BERGEMBIRAKAH ORANG (KRISTIANI) ATAS KEMATIAN OSAMA BIN LADEN?
Hal yang menarik, dalam beranda FB ada tertulis, “Kabar gembira bagi kita semua khususnya umat kristiani, Osama telah meninggal dunia tanggal 2 Mei 2011. Dia meninggal dunia dalam serangan pasukan Amerika serikat.” Ada pula yang menuliskan, “Turut berdukacita atas meninggalnya Osama Bin Laden.”
Kematian Osama Bin Laden menimbulkan banyak reaksi. Ada banyak orang yang bergembira atas kematian pemipimpin Al-Qaeda yang memang sepak terjangnya melahirkan kebencian antar agama dan juga melahirkan terror dan bahkan pembunuhan yang mengorbankan banyak orang. Tetapi dipihak lain, tentu juga tidak sedikit orang yang berduka atas kematiannya, yakni para pengikutnya atau para pendukungnya yang setuju atau yang sealiran dengannya. Sebab pasti banyak juga orang sealiran dengannya baik secara terang-terangan dengan menjadi pengikutnya maupun secara diam-diam karena tidak berani. Orang yang berduka atas kematian Osama Bin Laden malah akan marah dan benci terhadap yang bergembira atas kematiannya. Bahkan mungkin para pengikutnya bukannya menjadi surut tetapa akan melahirkan Osama Bin Laden lain yang mungkin akan lebih sadis lagi.
Osama Bina Laden memang telah banyak menimbulkan kematian atau pembunuhan di dunia ini. Dia melakukannya karena paham keliru dan pahamnya sudah merasuk bagi banyak orang. Orang yang tidak sepaham dengan pemikirannya tentu ada rasa lega karena otak terror dan pembunuhan selama ini dicari-cari akhirnya mati juga. Tetapi apakah kita orang Kristen patut bergembira atas kematiannya? Pantaskah kita meluapkan kegembiraan itu dengan ekpresi yang meluap-luap?
Mungkin suatu hal yang menuasiawi bahwa kita ‘bergembira’ karena otak perpecahan dan pembunuhan selama ini telah mati. Kita bergembira karena dengan kematiannya berharap bahwa kerusuhan dan terror atau pembunahan akan berkurang. Tetapi apakah kematian Osama Bin Laden akan menjadi jaminan bahwa terror dan pembunuhan selama ini akan berkurang dan tidak akan terjadi lagi? Ini buka suatu jaminan, karena bagaimanapun selama dia hidup, dia pasti sudah mengkader dan mencuci otak para pengikutnya untuk meneruskan aksinya selama ini. Mungkin kematian Osama Bina Laden akan mengejutkan para pengikutnya dan mungkin membuat mereka sedikit gentar, kehilangan semangat karena kehilangan pemimpin mereka. Tetapi kematian pemimpin Al-Qaedah itu bukan jaminan bahwa aksi mereka akan berkurang dan hilang. Justru pasti akan muncul pemimpin-pemimpin baru yang bisa saja akan lebih sadis lagi. Dendam dan kebencian para pengikutnya atas kematian pemimpin mereka bisa saja akan melahirkan aski yang lebih hebat lagi karena melihat reaksi kegembiraan yang meluap-luap dari orang yang tidak sejalan dengan mereka. Hal ini juga dinyatakan oleh Uskup Agung Emeritus Lahore Mgr Lawrence Saldanhaskup di Pakistan kepada ucanews.com pada 2 Mei. (Beritanya di sini.) “Karena tidak bisa menyerang AS, kami bisa dijadikan empuk empuk. Kami menuntut keamanan. Pemerintah harus mengendalikan serangan balasan apapun,” Uskup ini mengingatkan orang Kristen akan kemungkinan ini. Kata-kata bijak uskup ini sekaligus mengingatkan kita untuk tidak perlu bergembira atas kematian Osama Bin Laden, bahkan tidak perlu kegembiraan itu diekspresikan secara berlebihan.
Vatican juga mengatakan hal yang sama juru bicara Vatikan Pastor Federico Lombardi SJ, dengan mengatakan, “Dalam menghadapi kematian seseorang, orang Kristen tidak pernah bergembira, tetapi merenungkan tentang tanggung jawab serius dari setiap manusia di hadapan Tuhan dan di depan manusia, dan berharap dan berusaha agar setiap peristiwa menjadi kesempatan untuk lebih menumbuhkan kedamaian dan bukan kebencian,”. (Beritanya di sini.)Maka benar dan tepatlah bahwa kematian Osaba Bin Laden kita tidak bergembira, karena orang Kristen tidak pernah bergembira atas kematian seseorang. Dalam hal ini kita bisa belajar dari Yesus sendiri ketika dia dihukum mati di salib. Saaat Dia tergantung di kayu salib, Yesus tidak membenci atau mengutuki orang yang membunuh-Nyat tetapi malah memohonkan pengampunan kepada mereka (Luk 23:34). Maka baiklah kiranya kematian Osama Bin Laden juga membuat kita merenungkan bahwa kematian akan menemui semua orang, hanya memang saat dan bentuk kematian seseorang itu berbeda satu sama lain. Dari peristiwa itu, kita bisa merenungkan bahwa kematian orang yang hidupnya banyak ‘melakukan’ kejahatan, akan juga mati akibat perbuatannya dan bahkan dengan cara yang mengerikan pula. Dan sebagaimana dikatakan oleh juru bicara Vatikan, menanggapi kematian Osama Bin Laden justru harus membuat kita merenungkan bahwa manusia membutuhkan kedamaian dalam hidup ini. Maka tugas kita juga untuk ikut mengupayakan kedamaian dalam hidup ini. Kebencian yang telah ditanamkan dan diwariskan oleh Osama Bina Laden kepada para pengikutnya, justru kita hadapi dengan mengupayakan kedamaian. Dengan hidup damai dan memperjuangkan kedamaian, kita berharap tidak muncul lagi Osama Bin Laden lain yang lebih kejam.
Kematian Osama Bin Laden menimbulkan banyak reaksi. Ada banyak orang yang bergembira atas kematian pemipimpin Al-Qaeda yang memang sepak terjangnya melahirkan kebencian antar agama dan juga melahirkan terror dan bahkan pembunuhan yang mengorbankan banyak orang. Tetapi dipihak lain, tentu juga tidak sedikit orang yang berduka atas kematiannya, yakni para pengikutnya atau para pendukungnya yang setuju atau yang sealiran dengannya. Sebab pasti banyak juga orang sealiran dengannya baik secara terang-terangan dengan menjadi pengikutnya maupun secara diam-diam karena tidak berani. Orang yang berduka atas kematian Osama Bin Laden malah akan marah dan benci terhadap yang bergembira atas kematiannya. Bahkan mungkin para pengikutnya bukannya menjadi surut tetapa akan melahirkan Osama Bin Laden lain yang mungkin akan lebih sadis lagi.
Osama Bina Laden memang telah banyak menimbulkan kematian atau pembunuhan di dunia ini. Dia melakukannya karena paham keliru dan pahamnya sudah merasuk bagi banyak orang. Orang yang tidak sepaham dengan pemikirannya tentu ada rasa lega karena otak terror dan pembunuhan selama ini dicari-cari akhirnya mati juga. Tetapi apakah kita orang Kristen patut bergembira atas kematiannya? Pantaskah kita meluapkan kegembiraan itu dengan ekpresi yang meluap-luap?
Mungkin suatu hal yang menuasiawi bahwa kita ‘bergembira’ karena otak perpecahan dan pembunuhan selama ini telah mati. Kita bergembira karena dengan kematiannya berharap bahwa kerusuhan dan terror atau pembunahan akan berkurang. Tetapi apakah kematian Osama Bin Laden akan menjadi jaminan bahwa terror dan pembunuhan selama ini akan berkurang dan tidak akan terjadi lagi? Ini buka suatu jaminan, karena bagaimanapun selama dia hidup, dia pasti sudah mengkader dan mencuci otak para pengikutnya untuk meneruskan aksinya selama ini. Mungkin kematian Osama Bina Laden akan mengejutkan para pengikutnya dan mungkin membuat mereka sedikit gentar, kehilangan semangat karena kehilangan pemimpin mereka. Tetapi kematian pemimpin Al-Qaedah itu bukan jaminan bahwa aksi mereka akan berkurang dan hilang. Justru pasti akan muncul pemimpin-pemimpin baru yang bisa saja akan lebih sadis lagi. Dendam dan kebencian para pengikutnya atas kematian pemimpin mereka bisa saja akan melahirkan aski yang lebih hebat lagi karena melihat reaksi kegembiraan yang meluap-luap dari orang yang tidak sejalan dengan mereka. Hal ini juga dinyatakan oleh Uskup Agung Emeritus Lahore Mgr Lawrence Saldanhaskup di Pakistan kepada ucanews.com pada 2 Mei. (Beritanya di sini.) “Karena tidak bisa menyerang AS, kami bisa dijadikan empuk empuk. Kami menuntut keamanan. Pemerintah harus mengendalikan serangan balasan apapun,” Uskup ini mengingatkan orang Kristen akan kemungkinan ini. Kata-kata bijak uskup ini sekaligus mengingatkan kita untuk tidak perlu bergembira atas kematian Osama Bin Laden, bahkan tidak perlu kegembiraan itu diekspresikan secara berlebihan.
Vatican juga mengatakan hal yang sama juru bicara Vatikan Pastor Federico Lombardi SJ, dengan mengatakan, “Dalam menghadapi kematian seseorang, orang Kristen tidak pernah bergembira, tetapi merenungkan tentang tanggung jawab serius dari setiap manusia di hadapan Tuhan dan di depan manusia, dan berharap dan berusaha agar setiap peristiwa menjadi kesempatan untuk lebih menumbuhkan kedamaian dan bukan kebencian,”. (Beritanya di sini.)Maka benar dan tepatlah bahwa kematian Osaba Bin Laden kita tidak bergembira, karena orang Kristen tidak pernah bergembira atas kematian seseorang. Dalam hal ini kita bisa belajar dari Yesus sendiri ketika dia dihukum mati di salib. Saaat Dia tergantung di kayu salib, Yesus tidak membenci atau mengutuki orang yang membunuh-Nyat tetapi malah memohonkan pengampunan kepada mereka (Luk 23:34). Maka baiklah kiranya kematian Osama Bin Laden juga membuat kita merenungkan bahwa kematian akan menemui semua orang, hanya memang saat dan bentuk kematian seseorang itu berbeda satu sama lain. Dari peristiwa itu, kita bisa merenungkan bahwa kematian orang yang hidupnya banyak ‘melakukan’ kejahatan, akan juga mati akibat perbuatannya dan bahkan dengan cara yang mengerikan pula. Dan sebagaimana dikatakan oleh juru bicara Vatikan, menanggapi kematian Osama Bin Laden justru harus membuat kita merenungkan bahwa manusia membutuhkan kedamaian dalam hidup ini. Maka tugas kita juga untuk ikut mengupayakan kedamaian dalam hidup ini. Kebencian yang telah ditanamkan dan diwariskan oleh Osama Bina Laden kepada para pengikutnya, justru kita hadapi dengan mengupayakan kedamaian. Dengan hidup damai dan memperjuangkan kedamaian, kita berharap tidak muncul lagi Osama Bin Laden lain yang lebih kejam.
0 comments:
Post a Comment
Syalom. Terimakasih atas kunjungan dan komentarnya.Semoga Tuhan memberkati para Saudara.