Umat Kristen tuntut kebebasan beragama
Oleh Reporter ucanews.com, Lahore, Pakistan
Oleh Reporter ucanews.com, Lahore, Pakistan
Uskup Gereja Anglikan dari Rochester Mgr Michael Nazir sedang berbicara dalam konferensi
Pembicara Kristen dan Muslim dalam sebuah konferensi yang disponsori pemerintah pada 13 April memuji peran Gereja dalam mengupayakan kerukunan dan perdamaian.
Dalam konferensi “Peace and Harmony” di gedung Alhambra Arts Council di Lahore, kelompok liberal dari Kristen dan Islam mendesak pemerintah untuk memisahkan negara dari agama. Peristiwa tersebut diselenggarakan oleh departemen hak asasi manusia dan urusan minoritas dari propinsi Punjab.
Para pembicara, hampir semuanya tokoh kelompok minoritas, menuntut revisi konstitusi dan kurikulum sekolah untuk menghadapi militansi di Pakistan yang sedang berkembang.
“Negeri ini telah mengalami banyak kejadian dan kini berada di ambang keruntuhan. Bom bunuh diri dan terorisme sudah menjadi hal yang rutin,” kata Pastor Emmanuel Yousaf Mani, direktur nasional Komisi Keadilan dan Perdamaian dari Konferensi Waligereja Pakistan, kepada lebih dari 300 hadirin.
Dia merekomendasi Pakistan dijadikan sebuah negara sekular dan membersihkan unsur-unsur kebencian dari kurikulum sekolah. Buku pelajaran dalam bahasa nasional Urdu sudah mendapat banyak kritikan, karena banyak pelajaran tentang Islam sangat kental dengan ayat-ayat Alquran yang mendorong aksi jihat dan menggambarkan non-Muslim sebagai musuh, kata imam tersebut.
Pensiunan hakim, Nasira Javed, tidak sependapat dengan seorang ulama yang menjadi pembicara. Ulama itu menyalahkan serangan-serangan dan perang di Afghanistan yang dilakukan Amerika Serikat. Menurut ulama tersebut, penganiayaan di Pakistan merupakan akibat dari semua itu. Javed mengkritiknya dengan mengatakan, “tidak ada alasan untuk menyerang kelompok minoritas,” sambil mengutuk amandeman konstitusi baru-baru ini yang mengislamkan semua undang-undang yang ada.
April lalu, parlemen mensahkan 18th Amendment Bill yang menyatakan bahwa hanya seorang Muslim yang bisa menjadi seorang Perdana Menteri Pakistan. Sebelumnya, persyaratan itu hanya berlaku bagi presiden.
Para tokoh Hindu juga mengatakan bahwa konstruksi kuil akan dihentikan di Pakistan. “Melakukan itu berati mengundang masalah,” kata seorang wakil dari Bheel, komunitas dalit Hindu.
Uskup Gereja Anglikan Rochester Mgr Michael Nazir juga menyinggung pencemaran Alkitab di katedral Lahore pekan lalu. “Uskup-uskup Katolik telah memberi teladan dengan memaafkan pelakunya. Walaupun kita mengutuk Jones [pendeta Amerika yang bertanggungjawab atas pembakaran Alquran pada bulan Maret] kita masih saja menghadapi reaksi. Tidak ada kebebasan beragama di negeri ini,” katanya.
Pembakaran Alquran oleh pengkotbah Amerika Terry Jones menimbulkan serangan reaktif kaum Muslim terhadap tiga gereja di Pakistan dan pembantaian orang Amerika dan pekerja Perserikatan Bangsa-Bangsa di Afghanistan.
ucanews.com
Disadur dari : www.cathnewsindonesia.com,Tanggal publikasi: 15 April 2011
Pembicara Kristen dan Muslim dalam sebuah konferensi yang disponsori pemerintah pada 13 April memuji peran Gereja dalam mengupayakan kerukunan dan perdamaian.
Dalam konferensi “Peace and Harmony” di gedung Alhambra Arts Council di Lahore, kelompok liberal dari Kristen dan Islam mendesak pemerintah untuk memisahkan negara dari agama. Peristiwa tersebut diselenggarakan oleh departemen hak asasi manusia dan urusan minoritas dari propinsi Punjab.
Para pembicara, hampir semuanya tokoh kelompok minoritas, menuntut revisi konstitusi dan kurikulum sekolah untuk menghadapi militansi di Pakistan yang sedang berkembang.
“Negeri ini telah mengalami banyak kejadian dan kini berada di ambang keruntuhan. Bom bunuh diri dan terorisme sudah menjadi hal yang rutin,” kata Pastor Emmanuel Yousaf Mani, direktur nasional Komisi Keadilan dan Perdamaian dari Konferensi Waligereja Pakistan, kepada lebih dari 300 hadirin.
Dia merekomendasi Pakistan dijadikan sebuah negara sekular dan membersihkan unsur-unsur kebencian dari kurikulum sekolah. Buku pelajaran dalam bahasa nasional Urdu sudah mendapat banyak kritikan, karena banyak pelajaran tentang Islam sangat kental dengan ayat-ayat Alquran yang mendorong aksi jihat dan menggambarkan non-Muslim sebagai musuh, kata imam tersebut.
Pensiunan hakim, Nasira Javed, tidak sependapat dengan seorang ulama yang menjadi pembicara. Ulama itu menyalahkan serangan-serangan dan perang di Afghanistan yang dilakukan Amerika Serikat. Menurut ulama tersebut, penganiayaan di Pakistan merupakan akibat dari semua itu. Javed mengkritiknya dengan mengatakan, “tidak ada alasan untuk menyerang kelompok minoritas,” sambil mengutuk amandeman konstitusi baru-baru ini yang mengislamkan semua undang-undang yang ada.
April lalu, parlemen mensahkan 18th Amendment Bill yang menyatakan bahwa hanya seorang Muslim yang bisa menjadi seorang Perdana Menteri Pakistan. Sebelumnya, persyaratan itu hanya berlaku bagi presiden.
Para tokoh Hindu juga mengatakan bahwa konstruksi kuil akan dihentikan di Pakistan. “Melakukan itu berati mengundang masalah,” kata seorang wakil dari Bheel, komunitas dalit Hindu.
Uskup Gereja Anglikan Rochester Mgr Michael Nazir juga menyinggung pencemaran Alkitab di katedral Lahore pekan lalu. “Uskup-uskup Katolik telah memberi teladan dengan memaafkan pelakunya. Walaupun kita mengutuk Jones [pendeta Amerika yang bertanggungjawab atas pembakaran Alquran pada bulan Maret] kita masih saja menghadapi reaksi. Tidak ada kebebasan beragama di negeri ini,” katanya.
Pembakaran Alquran oleh pengkotbah Amerika Terry Jones menimbulkan serangan reaktif kaum Muslim terhadap tiga gereja di Pakistan dan pembantaian orang Amerika dan pekerja Perserikatan Bangsa-Bangsa di Afghanistan.
ucanews.com
Disadur dari : www.cathnewsindonesia.com,Tanggal publikasi: 15 April 2011
0 comments:
Post a Comment
Syalom. Terimakasih atas kunjungan dan komentarnya.Semoga Tuhan memberkati para Saudara.