CATATAN KECIL : TUHAN DI MANA? TUHAN BERPIHAK KEPADA SIAPA?
Kiranya pertanyaan demikian pasti akan terlontar manakali kita atau orang lain mengalami suatu malapetaka atau bencana. Ketika terjadi tsyunami di Filipina, orang pun pasti berpikir mengapa Tuhan membiarkan semuanya itu terjadi. Orang seringkali mengaitkan bencana alam atau penderitaan sebagai peringatan dan hukuman dari Tuhan. Tidak jarang hal demikian kita dengarkan dan bahkan mungkin kita sendiri mengatakannya.
Bila hal ini dikaitkan dengan bencana alam yang terjadi di Filipina, kita pasti heran karena kita ketahui penduduk Filipina mayoritas beragama Katolik sehingga, “Apakah memang Tuhan menghukum mereka dengan bencana itu? Apa yang mereka perbuat sehingga terjadi demikian? Kalaupun itu bukan karena hukuman dari Tuhan, mengapa Tuhan membiarkan semuanya itu terjadi? Sebab peristiwa itu jelas membuat banyak orang menderita, terutama orang-orang miskin.
Masih banyak bentuk atau hal yang membuat orang berpikir dan bertanya, “Di mana Tuhan ketika kita atau orang lain mengalami bencana alam, penderitaan dan persoalan dalam hidupnya? Apakah memang Tuhan masih peduli dengan hidup manusia?
Adapula perkara yang membuat orang lain bingung, sehubungan dengan keberadaan dan keberpihakanTuhan.
Kita pasti pernah mendengarkan seseorang yang miskin menjadi korban kejahatan orang lain, mereka mencari keadilan tetapi tetapi tidak mendapatkannya. Misalnya seseorang dituduh oleh seorang kaya atau orang yang berkuasa dan dijatuhi hukuman. Orang miskin itu tidak melakukan perbuatan yang dituduhkan, dia hanya korban fitnah orang tertentu atau malah dikorbankan demi menutupi kejahatan yang menjani lawannya di pengadilan. Namun orang miskin itu yang menjadi korban sedangkan yang melakukan perbuatan jahat itu malah bebas. Orang kaya itu akhirnya bebas karena dia bisa membayar pengacara yang mahal dan mungki bisa membeli hakim sehingga membebaskan dirinya, sedangkan orang miskin itu tidak bisa berbuat apa-apa. Ironisnya adalah orang kaya itu ketika putusan pengadilan seringkali menggelar konferensi pers dan dengan tegas mengatakan, bahwa Tuhan berpihak kepada diri-Nya dan Tuhan itu mencintainya makanya dia bebas dari hukuman. Sedangkan orang miskin yang akhirnya terhukum akan merutuki nasibnya dan akan bertanya, “Di mana Tuhan? Mengapa Tuhan tidak membelanya? Mengapa Tuhan justru berpihak kepada yang melakukan kejahatan.
TUHAN MENGASIHI MANUSIA
Bertitik tolak pada contoh di atas, kita bertanya, “Apakah memang Tuhan berpihak kepada orang jahat itu sehingga dia terbebas dari hukuman? Mengapa Tuhan tidak membela orang miskin dan benar itu? Secara manusiawi, pertanyaan ini sulit kita mengerti dan kitapun sulit untuk menjawab bila pertanyaan itu diajukan kepada kita.
Benarkah Tuhan menjadi sumber bencana alam, sumber dari malapetaka atau penderitaan manusia? Benarkah Tuhan mendatangkan semuanya itu untuk menghukum manusia supaya manusia menjadi sadar? Tentu tidak pernah demikian. Tuhan tidak pernah menjadi sumber malapetaka, sumber bencana alam dan sumber penderitaan dan persoalan hidup manusia. Bila kita percaya bahwa semuanya itu berasal dari Tuhan, berarti Tuhan itu sungguh kejam, mendidik manusia dengan penghukuman yang sangat berat.
Dalam kitab suci jelas kita ketahui bahwa Allah itu kasih . Kasih Allah yang sungguh besar dinyatakan dalam diri Yesus yang diutus untuk membawa kabar sukacita bagi manusia, yakni bahwa Allah mengasihi manusia. Ini adalah kabar sukacita bagi manusia, karena pada masa itu orang sering berpikir bahwa Allah kita kejam dan Allah itu tidak berpihak kepada orang-orang kecil dan miskin.
Pemikiran demikian muncul karena pengajaran saat itu yang mengatakan bahwa orang sakit, orang miskin adalah orang yang tidak diberkati oleh Tuhan, orang yang mendapat penghukuman.
Pemikiran demikian juga muncul karena penderitaan yang dialami seakan tidak berkesudahan, sehingga berpikir bahwa mereka tidak dikasihi dan tidak dikehendaki oleh Tuhan sehingga membiarkan mereka demikian. Oleh sebab itulah para rasul juga bertanya bertanya kepada Yesus ketika melihat orang buta sejak dilahirmakan, “Rabi, siapakah yang berbuat dosa, orang ini sendiri atau orang tuanya, sehingga ia dilahirkan buta? (yoh 9:2). Para murid bertanya demikian karena memang pemahaman pada masa itu mengatakan bahwa orang sakit dan miskin adalah hukuman dari Tuhan karena dosanya atau juga karena dosa keluarga atau orang tuanya.
Menanggapi pertanyaan itu, Yesus dengan tegas mengatakan bahwa orang buta itu lahir demikian, bukan karena hukuman dari Tuhan, bukan karena dia tidak diberkati oleh Tuhan. Namun hal itu terjadi karena memang manusia adalh ciptaan dan akan ada dalam kehidupan manusia. Hal ini dikatakan oleh Yesus dengan mengakatan, “...selama masih siang; akan datang malam..” ini bisa kita artikan bahwa selama ada kehidupan, pasti masih akan ada penderitaan manusia, namun itu bukan berasal dari Tuhan dan bukan karena hukuman dari Tuhan karena kedosaan manusia.
MANUSIA MENYALAHGUNAKAN ANUGERAH KEBEBESAN YANG DAROI TUHAN
Mungkin kita berpikir, “Mengapa Tuhan tidak menghilangkan kejahatan dan penderitaan dari hidup manusia?” Mengapa Tuhan seakan membiarkan orang-orang jahat meraja lela dan seakan malah mendukung kejahatan mereka?” Kita pasti selalu berharap agar Tuhan membunuh saja kejahatan dari hidup ini dan menghilangkan persoalan dari hidup manusia. Menanggapi hal demikian, ada orang berpikir bahwa dengan adanya penderitaan dan persoalan itu, manusia sadar bahwa dirinya adalah manusia lemah sehingga membutuhkan Tuhan. Kita harus hati-hati dengan pemikiran demikian, karena bisa berarti bahwa Tuhan sengaja membuat kita lemah agar kita tergantung kepada Dia. Kiranya hal ini yang terjadi dalam kehidupan kita, pemerintah dan penguasa sengaja membuat rakyat miskin tetap miskin supaya mereka terikat dan merasa membutuhkan pemerintah. Tuhan tidaklah demikian.
Kita pasti masih ingat dalam kisah penciptaan manusia. Allah menciptakan manusia seturut gambar dan rupa Allah.
Allah menciptakan manusia bukan hanya sekedar berbeda bentuk dengan ciptaan lain, tapi Allah memberi kehendak bebas bagi manusia yang tidak ada pada ciptaan lain dan Allah memberi kuasa atas manusia untuk menguasai semua ciptaan. Allah memberi pesan kepada manusia yang tidak bisa mereka langgar, dengan berfirman; "Semua pohon dalam taman ini boleh kaumakan buahnya dengan bebas, tetapi pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat itu, janganlah kaumakan buahnya, sebab pada hari engkau memakannya, pastilah engkau mati."( Kej 2:16-17)Namun apa yang terjadi? Manusia melanggar perintah Tuhan. Dalam hal ini bukan soal makan buah itu atau tidak, tetap pelanggaran atas perintah Tuhan. Sejak saat itu manusia keluar dari taman firdaus, bukan karena Allah menghukum tetapi karena perbuatan manusia itu sendiri yang membuat manusia itu tidak layak lagi tinggal di taman Firdaus. Walaupun manusia itu berdosa, Allah masih membela manusia dan tidak menghendaki manusia itu mati, yakni Allah masih membuatkan pakaian untuk manusia itu, (Kej 3: 20).
Demikian juga halnya ketika Kain membunuh Habel adiknya hanya karena kecemburuan. Mengapa Tuhan membiarkan Kain membunuh adeknya Habel, Habel yang baik dan jujur itu? Hanya Tuhan yang tahu. Namun yang kita tahu pasti adalah bahwa Tuhan tetap mengasihi Kain walaupun telah membunuh Kain adiknya, sebab itu Tuhan menaruh tanda atas Kain agar orang tidak membunuh dia. Tuhan masih mengharapkan manusia itu hidup dan diberi kesempatan untuk bertobat.
Secara singkat dapat kita katakan bahwa penderitaan itu bukan berasal dari Tuhan. Penderitaan itu berasal dari manusia sendiri, baik karena perbautannya sendiri maupun karena perbuatan orang lain.
Kejahatan dan penderitaan itu bermula dari kehendak bebas yang diberikan oleh Tuhan dan disalahgunakan oleh manusia. Namun kita tentu tidak berpikir bahwa kejahatan itu terjadi karena kesalahan Tuhan yang memberi manusia kehendak bebas. Kalau Tuhan tidak memberi kita kehendak bebas karena itu yang menjadi awal kejahatan dan penderitaan orang lain, maka kita tidak ada ubahnya dengan binatang dan kita bukan lagi ciptaan menurut gambar dan rupa Allah.
Demikianlah terjadi dalam perjalanan hidup manusia. Manusia bukannya semakin baik, tetapi semakin menyalahgunakan kebebasan yang diberikan oleh Tuhan. Tuhan tidak menghendaki manusia itu binasa, oleh karena itu Yesus diutus untuk membawa kabar sukacita dan keselamatan bagi manusia. Kabar sukacita yang pertama-tama dinyatakan kepada manusia adalah bahwa Allah mengasihi semua manusia dan menghendaki manusia selamat dan pada akhirnya beroleh hidup kekal. Berita bahwa Allah mengasihi semua manusia terutama mereka yang miskin dan menderita tentu sungguh kabar yang menyejukkan hati bagi para kaum miskin dan menderita pada masa itu dan juga pada masa sekarang. Sebab pada masa itu dengan jelas diajarkan bahwa orang menderita dan orang miskin dianggap kutukan Tuhan dan mereka tidak diberkati oleh Tuhan.
BERIMAN BUKAN MENGHILANGKAN PERSOALAN DAN PENDERITAAN MANUSIA.
Kita percaya bahwa Yesus datang mewartakan kabar sukacita dan pertobatan. Namun apa yang terjadi? Tidak semua orang menerima Dia dan bahkan menolak serta membunuh Yesus. Mengapa Yesus tidak memaksa orang-orang yang menolak-Nya supaya percaya kepada Dia? Mengapa Yesus tidak melenyapkan orang yang tidak menerima Dia? Mengapa justru Yesus seakan kalah dan mati di salib? Apakah Yesus memang kalah?
Yesus tidak melakukan demikian karena Yesus menghargai manusia sebagai manusia yang diciptakan secitra dengan Dia, Yesus mengheargai kehendka bebas manusia. Yesus kommit dengan apa yang sudah diberikan ketika manusia diciptakan, tidak menarik kehendak bebas manusia. Inilah tanda nyata kasih Tuhan bagi manusia. Yesus mengharapkan manusia menerima Dia karena kesadaran dan iman, bukan karena dipaksa.
Penolakan sebagian besar manusia, penderitaan dan kematian Yesus, bukan berarti Yesus gagal. Memang secara manusiawi Yesus seakan gagal, tetapi sebenarnya tidak. Kedatangan Yesus adalah untuk mewartakan dan menyatakan kasih Tuhan kepada manusia dan mau menyelamatkan manusia. Inila misi utama Yesus datang ke dunia ini. Yesus siap menerima resiko dari perutusan-Nya dan Yesus tetap setia, tidak mau menghindar dari tugas itu walau menghadapi resiko kematian. Sehingga penderitaan, kematian dan kebangkitan Yesus akhirnya menyelamatkan manusia.
Dengan demikian, Yesus tidak gagal tetapi Yesus menang karena setia pada kasih-Nya kepada manusia, manasia akhirnya diperdamaikan dengan Tuhan dan manusia mendapat kesempatan untuk bersatu dengan Tuhan dalam kehidupan kekal.
Yesus datang tidak menghapus kejahatan dan penderitaan tetapi justru menantang dan melawan semuanya itu dengan kasih dan pengorbanan yang pada akhirnya berbuah hidup kekal kepada manusia. Yesus sendiri kerap mengatakan kepada manusia bahwa para murid-Nya akan menghadapi penderitaan, perosalan hidup dan nyawa mereka terancam oleh karena nama-Nya. Dengan demikian, kita juga mengatakan bahwa beriman kepada Dia bukan berarti terbebas dari penderitaan, persoalan dan kejahatan.
NAMA TUHAN AKAN DIMULIAKAN DALAM HIDUP
Jelas bahwa beriman tidak menghilangkan penderitaan, persoalan dan kejahatan dari hidup ini. Jelas juga bahwa semuanya itu tidak berasal dari Tuhan. Kita ingat kembali apa yang dikatakan oleh Yesus tentang orang buta sejak dilahirkan, “Bukan dia dan bukan juga orang tuanya, tetapi karena pekerjaan-pekerjaan Allah harus dinyatakan di dalam dia.”( Yoh 9:3)
Yesus yang akhirnya wafat di salibkan, bukan gagal atau kalah, tetapi pemenang, karena Yesus setia pada kehendak Allah. Secara manusiawi memang seakan gagal, tetapi yang gagal adalah orang yang menolak dan membunuh Dia.
Demikian juga halnya dalam hidup, secara manusiawi orang yang membuat orang lain menderita, mereka seakan menjadi pemenang dalam hidup ini. Mereka bukan pemenang dan bukan karena Tuhan berpihak kepada mereka. Mereka itu justru orang yang kalah, karena mereka dikalahkan oleh kejahatan sehingga kelak mereka akan masuk dalam kebinasaan hidup. Memang saat ini mereka tertawa, tetapi akhirnya mereka pasti akan menangis dan menderita dalam penderitaan kekal. Kalaupun mereka mengatakan bahwa kemenangan mereka karena kebaikan Tuhan dan Tuhan berpihak kepada mereka, itu samasekali tidak benar, karena Tuhan tidak pernah berpihak dan membenarkan kejahatan. Mereka akan mendapat hukuman akibat perbuatan mereka. Kita tidak mengharapkan demikian, tidak usah kita berharap demikian, karena tanpa kita minta, mereka pasti akan mengalaminya.
Kita yang menderita karena ulah orang lain, bencana alam yang terjadi bukan karena kita kalah dan berosa. Semuanya itu terjadi bukan karena Tuhan, tetapi lewat semuanya itu nama Tuhan akan dimuliakan. Bukan penderitaan dan bencana alam itu yang akan memuliakan Tuhan, tetapi orang beriman yang tetap setia akan memuliakan nama Tuhan. Coba kita lihat, bahwa dalam setiap bencana alam, pasti banyak orang bersimpati dan memberikan bantuan kasih kepada mereka. Lewat peristiwa itu, nama Tuhan dimuliakan lewat perbuatan kasih banyak orang. Nama Tuhan juga dimuliakan lewat orang-orang yang mengalami penderitaan tetapi tetap setia kepada Tuhan. Bukan rahasia bahwa sering kita temukan bahwa banyak orang yang mengalami penderitaan dan bencana alam, tetapi mereka tetap setia beriman. Nama Tuhan dimuliakan lewat keteguhan iman mereka. Sebab mereka sanggup tetap teguh beriman, bukan dari dirinya sendiri tetapi Tuhan sendirilah yang menguatkan hati mereka yang tetap memberi semangat hidup kepada mereka. Dalam diri mereka ini Tuhan bekerja atau menyatakan diri. Tentu kita heran melihat orang yang menderita, dianiaya dan kena bencana alam tetapi mereka tetap ceria dan tetap teguh dalam iman.
Dalam hidup mereka itu, nama Tuhan semakin dimuliakan, karena mereka mengajarkan iman yang hidup kepada kita. Selain itu, kita harus yakin bahwa dalam setiap penderitaan, persoalan dan bencana alam, Tuhan tetap hadir, Tuhan tidak jauh, Tuhan tidak menghukum dan tidak meninggalkan kita, Tuhan tetap beserta kita dan akan menyatakan mukijzat-Nya.
Oleh sebab itu, ktia hendaknya tetap teguh dalam hidup, walau kita menderita, dianiaya dan menghadapi bencana alam. Biarlah lewat keteguhan iman kita, nama Tuhan semakin kita muliakan.