Uskup: Gedung baru DPR ‘tidak peka’
Rancangan gedung baru DPR setinggi 36 lantai
Konradus Epa, Jakarta
Rancangan gedung baru DPR setinggi 36 lantai
Konradus Epa, Jakarta
Konferensi Waligereja Indonesia secara tegas menolak rencana pembangunan gedung baru DPR yang menelan anggaran lebih dari satu triliun rupiah.
KWI menilai pembangunan gedung tersebut tidak peka terhadap penderitaan rakyat Indonesia.
“Kami menolak. Kalau DPR hanya sibuk dengan fasilitasnya, saya rasa itu tidak menunjukkan kepekaan terhadap hidup kebangsaan,” kata Ketua KWI Mgr Martinus Dogma Situmorang, OFMCap.
Kemarin tokoh lintas agama Islam, Katolik, Protestan menggelar jumpa pers di Maarif Institute untuk menyampaikan penolakan mereka atas pembangunan gedung baru DPR yang ditafsir membutuhkan dana lebih dari 1,6 triliun rupiah.
Rencananya, gedung 36 lantai tersebut akan mulai dikerjakan bulan Oktober mendatang, dengan total luas mencapai 161.000m2.
Di gedung tersebut, setiap anggota dewan akan menempati ruang seluas 120m2, yang juga akan ditempati oleh 5 orang staf ahli dan 1 orang asisten.
“Kami prihatin karena pembangunan ini melukai rakyat,” lanjut Mgr Situmorang.
Ia berharapa Presiden akan menghentikan pembangungan tersebut mengingat masih ada sekitar 35 juga penduduk Indonesia yang berpenghasilan di bawah 1 dolar per hari.
Menurut Uskup Situmorang dana sebesar itu bisa digunakan untuk kebutuhan yang lebih mendesak seperti pembangunan infrastruktur, listirk, pendidikan dan fasitas kesehatan.
Sementara itu ketua Ikatan Sarjana Katolik Indonesia (ISKA) Muliawan Margadana mengatakan DPR sebaiknya mendengar suara rakyat karena tampaknya rencana gedung baru tersebut ‘ada agenda tersembunyi menjelang pemilu 2014.’
Ia mengatakan sebaiknya pemakaian gedung yang ada dioptimalkan.
“Integritas, pro rakyat, dan pembentukan karakter anggota dewan lebih penting daripada pembangunan gedung,” kata Margadana.
Sementara itu Ketua PMKRI Stefanus Gusma, mengatakan pembangunan gedung tersebut “menunjukkan arogansi beberapa anggota dewan.”
Disadur dari : /www.cathnewsindonesia.com
KWI menilai pembangunan gedung tersebut tidak peka terhadap penderitaan rakyat Indonesia.
“Kami menolak. Kalau DPR hanya sibuk dengan fasilitasnya, saya rasa itu tidak menunjukkan kepekaan terhadap hidup kebangsaan,” kata Ketua KWI Mgr Martinus Dogma Situmorang, OFMCap.
Kemarin tokoh lintas agama Islam, Katolik, Protestan menggelar jumpa pers di Maarif Institute untuk menyampaikan penolakan mereka atas pembangunan gedung baru DPR yang ditafsir membutuhkan dana lebih dari 1,6 triliun rupiah.
Rencananya, gedung 36 lantai tersebut akan mulai dikerjakan bulan Oktober mendatang, dengan total luas mencapai 161.000m2.
Di gedung tersebut, setiap anggota dewan akan menempati ruang seluas 120m2, yang juga akan ditempati oleh 5 orang staf ahli dan 1 orang asisten.
“Kami prihatin karena pembangunan ini melukai rakyat,” lanjut Mgr Situmorang.
Ia berharapa Presiden akan menghentikan pembangungan tersebut mengingat masih ada sekitar 35 juga penduduk Indonesia yang berpenghasilan di bawah 1 dolar per hari.
Menurut Uskup Situmorang dana sebesar itu bisa digunakan untuk kebutuhan yang lebih mendesak seperti pembangunan infrastruktur, listirk, pendidikan dan fasitas kesehatan.
Sementara itu ketua Ikatan Sarjana Katolik Indonesia (ISKA) Muliawan Margadana mengatakan DPR sebaiknya mendengar suara rakyat karena tampaknya rencana gedung baru tersebut ‘ada agenda tersembunyi menjelang pemilu 2014.’
Ia mengatakan sebaiknya pemakaian gedung yang ada dioptimalkan.
“Integritas, pro rakyat, dan pembentukan karakter anggota dewan lebih penting daripada pembangunan gedung,” kata Margadana.
Sementara itu Ketua PMKRI Stefanus Gusma, mengatakan pembangunan gedung tersebut “menunjukkan arogansi beberapa anggota dewan.”
Disadur dari : /www.cathnewsindonesia.com
0 comments:
Post a Comment
Syalom. Terimakasih atas kunjungan dan komentarnya.Semoga Tuhan memberkati para Saudara.