Renungan Hari Jumat sesudah Rabu Abu ; 11 Maret 2011
Yes 58:1-9a, Mzm 51:3-45-6a18-19, Mat 9:14-15
Yes 58:1-9a, Mzm 51:3-45-6a18-19, Mat 9:14-15
"Untuk apa kita berpantang dan berpuasa?"
BACAAN INJIL:
Kemudian datanglah murid-murid Yohanes kepada Yesus dan berkata: "Mengapa kami dan orang Farisi berpuasa, tetapi murid-murid-Mu tidak?" Jawab Yesus kepada mereka: "Dapatkah sahabat-sahabat mempelai laki-laki berdukacita selama mempelai itu bersama mereka? Tetapi waktunya akan datang mempelai itu diambil dari mereka dan pada waktu itulah mereka akan berpuasa.
Demikianlah Injil Tuhan bagi kita hari ini.
RENUNGAN:
Dalam masa prapaskah kita diajak untuk berpuasa dan berpantang makan dan minum. Namun banyak juga orang yang melakukan pantang dan puasa di luar masa Prapaskah, ada yang pantang dan puasa karena demi menjaga kesehatan, ada yang karena sudah sakit. Ada pula ibu-ibu atau kaum wanita yang berpantang dan puasa makanan dan minuman demi melangsingkan tubuh. Tentu bukan pantang dan puasa yang demikian yang diharapkan oleh Gereja selama masa prapaskah ini.
Adapula mungkin keluarga yang melakukan pantang puasa makanan dan minuman, tetapi mereka tetap hidup dalam kemewahan, tetap hidup dengan kesenangan yang lain, biaya yang mereka keluarkan untuk ternak anjing mereka jauh lebih besar bila dibandingkan dengan gaji yang diberikan kepada pembantu atau karyawannya, relasai dengan sesamanya tetap tidak berjalan dengan baik, juga relasi dengan Tuhan tetap tidak lebih baik. Pantang dan puasa yang dilakukan tetapi tidak mengubah hidupnya menjadi lebih baik dan menjadi lebih dekat dengan Tuhan, itu bukanlah puasa yang sejati.
Selama masa prapaskah, pantang dan puasa bukanlah menjadi tujuan tetapi jalan untuk mengubah hidup lebih baik, yakni hidup lebih dekat dengan Tuhan. Dengan berpantang dan berpuasa kita berusaha untuk mengekang keinginan atau nafsu daging, nafsu badan kita dan kita berusaha mengharahkan hidup kita kepada Allah, sehingga semakin lebih dekat dan bersatu dengan Allah. Dalam bacaan pertama, nabi Yesaya dengan indah mengatakan puasa yang dikehendaki dan berkenan di hadapan Allah, “Berpuasa yang Kukehendaki, ialah supaya engkau membuka belenggu-belenggu kelaliman, dan melepaskan tali-tali kuk, supaya engkau memerdekakan orang yang teraniaya dan mematahkan setiap kuk, supaya engkau memecah-mecah rotimu bagi orang yang lapar dan membawa ke rumahmu orang miskin yang tak punya rumah, dan apabila engkau melihat orang telanjang, supaya engkau memberi dia pakaian dan tidak menyembunyikan diri terhadap saudaramu sendiri!”
Jelaslah kiranya bahwa bila kita sungguh-sungguh berpantang dan berpuasa, kita tidak lagi hidup dalam keinginan daging atau badan tetapi kita hidup dekat dengan Allah dan dalam Allah. Yesaya menggambarkan bahwa hidup yang dekat dan dalam Allah, dia mengasihi sesama dan rela berbagi sukacita dengan sesama yang menderita. Bila pantang dan puasa kita belum berbuah hasil yang Nampak yakni perubahan hidup yang semakin dekat, bersatu dengan Tuhan dan belum mengasihi serta serla berbagi dengan sesama, itu berarti puasa kita belumlah sempurna. Dan memang kenyataannya selama ini kita belum hidup bersatu dengan Allah, sehingga kita membutuhkan tindakan berpantang dan berpuasa. Dengan demikian, berpantang dan berpuasa sebenarnya tidak hanya dapat dilakukan pada masa prapaskah, tetapi selama dalam hidup kita supaya kita hidup dalam Allah dan bersatu dengan Allah. Amin.
Kemudian datanglah murid-murid Yohanes kepada Yesus dan berkata: "Mengapa kami dan orang Farisi berpuasa, tetapi murid-murid-Mu tidak?" Jawab Yesus kepada mereka: "Dapatkah sahabat-sahabat mempelai laki-laki berdukacita selama mempelai itu bersama mereka? Tetapi waktunya akan datang mempelai itu diambil dari mereka dan pada waktu itulah mereka akan berpuasa.
Demikianlah Injil Tuhan bagi kita hari ini.
RENUNGAN:
Dalam masa prapaskah kita diajak untuk berpuasa dan berpantang makan dan minum. Namun banyak juga orang yang melakukan pantang dan puasa di luar masa Prapaskah, ada yang pantang dan puasa karena demi menjaga kesehatan, ada yang karena sudah sakit. Ada pula ibu-ibu atau kaum wanita yang berpantang dan puasa makanan dan minuman demi melangsingkan tubuh. Tentu bukan pantang dan puasa yang demikian yang diharapkan oleh Gereja selama masa prapaskah ini.
Adapula mungkin keluarga yang melakukan pantang puasa makanan dan minuman, tetapi mereka tetap hidup dalam kemewahan, tetap hidup dengan kesenangan yang lain, biaya yang mereka keluarkan untuk ternak anjing mereka jauh lebih besar bila dibandingkan dengan gaji yang diberikan kepada pembantu atau karyawannya, relasai dengan sesamanya tetap tidak berjalan dengan baik, juga relasi dengan Tuhan tetap tidak lebih baik. Pantang dan puasa yang dilakukan tetapi tidak mengubah hidupnya menjadi lebih baik dan menjadi lebih dekat dengan Tuhan, itu bukanlah puasa yang sejati.
Selama masa prapaskah, pantang dan puasa bukanlah menjadi tujuan tetapi jalan untuk mengubah hidup lebih baik, yakni hidup lebih dekat dengan Tuhan. Dengan berpantang dan berpuasa kita berusaha untuk mengekang keinginan atau nafsu daging, nafsu badan kita dan kita berusaha mengharahkan hidup kita kepada Allah, sehingga semakin lebih dekat dan bersatu dengan Allah. Dalam bacaan pertama, nabi Yesaya dengan indah mengatakan puasa yang dikehendaki dan berkenan di hadapan Allah, “Berpuasa yang Kukehendaki, ialah supaya engkau membuka belenggu-belenggu kelaliman, dan melepaskan tali-tali kuk, supaya engkau memerdekakan orang yang teraniaya dan mematahkan setiap kuk, supaya engkau memecah-mecah rotimu bagi orang yang lapar dan membawa ke rumahmu orang miskin yang tak punya rumah, dan apabila engkau melihat orang telanjang, supaya engkau memberi dia pakaian dan tidak menyembunyikan diri terhadap saudaramu sendiri!”
Jelaslah kiranya bahwa bila kita sungguh-sungguh berpantang dan berpuasa, kita tidak lagi hidup dalam keinginan daging atau badan tetapi kita hidup dekat dengan Allah dan dalam Allah. Yesaya menggambarkan bahwa hidup yang dekat dan dalam Allah, dia mengasihi sesama dan rela berbagi sukacita dengan sesama yang menderita. Bila pantang dan puasa kita belum berbuah hasil yang Nampak yakni perubahan hidup yang semakin dekat, bersatu dengan Tuhan dan belum mengasihi serta serla berbagi dengan sesama, itu berarti puasa kita belumlah sempurna. Dan memang kenyataannya selama ini kita belum hidup bersatu dengan Allah, sehingga kita membutuhkan tindakan berpantang dan berpuasa. Dengan demikian, berpantang dan berpuasa sebenarnya tidak hanya dapat dilakukan pada masa prapaskah, tetapi selama dalam hidup kita supaya kita hidup dalam Allah dan bersatu dengan Allah. Amin.
0 comments:
Post a Comment
Syalom. Terimakasih atas kunjungan dan komentarnya.Semoga Tuhan memberkati para Saudara.