Renungan Hari biasa Pekan V Prapaskah, Senin 11 April 2011
(Stanislaus )
Dan 13:1-9,15-17,19-30,33-62, Mzm 23:1-3a,3b-4,5,6, Yoh 8:1-11
(Stanislaus )
Dan 13:1-9,15-17,19-30,33-62, Mzm 23:1-3a,3b-4,5,6, Yoh 8:1-11
"Akupun tidak menghukum engkau. Pergilah, dan jangan berbuat dosa lagi mulai dari sekarang."
BACAAN INJIL:
Tetapi Yesus pergi ke bukit Zaitun. Pagi-pagi benar Ia berada lagi di Bait Allah, dan seluruh rakyat datang kepada-Nya. Ia duduk dan mengajar mereka. Maka ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi membawa kepada-Nya seorang perempuan yang kedapatan berbuat zinah. Mereka menempatkan perempuan itu di tengah-tengah lalu berkata kepada Yesus: "Rabi, perempuan ini tertangkap basah ketika ia sedang berbuat zinah. Musa dalam hukum Taurat memerintahkan kita untuk melempari perempuan-perempuan yang demikian. Apakah pendapat-Mu tentang hal itu?" Mereka mengatakan hal itu untuk mencobai Dia, supaya mereka memperoleh sesuatu untuk menyalahkan-Nya. Tetapi Yesus membungkuk lalu menulis dengan jari-Nya di tanah. Dan ketika mereka terus-menerus bertanya kepada-Nya, Iapun bangkit berdiri lalu berkata kepada mereka: "Barangsiapa di antara kamu tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada perempuan itu." Lalu Ia membungkuk pula dan menulis di tanah. Tetapi setelah mereka mendengar perkataan itu, pergilah mereka seorang demi seorang, mulai dari yang tertua. Akhirnya tinggallah Yesus seorang diri dengan perempuan itu yang tetap di tempatnya. Lalu Yesus bangkit berdiri dan berkata kepadanya: "Hai perempuan, di manakah mereka? Tidak adakah seorang yang menghukum engkau?" Jawabnya: "Tidak ada, Tuhan." Lalu kata Yesus: "Akupun tidak menghukum engkau. Pergilah, dan jangan berbuat dosa lagi mulai dari sekarang."
Demikianlah Injil Tuhan bagi kita hari ini.
RENUNGAN:
"Akupun tidak menghukum engkau. Pergilah, dan jangan berbuat dosa lagi mulai dari sekarang."
Sejenak mari kita bayangkan seandainya wanita yang teruduh itu adalah kita sendiri. Wanita itu mungkin benar ketahuan berzinah dan hukuman yang harus diterima sesuai dengan ada pada masa itu adalah hukuman mati dengan dirajam atau dilempari pakai batu sampai mati. Kematian itu tentu suatu kematian yang mengerikan, menyakitkan dan memalukan karena mati akibat melakukan dosa atau kesalahan. Lebih menyakitkan lagi karena diperlakukan dengan tidak adil. Sebab bagaimanapun dalam berzinah tentu dia tidak hanya sendiri, pasti bersama dengan laki-laki. Namun yang dituduh, dipersalahkan hanyalah dirinya sendiri. Ini perlakukan yang tidak adil. Wanita ini memang layak dihukum karena kedosaannya, tetapi selain mendapat hukuman juga dipermalukan dan diperlakukan tidak adil.
Sesuai dengan adat kebiasaan saat itu, ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi tentu sudah punya alasan untuk menghukum rajam wanita itu dan bisa melakukannya, tanpa harus membawanya dan bertanya terlebih dahulu kepada Yesus. Namun mereka punya maksud lain, yakni untuk menjebak dan menangkap Yesus. Mereka menggunakan wanita itu untuk menjebak dan menjerat Yesus untuk menangkap-Nya. Melihat maksud mereka itu, bagi mereka kebencian dan niat untuk menyingkirkan Yesus, itu jauh lebih penting daripada menghukum wanita yang kedapatan berzinah. Bisa saja mereka tidak lagi menganggap bahwa menghukum wanita yang kedapatan berzinah sebagai keharusan karena mereka sendiri melakukan hal yang sama. Namun yang jelas dalam peristiwa ini, mereka menggunakan wanita itu sebagai alat untuk menjalankan niat mereka untuk menjebak Yesus. Bila Yesus mengatakan bahwa wanita itu harus dihukum sesuai dengan hokum Musa, maka Yesus akan dijebak karena dianggap melanggar hukum Negara saat itu mengharuskan seseorang diadili dulu sebelum dihukum. Tetapi kalau Yesus mengatakan bahwa wanita itu harus diadili dulu, maka Yesus akan dijerat karena dianggap tidak taat pada hukum musa. Yesus tahu akan kelicikan mereka dan juga tentu tahu bahwa mereka itu juga penuh dengan kedosaan. Memang demikianlah kiranya yang sering terjadi dalam diri manusia, kebencian dan karena merasa diri benar, manusia seringkali begitu mudah melihat kekurang, kedosaan orang lain, padahal dia juga melakukan dosa yang sama beratnya walaupun bentuknya berbeda. Kita seringkali menuduh orang berdosa dan beratnya dosa itu seringkali menurut ukuran kita saja karena kita tidak melakukannya, padahal kita melakukan hal yang sama beratnya, walau bentuknya berbeda.
Ketika Yesus ditanya akan hal itu, Yesus tidak langsung menjawab tetapi dikatakan membungkut dan seakan menulis di tanah. Mungkin kita yang membaca teks ini mengira bahwa Yesus merenungkan dulu jawaban apa yang tepat untuk melepaskan diri dari jebakan para ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi. Pemikiran ini juga mungkin benar. Tetapi kami melihat, bahwa sikap Yesus yang demikian, memberi waktu kepada mereka untuk merenungkan dan melihat kedirian mereka, apakah memang mereka tidak berdosa sehingga layak untuk menghukum wanita itu atau tidak. Oleh sebab itulah ketika mereka mendesak Yesus, Yesus mengatakan, "Barangsiapa di antara kamu tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada perempuan itu." Yesus menegur dan menelanjangi mereka bahwa mereka juga mempunyai dosa sehingga tidak punya hak untuk menghukum orang yang berdosa. Karena mereka juga berdosa, maka mereka juga tentu pantas mendapat hukuman. Kata-kata Yesus ini tentu membuat mereka terkajut dan sadar bahwa mereka juga melakukan dosa sehingga tidak pantas menghukum wanita itu. Mendengar kata-kata Yesus, mereka akhirnya pergi satu-persatu mulai dari yang tertiam, karena mereka juga tidak luput dari dosa. Hanya yang tidak melakukan dosalah yang berhak menuduh dan menghukum orang berdosa.
Yesus adalah Tuhan Allah, Dia sama seperti kita kecuali dalam hal dosa, sehingga hanya Yesuslah yang berhak untuk menghukum wanita itu. Setelah semuanya pergi, tinggallah hanya Yesus dengan wanita yang harus dihukum itu. Walaupun orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat itu yang mau menghukumnya sudah pergi, tetapi wanita itu tentu belum tenang dan belum merasa terlepas dari hukuman atas dosanya, karena di tempat itu masih tinggal Yesus. Yesus tidak pergi dari tempat itu, karena Dia tidak berdosa. Wanita itu pasti masih ketakutan menunggu hukuman apa yang akan diberikan oleh Yesus atas dirinya yang memang harus mendapat hukuman mati. Namun betapa terkejutnya wanita itu mendengar kata-kata Yesus bahwa Yesuspun tidak menghukum dia. Selain terkejut wanita itu penuh sukacita karena mendapatkan kasih pengampunan yang sangat luar biasa dari Yesus. Berbeda dengan ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi yang merasa tidak berdosa itu menghakimi dia dan mau menghukumnya dengan hukuman mati. Tetapi Yesus yang kudus, malah tidak memandang kedosaannya, tetapi mengampuninya dengan sebuah pesan supaya dia pergi dan tidak berbuat dosa lagi mulai saat itu juga. Kasih pengampunan yang luar biasa itu membebaskan dia dari hukuman dosa dan terlebih membebaskan dia dari kebiasaan untuk berdosa. Mengalami dan mendapatkan kasih Allah yang memberi pengampunan, itulah yang membuat wanita itu sungguh bertobat dan bahkan menjadi pengikut setia Yesus.
Kasih pengampunan yang sama juga kita akan diberikan oleh Yesus kepada kita walaupun karena dosa-soa kita seharusnya sudah membuat kita mati, tetapi asal kita mau datang kepada-Nya dan dengan tulus mengakui dosa kita di hadapan-Nya. Tuhan tidak memperhitungkan berapa besar dosa yang kita perbuat, yang Tuhan lihat adalah ketulusan hati kita untuk mengakui kedosaan, menyesali dan bertobat. Maka baiklah pada masa prapaska ini kita gunakan sebagai kesempatan untuk bertobat. Kerelaan untuk bertobat tentu harus dinyatakan pertama-tama dengan berani datang kepada Yesus lewat imam untuk mengakui dosa di hadapan Allah dan untuk meminta pengampunan dosa lewat imam-Nya. Berani datang kepada imam untuk mengakui dosa dan mohon pengampunan dari Allah lewat imam, adalah salah satu bentuk pertobatan yang sungguh dari diri kita. Sebab dengan melakukan hal ini, kita mengakui dan bersyukur atas kehadiran kasih Allah yang nyata lewat Gereja-Nya yang kudus, dalam hal ini dipercayakan oleh Gereja kepada para imam. Kesungguhan hati untuk bertobat, rasanya kuranglah sempurna, bila tidak datang untuk menerima sakramen Tobat kepada imam. Namun tetaplah kita laksanakan pertobatan itu dengan sungguh-sungguh yakni dengan menghayati sabda Yesus : "Akupun tidak menghukum engkau. Pergilah, dan jangan berbuat dosa lagi mulai dari sekarang."
Pertobatan kita juga nyata dalam membaharui sikap terhadap orang lain yang mungkin telah melakukan kesalahan dan dosa. Kita seringkali dengan mudah melihat, menilai dan menghakimi kesalahan dan dosa orang lain. Padahal kita semua tidak ada yang luput dari kesalahan dan dosa, kita juga pasti telah melakukan dosa, walau bentuk dan kadarnya berbeda. Diantara kita tidak ada yang layak untuk menghakimi dan menghukum orang yang berdosa. Hanya Tuhan yang layak karena Dia adalah Tuhan yang kudus, tanpa dosa. Oleh karena itu, baiklah kita tidak dengan mudah menghakimi saudara yang berdosa, tetapi berbelaskasih terhadap mereka. Sikap demikian, bukan berarti kita kompromi, atau membiarkan orang yang salah atau berdosa. Kita tetap peduli kepada mereka dan mengupayakan dengan kasih agar mereka terlepas dari hukuman dosa dan terlepas dari dosa yang menjerat hidup mereka. Sebagai orang yang telah merasakan kasih pengampunan dari Yesus, kita membawa para saudara kita yang berdosa kepada Yesus, bukan agar mereka mendapat hukuman dari Yesus, tetapi agar mereka juga merasakan kasih pengampunan dari Yesus sehingga merekapun bertobat. Semoga masa prapaskah ini kita gunakan sebagai kesempatan indah untuk menyadari kasih pengampunan Tuhan dan itu membawa kita pada pertobatan yang sejati. Amin.
BACAAN INJIL:
Tetapi Yesus pergi ke bukit Zaitun. Pagi-pagi benar Ia berada lagi di Bait Allah, dan seluruh rakyat datang kepada-Nya. Ia duduk dan mengajar mereka. Maka ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi membawa kepada-Nya seorang perempuan yang kedapatan berbuat zinah. Mereka menempatkan perempuan itu di tengah-tengah lalu berkata kepada Yesus: "Rabi, perempuan ini tertangkap basah ketika ia sedang berbuat zinah. Musa dalam hukum Taurat memerintahkan kita untuk melempari perempuan-perempuan yang demikian. Apakah pendapat-Mu tentang hal itu?" Mereka mengatakan hal itu untuk mencobai Dia, supaya mereka memperoleh sesuatu untuk menyalahkan-Nya. Tetapi Yesus membungkuk lalu menulis dengan jari-Nya di tanah. Dan ketika mereka terus-menerus bertanya kepada-Nya, Iapun bangkit berdiri lalu berkata kepada mereka: "Barangsiapa di antara kamu tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada perempuan itu." Lalu Ia membungkuk pula dan menulis di tanah. Tetapi setelah mereka mendengar perkataan itu, pergilah mereka seorang demi seorang, mulai dari yang tertua. Akhirnya tinggallah Yesus seorang diri dengan perempuan itu yang tetap di tempatnya. Lalu Yesus bangkit berdiri dan berkata kepadanya: "Hai perempuan, di manakah mereka? Tidak adakah seorang yang menghukum engkau?" Jawabnya: "Tidak ada, Tuhan." Lalu kata Yesus: "Akupun tidak menghukum engkau. Pergilah, dan jangan berbuat dosa lagi mulai dari sekarang."
Demikianlah Injil Tuhan bagi kita hari ini.
RENUNGAN:
"Akupun tidak menghukum engkau. Pergilah, dan jangan berbuat dosa lagi mulai dari sekarang."
Sejenak mari kita bayangkan seandainya wanita yang teruduh itu adalah kita sendiri. Wanita itu mungkin benar ketahuan berzinah dan hukuman yang harus diterima sesuai dengan ada pada masa itu adalah hukuman mati dengan dirajam atau dilempari pakai batu sampai mati. Kematian itu tentu suatu kematian yang mengerikan, menyakitkan dan memalukan karena mati akibat melakukan dosa atau kesalahan. Lebih menyakitkan lagi karena diperlakukan dengan tidak adil. Sebab bagaimanapun dalam berzinah tentu dia tidak hanya sendiri, pasti bersama dengan laki-laki. Namun yang dituduh, dipersalahkan hanyalah dirinya sendiri. Ini perlakukan yang tidak adil. Wanita ini memang layak dihukum karena kedosaannya, tetapi selain mendapat hukuman juga dipermalukan dan diperlakukan tidak adil.
Sesuai dengan adat kebiasaan saat itu, ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi tentu sudah punya alasan untuk menghukum rajam wanita itu dan bisa melakukannya, tanpa harus membawanya dan bertanya terlebih dahulu kepada Yesus. Namun mereka punya maksud lain, yakni untuk menjebak dan menangkap Yesus. Mereka menggunakan wanita itu untuk menjebak dan menjerat Yesus untuk menangkap-Nya. Melihat maksud mereka itu, bagi mereka kebencian dan niat untuk menyingkirkan Yesus, itu jauh lebih penting daripada menghukum wanita yang kedapatan berzinah. Bisa saja mereka tidak lagi menganggap bahwa menghukum wanita yang kedapatan berzinah sebagai keharusan karena mereka sendiri melakukan hal yang sama. Namun yang jelas dalam peristiwa ini, mereka menggunakan wanita itu sebagai alat untuk menjalankan niat mereka untuk menjebak Yesus. Bila Yesus mengatakan bahwa wanita itu harus dihukum sesuai dengan hokum Musa, maka Yesus akan dijebak karena dianggap melanggar hukum Negara saat itu mengharuskan seseorang diadili dulu sebelum dihukum. Tetapi kalau Yesus mengatakan bahwa wanita itu harus diadili dulu, maka Yesus akan dijerat karena dianggap tidak taat pada hukum musa. Yesus tahu akan kelicikan mereka dan juga tentu tahu bahwa mereka itu juga penuh dengan kedosaan. Memang demikianlah kiranya yang sering terjadi dalam diri manusia, kebencian dan karena merasa diri benar, manusia seringkali begitu mudah melihat kekurang, kedosaan orang lain, padahal dia juga melakukan dosa yang sama beratnya walaupun bentuknya berbeda. Kita seringkali menuduh orang berdosa dan beratnya dosa itu seringkali menurut ukuran kita saja karena kita tidak melakukannya, padahal kita melakukan hal yang sama beratnya, walau bentuknya berbeda.
Ketika Yesus ditanya akan hal itu, Yesus tidak langsung menjawab tetapi dikatakan membungkut dan seakan menulis di tanah. Mungkin kita yang membaca teks ini mengira bahwa Yesus merenungkan dulu jawaban apa yang tepat untuk melepaskan diri dari jebakan para ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi. Pemikiran ini juga mungkin benar. Tetapi kami melihat, bahwa sikap Yesus yang demikian, memberi waktu kepada mereka untuk merenungkan dan melihat kedirian mereka, apakah memang mereka tidak berdosa sehingga layak untuk menghukum wanita itu atau tidak. Oleh sebab itulah ketika mereka mendesak Yesus, Yesus mengatakan, "Barangsiapa di antara kamu tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada perempuan itu." Yesus menegur dan menelanjangi mereka bahwa mereka juga mempunyai dosa sehingga tidak punya hak untuk menghukum orang yang berdosa. Karena mereka juga berdosa, maka mereka juga tentu pantas mendapat hukuman. Kata-kata Yesus ini tentu membuat mereka terkajut dan sadar bahwa mereka juga melakukan dosa sehingga tidak pantas menghukum wanita itu. Mendengar kata-kata Yesus, mereka akhirnya pergi satu-persatu mulai dari yang tertiam, karena mereka juga tidak luput dari dosa. Hanya yang tidak melakukan dosalah yang berhak menuduh dan menghukum orang berdosa.
Yesus adalah Tuhan Allah, Dia sama seperti kita kecuali dalam hal dosa, sehingga hanya Yesuslah yang berhak untuk menghukum wanita itu. Setelah semuanya pergi, tinggallah hanya Yesus dengan wanita yang harus dihukum itu. Walaupun orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat itu yang mau menghukumnya sudah pergi, tetapi wanita itu tentu belum tenang dan belum merasa terlepas dari hukuman atas dosanya, karena di tempat itu masih tinggal Yesus. Yesus tidak pergi dari tempat itu, karena Dia tidak berdosa. Wanita itu pasti masih ketakutan menunggu hukuman apa yang akan diberikan oleh Yesus atas dirinya yang memang harus mendapat hukuman mati. Namun betapa terkejutnya wanita itu mendengar kata-kata Yesus bahwa Yesuspun tidak menghukum dia. Selain terkejut wanita itu penuh sukacita karena mendapatkan kasih pengampunan yang sangat luar biasa dari Yesus. Berbeda dengan ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi yang merasa tidak berdosa itu menghakimi dia dan mau menghukumnya dengan hukuman mati. Tetapi Yesus yang kudus, malah tidak memandang kedosaannya, tetapi mengampuninya dengan sebuah pesan supaya dia pergi dan tidak berbuat dosa lagi mulai saat itu juga. Kasih pengampunan yang luar biasa itu membebaskan dia dari hukuman dosa dan terlebih membebaskan dia dari kebiasaan untuk berdosa. Mengalami dan mendapatkan kasih Allah yang memberi pengampunan, itulah yang membuat wanita itu sungguh bertobat dan bahkan menjadi pengikut setia Yesus.
Kasih pengampunan yang sama juga kita akan diberikan oleh Yesus kepada kita walaupun karena dosa-soa kita seharusnya sudah membuat kita mati, tetapi asal kita mau datang kepada-Nya dan dengan tulus mengakui dosa kita di hadapan-Nya. Tuhan tidak memperhitungkan berapa besar dosa yang kita perbuat, yang Tuhan lihat adalah ketulusan hati kita untuk mengakui kedosaan, menyesali dan bertobat. Maka baiklah pada masa prapaska ini kita gunakan sebagai kesempatan untuk bertobat. Kerelaan untuk bertobat tentu harus dinyatakan pertama-tama dengan berani datang kepada Yesus lewat imam untuk mengakui dosa di hadapan Allah dan untuk meminta pengampunan dosa lewat imam-Nya. Berani datang kepada imam untuk mengakui dosa dan mohon pengampunan dari Allah lewat imam, adalah salah satu bentuk pertobatan yang sungguh dari diri kita. Sebab dengan melakukan hal ini, kita mengakui dan bersyukur atas kehadiran kasih Allah yang nyata lewat Gereja-Nya yang kudus, dalam hal ini dipercayakan oleh Gereja kepada para imam. Kesungguhan hati untuk bertobat, rasanya kuranglah sempurna, bila tidak datang untuk menerima sakramen Tobat kepada imam. Namun tetaplah kita laksanakan pertobatan itu dengan sungguh-sungguh yakni dengan menghayati sabda Yesus : "Akupun tidak menghukum engkau. Pergilah, dan jangan berbuat dosa lagi mulai dari sekarang."
Pertobatan kita juga nyata dalam membaharui sikap terhadap orang lain yang mungkin telah melakukan kesalahan dan dosa. Kita seringkali dengan mudah melihat, menilai dan menghakimi kesalahan dan dosa orang lain. Padahal kita semua tidak ada yang luput dari kesalahan dan dosa, kita juga pasti telah melakukan dosa, walau bentuk dan kadarnya berbeda. Diantara kita tidak ada yang layak untuk menghakimi dan menghukum orang yang berdosa. Hanya Tuhan yang layak karena Dia adalah Tuhan yang kudus, tanpa dosa. Oleh karena itu, baiklah kita tidak dengan mudah menghakimi saudara yang berdosa, tetapi berbelaskasih terhadap mereka. Sikap demikian, bukan berarti kita kompromi, atau membiarkan orang yang salah atau berdosa. Kita tetap peduli kepada mereka dan mengupayakan dengan kasih agar mereka terlepas dari hukuman dosa dan terlepas dari dosa yang menjerat hidup mereka. Sebagai orang yang telah merasakan kasih pengampunan dari Yesus, kita membawa para saudara kita yang berdosa kepada Yesus, bukan agar mereka mendapat hukuman dari Yesus, tetapi agar mereka juga merasakan kasih pengampunan dari Yesus sehingga merekapun bertobat. Semoga masa prapaskah ini kita gunakan sebagai kesempatan indah untuk menyadari kasih pengampunan Tuhan dan itu membawa kita pada pertobatan yang sejati. Amin.
Syaloom,,,
ReplyDeleteSmoga Pembangunan Gedung Paroki Tigalingga bisa berjalan dgn lancar.
hanya Doa yg bisa saya berikan, kiranya orang" yg mampu meringankan tangan utk memberikan bantuan Dana dlm menyelesaikan pembangunan Paroki ini.
God Bless.
Trims atas doanya. Tpi kamu pasti juga bisa membantu dengan menyebarkan proposal yang kami buat di FB paroki atau di Blog paroki ini. Kami menunggu ya.Tuhan Yesus memberkati selalu.
ReplyDelete