Tokoh lintas agama pertanyakan komitmen SBY
Tokoh lintas agama bersatu menyuarakan keprihatinan mereka atas kondisi bangsa (dok)
Menandai dua tahun Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menjabat presiden RI dan Hari Sumpah Pemuda, para tokoh lintas agama Katolik, Islam, Protestan, akan mengirim surat terbuka kepada presiden.
Isi surat itu terkait berbagai keprihatinan termasuk kasus korupsi dan penegakan hukum. Mereka juga mempertanyakan komitmen SBY dalam memerangi korupsi yang masih jauh dari harapan masyarakat.
“Melalui surat itu kami ingin mendorong presiden supaya lebih serius lagi,” kata Uskup Martinus Dogma Situmorang OFMCap, ketua presidium Konferensi Waligereja Indonesia (KWI), Kamis, 8 September.
Pada 18 Oktober nanti SBY genap dua tahun menjabat sebagai presiden untuk masa jabatan 2009-2014, dan 28 Oktober adalah Hari Sumpah Pemuda.
Para pemuka lintas agama yang tergabung dalam Gerakan Tokoh Lintas Agama melawan Kebohongan Publik sepakat menulis surat terbuka itu setelah pertemuan mereka yang diadakan pada 7 September di Jakarta.
Selain Uskup Situmorang, juga hadir Syafii Maarif, mantan ketua PP Muhammadiyah, Solahuddin Wahid dari Nahdlatul Ulama, Pastor Franz Magnis-Suseno SJ, Azyumardi Azra, cendikiawan Muslim, Romo Antonius Benny Susetyo.
“Kami akan mempertanyakan komitmen beliau, bahwa ia berada di garis depan perang terhadap korupsi di Indonesia, namun hal itu jauh dari harapan masyarakat termasuk kami para tokoh lintas agama,” kata Uskup Situmorang.
Prelatus itu mengatakan pertemuan ini dilatarbelakangi oleh keprihatinan yang mendalam terhadap situasi bangsa ini. “Kami berharap bahwa pemerintah sungguh serius dalam menyelesaikan problem hukum di negeri ini,” katanya.
Uskup Padang itu juga menyinggung lemahnya penegakan hukum seperti pada kasus korupsi. “Kita menyaksikan beberapa kasus, seperti Nazaruddin, menimbulkan pertanyaan termasuk kami dari para tokoh agama.”
Nazaruddin, mantan bendahara Partai Demokrat yang tersandung korupsi proyek pembangunan wisma atlet di Palembang, ditangkap di Cartagena, Kolombia, pada 7 Agustus.
Salahuddin Wahid, seperti dikutip The Jakarta Post, menyebut kasus GKI Taman Yasmin sebagai salah satu kasus yang perlu diperhatikan presiden.
Ia mengingatkan kepercayaan masyarakat kepada Presiden SBY sudah semakin menurun saat ini, berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya.
Disadur dari :www.cathnewsindonesia.com , Tanggal publikasi: 8 September 2011
Menandai dua tahun Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menjabat presiden RI dan Hari Sumpah Pemuda, para tokoh lintas agama Katolik, Islam, Protestan, akan mengirim surat terbuka kepada presiden.
Isi surat itu terkait berbagai keprihatinan termasuk kasus korupsi dan penegakan hukum. Mereka juga mempertanyakan komitmen SBY dalam memerangi korupsi yang masih jauh dari harapan masyarakat.
“Melalui surat itu kami ingin mendorong presiden supaya lebih serius lagi,” kata Uskup Martinus Dogma Situmorang OFMCap, ketua presidium Konferensi Waligereja Indonesia (KWI), Kamis, 8 September.
Pada 18 Oktober nanti SBY genap dua tahun menjabat sebagai presiden untuk masa jabatan 2009-2014, dan 28 Oktober adalah Hari Sumpah Pemuda.
Para pemuka lintas agama yang tergabung dalam Gerakan Tokoh Lintas Agama melawan Kebohongan Publik sepakat menulis surat terbuka itu setelah pertemuan mereka yang diadakan pada 7 September di Jakarta.
Selain Uskup Situmorang, juga hadir Syafii Maarif, mantan ketua PP Muhammadiyah, Solahuddin Wahid dari Nahdlatul Ulama, Pastor Franz Magnis-Suseno SJ, Azyumardi Azra, cendikiawan Muslim, Romo Antonius Benny Susetyo.
“Kami akan mempertanyakan komitmen beliau, bahwa ia berada di garis depan perang terhadap korupsi di Indonesia, namun hal itu jauh dari harapan masyarakat termasuk kami para tokoh lintas agama,” kata Uskup Situmorang.
Prelatus itu mengatakan pertemuan ini dilatarbelakangi oleh keprihatinan yang mendalam terhadap situasi bangsa ini. “Kami berharap bahwa pemerintah sungguh serius dalam menyelesaikan problem hukum di negeri ini,” katanya.
Uskup Padang itu juga menyinggung lemahnya penegakan hukum seperti pada kasus korupsi. “Kita menyaksikan beberapa kasus, seperti Nazaruddin, menimbulkan pertanyaan termasuk kami dari para tokoh agama.”
Nazaruddin, mantan bendahara Partai Demokrat yang tersandung korupsi proyek pembangunan wisma atlet di Palembang, ditangkap di Cartagena, Kolombia, pada 7 Agustus.
Salahuddin Wahid, seperti dikutip The Jakarta Post, menyebut kasus GKI Taman Yasmin sebagai salah satu kasus yang perlu diperhatikan presiden.
Ia mengingatkan kepercayaan masyarakat kepada Presiden SBY sudah semakin menurun saat ini, berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya.
Disadur dari :www.cathnewsindonesia.com , Tanggal publikasi: 8 September 2011
0 comments:
Post a Comment
Syalom. Terimakasih atas kunjungan dan komentarnya.Semoga Tuhan memberkati para Saudara.