RENUNGAN HARI BIASA:
SABTU 23 NOVEMBER 2013
(Klemens I, Kolumbanus, Mikhael Agustinus Pro)
1Mak. 6:1-13; Mzm. 9:2-3,4,6,16b,19; Luk. 20:27-40
BACAAN INJIL:
Suatu hari datanglah kepada Yesus beberapa orang Saduki, yang tidak mengakui adanya kebangkitan. Mereka bertanya kepada-Nya: "Guru, Musa menuliskan perintah ini untuk kita: Jika seorang, yang mempunyai saudara laki-laki, mati sedang isterinya masih ada, tetapi ia tidak meninggalkan anak, saudaranya harus kawin dengan isterinya itu dan membangkitkan keturunan bagi saudaranya itu. Adalah tujuh orang bersaudara. Yang pertama kawin dengan seorang perempuan lalu mati dengan tidak meninggalkan anak. Lalu perempuan itu dikawini oleh yang kedua, dan oleh yang ketiga dan demikianlah berturut-turut oleh ketujuh saudara itu, mereka semuanya mati dengan tidak meninggalkan anak. Akhirnya perempuan itu pun mati. Bagaimana sekarang dengan perempuan itu, siapakah di antara orang-orang itu yang menjadi suaminya pada hari kebangkitan? Sebab ketujuhnya telah beristerikan dia."
Jawab Yesus kepada mereka: "Orang-orang dunia ini kawin dan dikawinkan, tetapi mereka yang dianggap layak untuk mendapat bagian dalam dunia yang lain itu dan dalam kebangkitan dari antara orang mati, tidak kawin dan tidak dikawinkan. Sebab mereka tidak dapat mati lagi; mereka sama seperti malaikat-malaikat dan mereka adalah anak-anak Allah, karena mereka telah dibangkitkan. Tentang bangkitnya orang-orang mati, Musa telah memberitahukannya dalam nas tentang semak duri, di mana Tuhan disebut Allah Abraham, Allah Ishak dan Allah Yakub. Ia bukan Allah orang mati, melainkan Allah orang hidup, sebab di hadapan Dia semua orang hidup."
Mendengar itu beberapa ahli Taurat berkata: "Guru, jawab-Mu itu tepat sekali." Sebab mereka tidak berani lagi menanyakan apa-apa kepada Yesus.
RENUNGAN :
Dalam hidup ini, perkawinan dianggap keharusan bagi semua orang dengan tujuan untuk mendapatkan keturunan. Masih banyak oran g yang sulit mengerti bila ada orang yang tidak menikah atau tidak berkeluarga, juga masih ada saja orang yang sulit menggerti para imam dan suster yang tidak menikah . Karena perkawinan dianggap suatu keharusan, orang tua malu bila sampai anaknya tidak kawin. Oleh sebab itu, orang tua berusaha agar anaknya kawin, bahkan sampai menjodohkannya.
Alasan utama perkawinan adalah untuk melanjutkan keturunan dan itu dianggap suatu kebahagiaan.
Orang Saduki adalah suku yang tidak percaya akan kebangkitan dan akan roh-roh. Mereka adalah suku yang konservatis, hanya menerima lima kitab hukum musa dan tidak mau repot dengan segala aturan sebagaimana yang dihidupi oleh orang Farisi dan ahli-ahli Taurat, juga tidak percaya akan kebangkitan.
Di dalam injil hari ini, orang saduki ingin menjebak Yesus tentang ajaran kebangkitan. Sepertinya orang Saduki bertanya kepada Yesus setelah habis berdebat dengan orang Farisi dan ahli-ahli Taurta. Mungkin saja mereka mau menjebak Yesus atau juga mau mendapatkan pembenaran akan ajaran mereka sehubungan dengan tidak adanya kebangkitan.
Orang Saduki menjebak Yesus tentang perkawinan yang sudah biasa terjadi pada masa itu. Seorang wanita yang menikah sampai tujuh kali karena suami pertama meninggal tanpa meninggalkan anak baginya, sehingga saudara suaminya harus menikah dengan dia supaya harta suaminya tidak hilang menjadi milik wanita itu. Demikianlah akhirnya wanita itu menikah dengan saudara-saudara suaminya sampe tujuh kali menikah. Atas kasus ini, orang Saduki bertanya tentang siapa yang kelak menjadi suami wanita ini dalam kehidupan selanjutnya.
Persoalan yang dismapaikan oleh orang Saduki memang logis bila memikirkan bahwa kehidupan setelah kebangkitan itu sama dengan hidup manusia di dunia sekarang ini. Orang Saduki berharap bahwa dengan pertanyaan itu Yesus membenarkan ajaran mereka sehingga mengalahkan pemikiran orang Farisi yang mengajarkan tentang kebangkitan.
Menanggapi pertanyaan jebakan orang Saduki itu, Yesus mengatakan bahwa kebangkitan itu memang ada. Percaya pada kebangkitan berarti percaya bahwa ada kehidupan setelah kehidupan di dunia ini, kehidupan itu diperoleh setelah mengalami kematian dari kehidupan dunia ini. Namun kehidupan dalam kebangkitan itu bukan seperti kehidupan sekarang di dunia ini.
Dalam kehidupan itu, manusia hidup seperti malaikat, penuh sukacita, tidak berkekurangan dan tidak mati lagi sehingga tidak lagi membutuhkan perkawinan. Dalam kebangkitan itu, manusia tidak lagi kawin dan dikawinkan karena mereka tidak mati lagi dan mereka hidup dalam kebahagiaan kekal.
Jawaban Yesus membuat orang Saduki tidak berkutik lagi dan orang Farisi dan ahli-ahlit Taurat merasa dibela oleh Yesus sehubungan ajaran tentang kebangkitan, sehingga mereka mengatakan, “Guru, jawab-Mu itu tepat sekali." Mereka mengatakan demikian, bukan karena sepenuhnya setuju pada ajaran Yesus, tetapi karena merasa dibela di hadapan orang-orang Saduki.
Injil hari ini jelas mengajarkan kepada kita bahwa hidup yang sekarang bukanlah hidup yang sejati, tidak selamanya, masih ada hidup yang lain yakni hidup kekal setelah kebangkitan. Kehidupan setelah kebangkitan adalah kehidupan penuh sukacita, hidup seperti malaikat, tidak dapat mati lagi. Namun hidup setelah kebangkitan itu hanya diperuntukkan bagi orang-orang yang layak, yakni orang yang selama hidupnya di dunia ini berkenan di hadapan Tuhan, dengan percaya kepada Yesus dan hidup seturut kehendak Tuhan. Dengan demikian, hidup yang sekarang adalah persiapan untuk menuju hidup kekal. Maka semoga hidup kita yang sekarang kita arahkan untuk kehidupan kekal. Amin.
0 comments:
Post a Comment
Syalom. Terimakasih atas kunjungan dan komentarnya.Semoga Tuhan memberkati para Saudara.