Renungan Hari biasa Pekan V Prapaskah, Rabu 13 April 2011
(Martinus I)
Dan 3:14-20,24-25,28, MT Dan 3:52,53,54,55,56, Yoh 8:31-42
(Martinus I)
Dan 3:14-20,24-25,28, MT Dan 3:52,53,54,55,56, Yoh 8:31-42
"Aku berkata kepadamu, sesungguhnya setiap orang yang berbuat dosa, adalah hamba dosa. Dan hamba tidak tetap tinggal dalam rumah, tetapi anak tetap tinggal dalam rumah. Jadi apabila Anak itu memerdekakan kamu, kamupun benar-benar merdeka."
BACAAN INJIL:
Maka kata-Nya kepada orang-orang Yahudi yang percaya kepada-Nya: "Jikalau kamu tetap dalam firman-Ku, kamu benar-benar adalah murid-Ku dan kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu." Jawab mereka: "Kami adalah keturunan Abraham dan tidak pernah menjadi hamba siapapun. Bagaimana Engkau dapat berkata: Kamu akan merdeka?" Kata Yesus kepada mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya setiap orang yang berbuat dosa, adalah hamba dosa. Dan hamba tidak tetap tinggal dalam rumah, tetapi anak tetap tinggal dalam rumah. Jadi apabila Anak itu memerdekakan kamu, kamupun benar-benar merdeka." "Aku tahu, bahwa kamu adalah keturunan Abraham, tetapi kamu berusaha untuk membunuh Aku karena firman-Ku tidak beroleh tempat di dalam kamu. Apa yang Kulihat pada Bapa, itulah yang Kukatakan, dan demikian juga kamu perbuat tentang apa yang kamu dengar dari bapamu." Jawab mereka kepada-Nya: "Bapa kami ialah Abraham." Kata Yesus kepada mereka: "Jikalau sekiranya kamu anak-anak Abraham, tentulah kamu mengerjakan pekerjaan yang dikerjakan oleh Abraham. Tetapi yang kamu kerjakan ialah berusaha membunuh Aku; Aku, seorang yang mengatakan kebenaran kepadamu, yaitu kebenaran yang Kudengar dari Allah; pekerjaan yang demikian tidak dikerjakan oleh Abraham. Kamu mengerjakan pekerjaan bapamu sendiri." Jawab mereka: "Kami tidak dilahirkan dari zinah. Bapa kami satu, yaitu Allah." Kata Yesus kepada mereka: "Jikalau Allah adalah Bapamu, kamu akan mengasihi Aku, sebab Aku keluar dan datang dari Allah. Dan Aku datang bukan atas kehendak-Ku sendiri, melainkan Dialah yang mengutus Aku.
Demikianlah Injil Tuhan bagi kita.
RENUNGAN:
Seminggu yang lalu, pagi-pagi saat kantor paroki belum buka, seorang ketua Dewan stasi datang ke pastoran bersama dengan seorang bapak, umat stasi tersebut. Mereka datang untuk meminta misa arwah 40 hari bagi ibu. Ibu tersebut adalah ibu dari bapak yang datang bersama ketua dewan stasi itu. Permohonan ini merupakan hal yang langka saya jumpai di paroki ini sejak saya pertugas di paroki ini, karena setelah satu setengah tahun berugas di paroki ini, baru kali ini ada umat yang meminta misa arwah peringatan 40 hari. Saya senang mendapat permohonan umat untuk misa arwah tersebut. Saat menyampaikannya kepada saya, “Pastor kami datang untuk meminta agar diadakan misa arwah 40 hari bagi ibu kami. Apakah di paroki ini bisa diadakah misa arwah 40 hari bagi yang meninggal? Karena kami sendiri tidak pernah tahu akan kebiasaan itu dalam Gereja kita. Kami tahu hal ini karena kami diberitahu keluarga yang dari Jakarta, yang katanya di tempat mereka ada kebiasaan demikian.”
Saya kaget juga mendengar pernyataan mereka yang mengatakan bahwa mereka selama ini tidak tahu ada kebiasaan misa arwah di gereja Katolik. Ini tentu suatu kekurangan, yang mana umat sendiri kurang mengetahui kebiasaan dalam gerejanya sendiri. Kesempatan ini saya gunakan untuk berkatekese dengan mereka. Setelah panjang lebar berkatekese, saya mengatakan mengapa beliau belum saya kenal, belum pernah saya lihat di stasi padahal saya udah beberapa kali misa di stasi mereka. Jawaban yang diberikan adalah katanya bahwa beliau juga sering juga ke Gereja, hanya pas pastor datang untuk merayakan Ekaristi, beliau tidak hadir. Beliau juga mengatakan bahwa beliau dulunya adalah Ketua Dewan Pastoral Stasi, hanya beberapa tahun ini tidak aktif dalam menggereja. Beberapa hari kemudian, saya ketahui bahwa beliau dan keluarganya tidak lagi aktif sejak beberapa tahun lagi karena pastor paroki terdahulu tidak bisa mengiyakan permohonan mereka sehubungan dengan pernikahan anak mereka. Dari cerita yang saya dengar, anak mereka itu tidak memenuhi persiaratan Gereja tetapi mereka memaksakan dengan alasan beliau adalah ketua dewan stasi. Karena Gereja tidak memenuhi permintaan mereka, mereka tidak lagi aktif di Gereja dan bahkan cenderung mengkritik kebijakan paroki dan stasi dan malah seakan memecah belah umat.
Mungkin ini bisa menjadi gambaran yang kerap terjadi dalam kehidupan menggereja. Kerap banyak umat begitu bangga menjadi pengurus Gereja, tetapi kurang menghayati peran mereka dengan sungguh-sungguh dan kurang mengikuti dan menghayati iman maupun peraturan Gereja. Bahkan seringkali tugas sebagai pengurus Gereja dianggap sebagai karcis khusus untuk mendapat pelayanan dan kebijakan khusus dari Gereja. Demikian juga halnya yang terjadi, banyak umat yang menganggap bahwa menjadi anggota Gereja adalah cukup bila mereka sudah dibaptis, ada pula yang merasa cukup bila sudah rajin ke Gereja hari Minggu. Sehingga seringkali terjadi, orang datang ke Gereja bila mana saat anak mau dibaptis, atau bila mau menikah dan ada pula saat mati. Saat-saat seperti itu, mereka mengakui sebagai anggota Gereja dan memaksakan bahwa mereka mempunyai hak untuk dilayani Gereja dan Gereja wajib melayani mereka.
Di dalam injil hari ini, Yesus mengkritik orang-orang Yahudi yang mengaku diri sebagai keturunan Abraham dan mengatakan bahwa mereka tidak dilahirkan dari zinah. Bapa mereka satu, yaitu Allah. Yesus mengkritik mereka karena mereka hidup tidak mengikuti teladan Abraham yang taat kepada Allah. Mereka juga tidak hidup sebagai anak-anak Allah, karena menolak Yesus yang datang dari Allah. Mereka bangga dengan status mereka, dan menganggap dengan status yang mereka miliki itu, itulah jaminan mereka sebagai anak-anak Allah yang masuk surga.
Kiranya Yesus mengatakan kepada kita, status sebagai anak-anak Allah yang sudah dianugerahkan kepada kita lewat baptisan bukanlah menjadi jaminan untuk diselamatkan oleh Allah. Janganlah kita berbangga diri dengan status yang kita peroleh, dengan baptisan yang kita terima, tetapi hendaknya kita senantiasa tinggal dalam firman Allah dan itulah tandanya kita benar-benar murid Kristus. Tinggal dalam Firman Allah itu berarti setia mengikuti dan menghayati sabda Allah dalam hidup setiap hari. Kesetiaan kita tinggal dalam firman Allah itulah yang membebasakan kita dari penjajahan atau perbudakan dosa. Dengan demikian orang yang percaya kepada Allah, mereka tentu terlepas dan jauh dari perbuatan-perbuatan dosa. Lebih penting lagi sebagaimana dikatakan oleh Yesus, bahwa barang siapa yang sungguh percaya kepada Allah, tentu mereka juga menerima Yesus sebagai Putera Allah yang diutus untuk menyelamatkan manusia. Amin.
BACAAN INJIL:
Maka kata-Nya kepada orang-orang Yahudi yang percaya kepada-Nya: "Jikalau kamu tetap dalam firman-Ku, kamu benar-benar adalah murid-Ku dan kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu." Jawab mereka: "Kami adalah keturunan Abraham dan tidak pernah menjadi hamba siapapun. Bagaimana Engkau dapat berkata: Kamu akan merdeka?" Kata Yesus kepada mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya setiap orang yang berbuat dosa, adalah hamba dosa. Dan hamba tidak tetap tinggal dalam rumah, tetapi anak tetap tinggal dalam rumah. Jadi apabila Anak itu memerdekakan kamu, kamupun benar-benar merdeka." "Aku tahu, bahwa kamu adalah keturunan Abraham, tetapi kamu berusaha untuk membunuh Aku karena firman-Ku tidak beroleh tempat di dalam kamu. Apa yang Kulihat pada Bapa, itulah yang Kukatakan, dan demikian juga kamu perbuat tentang apa yang kamu dengar dari bapamu." Jawab mereka kepada-Nya: "Bapa kami ialah Abraham." Kata Yesus kepada mereka: "Jikalau sekiranya kamu anak-anak Abraham, tentulah kamu mengerjakan pekerjaan yang dikerjakan oleh Abraham. Tetapi yang kamu kerjakan ialah berusaha membunuh Aku; Aku, seorang yang mengatakan kebenaran kepadamu, yaitu kebenaran yang Kudengar dari Allah; pekerjaan yang demikian tidak dikerjakan oleh Abraham. Kamu mengerjakan pekerjaan bapamu sendiri." Jawab mereka: "Kami tidak dilahirkan dari zinah. Bapa kami satu, yaitu Allah." Kata Yesus kepada mereka: "Jikalau Allah adalah Bapamu, kamu akan mengasihi Aku, sebab Aku keluar dan datang dari Allah. Dan Aku datang bukan atas kehendak-Ku sendiri, melainkan Dialah yang mengutus Aku.
Demikianlah Injil Tuhan bagi kita.
RENUNGAN:
Seminggu yang lalu, pagi-pagi saat kantor paroki belum buka, seorang ketua Dewan stasi datang ke pastoran bersama dengan seorang bapak, umat stasi tersebut. Mereka datang untuk meminta misa arwah 40 hari bagi ibu. Ibu tersebut adalah ibu dari bapak yang datang bersama ketua dewan stasi itu. Permohonan ini merupakan hal yang langka saya jumpai di paroki ini sejak saya pertugas di paroki ini, karena setelah satu setengah tahun berugas di paroki ini, baru kali ini ada umat yang meminta misa arwah peringatan 40 hari. Saya senang mendapat permohonan umat untuk misa arwah tersebut. Saat menyampaikannya kepada saya, “Pastor kami datang untuk meminta agar diadakan misa arwah 40 hari bagi ibu kami. Apakah di paroki ini bisa diadakah misa arwah 40 hari bagi yang meninggal? Karena kami sendiri tidak pernah tahu akan kebiasaan itu dalam Gereja kita. Kami tahu hal ini karena kami diberitahu keluarga yang dari Jakarta, yang katanya di tempat mereka ada kebiasaan demikian.”
Saya kaget juga mendengar pernyataan mereka yang mengatakan bahwa mereka selama ini tidak tahu ada kebiasaan misa arwah di gereja Katolik. Ini tentu suatu kekurangan, yang mana umat sendiri kurang mengetahui kebiasaan dalam gerejanya sendiri. Kesempatan ini saya gunakan untuk berkatekese dengan mereka. Setelah panjang lebar berkatekese, saya mengatakan mengapa beliau belum saya kenal, belum pernah saya lihat di stasi padahal saya udah beberapa kali misa di stasi mereka. Jawaban yang diberikan adalah katanya bahwa beliau juga sering juga ke Gereja, hanya pas pastor datang untuk merayakan Ekaristi, beliau tidak hadir. Beliau juga mengatakan bahwa beliau dulunya adalah Ketua Dewan Pastoral Stasi, hanya beberapa tahun ini tidak aktif dalam menggereja. Beberapa hari kemudian, saya ketahui bahwa beliau dan keluarganya tidak lagi aktif sejak beberapa tahun lagi karena pastor paroki terdahulu tidak bisa mengiyakan permohonan mereka sehubungan dengan pernikahan anak mereka. Dari cerita yang saya dengar, anak mereka itu tidak memenuhi persiaratan Gereja tetapi mereka memaksakan dengan alasan beliau adalah ketua dewan stasi. Karena Gereja tidak memenuhi permintaan mereka, mereka tidak lagi aktif di Gereja dan bahkan cenderung mengkritik kebijakan paroki dan stasi dan malah seakan memecah belah umat.
Mungkin ini bisa menjadi gambaran yang kerap terjadi dalam kehidupan menggereja. Kerap banyak umat begitu bangga menjadi pengurus Gereja, tetapi kurang menghayati peran mereka dengan sungguh-sungguh dan kurang mengikuti dan menghayati iman maupun peraturan Gereja. Bahkan seringkali tugas sebagai pengurus Gereja dianggap sebagai karcis khusus untuk mendapat pelayanan dan kebijakan khusus dari Gereja. Demikian juga halnya yang terjadi, banyak umat yang menganggap bahwa menjadi anggota Gereja adalah cukup bila mereka sudah dibaptis, ada pula yang merasa cukup bila sudah rajin ke Gereja hari Minggu. Sehingga seringkali terjadi, orang datang ke Gereja bila mana saat anak mau dibaptis, atau bila mau menikah dan ada pula saat mati. Saat-saat seperti itu, mereka mengakui sebagai anggota Gereja dan memaksakan bahwa mereka mempunyai hak untuk dilayani Gereja dan Gereja wajib melayani mereka.
Di dalam injil hari ini, Yesus mengkritik orang-orang Yahudi yang mengaku diri sebagai keturunan Abraham dan mengatakan bahwa mereka tidak dilahirkan dari zinah. Bapa mereka satu, yaitu Allah. Yesus mengkritik mereka karena mereka hidup tidak mengikuti teladan Abraham yang taat kepada Allah. Mereka juga tidak hidup sebagai anak-anak Allah, karena menolak Yesus yang datang dari Allah. Mereka bangga dengan status mereka, dan menganggap dengan status yang mereka miliki itu, itulah jaminan mereka sebagai anak-anak Allah yang masuk surga.
Kiranya Yesus mengatakan kepada kita, status sebagai anak-anak Allah yang sudah dianugerahkan kepada kita lewat baptisan bukanlah menjadi jaminan untuk diselamatkan oleh Allah. Janganlah kita berbangga diri dengan status yang kita peroleh, dengan baptisan yang kita terima, tetapi hendaknya kita senantiasa tinggal dalam firman Allah dan itulah tandanya kita benar-benar murid Kristus. Tinggal dalam Firman Allah itu berarti setia mengikuti dan menghayati sabda Allah dalam hidup setiap hari. Kesetiaan kita tinggal dalam firman Allah itulah yang membebasakan kita dari penjajahan atau perbudakan dosa. Dengan demikian orang yang percaya kepada Allah, mereka tentu terlepas dan jauh dari perbuatan-perbuatan dosa. Lebih penting lagi sebagaimana dikatakan oleh Yesus, bahwa barang siapa yang sungguh percaya kepada Allah, tentu mereka juga menerima Yesus sebagai Putera Allah yang diutus untuk menyelamatkan manusia. Amin.
0 comments:
Post a Comment
Syalom. Terimakasih atas kunjungan dan komentarnya.Semoga Tuhan memberkati para Saudara.