KANDIDAT USKUP CINA TUNGGUH PERSETUJUAN
Oleh Reporter ucanews.com, Hong Kong, Cina
Oleh Reporter ucanews.com, Hong Kong, Cina
Uskup Linyi Mgr John Fang Xingyao memimpin Misa pentahbisan uskup tahun 2010
Sebelas keuskupan telah memilih kandidat uskup mereka dan sedang menunggu persetujuan dari Konferensi Waligereja Cina, demikian ketua Asosiasi Patriotik Katolik Cina.
Para kandidat ini dipilih untuk mengisi kekosongan dan demi karya evangelisasi, kata Uskup Linyi Mgr Johan Fang Xinyao, ketua otoritas Gereja yang diakui pemerintah itu kepada harian pemerintah China Daily dalam sebuah berita yang terbit 11 April.
Dari 97 keuskupan, 44 tidak memiliki uskup dan ini sangat menghambat karya evangelisasi di Cina yang memiliki sekitar enam juta umat Katolik, katanya.
Para pengamat Gereja di luar Cina daratan telah mengkritik beberapa orang yang berusaha memanipulasi informasi.
“Berita tersebut terdengar provokatif,” kata seorang pengamat, yang memperingatkan umat Katolik di Cina daratan untuk memeriksa status kanonik dari para kandidat karena tidak semua dari mereka mendapat persetujuan Vatikan.
“Kita tidak tahu siapa 11 kandidat ini, namun kita yakin bahwa jika diterima untuk ditahbiskan tanpa persetujuan Vatikan, maka orang tersebut membuka dirinya sendiri untuk menerima sanksi dari Gereja sesuai kanon 1382 dari Kitab Hukum Kanonik,” kata Anthony Lam Sui- ki, sekretaris eksekutif Pusat Studi Roh Kudus di Hong Kong.
Berbagai pentahbisan uskup yang ilegal tidak akan memberi kontribusi apapun bagi Gereja. Pentahbisan semacam itu bahkan menentang Gereja sendiri sebagai suatu persekutuan, katanya.
Ini juga bisa menjadi “tamparan di wajah Beijing sendiri” karena tak seorang pun bisa memastikan apakah para uskup ilegal sendiri memang tidak mungkin meminta persekutuan dengan Vatikan, kata Lam, dengan menyebut bahwa Joseph Ma Yinglin, uskup yang menerima pentahbisan ilegal tahun 2006, itu sendiri menulis kepada Paus untuk meminta diterima ke dalam persekutuan dengan paus.
Mestinya orang berusaha menghindari hal-hal yang “menyedihkan Gereja sekaligus memalukan pemerintah pusat,” tambahnya.
Hubungan Cina-Vatikan menjadi tegang sejak pentahbisan ilegal di Chengde dan pelaksanaan Kongres Representatif Katolik Nasional Kedelapan tahun lalu.
Dampak kedua insiden tersebut akan dibahas dalam rapat pleno Komisi Cina selama tiga hari di Vatikan, mulai 11 April.
Paus Benediktus XVI membentuk komisi tersebut tahun 2007 untuk mempelajari isu-isu penting tentang Gereja di Cina. Para anggotanya meliputi sejumlah pemimpin Kuria Roma yang ahli di bidang ini dan wakil-wakil dari keuskupan dan kongregasi religius di Cina.
ucanews.com
Disadur dari : www.cathnewsindonesia.com,Tanggal publikasi: 12 April 2011
Sebelas keuskupan telah memilih kandidat uskup mereka dan sedang menunggu persetujuan dari Konferensi Waligereja Cina, demikian ketua Asosiasi Patriotik Katolik Cina.
Para kandidat ini dipilih untuk mengisi kekosongan dan demi karya evangelisasi, kata Uskup Linyi Mgr Johan Fang Xinyao, ketua otoritas Gereja yang diakui pemerintah itu kepada harian pemerintah China Daily dalam sebuah berita yang terbit 11 April.
Dari 97 keuskupan, 44 tidak memiliki uskup dan ini sangat menghambat karya evangelisasi di Cina yang memiliki sekitar enam juta umat Katolik, katanya.
Para pengamat Gereja di luar Cina daratan telah mengkritik beberapa orang yang berusaha memanipulasi informasi.
“Berita tersebut terdengar provokatif,” kata seorang pengamat, yang memperingatkan umat Katolik di Cina daratan untuk memeriksa status kanonik dari para kandidat karena tidak semua dari mereka mendapat persetujuan Vatikan.
“Kita tidak tahu siapa 11 kandidat ini, namun kita yakin bahwa jika diterima untuk ditahbiskan tanpa persetujuan Vatikan, maka orang tersebut membuka dirinya sendiri untuk menerima sanksi dari Gereja sesuai kanon 1382 dari Kitab Hukum Kanonik,” kata Anthony Lam Sui- ki, sekretaris eksekutif Pusat Studi Roh Kudus di Hong Kong.
Berbagai pentahbisan uskup yang ilegal tidak akan memberi kontribusi apapun bagi Gereja. Pentahbisan semacam itu bahkan menentang Gereja sendiri sebagai suatu persekutuan, katanya.
Ini juga bisa menjadi “tamparan di wajah Beijing sendiri” karena tak seorang pun bisa memastikan apakah para uskup ilegal sendiri memang tidak mungkin meminta persekutuan dengan Vatikan, kata Lam, dengan menyebut bahwa Joseph Ma Yinglin, uskup yang menerima pentahbisan ilegal tahun 2006, itu sendiri menulis kepada Paus untuk meminta diterima ke dalam persekutuan dengan paus.
Mestinya orang berusaha menghindari hal-hal yang “menyedihkan Gereja sekaligus memalukan pemerintah pusat,” tambahnya.
Hubungan Cina-Vatikan menjadi tegang sejak pentahbisan ilegal di Chengde dan pelaksanaan Kongres Representatif Katolik Nasional Kedelapan tahun lalu.
Dampak kedua insiden tersebut akan dibahas dalam rapat pleno Komisi Cina selama tiga hari di Vatikan, mulai 11 April.
Paus Benediktus XVI membentuk komisi tersebut tahun 2007 untuk mempelajari isu-isu penting tentang Gereja di Cina. Para anggotanya meliputi sejumlah pemimpin Kuria Roma yang ahli di bidang ini dan wakil-wakil dari keuskupan dan kongregasi religius di Cina.
ucanews.com
Disadur dari : www.cathnewsindonesia.com,Tanggal publikasi: 12 April 2011
0 comments:
Post a Comment
Syalom. Terimakasih atas kunjungan dan komentarnya.Semoga Tuhan memberkati para Saudara.