SURAT GEMBALA PUASA-PRAPASKA 2011
Keuskupan Agung Medan
Saudara-saudarai, umat beriman yang kekasih.
Rabu tanggal 9 Maret 2011 adalah ahri Rabu Abu. Ini adalah pembukaan masa Puasa-Prapaska Katolik, yang berlangsung sampai Jumat Agung, tanggal 22 April 2011. Diketahu bahwa, selama masa Puasa-Prapaska, kita wajib berpuasa dan berpantang.
Mereka yang berusia 18 (delapan belas) tahun sampai 69 (enam pulu) tahun wajib berpuasa, artinya hanya satu kali makan kenyang pada hari Rabu Abu, tanggal 9 Maret dan pada hari Jumat 22 April 2011. Pada kedua hari ini, selain berpuasa, umat juga wajib berpantang.
Mereka, berumur 14 (empat belas) tahun sampai 60 (enam pulu) tahun, berpantang, pada setiap hari Jumat, sepanjang masa Puasa-Prapaska. Artinya:
1. Tiap keluarga atau kelompok atau perorangan memilih sendiri sekurang-kurangnya satu dari kemungkinan ini: pantang garam, pantang jajan, pantang rokok.
2. Hendaklah menghindari mengadakan pesta atau suasana hari raya pada masa pantang dan puasa. Bila perkawinan terpaksa dilangsungkan dalam masa Adven atau parpaska, atau pada hari lain yang diliputi suasana tobat, pastor paroki hendaknya memperingatkan pada mempelai agar mengindahkan suasana tobat itu, misalnya, jangan mengadakan pesta besar (Upacara Perkawinan, Komisi Liturgi 1976, hl.14)
Tujuan keagamaan dari peraturan pantang dan puasa ini mencakup tiga hal, yakni:
Umat bertobat dan mendekatkan diri kepada Tuhan. Kalau pada waktu-waktu lain kita agak lalai memelihara hubungan yang akrab dengan Tuha, maka masa puasa-Prapaska merupakan masa memalingkan diri kembali lebih mesra kepada Tuhan. Ini dilakukan lewat lebih berdoa, lebih rajin menerima sakramen dan lebih rajin melakukan kegiatan gerejawi: “Waktunya sudah genap…bertobatlah kepada Injil” (Mrk 1:15)
Dalam berpaling dan memusatkan perhatian kepada Tuhan, mirip dengan Nyepi bagi saudara-saudari penganup agama Hindu, dengan sendirinya muncul beberapa dorongan hati nurani. Terdapat rasa tidak layak bertemu dengan Tuhan, karena manusia tetaplah insane pendosa. “Pergilah daripadaku, sebab aku orang berdosa.: Inilah permulaan kesalehan sejati, yakni rasa takut, gentar, tidak layak berdiri di hadapan Tuhan. “Alangkah dasyatnya tempat ini. Ini pasti rumah Allah; inilah pintu gerbang surge,” kata Yakub bangun dari mimpinya di Betel (Kej 27:7).
Di sana kita merenungkan sengsara Tuhan. Untuk menebus kita dari dosa-dosa, Tuhan disesah, dimahkotai duri, dihujat, dipaku pada kayu salib, dan meneteskan darah terakhir serta menghembuskan nafas penghabisan, karena cinta-Nya kepada kita. Dari itulah setiap hati yang saleh akan mulai tegerak menyesali dosa-dosanya. Ia ingin menyilih dosa dan pelanggarannya dengan bermati-raga, berpuasa dan berpantang. Dengan ulah tapa dan matiraga, Umat beriman ingin diperdamaikan kembali kepada Tuhan. Hatinya tergerak oleh penyesalan sehingga, dengan rendah hati, ingin mengakukan dosa-dosanya di hadapan imam. Masa puasa-Prapaska dan juga Adven adalah saat “penyucian diri lewat pengakuan dosa.” Sebab mereka diwajibkan oleh hukum Gereja untuk mengaku dosa sekurang-kurangnya sekali setahun.
Bermacam upaya penyucian diri, seperti perecikan umat dan rumah mereka, dengan air kudus, adalah tindakah yang sangat berguna. Demikianlah langsung terasa, bahwa hidup berfoya-foya, bermewa dan berpesta-ria tidak sesuai dengan semangat Puasa-Prapaska. Yang sesuai ialah semangat pengendalian diri, berugahari, bermatiraga dan mengaku dosa.
Selain itu, masa Puasa-Prpaska adalah saat yang tepat untuk memperbahurui semangat dan tekad mengamalkan hidup keagamaan, memperbaharui kesalehan doa, rasa bakti dan bersyukur kepada Tuhan. Pada saat ini, semangat agama, yang suam-suam kuku, dihangatkan dan dibangkitkan kembali, sambil menenangkan hati nurani, demi kedamaian batin. Di sana akan tumbuh rahmat, berkat dan damai sejati.
Juga semangat cintakasih sejati terhadap sesama akan muncul dan tumbuh. Semangat ini membangkitkan keinginan untuk melakukan perintah cinta kasih kepada sesama. Kita mengumpulkan aksi puasa untuk menolong para saudara yang kurang beruntung. Sebab masih banyak saudara-saudari kita yang menderita cacat buta, tuli atau tertimpa musibah. Ada juga yang tak sanggup menanggung biaya pengobatan atau pendidikan yang layak. Mereka itu adalah saudara-saudari kita, yang dicintai Tuhan dengan pengurbanan salib-Nya. Masa puasa-Prapaska sangat tepat melakukan aksi belaskasih, dengan menjadi orang tua asuh, dengan mengunjungi panti jompo, panti asuhan, panti rhabilitasi atau penjara.
Pada masa Puasa-Prapaska ini, doa umat beriman dimohon juga untuk tujuan-tujuan pembaharuan dalam keuskupan kita. Setiap perubahan dan pembaharuan senantiasa menuntut penyesuaian dan pengurbanan.
Pada tanggal 17 Juni 2011, kita akan memberlakukan pembagian wilayah pelayanan pastoral dalam 9 (Sembilan) KEVIKEPAN. Kevikepan dipimpin oleh seorang Pastor Vikaris Episkopal di awah Uskup Agung Medan. Memang pastoral langsung dari Uskup Agung Medan tetap dipertahankan, misalnya kunjungan pelayanan Sakramen Krisma. Tetapi tugas koordinatif pastoral akan semakin diserahkan kepada Pastor Vikaris Episkopal.
Kita juga bertekad membangun dua paroki pada tahun 2011 ini, yakni pastoran Parsoburan, yang terbakar, dan paroki baru Batang Kuis di dekat lapangan terbang Kuala Namu. Termasuk pembelian tanah yang cukup luas, rasanya, untuk pembangunan kedua paroki ini, kita membutuhkan dana tak kurang delapan milyar rupiah. Marilah kita bersama-sama mendukung perwujudannya.
Selain itu, pada tahun 2011 ini, kita hendak melincahkan peranan paroki-paroki. Tetap dalam perikatan satu Keuskupan Agung Medan, kita hendak membadan hukumkan paroki-paroki, sehingga secara hukum, dapat bekerjasama dengan Pemerintah-Tingkat Dua. Serentak dengan itu, kita ingin mneyertifikatkan milik tanah dan bangunan, atas nama badan hukum paroki. Manajemen pastoral dan keuangan paroki akan ditata secara modern, dalam bentuk pastoral berbasi data. Transparansi, daya-guna dan keterpecayaan akan meningkat untuk menggalang kemajuan dan kebersamaan.
Demikian surat gembala Puasa-Prapaska ini disampaikan agar menjadi periksa dan perhatian, demi pengembangan modern Umat dalam keuskupan kita.
Salam, damai-sejahtera dan berkat, dari Tuhan kita Yesus Kristus.
Medan, 7 Maret 2011 |
Mgr. Anicetus B. Sinaga OFM.Cap |
Uskup Agung Medan |
0 comments:
Post a Comment
Syalom. Terimakasih atas kunjungan dan komentarnya.Semoga Tuhan memberkati para Saudara.