Renungan Hari Sabtu sesudah Rabu Abu ; 12 Maret 2011
Yes 58:9b-14, Mzm 86:1-2,3-4,5-6, Luk 5:27-32
Yes 58:9b-14, Mzm 86:1-2,3-4,5-6, Luk 5:27-32
"Prapaskah menjadi sangat indah bila mana bukan hanya kita sendiri yang bertobat, tetapi pertobatan dan iman kita juga menghantar sesama kita kepada pertobatan."
BACAAN INJIL:
Kemudian, ketika Yesus pergi ke luar, Ia melihat seorang pemungut cukai, yang bernama Lewi, sedang duduk di rumah cukai. Yesus berkata kepadanya: "Ikutlah Aku!" Maka berdirilah Lewi dan meninggalkan segala sesuatu, lalu mengikut Dia. Dan Lewi mengadakan suatu perjamuan besar untuk Dia di rumahnya dan sejumlah besar pemungut cukai dan orang-orang lain turut makan bersama-sama dengan Dia. Orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat bersungut-sungut kepada murid-murid Yesus, katanya: "Mengapa kamu makan dan minum bersama-sama dengan pemungut cukai dan orang berdosa?" Lalu jawab Yesus kepada mereka, kata-Nya: "Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit; Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, tetapi orang berdosa, supaya mereka bertobat."
Demikianlah Injil Tuhan bagi kita hari ini.
RENUNGAN:
Dari dahulu hingga sekarang para orang tua sering mengatakan kepada anak-anaknya, “Jangan bergaul dengan orang jahat atau yang dianggap jahat, supaya tidak ketularan jahat. Tetapi bergaul dengan orang baik, supaya ketularan baik.” Nasihat ini masih diteruskan hingga sekarang dan masih banyak dianut oleh banyak orang. Nasihat ini ada juga benarnya. Namun juga tidak selamanya benar karena ketika seseorang itu melakukan hal yang tidak baik, akan selamanya dia dicap sebagai orang yang tidak baik dan akan disingkirkan. Padahal bisa saja seseorang itu melakukan hal itu dengan sangat terpaksa, bukan karena seseorang itu berbuat tidak baik. Juga bisa jadi seseorang itu dituduh berbuat jahat oleh orang lain, padahal sebenarnya dia tidak melakukannya. Lebih parah lagi, bisa saja seseorang itu difitnah oleh orang-orang yang menganggap dirinya baik, padahal sebenarnya dia seorang penjahat. Sehubungan dengan hal itu, siapa yang membuat criteria bahwa seseorang itu tidak baik? Nasihat seperti itu bisa membuat kita jatuh pada suatu pikiran bahwa seseorang itu tidak bisa berubah atau bertobat. Juga akan terjadilah pengkotak-kotakan hidup, yang merasa dirinya baik akan hidup bersama orang-orang yang menganggap dirinya baik dan mereka akan mengasingkan orang-orang yang dianggap jahat. Orang yang dianggap jahatpun, mungkin akan membenci orang yang menganggap dirinya baik, yang menyingkirkan mereka sehingga mereka semakin jatuh dalam kejahatan yang lebih dalam lagi.
Sungguh bertolak belakang dengan nasihat di atas, Yesus justru bergaul dengan para pendosa, yakni seorang pemungut cukai yang benama Lewi. Yesus bukan hanya menyapa atau bergaul dengan Lewi, tetapi malah memanggil dia untuk mengikuti Dia. Mungkin kita sedikit perpikir, ‘Apakah Lewi ini hanya sekedar nama, atau menunjukkan bahwa dia adalah seorang dari keturunan suku Lewi yang biasanya bekerja untuk baik Allah atau menjadi imam? Kalau memang dia seorang keuturan suku Lewi, tentu dia harus bekerja di Bait Allah atau menjadi imam. Mengapa dia menjadi seorang pemungut cukai? Sungguh ironi bila dia seoarang keturunan suku Lewi tapi bekerja menjadi pemungut cukai. Sebab pada zaman itu menjadi pemungut cukai dianggap sebagai pekerjaan hina, pekerjaan najis karena pemungut cukai dianggap penghianat bangsanya sebab mereka memungut pajak dari bangsanya untuk diberikan kepada penjajah Romawi pada waktu itu. Pemungut cukai disejajarkan dengan perampok, penzinah, penjahat dll (Bdk. Luk 18:9-12). Sehingga mereka itu disingkirkan dari kehidupan bersama. Mungkin bisa saja Yesus melihat jauh ke dalam yakni latar belakang Lewi yang merupakan keturuan para imam, tetapi terpaksa menjadi pemungut cukai demi kelangsungan hidupnya. Yesus mungkin saja melihat bahwa pada dasarnya Lewi itu punya nilai positif atau dari keturunan baik-baik tetapi karena situasi menjadi pemungut cukai. Mungkin bisa kita umpamakan dengan seorang yang bernama Petrus, yang dibesarkan dan dididik dalam satu keluarga beriman tetapi karena tuntutan hidup dia menjadi kolektor pajak atau utang. Namun apapun anggapan kita alasan dibalik sikap Yesus, bagi kita jelas bahwa sikap Yesus yang bergaul dengan Lewi membuat orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat terheran-heran. Orang Farisi dan ahli-ahli Taurat yang merasa dirinya baik dan benar begitu terkejut ketika mendengar Yesus berkata kepada Lewi “Ikutlah Aku.” Mendengar panggilan itu, Lewi langsung meninggalkan segala sesuatu, lalu mengikut Dia. Dan Lewi mengadakan suatu perjamuan besar untuk Dia di rumahnya dan sejumlah besar pemungut cukai dan orang-orang lain turut makan bersama-sama dengan Dia. Mereka semakin heran dan bersungut-sungut ketika melihat Yesus justru makan bersama Lewi dan pemungut cukai lainnya pada pesta perjamuan makan yang diadakan oleh Lewi. Pesta yang diadakan oleh Lewi adalah pesta pertobatan karena Yesus memanggil dia untuk mengikuti Yesus, layaknya suatu pesta pelepasan dirinya dari hidup sebagai pemungut cukai, atau juga suatu pesta syukur karena panggilan Yesus melepaskan dia dari status hina karena pekerjaannya. Hal itu benar karena dia diyakini sebagai salah satu dari keduabelas rasul (Luk 6:14-16), yang juga diyakini oleh banyak ahli Kitab Suci sebagai penulis Injil Matius.
Cinta kasih Yesus memang sungguh luar biasa. Dia datang untuk menyapa, memanggil dan membawa manusia yang berdosa untuk mengikuti Dia dan masuk dalam keselamatan kekal. Yesus datang untuk membebaskan manusia dari kejahatan dan kedosaan. Pada masa prapaskah ini juga sebanarnya Yesus memanggil kita dengan berkata , “Ikutlah Aku!” Sapaan dan panggilan Yesus untuk mengikuti Dia hendaknya kita tanggapi dengan berani meninggalkan hidup lama, hidup kedosaan kita dengan pertobatan. Pantang dan puasa kita yang merupakan ungkapan pertobatan kita, upaya untuk semakin mendekatkan diri dengan Yesus hendaknya menjadi tanggapan kita atas panggilan Yesus untuk mengikuti Dia. Lebih dari itu, juga haruslah seperti Lewi yang setelah menanggapi panggilan Yesus, dia mengadakan pesta perjamuan bersama dengan Yesus. Kitapun yang menanggapi panggilan Yesus hendaknya mengadakan pesta perjamuan bersama dengan Yesus. Tentu pesta perjamuan yang kami maksudkan bukanlah dalam bentuk pesta sebagaimana lajimnya, tetapi dalam arti kita mengadakan atau melakukan hal-hal yang menyukakan hati Yesus. Malah kita tidak usah sibuk membuat pesta perjamuan bersama dengan Yesus, karena Yesus sendiri sudah mengadakan pesta perjamuan bagi kita yang mau percaya kepada-Nya yakni dalam perayaan Ekaristi, Dia sendiri sudah mempersiapkan semuanya dan kita tinggal hadir saja. Kalau memang sungguh kita menanggapi panggilan Yesus, tentu kita juga bersedia hadir untuk mengadakan pesta perjamuan bersama dengan Yesus dalam perayaan ekaristi.
Dalam masa Prapaskah ini, kita juga diajak agar kita memilik hati dan cintakasih seperti Yesus. Pertobatan kita hendaknya mengarahkan kita untuk berani memiliki belaskasih kepada sesama terutama yang dianggap hina, yang dianggap pendosa, yang disingkirkan atau tersingkir dari kehidupan bersama dengan tujuan mempertobatkan mereka dan membawa mereka untuk ikut merasakan cinta kasih Yesus. Janganlah kita seperti orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat yang merasa diri baik sehingga menilai, menghakimi orang lain jahat, dan menyingkirkan orang-orang yang dianggap tidak baik, yang dianggap jahat. Justru iman dan pertobatan kita hendaknya juga mencari dan mengajak orang lain untuk bertobat. Prapaskah menjadi sangat indah bila mana bukan hanya kita sendiri yang bertobat, tetapi pertobatan dan iman kita juga menghantar sesama kita kepada pertobatan. Amin.
BACAAN INJIL:
Kemudian, ketika Yesus pergi ke luar, Ia melihat seorang pemungut cukai, yang bernama Lewi, sedang duduk di rumah cukai. Yesus berkata kepadanya: "Ikutlah Aku!" Maka berdirilah Lewi dan meninggalkan segala sesuatu, lalu mengikut Dia. Dan Lewi mengadakan suatu perjamuan besar untuk Dia di rumahnya dan sejumlah besar pemungut cukai dan orang-orang lain turut makan bersama-sama dengan Dia. Orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat bersungut-sungut kepada murid-murid Yesus, katanya: "Mengapa kamu makan dan minum bersama-sama dengan pemungut cukai dan orang berdosa?" Lalu jawab Yesus kepada mereka, kata-Nya: "Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit; Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, tetapi orang berdosa, supaya mereka bertobat."
Demikianlah Injil Tuhan bagi kita hari ini.
RENUNGAN:
Dari dahulu hingga sekarang para orang tua sering mengatakan kepada anak-anaknya, “Jangan bergaul dengan orang jahat atau yang dianggap jahat, supaya tidak ketularan jahat. Tetapi bergaul dengan orang baik, supaya ketularan baik.” Nasihat ini masih diteruskan hingga sekarang dan masih banyak dianut oleh banyak orang. Nasihat ini ada juga benarnya. Namun juga tidak selamanya benar karena ketika seseorang itu melakukan hal yang tidak baik, akan selamanya dia dicap sebagai orang yang tidak baik dan akan disingkirkan. Padahal bisa saja seseorang itu melakukan hal itu dengan sangat terpaksa, bukan karena seseorang itu berbuat tidak baik. Juga bisa jadi seseorang itu dituduh berbuat jahat oleh orang lain, padahal sebenarnya dia tidak melakukannya. Lebih parah lagi, bisa saja seseorang itu difitnah oleh orang-orang yang menganggap dirinya baik, padahal sebenarnya dia seorang penjahat. Sehubungan dengan hal itu, siapa yang membuat criteria bahwa seseorang itu tidak baik? Nasihat seperti itu bisa membuat kita jatuh pada suatu pikiran bahwa seseorang itu tidak bisa berubah atau bertobat. Juga akan terjadilah pengkotak-kotakan hidup, yang merasa dirinya baik akan hidup bersama orang-orang yang menganggap dirinya baik dan mereka akan mengasingkan orang-orang yang dianggap jahat. Orang yang dianggap jahatpun, mungkin akan membenci orang yang menganggap dirinya baik, yang menyingkirkan mereka sehingga mereka semakin jatuh dalam kejahatan yang lebih dalam lagi.
Sungguh bertolak belakang dengan nasihat di atas, Yesus justru bergaul dengan para pendosa, yakni seorang pemungut cukai yang benama Lewi. Yesus bukan hanya menyapa atau bergaul dengan Lewi, tetapi malah memanggil dia untuk mengikuti Dia. Mungkin kita sedikit perpikir, ‘Apakah Lewi ini hanya sekedar nama, atau menunjukkan bahwa dia adalah seorang dari keturunan suku Lewi yang biasanya bekerja untuk baik Allah atau menjadi imam? Kalau memang dia seorang keuturan suku Lewi, tentu dia harus bekerja di Bait Allah atau menjadi imam. Mengapa dia menjadi seorang pemungut cukai? Sungguh ironi bila dia seoarang keturunan suku Lewi tapi bekerja menjadi pemungut cukai. Sebab pada zaman itu menjadi pemungut cukai dianggap sebagai pekerjaan hina, pekerjaan najis karena pemungut cukai dianggap penghianat bangsanya sebab mereka memungut pajak dari bangsanya untuk diberikan kepada penjajah Romawi pada waktu itu. Pemungut cukai disejajarkan dengan perampok, penzinah, penjahat dll (Bdk. Luk 18:9-12). Sehingga mereka itu disingkirkan dari kehidupan bersama. Mungkin bisa saja Yesus melihat jauh ke dalam yakni latar belakang Lewi yang merupakan keturuan para imam, tetapi terpaksa menjadi pemungut cukai demi kelangsungan hidupnya. Yesus mungkin saja melihat bahwa pada dasarnya Lewi itu punya nilai positif atau dari keturunan baik-baik tetapi karena situasi menjadi pemungut cukai. Mungkin bisa kita umpamakan dengan seorang yang bernama Petrus, yang dibesarkan dan dididik dalam satu keluarga beriman tetapi karena tuntutan hidup dia menjadi kolektor pajak atau utang. Namun apapun anggapan kita alasan dibalik sikap Yesus, bagi kita jelas bahwa sikap Yesus yang bergaul dengan Lewi membuat orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat terheran-heran. Orang Farisi dan ahli-ahli Taurat yang merasa dirinya baik dan benar begitu terkejut ketika mendengar Yesus berkata kepada Lewi “Ikutlah Aku.” Mendengar panggilan itu, Lewi langsung meninggalkan segala sesuatu, lalu mengikut Dia. Dan Lewi mengadakan suatu perjamuan besar untuk Dia di rumahnya dan sejumlah besar pemungut cukai dan orang-orang lain turut makan bersama-sama dengan Dia. Mereka semakin heran dan bersungut-sungut ketika melihat Yesus justru makan bersama Lewi dan pemungut cukai lainnya pada pesta perjamuan makan yang diadakan oleh Lewi. Pesta yang diadakan oleh Lewi adalah pesta pertobatan karena Yesus memanggil dia untuk mengikuti Yesus, layaknya suatu pesta pelepasan dirinya dari hidup sebagai pemungut cukai, atau juga suatu pesta syukur karena panggilan Yesus melepaskan dia dari status hina karena pekerjaannya. Hal itu benar karena dia diyakini sebagai salah satu dari keduabelas rasul (Luk 6:14-16), yang juga diyakini oleh banyak ahli Kitab Suci sebagai penulis Injil Matius.
Cinta kasih Yesus memang sungguh luar biasa. Dia datang untuk menyapa, memanggil dan membawa manusia yang berdosa untuk mengikuti Dia dan masuk dalam keselamatan kekal. Yesus datang untuk membebaskan manusia dari kejahatan dan kedosaan. Pada masa prapaskah ini juga sebanarnya Yesus memanggil kita dengan berkata , “Ikutlah Aku!” Sapaan dan panggilan Yesus untuk mengikuti Dia hendaknya kita tanggapi dengan berani meninggalkan hidup lama, hidup kedosaan kita dengan pertobatan. Pantang dan puasa kita yang merupakan ungkapan pertobatan kita, upaya untuk semakin mendekatkan diri dengan Yesus hendaknya menjadi tanggapan kita atas panggilan Yesus untuk mengikuti Dia. Lebih dari itu, juga haruslah seperti Lewi yang setelah menanggapi panggilan Yesus, dia mengadakan pesta perjamuan bersama dengan Yesus. Kitapun yang menanggapi panggilan Yesus hendaknya mengadakan pesta perjamuan bersama dengan Yesus. Tentu pesta perjamuan yang kami maksudkan bukanlah dalam bentuk pesta sebagaimana lajimnya, tetapi dalam arti kita mengadakan atau melakukan hal-hal yang menyukakan hati Yesus. Malah kita tidak usah sibuk membuat pesta perjamuan bersama dengan Yesus, karena Yesus sendiri sudah mengadakan pesta perjamuan bagi kita yang mau percaya kepada-Nya yakni dalam perayaan Ekaristi, Dia sendiri sudah mempersiapkan semuanya dan kita tinggal hadir saja. Kalau memang sungguh kita menanggapi panggilan Yesus, tentu kita juga bersedia hadir untuk mengadakan pesta perjamuan bersama dengan Yesus dalam perayaan ekaristi.
Dalam masa Prapaskah ini, kita juga diajak agar kita memilik hati dan cintakasih seperti Yesus. Pertobatan kita hendaknya mengarahkan kita untuk berani memiliki belaskasih kepada sesama terutama yang dianggap hina, yang dianggap pendosa, yang disingkirkan atau tersingkir dari kehidupan bersama dengan tujuan mempertobatkan mereka dan membawa mereka untuk ikut merasakan cinta kasih Yesus. Janganlah kita seperti orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat yang merasa diri baik sehingga menilai, menghakimi orang lain jahat, dan menyingkirkan orang-orang yang dianggap tidak baik, yang dianggap jahat. Justru iman dan pertobatan kita hendaknya juga mencari dan mengajak orang lain untuk bertobat. Prapaskah menjadi sangat indah bila mana bukan hanya kita sendiri yang bertobat, tetapi pertobatan dan iman kita juga menghantar sesama kita kepada pertobatan. Amin.
0 comments:
Post a Comment
Syalom. Terimakasih atas kunjungan dan komentarnya.Semoga Tuhan memberkati para Saudara.