Caritas tingkatkan karya bagi orang cacat
Oleh Reporter ucanew.com, Seoul
Oleh Reporter ucanew.com, Seoul
Program penerjemahan yang baru, “Hasang-Braille” (Foro: Hasang Rehabilitation Center)
Program penerjemahan Braille yang baru akan memudahkan orang buta mengakses informasi.
Program Hasang-Braille itu dikembangkan oleh Hasang Rehabilitation Center (HRC) dari Caritas Seoul. Program tersebut mampu mengedit secara otomatis dokumen-dokumen MS Word ke Braille dan mempublikasi buku-buku dengan huruf Braille.
Pio Kim Ho-sik, direktur HRC, mengatakan, “banyak program penerjemahan Braille yang ada sekarang kurang memuaskan karena tidak akurat, sehingga dalam membuat buku, misalnya, kita harus menggunakannya program penerjemahan terpisah dari program pengeditan.
Namun program baru itu dapat menerjemahkan dan mengedit pada saat yang sama, tegasnya. Program ini juga bisa mengkonversi bahasa Korea, Cina, Jepang, dan Inggris ke dalam Braille.
Siapapun bisa segera bisa men-download dari braillekorea.com setelah membuat akun gratis.
Caritas Seoul akan mengadakan festival pada 16 April untuk memperingati Hari Penyandang Cacat nasional. Dalam kesempatan tersebut, sekitar 600 relawan cacat Katolik akan membimbing umat dalam perayaan liturgi.
Pejabat-pejabat Caritas mengatakan penyandang cacat akan berperan penting dalam menangani acara ini, yang tentu saja akan turut meningkatkan keyakinan diri mereka.
Pada kesempatan tersebut, juga akan ada Misa yang dipersembahkan oleh Uskup Auksilier Seoul Mgr Basil Cho Kyu-man dan pementasan budaya oleh orang cacat dan orang non-cacat.
Vikjen untuk kerasulan sosial dari Keuskupan Agung Seoul mencatat bahwa kesadaran publik bagi penyandang cacat harus lebih baik. Dia meminta Gereja untuk merintis pembangunan masyarakat tanpa diskriminasi.
Dalam pesannya untuk memperingati Hari Penyandang Cacat yang jatuh pada 20 April, Pastor Joseph Kim Yong-tae mengungkapkan rasa penyesalannya bahwa sebagian besar orang cacat merasa terluka karena diskriminasi dalam masyarakat.
Pastor Kim mengatakan 35 persen orang cacat di negara ini merasa “selalu atau sering didiskriminasi karena cacat.”
Menurut Departemen Ketenagakerjaan, Korea memiliki 2.429.000 penyandang cacat yang terdaftar pada tahun 2009.
Masyarakat yang sehat, kata Pastor Kim, merupakan tempat yang baik bagi orang cacat dan non-cacat untuk berbaur, saling membantu, dan berbagi kasih. Masyarakat seperti inilah yang diharapkan Gereja untuk dibangun.
Ketika keberadaan dan peran mereka dihormati dalam masyarakat, para penyandang cacat akan bisa terhindar dari diskriminasi dan kesepian, katanya.
ucanews.com
Disadur dari : www.cathnewsindonesia.com
Program Hasang-Braille itu dikembangkan oleh Hasang Rehabilitation Center (HRC) dari Caritas Seoul. Program tersebut mampu mengedit secara otomatis dokumen-dokumen MS Word ke Braille dan mempublikasi buku-buku dengan huruf Braille.
Pio Kim Ho-sik, direktur HRC, mengatakan, “banyak program penerjemahan Braille yang ada sekarang kurang memuaskan karena tidak akurat, sehingga dalam membuat buku, misalnya, kita harus menggunakannya program penerjemahan terpisah dari program pengeditan.
Namun program baru itu dapat menerjemahkan dan mengedit pada saat yang sama, tegasnya. Program ini juga bisa mengkonversi bahasa Korea, Cina, Jepang, dan Inggris ke dalam Braille.
Siapapun bisa segera bisa men-download dari braillekorea.com setelah membuat akun gratis.
Caritas Seoul akan mengadakan festival pada 16 April untuk memperingati Hari Penyandang Cacat nasional. Dalam kesempatan tersebut, sekitar 600 relawan cacat Katolik akan membimbing umat dalam perayaan liturgi.
Pejabat-pejabat Caritas mengatakan penyandang cacat akan berperan penting dalam menangani acara ini, yang tentu saja akan turut meningkatkan keyakinan diri mereka.
Pada kesempatan tersebut, juga akan ada Misa yang dipersembahkan oleh Uskup Auksilier Seoul Mgr Basil Cho Kyu-man dan pementasan budaya oleh orang cacat dan orang non-cacat.
Vikjen untuk kerasulan sosial dari Keuskupan Agung Seoul mencatat bahwa kesadaran publik bagi penyandang cacat harus lebih baik. Dia meminta Gereja untuk merintis pembangunan masyarakat tanpa diskriminasi.
Dalam pesannya untuk memperingati Hari Penyandang Cacat yang jatuh pada 20 April, Pastor Joseph Kim Yong-tae mengungkapkan rasa penyesalannya bahwa sebagian besar orang cacat merasa terluka karena diskriminasi dalam masyarakat.
Pastor Kim mengatakan 35 persen orang cacat di negara ini merasa “selalu atau sering didiskriminasi karena cacat.”
Menurut Departemen Ketenagakerjaan, Korea memiliki 2.429.000 penyandang cacat yang terdaftar pada tahun 2009.
Masyarakat yang sehat, kata Pastor Kim, merupakan tempat yang baik bagi orang cacat dan non-cacat untuk berbaur, saling membantu, dan berbagi kasih. Masyarakat seperti inilah yang diharapkan Gereja untuk dibangun.
Ketika keberadaan dan peran mereka dihormati dalam masyarakat, para penyandang cacat akan bisa terhindar dari diskriminasi dan kesepian, katanya.
ucanews.com
Disadur dari : www.cathnewsindonesia.com
0 comments:
Post a Comment
Syalom. Terimakasih atas kunjungan dan komentarnya.Semoga Tuhan memberkati para Saudara.