RENUNGAN HARI MINGGU PALMA MENGENANGKAN SENGSARA TUHAN,
Minggu 17 April 2011 Tahun A
Minggu 17 April 2011 Tahun A
(Mat 21:1-11,Yes 50:4-7, Mzm 22:8-9,17-18a,19-20,23-24, Flp 2:6-11, Mat 26:14-27:66)
BACAAN INJIL DI HALAMAN/ DI LUAR GEREJA (Mat 21:1-11)
“Terberkatilah yang datang atas nama Tuhan.”
Ketika Yesus dan murid-murid-Nya telah dekat Yerusalem dan tiba di Betfage yang terletak di Bukit Zaitun, Yesus menyuruh dua orang murid-Nya dengan pesan: "Pergilah ke kampung yang di depanmu itu, dan di situ kamu akan segera menemukan seekor keledai betina tertambat dan anaknya ada dekatnya. Lepaskanlah keledai itu dan bawalah keduanya kepada-Ku. Dan jikalau ada orang menegor kamu, katakanlah: Tuhan memerlukannya. Ia akan segera mengembalikannya." Hal itu terjadi supaya genaplah firman yang disampaikan oleh nabi: "Katakanlah kepada puteri Sion: Lihat, Rajamu datang kepadamu, Ia lemah lembut dan mengendarai seekor keledai, seekor keledai beban yang muda." Maka pergilah murid-murid itu dan berbuat seperti yang ditugaskan Yesus kepada mereka. Mereka membawa keledai betina itu bersama anaknya, lalu mengalasinya dengan pakaian mereka dan Yesus pun naik ke atasnya. Orang banyak yang sangat besar jumlahnya menghamparkan pakaiannya di jalan, ada pula yang memotong ranting-ranting dari pohon-pohon dan menyebarkannya di jalan. Dan orang banyak yang berjalan di depan Yesus dan yang mengikuti-Nya dari belakang berseru, katanya: "Hosana bagi Anak Daud, diberkatilah Dia yang datang dalam nama Tuhan, hosana di tempat yang mahatinggi!" Dan ketika Ia masuk ke Yerusalem, gemparlah seluruh kota itu dan orang berkata: "Siapakah orang ini?" Dan orang banyak itu menyahut: "Inilah nabi Yesus dari Nazaret di Galilea."
RENUNGAN
Hari ini kita memasuki Minggu pekan suci. Selama pekan suci kita akan diajak mendengarkan dan merenungkan sengsara Yesus Kristus sebelum dia wafat dan bangkit dari kematian. Pekan suci ini kita awali dengan merayakan Minggu Palma. Pada perayaan ini, kita mengenangkan Yesus Kristus yang memasuki Yerusalem.
Dalam Injil tadi kita mendengar bahwa ketika Yesus masuk ke Yerusalem, para murid dan banyak orang mengiringi Dia. Mereka semua bergembira, menyambut kedatangan Yesus yang memasuki Yerusalem yakni dengan memasang ‘permadani’ sepanjang jalan yang dilalui oleh Yesus, yakni daun-daun dan pakaian mereka, bersorak sorai dengan ranting di tanganMereka menyambut dan mengagung-agungkan Yesus layaknya seorang raja besar. Dalam pikiran mereka memang demikian, mereka menganggap inilah peristiwa penting dalam sejarah hidup mereka, yang mana Yesus mereka anggap sebagai Mesias politik yang akan membebaskan mereka dari penjajahan.
Namun suatu hal yang sangat kontras kita dengarkan bahwa mereka semua mengelu-elukan Yesus sebagai pemimpin politis layaknya seorang raja besar, tetapi justru Yesus datang dalam kesederhanaan. Yesus memasuki Yerusalem bukan dengan kemegahan, Dia tidak dikawal oleh serdadu dengan senjata lengkat, tidak dengan kereta megah atau kurda yang gagah, juga tidak mengenakan jubah kebesaran raja tau makhota seorang raja, tetapi Dia hanya mengendarai seekor keledai betina. Yesus memang datang sebagai raja, tetapi bukan seperti yang mereka harapkan. Dia adalah raja yang menderita, memasuki Yerusalem dengan kesederhanaan dan bukan untuk merebut kekuasaan atau membebaskan bangsa Israel dari penjajahan bangsa asing. Yesus datang sebagai raja yang menderita dan siap mati untuk membebaskan manusia dari penjajahan akibat dosa. Yesus memasuki Yerusalem sebenarnya Yesus melangkah dan menyongsong kematian-Nya di Jerusalem. Semuanya ini dilakukan untuk menebus dosa manusia.
Dari sebab itu, baiklah dalam perayaan ini, kita menyambut dan mengelu-elukan Yesus karena Dia adalah Mesias yang sungguh dengan rendahhati dan penuh kesederhanaan rela menderita dan bahkan wafat di salib demi menyelamatkan kita, untuk membebaskan kita dari perhambaan dosa. Namun kita menyambut Yesus, bukan lagi hanya sekedar dengan sorak sorai atau ranting daung di tangan, tetapi dengan kesederhanaan hati dan hidup kita. Kesederhanaan yang dimaksud adalah kesadaran diri bahwa kita adalah manusia biasa, manusia pendosa, tetapi Yesus Tuhan mau menderita danw wafat bagi kita untuk menebus dosa kita, hanya karena cinta-Nya kepada kita. Dengan demikian, kitapun berani menderita demi Dia, demi mengasihi Dia. Seperti para murid dan orang banyak menyambut Yesus dengan menghamparkan baju-baju mereka di jalan yang dilalui oleh Yesus, demikianpun kiranya berani berkorban, memberi hidup kita dan apa yang ada pada kita untuk menyambut dan memuji Yesus Tuhan kita. Hanya yang memiliki hidup sederhanalah yang mampu berkorban demi kasih kepada Yesus. Hanya orang yang rela berkorban pulalah yang sungguh bersyukur atas cinta kasih Yesus atas dirinya. Amin.
RENUNGAN INJIL KISAH SENGSARA (Mat 26:-27:66)
Bacaan Injil hari ini memang bagi kita terasa aneh. Pada upacara di luar Gereja, kita mendengarkan penyambutan umat Israel atas Yesus yang memasuki Yerusalem. Dalam bacaan itu, tampak mereka mengikuti Yesus yang dengan sukacita menyambut dan mengiringi Yesus masuk Yerusalem, bahkan mereka sampe melepas pakaian mereka untuk dibentangkan di jalan sebagai ganti permadani. Namun dalam Bacaan Injil Kisah Sengsara sungguh semuanya terbalik, mereka yang semula mengelu-elukan : "Hosana bagi Anak Daud, diberkatilah Dia yang datang dalam nama Tuhan, hosana di tempat yang mahatinggi!", justru malah berbalik membenci Yesus dan bahkan semua berteriak ‘salibkan dia’. Sama halnya dengan para rasul, juga pergi meninggalkan Yesus dalam sengsara-Nya. Bahkan Petrus sendiri berani menyangkal Yesus bahwa dia tidak mengenal Yesus.
Memang bacaan Injil hari ini terasa ganjil, tetapi memang itulah kenyataan yang menggambarkan sikap kita kepada Yesus. Kitapun seringkali bersikap demikian, satu waktu kita dengan lantang mengatakan bahwa kita percaya kepada Yesus, kita hendak mengikuti-Nya tetapi dengan gampang pula kita berbalik ‘membenci’ atau meninggalkan iman kita kepada Yesus. Ketika kita merasa bahwa Yesus memenuhi harapan atau mengabulkan doa-doa kita, atau manakala hidup kita semuanya berjalan lancara, tanpa persoalan, kita dengan mudah mengaku diri sebagai murid Yesus, Manakala persoalan atau penderitaan menghampiri kita, kita bisa dengan mudah berbalik tidak percaya kepada Yesus. Seringkali juga kita dengan gampang berbalik meninggalkan Yesus karena harta, jabatan, pangkat dan juga karena relasi dengan orang lain.
Ketika Yesus dan murid-murid-Nya telah dekat Yerusalem dan tiba di Betfage yang terletak di Bukit Zaitun, Yesus menyuruh dua orang murid-Nya dengan pesan: "Pergilah ke kampung yang di depanmu itu, dan di situ kamu akan segera menemukan seekor keledai betina tertambat dan anaknya ada dekatnya. Lepaskanlah keledai itu dan bawalah keduanya kepada-Ku. Dan jikalau ada orang menegor kamu, katakanlah: Tuhan memerlukannya. Ia akan segera mengembalikannya." Hal itu terjadi supaya genaplah firman yang disampaikan oleh nabi: "Katakanlah kepada puteri Sion: Lihat, Rajamu datang kepadamu, Ia lemah lembut dan mengendarai seekor keledai, seekor keledai beban yang muda." Maka pergilah murid-murid itu dan berbuat seperti yang ditugaskan Yesus kepada mereka. Mereka membawa keledai betina itu bersama anaknya, lalu mengalasinya dengan pakaian mereka dan Yesus pun naik ke atasnya. Orang banyak yang sangat besar jumlahnya menghamparkan pakaiannya di jalan, ada pula yang memotong ranting-ranting dari pohon-pohon dan menyebarkannya di jalan. Dan orang banyak yang berjalan di depan Yesus dan yang mengikuti-Nya dari belakang berseru, katanya: "Hosana bagi Anak Daud, diberkatilah Dia yang datang dalam nama Tuhan, hosana di tempat yang mahatinggi!" Dan ketika Ia masuk ke Yerusalem, gemparlah seluruh kota itu dan orang berkata: "Siapakah orang ini?" Dan orang banyak itu menyahut: "Inilah nabi Yesus dari Nazaret di Galilea."
RENUNGAN
Hari ini kita memasuki Minggu pekan suci. Selama pekan suci kita akan diajak mendengarkan dan merenungkan sengsara Yesus Kristus sebelum dia wafat dan bangkit dari kematian. Pekan suci ini kita awali dengan merayakan Minggu Palma. Pada perayaan ini, kita mengenangkan Yesus Kristus yang memasuki Yerusalem.
Dalam Injil tadi kita mendengar bahwa ketika Yesus masuk ke Yerusalem, para murid dan banyak orang mengiringi Dia. Mereka semua bergembira, menyambut kedatangan Yesus yang memasuki Yerusalem yakni dengan memasang ‘permadani’ sepanjang jalan yang dilalui oleh Yesus, yakni daun-daun dan pakaian mereka, bersorak sorai dengan ranting di tanganMereka menyambut dan mengagung-agungkan Yesus layaknya seorang raja besar. Dalam pikiran mereka memang demikian, mereka menganggap inilah peristiwa penting dalam sejarah hidup mereka, yang mana Yesus mereka anggap sebagai Mesias politik yang akan membebaskan mereka dari penjajahan.
Namun suatu hal yang sangat kontras kita dengarkan bahwa mereka semua mengelu-elukan Yesus sebagai pemimpin politis layaknya seorang raja besar, tetapi justru Yesus datang dalam kesederhanaan. Yesus memasuki Yerusalem bukan dengan kemegahan, Dia tidak dikawal oleh serdadu dengan senjata lengkat, tidak dengan kereta megah atau kurda yang gagah, juga tidak mengenakan jubah kebesaran raja tau makhota seorang raja, tetapi Dia hanya mengendarai seekor keledai betina. Yesus memang datang sebagai raja, tetapi bukan seperti yang mereka harapkan. Dia adalah raja yang menderita, memasuki Yerusalem dengan kesederhanaan dan bukan untuk merebut kekuasaan atau membebaskan bangsa Israel dari penjajahan bangsa asing. Yesus datang sebagai raja yang menderita dan siap mati untuk membebaskan manusia dari penjajahan akibat dosa. Yesus memasuki Yerusalem sebenarnya Yesus melangkah dan menyongsong kematian-Nya di Jerusalem. Semuanya ini dilakukan untuk menebus dosa manusia.
Dari sebab itu, baiklah dalam perayaan ini, kita menyambut dan mengelu-elukan Yesus karena Dia adalah Mesias yang sungguh dengan rendahhati dan penuh kesederhanaan rela menderita dan bahkan wafat di salib demi menyelamatkan kita, untuk membebaskan kita dari perhambaan dosa. Namun kita menyambut Yesus, bukan lagi hanya sekedar dengan sorak sorai atau ranting daung di tangan, tetapi dengan kesederhanaan hati dan hidup kita. Kesederhanaan yang dimaksud adalah kesadaran diri bahwa kita adalah manusia biasa, manusia pendosa, tetapi Yesus Tuhan mau menderita danw wafat bagi kita untuk menebus dosa kita, hanya karena cinta-Nya kepada kita. Dengan demikian, kitapun berani menderita demi Dia, demi mengasihi Dia. Seperti para murid dan orang banyak menyambut Yesus dengan menghamparkan baju-baju mereka di jalan yang dilalui oleh Yesus, demikianpun kiranya berani berkorban, memberi hidup kita dan apa yang ada pada kita untuk menyambut dan memuji Yesus Tuhan kita. Hanya yang memiliki hidup sederhanalah yang mampu berkorban demi kasih kepada Yesus. Hanya orang yang rela berkorban pulalah yang sungguh bersyukur atas cinta kasih Yesus atas dirinya. Amin.
RENUNGAN INJIL KISAH SENGSARA (Mat 26:-27:66)
Bacaan Injil hari ini memang bagi kita terasa aneh. Pada upacara di luar Gereja, kita mendengarkan penyambutan umat Israel atas Yesus yang memasuki Yerusalem. Dalam bacaan itu, tampak mereka mengikuti Yesus yang dengan sukacita menyambut dan mengiringi Yesus masuk Yerusalem, bahkan mereka sampe melepas pakaian mereka untuk dibentangkan di jalan sebagai ganti permadani. Namun dalam Bacaan Injil Kisah Sengsara sungguh semuanya terbalik, mereka yang semula mengelu-elukan : "Hosana bagi Anak Daud, diberkatilah Dia yang datang dalam nama Tuhan, hosana di tempat yang mahatinggi!", justru malah berbalik membenci Yesus dan bahkan semua berteriak ‘salibkan dia’. Sama halnya dengan para rasul, juga pergi meninggalkan Yesus dalam sengsara-Nya. Bahkan Petrus sendiri berani menyangkal Yesus bahwa dia tidak mengenal Yesus.
Memang bacaan Injil hari ini terasa ganjil, tetapi memang itulah kenyataan yang menggambarkan sikap kita kepada Yesus. Kitapun seringkali bersikap demikian, satu waktu kita dengan lantang mengatakan bahwa kita percaya kepada Yesus, kita hendak mengikuti-Nya tetapi dengan gampang pula kita berbalik ‘membenci’ atau meninggalkan iman kita kepada Yesus. Ketika kita merasa bahwa Yesus memenuhi harapan atau mengabulkan doa-doa kita, atau manakala hidup kita semuanya berjalan lancara, tanpa persoalan, kita dengan mudah mengaku diri sebagai murid Yesus, Manakala persoalan atau penderitaan menghampiri kita, kita bisa dengan mudah berbalik tidak percaya kepada Yesus. Seringkali juga kita dengan gampang berbalik meninggalkan Yesus karena harta, jabatan, pangkat dan juga karena relasi dengan orang lain.
0 comments:
Post a Comment
Syalom. Terimakasih atas kunjungan dan komentarnya.Semoga Tuhan memberkati para Saudara.