Renungan Hari biasa Pekan V Prapaskah , Jumat 15 April 2011
Yer 20:10-13, Mzm 18:2-3a,3bc-4,5-6,7, Yoh 10:31-42
Yer 20:10-13, Mzm 18:2-3a,3bc-4,5-6,7, Yoh 10:31-42
Dalam diri kita semua ,Allah hadir dan kita dijadikan jadi saluran berkat Allah. Maka baiklah kiranya bila hal itu terjadi, kita tidak menunda untuk berbuat baik kepada sesama kita yang meminta dan membutuhkan pertolongan kita.
BACAAN INJIL:
Sekali lagi orang-orang Yahudi mengambil batu untuk melempari Yesus. Kata Yesus kepada mereka: "Banyak pekerjaan baik yang berasal dari Bapa-Ku yang Kuperlihatkan kepadamu; pekerjaan manakah di antaranya yang menyebabkan kamu mau melempari Aku?" Jawab orang-orang Yahudi itu: "Bukan karena suatu pekerjaan baik maka kami mau melempari Engkau, melainkan karena Engkau menghujat Allah dan karena Engkau, sekalipun hanya seorang manusia saja, menyamakan diri-Mu dengan Allah." Kata Yesus kepada mereka: "Tidakkah ada tertulis dalam kitab Taurat kamu: Aku telah berfirman: Kamu adalah allah? Jikalau mereka, kepada siapa firman itu disampaikan, disebut allah?sedang Kitab Suci tidak dapat dibatalkan?, masihkah kamu berkata kepada Dia yang dikuduskan oleh Bapa dan yang telah diutus-Nya ke dalam dunia: Engkau menghujat Allah! Karena Aku telah berkata: Aku Anak Allah? Jikalau Aku tidak melakukan pekerjaan-pekerjaan Bapa-Ku, janganlah percaya kepada-Ku, tetapi jikalau Aku melakukannya dan kamu tidak mau percaya kepada-Ku, percayalah akan pekerjaan-pekerjaan itu, supaya kamu boleh mengetahui dan mengerti, bahwa Bapa di dalam Aku dan Aku di dalam Bapa." Sekali lagi mereka mencoba menangkap Dia, tetapi Ia luput dari tangan mereka. Kemudian Yesus pergi lagi ke seberang Yordan, ke tempat Yohanes membaptis dahulu, lalu Ia tinggal di situ. Dan banyak orang datang kepada-Nya dan berkata: "Yohanes memang tidak membuat satu tandapun, tetapi semua yang pernah dikatakan Yohanes tentang orang ini adalah benar." Dan banyak orang di situ percaya kepada-Nya.
Demikianlah Injil bagi kita hari ini.
RENUNGAN:
Berpikir sederhana dalam menghadapi umat yang berpikir sederhana. Itulah yang ada dalam pikiran saya ketika sehabis merayakan perayaan Ekaristi di sebuah stasi, saat beradari di ruang ganti tiba-tiba seorang pengurus gereja stasi membawa 3 botol agua besar ke hadapan saya. Semula saya berpikir bahwa pengurus Gereja ini sangat baik, membawakan saya minuman agua sampai 3 botol sekaligus dan besar-besar pula. Mungkin mereka memberi 3 botol besar selain untuk diminum waktu itu, juga sebagai bekal karena saya masih harus ke stasi lain dan juga membawa beberapa mesdinar yang menemani saya ke stasi. Namun ternyata dugaan saya tidak tepat, pengurus gereja itu memberitahukan bahwa ketiga botol agua itu adalah milik tiga orang umat yang minta untuk diberkati. Saya kaget dan bertanya, “Untuk apa mereka, apakah untuk mereka minum sekarang?” Pengurus gereja itu menjawab, “Tidak untuk mereka minum sekarang romo, tetapi untuk air suci di rumah mereka.” Dalam hati saya berpikir, kalau mereka minta air suci, mengapa tidak diambil dari paroki saja, yakni air suci yang telah diberkati pada saat malam paskah. Juga berpikir sejanak, untuk keperluan apa saja air suci itu di rumah mereka.
Beberapa kali saya dengar, ada kebiasaan umat yang memang menyediakan air suci di rumah mereka, dan dari cerita yang saya dengar juga, kadang kalau mereka merasakan sesuatu yang tidak menyenangkan di rumah mereka, umat merecikkan air suci itu, dan mereka baru merasa nyaman. Adapula katanya yang meminumnya saat sakit. Intinya air yang diberkati oleh imam, bagi mereka bukan lagi air biasa seperti air lainnya tetapi air yang sudah diberkati oleh imam, air yang sudah dikuduskan. Mereka menggunakannya sesuai dengan apa yang mereka imani, meskipun tidak tertutup kemungkinan bahwa umat bisa menganggapnya sebagai jimat. Hal ini terlintas dalam pikiran saya. Namun pikiran waspada dan sedikit nakal itu dikalahkan oleh keyakinan umat yang sungguh sederhana dan juga suatu pengakuan iman bahwa berkat Allah mengalir dari seorang imam atas air yang mereka simpan di rumah. Maka saya akhirnya diam sejenak, berdoa dan memberkati air dalam botol agua itu. Sesudah selesai itu, seorang ibu juga datang dan tiba-tiba berlutut di hadapan saya. Ibu itu meminta supaya saya mendoakannya saat itu juga. Kembali saya kaget dengan hal ini, karena bukan hal yang biasa saya temukan di stasi-stasi lain. Sayapun juga mendoakan ibu itu saat itu juga.
Kedua pengalaman yang saya katakan di atas, bagi saya sungguh menarik. Mereka adalah umat yang sederhana, tidak pernah secara khusus mendapat pendidikan iman katolik atau teologi katolik. Tetapi mereka memiliki keyakinan bahwa Allah sumber keselamatan. Mereka juga memiliki keyakinan bahwa imam bukanlah ‘manusia’ biasa seperti manusia lain pada umumnya, tetapi manusia yang sudah ‘dikuduskan’ atau ‘dikhususkan’ untuk tugas khusus yakni mewartakan Kerajaan Allah dan menjadi saluran berkat Allah bagi manusia lain. Peristiwa seperti ini menjadi salah satu peristiwa yang meneguhkan panggilan imamat dan membuat bersyukur atas imamat yang dianugerahkan. Saya katakan bersyukur karena tentu umat melakukan hal itu bukan karena melihat diri imam itu atatu pribadinya, bahkan terkadang umat sederhana tidak memikirkan apakah seorang imam itu ‘memelihara kekudusan imamatnya atau tidak’, bagi mereka seorang imam adalah orang yang dikhususkan untuk Allah dan menjadi saluran berkat Allah. Jadi yang inti bagi mereka adalah iman kepada Allah, bukan pribadi iman itu. Meskipun pribadi iman juga dapat mempengaruhi iman umat akan Allah. Keyakinan atau pemahaman ini tentu mereka dapatkan dari pengajaran Gereja kepada mereka, dan mereka menerima dan menghayatinya.
Berbeda dengan orang-orang Yahudi yang kita dengarkan dalam Injil hari ini. Mereka tentu sudah mendengarkan pewartaan para nabi tentang kehadiran Mesias sang juruselamat, demikian juga sudah mengetahuinya lewat Kitab Taurat, namun ketika mereka bertemu langsung dengan Yesus Sang Mesias, ketika melihat sendiri apa yang Yesus lakukan sungguh sesuai dengan yang digambarkan oleh para nabi dan dalam Kitab Taurat, mereka tetapi tidak percaya. Bahkan mereka menolak Yesus adalah Anak Allah, apalagi ketika Yesus sendiri sudah menyatakan diri bahwa diri-Nya adalah Anak Allah yang diutus untuk menyelamatkan manusia, malah mau melempari Yesus sampai mati. Tetapi di seberang Yordan, tempat Yohanes membaptis dahulu, Yesus diterima baik dan di situ banyak orang yang percaya kepada Yesus, walaupun tidak satupun tanda mukjijat yang diperbuat Yesus di sana. Mereka percaya kepada Yesus karena apa yang mereka dengar dari Yohanes pembaptis tentang kehadiran Sang Mesias, sungguh semunya ada dalam diri Yesus. "Yohanes memang tidak membuat satu tandapun, tetapi semua yang pernah dikatakan Yohanes tentang orang ini adalah benar."
Kitapun kiranya sudah banyak mendengar tentang Yesus Mesias dari pewartaan Gereja dan juga sebagaimana terdapat dalam Kitab Suci. Maka baiklah kiranya terbuka dan dengan penuh syukur menerima Yesus adalah Tuhan penyelamat kita. Namun kita seringkali sulit menerima Dia dan percaya bahwa Dia adalah Tuhan kita, karena kita kurang berpikir sederhana. Namun kita seringkali terlalu menggunakan logika berpikir, terlalu menggunakan otak dalam beriman kepada Yesus. Memang dalam kehidupan beriman juga dibutuhkan suatu pemahaman, juga perlu ada sikap kritis dan menggali kebenaran iman sehingga kita tidak beriman buta atau hanya menurut kata orang, tetapi semuanya itu tentunya hendaknya juga dilandasi dengan kesedrhanaan. Karena seringkali, hidup yang terlalu menggunakan pemahaman, logika berpikir dan otak, justru menghambat kita untuk beriman kepada Yesus. Karena memang seringkali kehendak Allah, dan Allah itu sendiri melampaui pemahaman, logika dan pemikiran kita manusia. Maka baiklah kiranya kita belajar dari orang-orang di seberang sungai Yordan dan dari orang kampung yang sederhana, beriman menuntut kesederhanaan.
Kembali pada Injil hari ini. Orang-orang Yahudi menolak Yesus, tetapi Yesus pergi ke seberang sungai Yordan dan di sana juga mewartakan kerajaan Allah. Penolakan orang Yahudi tidak menyurutkan kehendak Yesus untuk mewartaka Kerajaan Allah, mewartakan keselamatan kepada semua orang. Cintakasih kepada manusia, Kerajaan Allah yang ada dan hadir dalam diri Yesus tidak surut karena penolakan orang-orang Yahudi. Yesus tetap pada kehendak Allah untuk menyelamatkan manusia, dan Yesus pergi ke tempat lain. Kita semua telah bersatu dengan Allah dan sudah menjadi kerajaan Allah. Kita yang percaya kepada Yesus pun diharapkan menjadi tanda kehadiran Kerajaan Allah dan keselamatan Allah, dan kitapun hendaknya menjadi saluran berkat Allah bagi sesama kita. Dalam menjalankan semuanya itu, pasti kita akan mengalami penolakan, tetapi penolakan itu hanya dari beberapa orang, bukan semua orang akan menolak kita. Olehkarena itu hendaknya penolakan dari beberapa orang tidak menyurutkan semangat kita untuk mewartkan kerajaan Allah. Kerajaan dan Keselamatan Allah harus tetap kita wartakan dan bagikan kepada semua orang.
Saat umat meminta saya memberkati air menjadi air suci dan meminta untuk mendoakan mereka, saya bermenung bahwa umat itu melihat bahwa saya menjadi kehadiran berkat Allah dan itu ada pada saya. Maka saya tidak menunda untuk membagikannya kepada umat yang meminta. Sehingga saya merenungkan bahwa pada saat-saat tertentu ada umat yang meminta pertolongan dari kita semua, tentu karena mereka melihat dan yakin bahwa apa yang mereka harapkan ada pada kita dan memang ada pada kita. Dalam diri kita semua ,Allah hadir dan kita dijadikan jadi saluran berkat Allah. Maka baiklah kiranya bila hal itu terjadi, kita tidak menunda untuk berbuat baik kepada sesama kita yang meminta dan membutuhkan pertolongan kita. Jangalah karena kita menunda untuk berbuat baik kepada sesama yang saat itu membutuhkan, mereka menjadi tidak merasakan atau mengalami kehadiran kasih Allah. Maka baiklah kiranya tidak menunda untuk menyalurkan berkat Allah kepada sesama kita. Amin.
BACAAN INJIL:
Sekali lagi orang-orang Yahudi mengambil batu untuk melempari Yesus. Kata Yesus kepada mereka: "Banyak pekerjaan baik yang berasal dari Bapa-Ku yang Kuperlihatkan kepadamu; pekerjaan manakah di antaranya yang menyebabkan kamu mau melempari Aku?" Jawab orang-orang Yahudi itu: "Bukan karena suatu pekerjaan baik maka kami mau melempari Engkau, melainkan karena Engkau menghujat Allah dan karena Engkau, sekalipun hanya seorang manusia saja, menyamakan diri-Mu dengan Allah." Kata Yesus kepada mereka: "Tidakkah ada tertulis dalam kitab Taurat kamu: Aku telah berfirman: Kamu adalah allah? Jikalau mereka, kepada siapa firman itu disampaikan, disebut allah?sedang Kitab Suci tidak dapat dibatalkan?, masihkah kamu berkata kepada Dia yang dikuduskan oleh Bapa dan yang telah diutus-Nya ke dalam dunia: Engkau menghujat Allah! Karena Aku telah berkata: Aku Anak Allah? Jikalau Aku tidak melakukan pekerjaan-pekerjaan Bapa-Ku, janganlah percaya kepada-Ku, tetapi jikalau Aku melakukannya dan kamu tidak mau percaya kepada-Ku, percayalah akan pekerjaan-pekerjaan itu, supaya kamu boleh mengetahui dan mengerti, bahwa Bapa di dalam Aku dan Aku di dalam Bapa." Sekali lagi mereka mencoba menangkap Dia, tetapi Ia luput dari tangan mereka. Kemudian Yesus pergi lagi ke seberang Yordan, ke tempat Yohanes membaptis dahulu, lalu Ia tinggal di situ. Dan banyak orang datang kepada-Nya dan berkata: "Yohanes memang tidak membuat satu tandapun, tetapi semua yang pernah dikatakan Yohanes tentang orang ini adalah benar." Dan banyak orang di situ percaya kepada-Nya.
Demikianlah Injil bagi kita hari ini.
RENUNGAN:
Berpikir sederhana dalam menghadapi umat yang berpikir sederhana. Itulah yang ada dalam pikiran saya ketika sehabis merayakan perayaan Ekaristi di sebuah stasi, saat beradari di ruang ganti tiba-tiba seorang pengurus gereja stasi membawa 3 botol agua besar ke hadapan saya. Semula saya berpikir bahwa pengurus Gereja ini sangat baik, membawakan saya minuman agua sampai 3 botol sekaligus dan besar-besar pula. Mungkin mereka memberi 3 botol besar selain untuk diminum waktu itu, juga sebagai bekal karena saya masih harus ke stasi lain dan juga membawa beberapa mesdinar yang menemani saya ke stasi. Namun ternyata dugaan saya tidak tepat, pengurus gereja itu memberitahukan bahwa ketiga botol agua itu adalah milik tiga orang umat yang minta untuk diberkati. Saya kaget dan bertanya, “Untuk apa mereka, apakah untuk mereka minum sekarang?” Pengurus gereja itu menjawab, “Tidak untuk mereka minum sekarang romo, tetapi untuk air suci di rumah mereka.” Dalam hati saya berpikir, kalau mereka minta air suci, mengapa tidak diambil dari paroki saja, yakni air suci yang telah diberkati pada saat malam paskah. Juga berpikir sejanak, untuk keperluan apa saja air suci itu di rumah mereka.
Beberapa kali saya dengar, ada kebiasaan umat yang memang menyediakan air suci di rumah mereka, dan dari cerita yang saya dengar juga, kadang kalau mereka merasakan sesuatu yang tidak menyenangkan di rumah mereka, umat merecikkan air suci itu, dan mereka baru merasa nyaman. Adapula katanya yang meminumnya saat sakit. Intinya air yang diberkati oleh imam, bagi mereka bukan lagi air biasa seperti air lainnya tetapi air yang sudah diberkati oleh imam, air yang sudah dikuduskan. Mereka menggunakannya sesuai dengan apa yang mereka imani, meskipun tidak tertutup kemungkinan bahwa umat bisa menganggapnya sebagai jimat. Hal ini terlintas dalam pikiran saya. Namun pikiran waspada dan sedikit nakal itu dikalahkan oleh keyakinan umat yang sungguh sederhana dan juga suatu pengakuan iman bahwa berkat Allah mengalir dari seorang imam atas air yang mereka simpan di rumah. Maka saya akhirnya diam sejenak, berdoa dan memberkati air dalam botol agua itu. Sesudah selesai itu, seorang ibu juga datang dan tiba-tiba berlutut di hadapan saya. Ibu itu meminta supaya saya mendoakannya saat itu juga. Kembali saya kaget dengan hal ini, karena bukan hal yang biasa saya temukan di stasi-stasi lain. Sayapun juga mendoakan ibu itu saat itu juga.
Kedua pengalaman yang saya katakan di atas, bagi saya sungguh menarik. Mereka adalah umat yang sederhana, tidak pernah secara khusus mendapat pendidikan iman katolik atau teologi katolik. Tetapi mereka memiliki keyakinan bahwa Allah sumber keselamatan. Mereka juga memiliki keyakinan bahwa imam bukanlah ‘manusia’ biasa seperti manusia lain pada umumnya, tetapi manusia yang sudah ‘dikuduskan’ atau ‘dikhususkan’ untuk tugas khusus yakni mewartakan Kerajaan Allah dan menjadi saluran berkat Allah bagi manusia lain. Peristiwa seperti ini menjadi salah satu peristiwa yang meneguhkan panggilan imamat dan membuat bersyukur atas imamat yang dianugerahkan. Saya katakan bersyukur karena tentu umat melakukan hal itu bukan karena melihat diri imam itu atatu pribadinya, bahkan terkadang umat sederhana tidak memikirkan apakah seorang imam itu ‘memelihara kekudusan imamatnya atau tidak’, bagi mereka seorang imam adalah orang yang dikhususkan untuk Allah dan menjadi saluran berkat Allah. Jadi yang inti bagi mereka adalah iman kepada Allah, bukan pribadi iman itu. Meskipun pribadi iman juga dapat mempengaruhi iman umat akan Allah. Keyakinan atau pemahaman ini tentu mereka dapatkan dari pengajaran Gereja kepada mereka, dan mereka menerima dan menghayatinya.
Berbeda dengan orang-orang Yahudi yang kita dengarkan dalam Injil hari ini. Mereka tentu sudah mendengarkan pewartaan para nabi tentang kehadiran Mesias sang juruselamat, demikian juga sudah mengetahuinya lewat Kitab Taurat, namun ketika mereka bertemu langsung dengan Yesus Sang Mesias, ketika melihat sendiri apa yang Yesus lakukan sungguh sesuai dengan yang digambarkan oleh para nabi dan dalam Kitab Taurat, mereka tetapi tidak percaya. Bahkan mereka menolak Yesus adalah Anak Allah, apalagi ketika Yesus sendiri sudah menyatakan diri bahwa diri-Nya adalah Anak Allah yang diutus untuk menyelamatkan manusia, malah mau melempari Yesus sampai mati. Tetapi di seberang Yordan, tempat Yohanes membaptis dahulu, Yesus diterima baik dan di situ banyak orang yang percaya kepada Yesus, walaupun tidak satupun tanda mukjijat yang diperbuat Yesus di sana. Mereka percaya kepada Yesus karena apa yang mereka dengar dari Yohanes pembaptis tentang kehadiran Sang Mesias, sungguh semunya ada dalam diri Yesus. "Yohanes memang tidak membuat satu tandapun, tetapi semua yang pernah dikatakan Yohanes tentang orang ini adalah benar."
Kitapun kiranya sudah banyak mendengar tentang Yesus Mesias dari pewartaan Gereja dan juga sebagaimana terdapat dalam Kitab Suci. Maka baiklah kiranya terbuka dan dengan penuh syukur menerima Yesus adalah Tuhan penyelamat kita. Namun kita seringkali sulit menerima Dia dan percaya bahwa Dia adalah Tuhan kita, karena kita kurang berpikir sederhana. Namun kita seringkali terlalu menggunakan logika berpikir, terlalu menggunakan otak dalam beriman kepada Yesus. Memang dalam kehidupan beriman juga dibutuhkan suatu pemahaman, juga perlu ada sikap kritis dan menggali kebenaran iman sehingga kita tidak beriman buta atau hanya menurut kata orang, tetapi semuanya itu tentunya hendaknya juga dilandasi dengan kesedrhanaan. Karena seringkali, hidup yang terlalu menggunakan pemahaman, logika berpikir dan otak, justru menghambat kita untuk beriman kepada Yesus. Karena memang seringkali kehendak Allah, dan Allah itu sendiri melampaui pemahaman, logika dan pemikiran kita manusia. Maka baiklah kiranya kita belajar dari orang-orang di seberang sungai Yordan dan dari orang kampung yang sederhana, beriman menuntut kesederhanaan.
Kembali pada Injil hari ini. Orang-orang Yahudi menolak Yesus, tetapi Yesus pergi ke seberang sungai Yordan dan di sana juga mewartakan kerajaan Allah. Penolakan orang Yahudi tidak menyurutkan kehendak Yesus untuk mewartaka Kerajaan Allah, mewartakan keselamatan kepada semua orang. Cintakasih kepada manusia, Kerajaan Allah yang ada dan hadir dalam diri Yesus tidak surut karena penolakan orang-orang Yahudi. Yesus tetap pada kehendak Allah untuk menyelamatkan manusia, dan Yesus pergi ke tempat lain. Kita semua telah bersatu dengan Allah dan sudah menjadi kerajaan Allah. Kita yang percaya kepada Yesus pun diharapkan menjadi tanda kehadiran Kerajaan Allah dan keselamatan Allah, dan kitapun hendaknya menjadi saluran berkat Allah bagi sesama kita. Dalam menjalankan semuanya itu, pasti kita akan mengalami penolakan, tetapi penolakan itu hanya dari beberapa orang, bukan semua orang akan menolak kita. Olehkarena itu hendaknya penolakan dari beberapa orang tidak menyurutkan semangat kita untuk mewartkan kerajaan Allah. Kerajaan dan Keselamatan Allah harus tetap kita wartakan dan bagikan kepada semua orang.
Saat umat meminta saya memberkati air menjadi air suci dan meminta untuk mendoakan mereka, saya bermenung bahwa umat itu melihat bahwa saya menjadi kehadiran berkat Allah dan itu ada pada saya. Maka saya tidak menunda untuk membagikannya kepada umat yang meminta. Sehingga saya merenungkan bahwa pada saat-saat tertentu ada umat yang meminta pertolongan dari kita semua, tentu karena mereka melihat dan yakin bahwa apa yang mereka harapkan ada pada kita dan memang ada pada kita. Dalam diri kita semua ,Allah hadir dan kita dijadikan jadi saluran berkat Allah. Maka baiklah kiranya bila hal itu terjadi, kita tidak menunda untuk berbuat baik kepada sesama kita yang meminta dan membutuhkan pertolongan kita. Jangalah karena kita menunda untuk berbuat baik kepada sesama yang saat itu membutuhkan, mereka menjadi tidak merasakan atau mengalami kehadiran kasih Allah. Maka baiklah kiranya tidak menunda untuk menyalurkan berkat Allah kepada sesama kita. Amin.
0 comments:
Post a Comment
Syalom. Terimakasih atas kunjungan dan komentarnya.Semoga Tuhan memberkati para Saudara.