MASA BIASA TAHUN B: Pekan IV:
(Blasius, Ansgarius, Stefanus Bellesini)
Sir 47:2-11, Mzm 18:31,47,50,51, Mrk 6:14-29
Raja Herodes juga mendengar tentang Yesus, sebab nama-Nya sudah terkenal dan orang mengatakan: "Yohanes Pembaptis sudah bangkit dari antara orang mati dan itulah sebabnya kuasa-kuasa itu bekerja di dalam Dia." Yang lain mengatakan: "Dia itu Elia!" Yang lain lagi mengatakan: "Dia itu seorang nabi sama seperti nabi-nabi yang dahulu." Waktu Herodes mendengar hal itu, ia berkata: "Bukan, dia itu Yohanes yang sudah kupenggal kepalanya, dan yang bangkit lagi." Sebab memang Herodeslah yang menyuruh orang menangkap Yohanes dan membelenggunya di penjara berhubung dengan peristiwa Herodias, isteri Filipus saudaranya, karena Herodes telah mengambilnya sebagai isteri. Karena Yohanes pernah menegor Herodes: "Tidak halal engkau mengambil isteri saudaramu!" Karena itu Herodias menaruh dendam pada Yohanes dan bermaksud untuk membunuh dia, tetapi tidak dapat, sebab Herodes segan akan Yohanes karena ia tahu, bahwa Yohanes adalah orang yang benar dan suci, jadi ia melindunginya. Tetapi apabila ia mendengarkan Yohanes, hatinya selalu terombang-ambing, namun ia merasa senang juga mendengarkan dia. Akhirnya tiba juga kesempatan yang baik bagi Herodias, ketika Herodes pada hari ulang tahunnya mengadakan perjamuan untuk pembesar-pembesarnyam perwira-perwiranya dan orang-orang terkemuka di Galilea. Pada waktu itu anak perempuan Herodias tampil lalu menari, dan ia menyukakan hati Herodes dan tamu-tamunya. Raja berkata kepada gadis itu: "Minta dari padaku apa saja yang kauingini, maka akan kuberikan kepadamu!", lalu bersumpah kepadanya: "Apa saja yang kauminta akan kuberikan kepadamu, sekalipun setengah dari kerajaanku!" Anak itu pergi dan menanyakan ibunya: "Apa yang harus kuminta?" Jawabnya: "Kepala Yohanes Pembaptis!" Maka cepat-cepat ia pergi kepada raja dan meminta: "Aku mau, supaya sekarang juga engkau berikan kepadaku kepala Yohanes Pembaptis di sebuah talam!" Lalu sangat sedihlah hati raja, tetapi karena sumpahnya dan karena tamu-tamunya ia tidak mau menolaknya. Raja segera menyuruh seorang pengawal dengan perintah supaya mengambil kepala Yohanes. Orang itu pergi dan memenggal kepala Yohanes di penjara. Ia membawa kepala itu di sebuah talam dan memberikannya kepada gadis itu dan gadis itu memberikannya pula kepada ibunya. Ketika murid-murid Yohanes mendengar hal itu mereka datang dan mengambil mayatnya, lalu membaringkannya dalam kuburan.
RENUNGAN:
Herodes senang mendengar ajaran Yohanes Pembaptis, tetapi dia juga tidak menyukainya karena Yohanes Pembaptis bicara terus terang dan tidak takut mengkritiknya yang berbuat salah karena mengambil Herodias isteri adiknya. Herodes juga segan pada Yohanes sehingga dia enggan melakukan permintaan puteri Horidias, namun akhirnya karena gengsi di hadapan tamu-tamunya, dia akhirnya memenggal kepala Yohanes Pembaptis.
Yohanes Pembaptis tidak disukai dan akhirnya mati di bunuh bukan karena dia melakukan kejahatan atau hidupnya tidak baik, tetapi justru karena dia berkata jujur dan berani mengatakan kebenaran. Yohanes juga tidak takut menegur kesalahan orang lain. Hidup jujur, berkata jujur dan berani mengatakan kebenaran dari dulu hingga sekarang ini memang seringkali mengalami resiko tidak disukai orang dan bahkan menjadi korban kecurangan orang lain. Bahkan yang sering terjadi orang seperti Yohanes Pembaptis malah disingkirkan. Dari sebab itu, tidak sedikit orang yang hidup dalam kebohongan demi jabatan, pangkat, kekuasaan dan demi relasi dengan orang lain. Padahal setiap orang pasti mengharapkan orang lain jujur, tetapi dia sendiri hidup dalam ketidak jujuran. Kalaupun kita tidak berani mengatakan yang benar, kita lebih memilih diam atau pura-pura tidak tahu. Inilah hidup yang saat ini banyak dipertontonkan dunia.
Memang hidup jujur dan berani berkata benar, bisa jadi mengalami nasib seperti Yohanes Pembaptis. Tetapi hidup yang demikianlah yang dikehendaki oleh Tuhan. Selain itu, orang yang hidup demikian akan menemukan kebahagiaan hidup. Sedangkan orang yang tidak hidup demikian, sekilas hidupnya enak, tetapi tidak ada kebahagiaan dan ketenangan batin dalam dirinya.
Selain itu, orang yang hidup jujur dan berkata benar, juga berani mengakui kebaikan dalam diri orang lain. Bukan seperti Herodes yang senang dengan pengajaran Yohanes tetapi tidak mengakui kebaikan dalam kata-kata Yohanes dan tidak mengakui kebaikan dalam Yohanes. Rasa gengsi terhadap orang lain membuat dia berani mengorbankan orang baik. Demikian juga seringkali terjadi dalam hidup manusia. Selain tidak menyukai orang jujur dan berani berkata benar karena mengungkap keburukan dirinya, juga karena rasa gengsi seringkali membuat orang tidak berani mengakui kebaikan dalam diri sesama. Malahan karena rasa gengsi orang tidak segan-segan mengorbankan sesamanya. Namun sebaliknya orang yang hidup jujur, berani mengakui kebaikan dalam diri sesamanya dan mereka sungguh menghormati orang lain.
Oleh karena itu, semoga kita meneladan Yohanes Pembaptis, yang berani hidup baik, berkata dan berlaku jujur dan berani berkata benar, meskipun pasti tidak disukai oleh orang lain. Tertapi dengan hidup demikian, kita akan beroleh hidup yang bahagia dan berkenan di hadapan Tuhan. Amin.