ajaran iman dan ungkapan iman. Namun kita coba renungkan kerendahan hati Maria, yang terungkap dalam magnificat ini.
Ketika Elisabet memuji dia, Maria bukannya menjadi sombong karena berkat istimewa yang dia peroleh dan juga setelah mendapat pujian dari Elisabet. Tetapi dengan rendah hati Maria menyadari bahwa kebaikan yang dia terima adalah semata-mata karena Allah melakukan perbuatan besar atas dirinya. Maria sadar bahwa dia akan disebut bahagia karena berkat dan rahmat Allah. Tidak tampak dan tidak ada kesombongan dalam diri Maria, bahkan dia dengan meyakinkan mengatakan bahwa tidak ada alasan untuk menyombongkan diri, menyombongkan berkat yang telah diterima, tetapi hendaknya semuanya digunakan agar Tuhan semakin dimuliakan, Allah semakin dikuduskan oleh banyak orang.
Maria menjadi teladan hidup kita untuk senantiasa bersikap rendah hati di hadapan Tuhand an sesama. Ketika kita melakukan perbuatan baik atau berhasil dan mendapat pujian dari orang, hendaknya kita tidak sombong diri. Kalau kita beroleh rejeki, punya kedudukan, pangkat, harta berlimpah, sehat dan kebaikan lain, baiklah kiranya kita tidak menyombongkan diri dan menyombongkannya kepada sesama. Tetapi hendaknya kita sadar bahwa semuanya itu adalah karena perbuatan Allah atas diri kita. Kita juga hendaknya berani berkata seperti Maria, “…karena Yang Mahakuasa telah melakukan perbuatan-perbuatan besar kepadaku.” Kita juga hendaknya ingat, segala kebaikan yang ada pada kita, yang diberikan oleh Tuhan, kita gunakan untuk memuji dan memuliakan Tuhan sehingga Tuhan semakin dimuliakan, dikuduskan oleh banyak orang. Dari sebab itu, Sabda hari ini dan teladan Maria mengajak kita untuk bertobat dan bersikap rendah hati di hadapan Tuhan dan sesama kita. Semua kebaikan yang ada pada kita, bukan karena kehebatan kita, tetapi karena kebaikan, rahmat Tuhan, Tuhan melakukan perbuatan besar dalam diri kita.
Sehubungan dengan hal ini, dalam bacaan pertama, Hana juga memberi teladan kepada kita. Dia sadar bahwa anak yang dia peroleh adalah berasal dari Tuhan, karena belaskasihan Tuhan sehingga dia mempersembahkan anaknya ke hadapan Tuhan. Hana menyatakan kepada kita, bahwa bukan hanya harta, atau kebaikan yang ada pada kita berasal dari Allah bahkan anak-anakpun adalah berasal dari Tuhan dan karena Tuhan melakukan perbuatan besar atas diri para orang tua dan dalam keluarga. Dari sebab itu, orang tua juga hendaknya senantiasa sadar akan hal itu, dan pada akhirnya mempersembahkan anak-anak demi kemuliaan Tuhan. Mempersembahkan anak-anak demi kemuliaan Tuhan, dilakukan dengan mendidik anak-anak dalam iman kepada Tuhan, sehingga anak-anak tidak hanya sekedar hidup, tidak hanya sekedar pintar, tetapi menjadi pribadi-paribadi yang beriman kepada Tuhan. Sehingga anak-anakpun akhirnya tumbuh berkembang untuk memuliakan Tuhan. Semoga hari ini dan pada masa Adven ini, para ibu dan para orang tua juga sadar dan bertobat bahwa yang utama dan jaminan kebahagiaan bagi anak-anak, bukanlah harta, pangkat dan pendidikan, tetapi bila anak-anak dipersembahkan kepada Tuhan dan anak-anak tinggal dalam Allah. Semoga.
REFLEKSI PRIBADI:
1. Apakah selama ini Saudara/i termasuk orang yang rendah hati?
2. Jadikanlah hidup Anda, berkat yang Anda terima untuk memuliakan Tuhan!
0 comments:
Post a Comment
Syalom. Terimakasih atas kunjungan dan komentarnya.Semoga Tuhan memberkati para Saudara.