RENUNGAN HARIAN : Selasa 8 Februari 2011
Kej 1:20-2:4a, Mzm 8:4-5,6-7,8-9, Mrk 7:1-13
(Hieronimus Emilianus, Yosefina Bakhita)
Kej 1:20-2:4a, Mzm 8:4-5,6-7,8-9, Mrk 7:1-13
(Hieronimus Emilianus, Yosefina Bakhita)
Hidup yang benar, baik, dan kebenaran iman, tidak dinyatakan dalam kekerasan tetapi dalam perbuatan cinta kasih dan pengampunan kepada sesama.
BACAAN INJIL:
Pada suatu kali serombongan orang Farisi dan beberapa ahli Taurat dari Yerusalem datang menemui Yesus. Mereka melihat, bahwa beberapa orang murid-Nya makan dengan tangan najis, yaitu dengan tangan yang tidak dibasuh. Sebab orang-orang Farisi seperti orang-orang Yahudi lainnya tidak makan kalau tidak melakukan pembasuhan tangan lebih dulu, karena mereka berpegang pada adat istiadat nenek moyang mereka; dan kalau pulang dari pasar mereka juga tidak makan kalau tidak lebih dahulu membersihkan dirinya. Banyak warisan lain lagi yang mereka pegang, umpamanya hal mencuci cawan, kendi dan perkakas-perkakas tembaga. Karena itu orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat itu bertanya kepada-Nya: "Mengapa murid-murid-Mu tidak hidup menurut adat istiadat nenek moyang kita, tetapi makan dengan tangan najis?" Jawab-Nya kepada mereka: "Benarlah nubuat Yesaya tentang kamu, hai orang-orang munafik! Sebab ada tertulis: Bangsa ini memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya jauh dari pada-Ku. Percuma mereka beribadah kepada-Ku, sedangkan ajaran yang mereka ajarkan ialah perintah manusia. Perintah Allah kamu abaikan untuk berpegang pada adat istiadat manusia." Yesus berkata pula kepada mereka: "Sungguh pandai kamu mengesampingkan perintah Allah, supaya kamu dapat memelihara adat istiadatmu sendiri. Karena Musa telah berkata: Hormatilah ayahmu dan ibumu! dan: Siapa yang mengutuki ayahnya atau ibunya harus mati.Tetapi kamu berkata: Kalau seorang berkata kepada bapanya atau ibunya: Apa yang ada padaku, yang dapat digunakan untuk pemeliharaanmu, sudah digunakan untuk korban?yaitu persembahan kepada Allah?,maka kamu tidak membiarkannya lagi berbuat sesuatupun untuk bapanya atau ibunya. Dengan demikian firman Allah kamu nyatakan tidak berlaku demi adat istiadat yang kamu ikuti itu. Dan banyak hal lain seperti itu yang kamu lakukan."
Demikianlah Injil Tuhan bagi kita hari ini.
RENUNGAN:
Kekerasan yang terjadi selama ini terhadap kelompok Islam Ahmadiyah sungguh memprihatinkan. Kekerasan dari pihak tertentu terhadap kelompok lain juga sudah sering terjadi di Negara kita ini. Seringkali yang menjadi pemicu adalah karena kelompok tertentu merasa dirinya atau kelompoknyalah yang benar, merasa mereka hidup taat dan sesuai dengan aturan sedangkan kelompok lain dianggap tidak benar, menyimpang dari ajaran mereka atau iman mereka, menyimpang dari peraturan yang ada dalam kelompok mereka. Dari beberapa kejadian kita melihat bahwa prinsip kelompok yang merasa diri benar itu, menganggap orang atau kelompok lain yang tidak sealiran dengan mereka harus dihentikan, ‘dimusnahkan’ dan seakan sah-sah saja mereka membunuh orang yang tidak se-aliran dengan mereka. Hal ini yang dapat kita lihat dalam video kekerasan terhadap Ahmadiyah di Cikeusik, pandeglang, banten 06-02-2011. (Video kekerasan ini dapat dilihat di sini
Pada suatu kali serombongan orang Farisi dan beberapa ahli Taurat dari Yerusalem datang menemui Yesus. Mereka melihat, bahwa beberapa orang murid-Nya makan dengan tangan najis, yaitu dengan tangan yang tidak dibasuh. Sebab orang-orang Farisi seperti orang-orang Yahudi lainnya tidak makan kalau tidak melakukan pembasuhan tangan lebih dulu, karena mereka berpegang pada adat istiadat nenek moyang mereka; dan kalau pulang dari pasar mereka juga tidak makan kalau tidak lebih dahulu membersihkan dirinya. Banyak warisan lain lagi yang mereka pegang, umpamanya hal mencuci cawan, kendi dan perkakas-perkakas tembaga. Karena itu orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat itu bertanya kepada-Nya: "Mengapa murid-murid-Mu tidak hidup menurut adat istiadat nenek moyang kita, tetapi makan dengan tangan najis?" Jawab-Nya kepada mereka: "Benarlah nubuat Yesaya tentang kamu, hai orang-orang munafik! Sebab ada tertulis: Bangsa ini memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya jauh dari pada-Ku. Percuma mereka beribadah kepada-Ku, sedangkan ajaran yang mereka ajarkan ialah perintah manusia. Perintah Allah kamu abaikan untuk berpegang pada adat istiadat manusia." Yesus berkata pula kepada mereka: "Sungguh pandai kamu mengesampingkan perintah Allah, supaya kamu dapat memelihara adat istiadatmu sendiri. Karena Musa telah berkata: Hormatilah ayahmu dan ibumu! dan: Siapa yang mengutuki ayahnya atau ibunya harus mati.Tetapi kamu berkata: Kalau seorang berkata kepada bapanya atau ibunya: Apa yang ada padaku, yang dapat digunakan untuk pemeliharaanmu, sudah digunakan untuk korban?yaitu persembahan kepada Allah?,maka kamu tidak membiarkannya lagi berbuat sesuatupun untuk bapanya atau ibunya. Dengan demikian firman Allah kamu nyatakan tidak berlaku demi adat istiadat yang kamu ikuti itu. Dan banyak hal lain seperti itu yang kamu lakukan."
Demikianlah Injil Tuhan bagi kita hari ini.
RENUNGAN:
Kekerasan yang terjadi selama ini terhadap kelompok Islam Ahmadiyah sungguh memprihatinkan. Kekerasan dari pihak tertentu terhadap kelompok lain juga sudah sering terjadi di Negara kita ini. Seringkali yang menjadi pemicu adalah karena kelompok tertentu merasa dirinya atau kelompoknyalah yang benar, merasa mereka hidup taat dan sesuai dengan aturan sedangkan kelompok lain dianggap tidak benar, menyimpang dari ajaran mereka atau iman mereka, menyimpang dari peraturan yang ada dalam kelompok mereka. Dari beberapa kejadian kita melihat bahwa prinsip kelompok yang merasa diri benar itu, menganggap orang atau kelompok lain yang tidak sealiran dengan mereka harus dihentikan, ‘dimusnahkan’ dan seakan sah-sah saja mereka membunuh orang yang tidak se-aliran dengan mereka. Hal ini yang dapat kita lihat dalam video kekerasan terhadap Ahmadiyah di Cikeusik, pandeglang, banten 06-02-2011. (Video kekerasan ini dapat dilihat di sini
Ketaatan pada ajaran agama atau aturan kelompok mereka seakan menghalalkan melenyapkan nyawa orang lain. Apakah Tuhan yang mereka sembah dalam agama mereka memang menginjinkan pembunuhan terhadap orang lain yang tidak se-aliran dengan mereka? Tentu Tuhan itu mahabaik, Dia mengasihi semua manusia dan Dia tentu tidak pernah mengijinkan pembunuhan terhadap sesama bahkan melarang umat-Nya berbuat jahat kepada sesama manusia.
Namun kenyataan yang terjadi adalah kelompok yang satu melenyapkan kelompok yang lain dan bahkan membunuh orang lain. Menanggapi kejadian yang sadis ini, pemerintah maupun para penegak umum dengan gaya bicara yang diatur dengan mimik wajah yang pura-pura sedih mengatakan bahwa kejadian itu sangat memprihatinkan dan bertentangan dengan HAM, bertentangan dengan peraturan yang berlaku dan merusak kerukunan beragama. Namun selama ini mereka tetap tidak berani mengambil tindakan tegas, ada ketakutan dan seakan pembiaran kekerasan dalam hidup ini.
Orang Farisi dan beberapa ahli Taurat merasa diri mereka benar, merasa diri orang yang taat pada aturan warisan nenek moyang dan juga pada aturan agama. Oleh karena itu mereka langsung menegur Yesus karena mereka melihat beberapa orang murid-Nya makan dengan tangan najis, yaitu dengan tangan yang tidak dibasuh. Menanggapi kritikan mereka itu, Yesus justru balik menyerang mereka sebagai orang munafik. Dalam hal ini bukan karena Yesus membela orang yang melanggar peraturan, bukan tidak taat pada aturan, tetapi Yesus menggunakan kesempatan itu untuk menehur orang-orang Farisi dan ahli-ahli taurat yang hidupnya munafik. Mereka itu seringkali hanya taat menjalankan peraturan, hanya untuk dipuji orang lain, tetapi malah tidak menjalankan cinta kasih, bahkan mereka justru banyak menindas orang-orang kecil. Yesus berani mengkritik, menegur dengan tegas orang yang merasa dirinya baik, benar, orang-orang yang munafik. Tentu karena Yesus adalah Tuhan, Dia itulah kebenaran dan hidup dalam kebenaran. Sedangkan pemerintah dan penguasa tidak berani bertindak keras terhadap pelaku kejahatan yang merasa dirinya benar dan menindas orang lain. Mengapa? Mungkin karena hidup mereka juga tidak benar.
Yesus tidak menyukai orang yang bersikap munafik, yang merasa hidupnya baik dan benar. Yesus juga mengharapkan agar orang tidak hanya taat pada aturan saja dan melupakan perbuatan cinta kasih kepada sesama. Bagi Yesus, cinta kasih kepada sesama, itulah puncak dari iman, cinta kasih juga harus menjadi dasar hidup kita dan juga mendasari adanya peraturan. Namun kenyataannya, orang hanya taat pada peraturan, melupakan cinta kasih, orang juga membuat peraturan bukan untuk kesejahteraan banyak orang tetapi untuk kepentingan pribadi/ kelompok dan bahkan untuk menindas orang lain. Bibir seringkali memuliakan Tuhan, meneriakkan nama Tuhan, tetapi hidup jauh dari Tuhan dan sabda-Nya. Apa yang kita katakan, kita imani hendaknya terungkap dalam perbuatan terutama perbuatan baik kepada sesama.
Apakah kita termasuk orang-orang yang munafik?
Sekarang ini banyak orang yang hidup dalam kepuraan-puraan, orang berpenampilan terhormat tetapi perilakunya tidak terhormat. Banyak orang yang bibirnya berkata manis, tetapi perilakunya banyak membuat orang menderita. Semoga kita terhindar dari sikap hidup munafik. Untuk itu mari kita berusaha agar hidup sesuai dengan iman kita, sesuai dengan apa yang kita katakan. Kita hendaknya tidak hidup hanya sekedar menjalankan peraturan, tetapi hidup mengutamakan cinta kasih kepada sesama manusia yang kita nyatakan dalam perbuatan nyata. Janganlah kiranya hanya dalam perkataan saja, tetapi perbuatan jauh dari apa yang kita katakan. Untuk itu kita harus senantiasa tinggal dalam Allah dan Allah tinggal dalam hati kita.
Yesus adalah Tuhan, Dia adalah kebenaran dan hidup dalam kebenaran. Namun keilahian-Nya tidak menghakimi bahkan membunuh manusia yang hidup dalam ketidakbenaran. Malah Yesus menjadi korban dari orang-orang yang munafik. Yesus menyatakan keilahian dan kekudusan-Nya bukan dengan kekerasan tetapi dengan perbuatan cinta kasih. Kematian di salib merupakan puncak perlakuan orang-orang munafik terhadap Yesus. Namun walaupun demikian, Yesus tidak mengutuk orang-orang yang membunuh-Nya tetapi memohonkan ampun kepada mereka. Yesus memberi teladan kepada kita bahwa hidup yang benar dan baik, tidak dinyatakan dalam kekerasan tetapi dalam perbuatan cinta kasih dan pengampunan kepada sesama. Semoga kita berani berusaha untuk senantiasa hidup dalam Allah dan Allah dalam kita. Amin.
Namun kenyataan yang terjadi adalah kelompok yang satu melenyapkan kelompok yang lain dan bahkan membunuh orang lain. Menanggapi kejadian yang sadis ini, pemerintah maupun para penegak umum dengan gaya bicara yang diatur dengan mimik wajah yang pura-pura sedih mengatakan bahwa kejadian itu sangat memprihatinkan dan bertentangan dengan HAM, bertentangan dengan peraturan yang berlaku dan merusak kerukunan beragama. Namun selama ini mereka tetap tidak berani mengambil tindakan tegas, ada ketakutan dan seakan pembiaran kekerasan dalam hidup ini.
Orang Farisi dan beberapa ahli Taurat merasa diri mereka benar, merasa diri orang yang taat pada aturan warisan nenek moyang dan juga pada aturan agama. Oleh karena itu mereka langsung menegur Yesus karena mereka melihat beberapa orang murid-Nya makan dengan tangan najis, yaitu dengan tangan yang tidak dibasuh. Menanggapi kritikan mereka itu, Yesus justru balik menyerang mereka sebagai orang munafik. Dalam hal ini bukan karena Yesus membela orang yang melanggar peraturan, bukan tidak taat pada aturan, tetapi Yesus menggunakan kesempatan itu untuk menehur orang-orang Farisi dan ahli-ahli taurat yang hidupnya munafik. Mereka itu seringkali hanya taat menjalankan peraturan, hanya untuk dipuji orang lain, tetapi malah tidak menjalankan cinta kasih, bahkan mereka justru banyak menindas orang-orang kecil. Yesus berani mengkritik, menegur dengan tegas orang yang merasa dirinya baik, benar, orang-orang yang munafik. Tentu karena Yesus adalah Tuhan, Dia itulah kebenaran dan hidup dalam kebenaran. Sedangkan pemerintah dan penguasa tidak berani bertindak keras terhadap pelaku kejahatan yang merasa dirinya benar dan menindas orang lain. Mengapa? Mungkin karena hidup mereka juga tidak benar.
Yesus tidak menyukai orang yang bersikap munafik, yang merasa hidupnya baik dan benar. Yesus juga mengharapkan agar orang tidak hanya taat pada aturan saja dan melupakan perbuatan cinta kasih kepada sesama. Bagi Yesus, cinta kasih kepada sesama, itulah puncak dari iman, cinta kasih juga harus menjadi dasar hidup kita dan juga mendasari adanya peraturan. Namun kenyataannya, orang hanya taat pada peraturan, melupakan cinta kasih, orang juga membuat peraturan bukan untuk kesejahteraan banyak orang tetapi untuk kepentingan pribadi/ kelompok dan bahkan untuk menindas orang lain. Bibir seringkali memuliakan Tuhan, meneriakkan nama Tuhan, tetapi hidup jauh dari Tuhan dan sabda-Nya. Apa yang kita katakan, kita imani hendaknya terungkap dalam perbuatan terutama perbuatan baik kepada sesama.
Apakah kita termasuk orang-orang yang munafik?
Sekarang ini banyak orang yang hidup dalam kepuraan-puraan, orang berpenampilan terhormat tetapi perilakunya tidak terhormat. Banyak orang yang bibirnya berkata manis, tetapi perilakunya banyak membuat orang menderita. Semoga kita terhindar dari sikap hidup munafik. Untuk itu mari kita berusaha agar hidup sesuai dengan iman kita, sesuai dengan apa yang kita katakan. Kita hendaknya tidak hidup hanya sekedar menjalankan peraturan, tetapi hidup mengutamakan cinta kasih kepada sesama manusia yang kita nyatakan dalam perbuatan nyata. Janganlah kiranya hanya dalam perkataan saja, tetapi perbuatan jauh dari apa yang kita katakan. Untuk itu kita harus senantiasa tinggal dalam Allah dan Allah tinggal dalam hati kita.
Yesus adalah Tuhan, Dia adalah kebenaran dan hidup dalam kebenaran. Namun keilahian-Nya tidak menghakimi bahkan membunuh manusia yang hidup dalam ketidakbenaran. Malah Yesus menjadi korban dari orang-orang yang munafik. Yesus menyatakan keilahian dan kekudusan-Nya bukan dengan kekerasan tetapi dengan perbuatan cinta kasih. Kematian di salib merupakan puncak perlakuan orang-orang munafik terhadap Yesus. Namun walaupun demikian, Yesus tidak mengutuk orang-orang yang membunuh-Nya tetapi memohonkan ampun kepada mereka. Yesus memberi teladan kepada kita bahwa hidup yang benar dan baik, tidak dinyatakan dalam kekerasan tetapi dalam perbuatan cinta kasih dan pengampunan kepada sesama. Semoga kita berani berusaha untuk senantiasa hidup dalam Allah dan Allah dalam kita. Amin.
0 comments:
Post a Comment
Syalom. Terimakasih atas kunjungan dan komentarnya.Semoga Tuhan memberkati para Saudara.