Hari biasa Pekan IV Prapaskah, Senin 4 April 2011
(Isidorus)
Yes 65:17-21, Mzm 30:2,4,5-6,11-12a,13b, Yoh 4:43-54
(Isidorus)
Yes 65:17-21, Mzm 30:2,4,5-6,11-12a,13b, Yoh 4:43-54
"Pergilah, anakmu hidup!" Orang itu percaya akan perkataan yang dikatakan Yesus kepadanya, lalu pergi.
BACAAN INJIL:
Dan setelah dua hari itu Yesus berangkat dari sana ke Galilea, sebab Yesus sendiri telah bersaksi, bahwa seorang nabi tidak dihormati di negerinya sendiri. Maka setelah ia tiba di Galilea, orang-orang Galileapun menyambut Dia, karena mereka telah melihat segala sesuatu yang dikerjakan-Nya di Yerusalem pada pesta itu, sebab mereka sendiripun turut ke pesta itu. Maka Yesus kembali lagi ke Kana di Galilea, di mana Ia membuat air menjadi anggur. Dan di Kapernaum ada seorang pegawai istana, anaknya sedang sakit. Ketika ia mendengar, bahwa Yesus telah datang dari Yudea ke Galilea, pergilah ia kepada-Nya lalu meminta, supaya Ia datang dan menyembuhkan anaknya, sebab anaknya itu hampir mati. Maka kata Yesus kepadanya: "Jika kamu tidak melihat tanda dan mujizat, kamu tidak percaya." Pegawai istana itu berkata kepada-Nya: "Tuhan, datanglah sebelum anakku mati." Kata Yesus kepadanya: "Pergilah, anakmu hidup!" Orang itu percaya akan perkataan yang dikatakan Yesus kepadanya, lalu pergi. Ketika ia masih di tengah jalan hamba-hambanya telah datang kepadanya dengan kabar, bahwa anaknya hidup. Ia bertanya kepada mereka pukul berapa anak itu mulai sembuh. Jawab mereka: "Kemarin siang pukul satu demamnya hilang." Maka teringatlah ayah itu, bahwa pada saat itulah Yesus berkata kepadanya: "Anakmu hidup." Lalu iapun percaya, ia dan seluruh keluarganya. Dan itulah tanda kedua yang dibuat Yesus ketika Ia pulang dari Yudea ke Galilea.
RENUNGAN:
"Pergilah, anakmu hidup!"
Injil hari ini sungguh menarik untuk kita renungkan. Penginjil menjelaskan bahwa penyembuhan atas anak seorang pegawai istana terjadi setelah Yesus keluar dari kampung halaman-Nya karena Dia ditolak di sana. Di Galilea tempat peristiwa ini adalah tempat pertama kali Yesus mengadakan mukjizat mengubah air menjadi anggur pada pesta di Kana. Orang-orang Galilea hanya sekali itu menyaksikannya tetapi mereka mengingat peristiwa itu dan percaya kepada Yesus. Sehingga ketika mendengar bahwa Yesus datang lagi ke tempat itu, mereka sangat senang dan menyambut Yesus dengan suka cita. Beda halnya ketika Yesus berada di kampung halaman-Nya, orang sekampung-Nya sudah mendengar apa yang diperbuat Yesus di tempat lain, tetapi tidak menerima Yesus, malah menuduh yang bukan-bukan atas Yesus. Tentu bukannya Yesus tidak mau orang sekampung-Nya juga diselamatkan, tetapi kesombongan hati mereka membuat mereka tertutup, menolak Dia, menolak tawaran keselamatan Allah. Keselamatan Allah ditawarkan kepada semua bangsa, kepada semua orang. Hanya keselamatan Allah itu akan nyata dan bekerja bila seseorang terbukan menerima-Nya dan percaya kepada-Nya. Tuhan pun akan melakukan karya besar bila seseorang menerima Dia adalah Tuhan dan percaya kepada-Nya.
Pada peristiwa yang kita dengarkan hari ini, seorang pegawai istana setelah mendengar Yesus datang ke Galilea, dia langsung menghadap Yesus dan memohon agar Yesus datang ke rumah-Nya karena anaknya sedang sakit dan hampir mati. Orang itu meminta sesuatu dari Yesus untuk anaknya yang dicintainya yang hampir mati. Ajakan-Nya untuk meminta Yesus datang ke rumahnya, kiranya bukan hanya karena anaknya sedang sakit parah dan memohon Yesus datang ke rumahnya, tetapi bisa kita katakan sebagai lambang keterbukaannya untuk menerima Yesus memasuki rumahnya dan keluarganya. Atas permintaan itu, Yesus memang mengatakan bahwa pegawai itu datang kepada-Nya karena dia telah melihat tanda dan mujizat. Kiranya kata-kata Yesus bukan melulu suatu tuduhan akan kedangkalan orang tersebut yang menerima dan percaya kepada Yesus hanya karena melihat tanda itu, tetapi bisa kita katakan bahwa Yesus mengatakan demikian untuk kembali meneguhkan imannya bahwa dia sungguh menerima dan percaya pada Yesus. Bisa kita katakan bahwa kata-kata Yesus itu sebagai ajakan kepada pegawai istana itu untuk menyadari apakah dia datang kepada Yesus karena memang saat itu sangat butuh bantuan Yesus atau karena memang percaya. Namun kiranya benar, bahwa pegawai istana itu datang dan memohon kepada Yesus bukan hanya karena lagi butuh bantuan, tetapi karena dia menerima dan percaya kepada Yesus dan imannya itulah yang mendorong dia untuk datang kepada Yesus memohon agar Yesus datang ke rumahnya sebelum anaknya mati. Juga dalam permohonan itu, orang itu tidak secara terang mengharapkan kesembuhan bagi anaknya yang sedang sakit parah dan hampir mati. Orang itu hanya mengatakan supaya Yesus datang ke rumahnya sebelum anaknya mati. Sungguh ini adalah permohonan yang mendalam, mengandung keyakinan bahwa Yesus berbuat apa yang perlu untuk anaknya yang mau mati. Dia menyerahkan sepenuhnya kepada Yesus, dia yakin bahwa Yesus akan berbuat yang terbaik atas anaknya itu. Iman yang mendalam itu juga terungkap pada sikap pegawai itu yang langsung pulang ke rumahnya padahal Yesus hanya mengatakan bahwa anaknya hidup. Dalam peristiwa ini, Yesus tidak melakukan apa-apa atau melakukan semacam ritual penyembuhan, tetapi hanya kata-kata itu yang dikatakan oleh Yesus dan pegawai istana itu percaya pada apa yang dikatakan Yesus bahwa anaknya yang hampir mati sembuh atau hidup. Dan memang sesampai di rumahnya, dia mendengar kabar bahwa anaknya hidup, tepat pada saat Yesus mengatakan bahwa “anak hidup”. Sungguh ini penyembuhan yang luar biasa yang dibuat Yesus, juga tidak kalah luar biasanya iman orang itu kepada Yesus.
Keselamatan Allah ditawarkan kepada semua orang dan Allah juga pasti melakukan karya besar. Namun hal pertama yang perlu kita penuhi adalah menerima Yesus adalah Tuhan dan kita percaya kepada-Nya secara sungguh dengan penyerahan diri kepada-Nya. Dalam semuanya itu kita percaya bahwa Yesus akan melakukan yang terbaik baik kita. Orang-orang Galilea khususnya pegawai istana ini menerima, mengundang Yesus masuk ke rumahnya, ke keluarganya dan melakukan apa yang diaktakan oleh Yesus walaupun kata-kata Yesus itu sepintas tidak masuk akal, tetapi karena imannya itu, anaknya sembuh dan hidup.
Bagaimana dengan kita selama ini. Kita pasti mengatakan bahwa kita percaya kepada Yesus adalah Tuhan. Tetapi apakah kita sungguh menerima dan senantiasa mengundang Dia agar hadir dalam diri kita, dalam hidup kita dan dalam keluarga kita? Apakah kita juga berani melakukan sabda-Nya yang walaupun seakan tidak masuk akal? Apakah kita juga menyerahkan diri sepenuhnya kepada Dia karena kita percaya bahwa Yesus akan melakukan yang terbaik bagi kita?
Kiranya iman kita seringkali tidak seperti pegawai istana itu. Kita seringkali datang kepada Yesus dan memohon, bukan karena percaya kepada-Nya tetapi terutama karena kita terdesak dan butuh pertolongan-Nya. Itu juga baik, tetapi seringkali juga ketika hidup kita seakan nyaman, lancar, kita lupa akan Dia dan tidak pernah datang kepada-Nya. Kita datang kepada Yesus seringkali manakala saat kita punya kebutuhan. Karena itulah juga kita seringkali kecewa karena permohonan kita tidak dikabulkan oleh Tuhan. Kita berdoa banyak, mungkin sampai beberapa kali membuat intensi misa dan bernovena untuk satu wujud permohonan kita, tapi seakan tidak mendapatkan jawaban dari Tuhan. Padahal pegawai istana itu, dalam permohonannya hanya meminta Yesus datang ke rumahnya sebelum anaknya mati, dia tidak memohonkan penyembuhan atas anaknya, tetapi malah Tuhan menyembuhkannya sehingga anaknya hidup dan tidak jadi mati. Dalam permohonan kita seringkali kita memohon sesuatu tidak dengan suatu penyerahan diri bahwa Tuhan akan memberikan yang terbaik bagi kita. Kita sering memohon dan malah memaksan Tuhan melakukan apa yang kita kehendaki, padahal bagi Tuhan mungkin itu bukan yang terbaik bagi kita. Dalam permohonan kita, juga seringkali lupa, bahwa selama hidup dan kita memohon melulu untuk kepentingan kita saja. Beda halnya dengan pegawai istana itu, dia mengasihi anaknya sehingga dia memohon agar Yesus ke rumahnya sebelum anaknya mati. Dia berharap agar anaknya bertemu dengan Yesus sebalum dia mati. Iman dan cinta kasihnya kepada anaknya, membuahkan hidup baru bagi anaknya. Semoga kita mau dengan terbukan menerima Yesus adalah Tuhan, rajin mengundang dia masuk dalam hidup kita, dalam keluarga kita, menyerahkan diri seutuhnya kepada Dia karena kita percaya bahwa Dia akan melakukan yang terbaik bagi kita. Iman kitapun berbuah dalam cinta kepada sesama kita. Yakinlah, bahwa iman kita akan membuahkan karya besar Allah dalam hidup kita. Amin.
BACAAN INJIL:
Dan setelah dua hari itu Yesus berangkat dari sana ke Galilea, sebab Yesus sendiri telah bersaksi, bahwa seorang nabi tidak dihormati di negerinya sendiri. Maka setelah ia tiba di Galilea, orang-orang Galileapun menyambut Dia, karena mereka telah melihat segala sesuatu yang dikerjakan-Nya di Yerusalem pada pesta itu, sebab mereka sendiripun turut ke pesta itu. Maka Yesus kembali lagi ke Kana di Galilea, di mana Ia membuat air menjadi anggur. Dan di Kapernaum ada seorang pegawai istana, anaknya sedang sakit. Ketika ia mendengar, bahwa Yesus telah datang dari Yudea ke Galilea, pergilah ia kepada-Nya lalu meminta, supaya Ia datang dan menyembuhkan anaknya, sebab anaknya itu hampir mati. Maka kata Yesus kepadanya: "Jika kamu tidak melihat tanda dan mujizat, kamu tidak percaya." Pegawai istana itu berkata kepada-Nya: "Tuhan, datanglah sebelum anakku mati." Kata Yesus kepadanya: "Pergilah, anakmu hidup!" Orang itu percaya akan perkataan yang dikatakan Yesus kepadanya, lalu pergi. Ketika ia masih di tengah jalan hamba-hambanya telah datang kepadanya dengan kabar, bahwa anaknya hidup. Ia bertanya kepada mereka pukul berapa anak itu mulai sembuh. Jawab mereka: "Kemarin siang pukul satu demamnya hilang." Maka teringatlah ayah itu, bahwa pada saat itulah Yesus berkata kepadanya: "Anakmu hidup." Lalu iapun percaya, ia dan seluruh keluarganya. Dan itulah tanda kedua yang dibuat Yesus ketika Ia pulang dari Yudea ke Galilea.
RENUNGAN:
"Pergilah, anakmu hidup!"
Injil hari ini sungguh menarik untuk kita renungkan. Penginjil menjelaskan bahwa penyembuhan atas anak seorang pegawai istana terjadi setelah Yesus keluar dari kampung halaman-Nya karena Dia ditolak di sana. Di Galilea tempat peristiwa ini adalah tempat pertama kali Yesus mengadakan mukjizat mengubah air menjadi anggur pada pesta di Kana. Orang-orang Galilea hanya sekali itu menyaksikannya tetapi mereka mengingat peristiwa itu dan percaya kepada Yesus. Sehingga ketika mendengar bahwa Yesus datang lagi ke tempat itu, mereka sangat senang dan menyambut Yesus dengan suka cita. Beda halnya ketika Yesus berada di kampung halaman-Nya, orang sekampung-Nya sudah mendengar apa yang diperbuat Yesus di tempat lain, tetapi tidak menerima Yesus, malah menuduh yang bukan-bukan atas Yesus. Tentu bukannya Yesus tidak mau orang sekampung-Nya juga diselamatkan, tetapi kesombongan hati mereka membuat mereka tertutup, menolak Dia, menolak tawaran keselamatan Allah. Keselamatan Allah ditawarkan kepada semua bangsa, kepada semua orang. Hanya keselamatan Allah itu akan nyata dan bekerja bila seseorang terbukan menerima-Nya dan percaya kepada-Nya. Tuhan pun akan melakukan karya besar bila seseorang menerima Dia adalah Tuhan dan percaya kepada-Nya.
Pada peristiwa yang kita dengarkan hari ini, seorang pegawai istana setelah mendengar Yesus datang ke Galilea, dia langsung menghadap Yesus dan memohon agar Yesus datang ke rumah-Nya karena anaknya sedang sakit dan hampir mati. Orang itu meminta sesuatu dari Yesus untuk anaknya yang dicintainya yang hampir mati. Ajakan-Nya untuk meminta Yesus datang ke rumahnya, kiranya bukan hanya karena anaknya sedang sakit parah dan memohon Yesus datang ke rumahnya, tetapi bisa kita katakan sebagai lambang keterbukaannya untuk menerima Yesus memasuki rumahnya dan keluarganya. Atas permintaan itu, Yesus memang mengatakan bahwa pegawai itu datang kepada-Nya karena dia telah melihat tanda dan mujizat. Kiranya kata-kata Yesus bukan melulu suatu tuduhan akan kedangkalan orang tersebut yang menerima dan percaya kepada Yesus hanya karena melihat tanda itu, tetapi bisa kita katakan bahwa Yesus mengatakan demikian untuk kembali meneguhkan imannya bahwa dia sungguh menerima dan percaya pada Yesus. Bisa kita katakan bahwa kata-kata Yesus itu sebagai ajakan kepada pegawai istana itu untuk menyadari apakah dia datang kepada Yesus karena memang saat itu sangat butuh bantuan Yesus atau karena memang percaya. Namun kiranya benar, bahwa pegawai istana itu datang dan memohon kepada Yesus bukan hanya karena lagi butuh bantuan, tetapi karena dia menerima dan percaya kepada Yesus dan imannya itulah yang mendorong dia untuk datang kepada Yesus memohon agar Yesus datang ke rumahnya sebelum anaknya mati. Juga dalam permohonan itu, orang itu tidak secara terang mengharapkan kesembuhan bagi anaknya yang sedang sakit parah dan hampir mati. Orang itu hanya mengatakan supaya Yesus datang ke rumahnya sebelum anaknya mati. Sungguh ini adalah permohonan yang mendalam, mengandung keyakinan bahwa Yesus berbuat apa yang perlu untuk anaknya yang mau mati. Dia menyerahkan sepenuhnya kepada Yesus, dia yakin bahwa Yesus akan berbuat yang terbaik atas anaknya itu. Iman yang mendalam itu juga terungkap pada sikap pegawai itu yang langsung pulang ke rumahnya padahal Yesus hanya mengatakan bahwa anaknya hidup. Dalam peristiwa ini, Yesus tidak melakukan apa-apa atau melakukan semacam ritual penyembuhan, tetapi hanya kata-kata itu yang dikatakan oleh Yesus dan pegawai istana itu percaya pada apa yang dikatakan Yesus bahwa anaknya yang hampir mati sembuh atau hidup. Dan memang sesampai di rumahnya, dia mendengar kabar bahwa anaknya hidup, tepat pada saat Yesus mengatakan bahwa “anak hidup”. Sungguh ini penyembuhan yang luar biasa yang dibuat Yesus, juga tidak kalah luar biasanya iman orang itu kepada Yesus.
Keselamatan Allah ditawarkan kepada semua orang dan Allah juga pasti melakukan karya besar. Namun hal pertama yang perlu kita penuhi adalah menerima Yesus adalah Tuhan dan kita percaya kepada-Nya secara sungguh dengan penyerahan diri kepada-Nya. Dalam semuanya itu kita percaya bahwa Yesus akan melakukan yang terbaik baik kita. Orang-orang Galilea khususnya pegawai istana ini menerima, mengundang Yesus masuk ke rumahnya, ke keluarganya dan melakukan apa yang diaktakan oleh Yesus walaupun kata-kata Yesus itu sepintas tidak masuk akal, tetapi karena imannya itu, anaknya sembuh dan hidup.
Bagaimana dengan kita selama ini. Kita pasti mengatakan bahwa kita percaya kepada Yesus adalah Tuhan. Tetapi apakah kita sungguh menerima dan senantiasa mengundang Dia agar hadir dalam diri kita, dalam hidup kita dan dalam keluarga kita? Apakah kita juga berani melakukan sabda-Nya yang walaupun seakan tidak masuk akal? Apakah kita juga menyerahkan diri sepenuhnya kepada Dia karena kita percaya bahwa Yesus akan melakukan yang terbaik bagi kita?
Kiranya iman kita seringkali tidak seperti pegawai istana itu. Kita seringkali datang kepada Yesus dan memohon, bukan karena percaya kepada-Nya tetapi terutama karena kita terdesak dan butuh pertolongan-Nya. Itu juga baik, tetapi seringkali juga ketika hidup kita seakan nyaman, lancar, kita lupa akan Dia dan tidak pernah datang kepada-Nya. Kita datang kepada Yesus seringkali manakala saat kita punya kebutuhan. Karena itulah juga kita seringkali kecewa karena permohonan kita tidak dikabulkan oleh Tuhan. Kita berdoa banyak, mungkin sampai beberapa kali membuat intensi misa dan bernovena untuk satu wujud permohonan kita, tapi seakan tidak mendapatkan jawaban dari Tuhan. Padahal pegawai istana itu, dalam permohonannya hanya meminta Yesus datang ke rumahnya sebelum anaknya mati, dia tidak memohonkan penyembuhan atas anaknya, tetapi malah Tuhan menyembuhkannya sehingga anaknya hidup dan tidak jadi mati. Dalam permohonan kita seringkali kita memohon sesuatu tidak dengan suatu penyerahan diri bahwa Tuhan akan memberikan yang terbaik bagi kita. Kita sering memohon dan malah memaksan Tuhan melakukan apa yang kita kehendaki, padahal bagi Tuhan mungkin itu bukan yang terbaik bagi kita. Dalam permohonan kita, juga seringkali lupa, bahwa selama hidup dan kita memohon melulu untuk kepentingan kita saja. Beda halnya dengan pegawai istana itu, dia mengasihi anaknya sehingga dia memohon agar Yesus ke rumahnya sebelum anaknya mati. Dia berharap agar anaknya bertemu dengan Yesus sebalum dia mati. Iman dan cinta kasihnya kepada anaknya, membuahkan hidup baru bagi anaknya. Semoga kita mau dengan terbukan menerima Yesus adalah Tuhan, rajin mengundang dia masuk dalam hidup kita, dalam keluarga kita, menyerahkan diri seutuhnya kepada Dia karena kita percaya bahwa Dia akan melakukan yang terbaik bagi kita. Iman kitapun berbuah dalam cinta kepada sesama kita. Yakinlah, bahwa iman kita akan membuahkan karya besar Allah dalam hidup kita. Amin.
0 comments:
Post a Comment
Syalom. Terimakasih atas kunjungan dan komentarnya.Semoga Tuhan memberkati para Saudara.