RENUNGAN HARI BIASA: JUMAT 22 NOVEMBER 2013
(Peringatan Wajib St. Sesilia )
1Mak. 4:36-37,52-59; MT 1Taw. 29:10,11abc,11d-a2a,12bcd; Luk. 19:45-48
BACAAN INJIL:
Lalu Yesus masuk ke Bait Allah dan mulailah Ia mengusir semua pedagang di situ, kata-Nya kepada mereka: "Ada tertulis: Rumah-Ku adalah rumah doa. Tetapi kamu menjadikannya sarang penyamun." Tiap-tiap hari Ia mengajar di dalam Bait Allah. Imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat serta orang-orang terkemuka dari bangsa Israel berusaha untuk membinasakan Dia, tetapi mereka tidak tahu, bagaimana harus melakukannya, sebab seluruh rakyat terpikat kepada-Nya dan ingin mendengarkan Dia.
RENUNGAN :
Saya masih ingat satu pengalaman yang sangat menarik, yang terjadi puluhan tahun yang lalu. Pada saat itu saya bersama teman sedang berbincang-bincang di depan satu Gereja Katolik, bukan di pekarangan Gereja, tetapi di jalan raya tepat di depan Gereja. Ketika sedang asyik berbincang-bincang, saya melihat seorang ibu yang sedang berjalan tiba-tiba berhenti di depan Gereja dan ibu itu membuat tanda salib dan sesudah itu kembali melanjutkan perjalanannya.
Peristiwa kecil ini sungguh mengagetkan sekaligus mengagumkan, karena ibu yang sederhana itu begitu percaya akan kekudusan gedung Gereja sebagai rumah Tuhan, bait Allah, bangunan yang kudus, sehingga hanya melintas di depannya, ibu itu menunjukkan penghormatannya dengan berhenti dan membuat tanda salib.
Gedung Gereja memang adalah bangunan fisik, namun gedung itu adalah rumah Tuhan, rumah doa, bangunan yang dikuduskan untuk merayakan iman, tempat diyakini Allah berdiam dan di situ umat dipersatukan sebagai satu saudara dalam Tuhan dan menjadi tempat umat bertermu dengan Tuhan. Intinya bagi kita yang beriman, gedung gereja adalah Bait Allah, tempat kudus.
Namun apakah masih banyak umat yang menghayatinya hingga sekarang dan penghayatan itu ditunjukkan dengan sikap iman? Kiranya yang kita dengarkan dalam injil hari ini, masih juga sering terjadi dalam kehidupan beriman.
Sebagaimana kita dengarkan dalam injil hari ini, Yesus marah dan mengusir semua pedanga yang ada di pelataran Bait Allah. Yesus dengan tegas mengatakan Bait Allah adalah rumah-Nya rumah doa, bukan menjadi sarang penyamun. Yesus mengatakan bahwa Bait Allah itu adalah rumah-Nya sendiri.
Dengan ungkapan itu, jelas Yesus mengatakan siapa diri-Nya sendiri, yakni Dia adalah Allah. Orang Farisi yang mendengar perkataan ini pasti kaget karena Yesus menyatakan bahwa diri-Nya adalah Tuhan, pemilik Bait Allah. Ini juga menjadi salah satu alasan orang Farisi untuk menentang Yesus, karena mereka tidak menerima bahwa Yesus adalah Mesias. Yesus marah karena Bait Allah yang pada hakekatnya adalah kudus, tempat berdoa, tapi justru dijadikan tempat berdagang dan menjadi sarang penyamun.
Yesus mengatakan demikian, karena dipelataran Bait Allah itu banyak para pedagang yang menjajakan ternak untuk persembahan dan para penukar uang untuk menukar uang yang akan dipersembahkan. Kehadiran pedagang dan penukar itu membaut suasana Bait Allah menjadi riuh, mengganggu keheningan. Apalagi mereka membuat harga yang sangat tinggi untuk kepentingan pribadi, mencari untung yang besar, karena bagaimanapun orang yang hendak mempersembahkan persembahan pasti akan membeli walaupun dengan harga yang sangat tinggi.
Hal ini tentu sangat memberatkan orang-orang miskin yang mau mempersembahkan persembahan baik itu korban persembahan dan uang persembahan, karena harus membeli atau menukar dengan harga yang sangat tinggi. Para pedagang itu berbuat demikian tentu karena ada ijin dari orang yang berkuasa pada saat itu atas Bati Allah dan mereka itupun pasti mendapat bagian dari keuntungan para pedagang. Oleh sebab itu, Bait Allah yang seharusnya tempat untuk berdoa, malahan dijadikan menjadi tempat bermisnis, tempat berdagang, tempat untuk mencari keuntungan dengan mengorbankan orang lain terutama orang-orang yang kecil, menghalangi orang-orang miskin untuk memberi persembahan.
Kemarahan Yesus dalam injil hari ini, mungkin juga masih terjadi dalam kehidupan kita saat ini.
Kita perlu bertanya, “Sejauh mana keyakinan kita bahwa Gedung Gereja adalah Bait Alalh, tempat untuk berdoa? Penghayatan kita juga harus ditampakkan dengan perilaku kita dalam gereja maupun dalam gereja. Mungkin kita tidak pernah menemukan umat atau pengurus gereja yang berdagang di pekarangan Gereja untuk mencari keuntungan besar bagi dirinya sendiri. Namun bukan suatu yang rahasia bahwa terkadang kita mendengar bahwa kegiatan gereja bisa menjadi ladang bisnis bagi orang atau kelompok tertentu. Mungkin bisa saja terjadi, ada orang atau pengurus Gereja yang berusaha membuat proyek gereja dengan tujuan untuk mencari untung.
Hal demikian bisa saja terjadi. Namun mungkin hal demikian sangat jarang kita temukan.
Kita juga sering atau pernah mendengar keluhan beberapa umat sehubungan dengan pakaian yang pantas ke Gereja. Keluhan itu disampaikan banyak orang, karena tidak sedikit umat yang datang beribadah dengan pakaian yang bisa mengganggu orang lain dalam beribadah. Memang semuanya itu tergantung dari hati dan keteguhan umat yang merasa risih. Namun apakah para saudara yang berpakaian demikian itu sadar bahwa dirinya berada di tempat yang suci atau tidak? Apakah dia sadar dirinya hadir untuk merayakan ibadah suci atau berpikir mau ke tempat santai saja?
Seringkali orang yang demikian memberi alasan bahwa Yesus pun tidak risih dengan penampilan umat yang datang dan Yesus pasti menerima penampilan apa adanya umat yang hadir. Kiranya ini bisa dikatakan suatu pembenaran diri. Namun sebenarnya kita sendiri harus merenungkan bahwa apakah memang pantas kita ke gereja berpakaian seperti ke tempat santai? Ada lagi perilaku yang lain, yakni ke gereja menggunakan pakaian seadanya bahkan terlihat sangat sederhana, padahal kalau ke tempat lain atau resepsi lain menggunakan pakaian yang sangat bagus dan anggun. Kalau memang kita sadar bahwa gereja adalah Bait Allah, rumah doa, tempat yang suci, tentu perilaku dan penampilan kita juga menunjukkan penghayatan kita.
Oleh sebab itu, ingatlah kata-kata Yesus, “Ada tertulis: Rumah-Ku adalah rumah doa. Tetapi kamu menjadikannya sarang penyamun."
0 comments:
Post a Comment
Syalom. Terimakasih atas kunjungan dan komentarnya.Semoga Tuhan memberkati para Saudara.