Renungan Harian: Kamis 11 Februri 2011
Kej 2:18-25, Mzm 128:1-2,3,4-5, Mrk 7:24-30
(Skolastika)
Kej 2:18-25, Mzm 128:1-2,3,4-5, Mrk 7:24-30
(Skolastika)
"Cinta kasih Allah, tidak terbatas kepada manusia."
BACAAN INJIL:
Lalu Yesus berangkat dari situ dan pergi ke daerah Tirus. Ia masuk ke sebuah rumah dan tidak mau bahwa ada orang yang mengetahuinya, tetapi kedatangan-Nya tidak dapat dirahasiakan. Malah seorang ibu, yang anaknya perempuan kerasukan roh jahat, segera mendengar tentang Dia, lalu datang dan tersungkur di depan kaki-Nya. Perempuan itu seorang Yunani bangsa Siro-Fenisia. Ia memohon kepada Yesus untuk mengusir setan itu dari anaknya. Lalu Yesus berkata kepadanya: "Biarlah anak-anak kenyang dahulu, sebab tidak patut mengambil roti yang disediakan bagi anak-anak dan melemparkannya kepada anjing." Tetapi perempuan itu menjawab: "Benar, Tuhan. Tetapi anjing yang di bawah meja juga makan remah-remah yang dijatuhkan anak-anak." Maka kata Yesus kepada perempuan itu: "Karena kata-katamu itu, pergilah sekarang sebab setan itu sudah keluar dari anakmu." Perempuan itu pulang ke rumahnya, lalu didapatinya anak itu berbaring di tempat tidur, sedang setan itu sudah keluar.
Demikianlah Injil Tuhan bagi kita hari ini.
RENUNGAN:
Pernah seorang suster anak paroki Tigalingga yang bekarya di Surabaya mengeluh kepada kami, dia bercerita bahwa dia membawa Proposal pembangunan Gereja Paroki Tigalingga karena beliau ingin membantu paroki dalam pencarian dana. Beliau dengan penuh semangat membawa proposal dan pergi ke salah satu paroki di Surabya, paroki yang lumayan besar dengan berpikir meminta tolong kepada pastor atau paroki itu untuk membantu dalam mencari dana dari beberapa umat. Suster itu dengan polos berpikir dan berharap bahwa pastor di paroki itu biss menghimbau beberapa umat di paroki itu. Saat bertemu pastor rekan di paroki itu, pastor itu mengatakan bahwa hal itu tidak diperbolehkan karena sudah antar keuskupan dan harus meminta ijin uskup setempat. Suster itu baru mengerti akan kebijakan itu, dan akhirnya dia mengatakan agar paling tidak paroki bisa membantu sedikit. Pastor rekan tersebut mengatkaan bahwa dia akan membicarakannya dengan pastor kepala paroki. Suster itupun pulang dengan berjanji akan datang kembali setelah pastor rekan itu membicarakan proposal itu dengna pastor kepala paroki.
Beberapa hari kemudian suster itu kembali bertanya bagaimana jadinya proposal itu, apakah paroki bisa memberi sedikit bantuan. Suster itu menerima jawaban dari pastor rekan dengan mengatakan bahwa paroki juga tidak bisa membantu karena paroki tidak punya dana khusus untuk membantu pembangunan Gereja, apalagi antar keuskupan dan antar pulau. Dana paroki diperuntukkan untuk kegiatan paroki dan pelayanan umat diparoki itu. Kalaupun paroki membantu pembangunan Gereja, ‘hanya’ untuk paroki yang ada di Keuskupan setempat. Suster itupun seakan diingatkan agar tidak mencarai dana dari umat lain. Suster itu berpikir “Apakah umat di situ tidak boleh membantu umat katolik yang ada di tempat lain? Apakah paroki tidak bisa membantu paroki di tempat lain, yang jelas juga sama-sama katolik? Apakah dana yang ada diparoki itu yang jelas-jelas mampu memberi, hanya diperuntukkan untuk paroki itu saja, tidak bisa membantu umat katolik di paroki lain? Itulah pikiran beliau sehubungan dengan hal tersebut.
Mungkin cerita di atas bisa sedikit dikaitkan dengan Injil hari ini. Seorang perempuan Yunani dari Siro datang meminta pertolongan dari Yesus. Yesus jelas adalah keturunan Yahudi. Bagi bangsa Yahudi umumnya menganggap bahwa bangsa di luar Yahudi adalah kafir dan bahkan menganggap mereka anjing. Yesus mengingatkan status yang diberikan bangsa Yahudi itu kepada wanita yang meminta pertolongan kepadaNya yang adalah keturunan Yahudi. Maksud Yesus mengatakan hal itu tentu bukan mau menghina wanita itu dan tentu bukan dengan maksud bahwa Dia juga berpikir demikian tentang bangsa Yunani, bukan juga seperti Yahudi lainnya menganggap bangsa Yunani dan peremuan itu adalah anjing. Yesus mengatakan demikian tentu dihadapan beberapa orang Yahudi dan mendengar apa yang dikatan Yesus. Yesus seakan mau mengatakan bahwa seorang perempuan dari keturunan bangsa Yunani, yang dianggap kafir dan keturunan anjing, tetapi justru datang kepada Yesus meminta pertolongan dan dia percaya kepada Yesus. Kepercayaan wanita itu semakin nyata ketika wanita itu tidak tersinggung akan perkataan Yesus, dan tidak malu akan status yang diberikan orang Yahudi atas bangsanya. Walaupun bangsanya dianggap hina, tetapi dia berani datang kepada Yesus, percaya kepada Yesus dan memohon pertolongan. Yesus yang tidak memandang rendah wanita itu dan bangsanya, nyata jelas dengan pujian Yesus atas iman wanita itu, dan dengan memberi kesembuhan kepada anak peremuan itu hanya dengan mengatakan, "Karena kata-katamu itu, pergilah sekarang sebab setan itu sudah keluar dari anakmu."
Lewat peristiwa ini Yesus menegaskan kepada orang yang ada pada saat itu dan juga kepada kita bahwa cinta kasih Allah tidak diperuntukkan hanya untuk bangsa tertentu, hanya untuk kelompok Yahudi, tetapi Dia datang untuk membawa keselamatan, mewartakan cinta kasih dan Kerajaan Allah kepada semua orang, kepada suku bangsa yang percaya kepada-Nya dan memohon pertolongan kepada-Nya dengan tulus ikhlas dan iman yang dalam. Cinta kasih Allah menembus batas, tanpa sekat-sekat yang membeda-bedakan atau mengelompokkan orang.
Cinta kasih kitapun hendaknya demikian. Dalam berbuat kasih hendaknya tidak melihat tempat, status, kedudukan orang yang hendak kita bantu. Bahkan Yesus seringkali ‘melanggar’ aturan yang ada demi menyatakan cinta kasih-Nya kepada manusia.
Kita juga bisa belajar dari perempuan itu, yang tidak malu akan status bangsanya datang kepada Yesus dengan iman mendalam memohon pertolongan. Mari kita belajar beriman dari perempuan itu. Apapun status kita, entah itu karena kondisi kita atau diberikan orang lain, hendaknya kita tidak takut datang kepada Yesus untuk memohon pertolongan. Yesus tidak membutuhkan status, kedudukan, pangkat kita, Dia tidak pula tidka melihat pakaian yang kita kenakan, dan lain-lain, tetapi Yesus melihat kedalaman iman kita kepada-Nya. Kita hendaknya datang tanpa rasa malu kepada Yesus dan menyerahkan diri seutuhnya kepada Dia, layaknya seperti suami isteri yang tidak merasa malu telanjang di hadapan pasangan. Berkat ikatan suci perkawinan mereka, mereka saling menyerahkan diri seutuhnya kepada pasangan mereka dan yakin bahwa pasangannya tidak akan mempermalukannya. Demikian juga Yesus, Dia tidak akan mempermalukan kita, tetapi akan berkata kepada kita, ‘: "Karena kata-katamu itu, pergilah sekarang sebab setan itu sudah keluar dari anakmu." Atau : "Karena imanmu itu, pergilah sekarang sebab Aku telah mengabulkan permohonanmu" Amin.
Lalu Yesus berangkat dari situ dan pergi ke daerah Tirus. Ia masuk ke sebuah rumah dan tidak mau bahwa ada orang yang mengetahuinya, tetapi kedatangan-Nya tidak dapat dirahasiakan. Malah seorang ibu, yang anaknya perempuan kerasukan roh jahat, segera mendengar tentang Dia, lalu datang dan tersungkur di depan kaki-Nya. Perempuan itu seorang Yunani bangsa Siro-Fenisia. Ia memohon kepada Yesus untuk mengusir setan itu dari anaknya. Lalu Yesus berkata kepadanya: "Biarlah anak-anak kenyang dahulu, sebab tidak patut mengambil roti yang disediakan bagi anak-anak dan melemparkannya kepada anjing." Tetapi perempuan itu menjawab: "Benar, Tuhan. Tetapi anjing yang di bawah meja juga makan remah-remah yang dijatuhkan anak-anak." Maka kata Yesus kepada perempuan itu: "Karena kata-katamu itu, pergilah sekarang sebab setan itu sudah keluar dari anakmu." Perempuan itu pulang ke rumahnya, lalu didapatinya anak itu berbaring di tempat tidur, sedang setan itu sudah keluar.
Demikianlah Injil Tuhan bagi kita hari ini.
RENUNGAN:
Pernah seorang suster anak paroki Tigalingga yang bekarya di Surabaya mengeluh kepada kami, dia bercerita bahwa dia membawa Proposal pembangunan Gereja Paroki Tigalingga karena beliau ingin membantu paroki dalam pencarian dana. Beliau dengan penuh semangat membawa proposal dan pergi ke salah satu paroki di Surabya, paroki yang lumayan besar dengan berpikir meminta tolong kepada pastor atau paroki itu untuk membantu dalam mencari dana dari beberapa umat. Suster itu dengan polos berpikir dan berharap bahwa pastor di paroki itu biss menghimbau beberapa umat di paroki itu. Saat bertemu pastor rekan di paroki itu, pastor itu mengatakan bahwa hal itu tidak diperbolehkan karena sudah antar keuskupan dan harus meminta ijin uskup setempat. Suster itu baru mengerti akan kebijakan itu, dan akhirnya dia mengatakan agar paling tidak paroki bisa membantu sedikit. Pastor rekan tersebut mengatkaan bahwa dia akan membicarakannya dengan pastor kepala paroki. Suster itupun pulang dengan berjanji akan datang kembali setelah pastor rekan itu membicarakan proposal itu dengna pastor kepala paroki.
Beberapa hari kemudian suster itu kembali bertanya bagaimana jadinya proposal itu, apakah paroki bisa memberi sedikit bantuan. Suster itu menerima jawaban dari pastor rekan dengan mengatakan bahwa paroki juga tidak bisa membantu karena paroki tidak punya dana khusus untuk membantu pembangunan Gereja, apalagi antar keuskupan dan antar pulau. Dana paroki diperuntukkan untuk kegiatan paroki dan pelayanan umat diparoki itu. Kalaupun paroki membantu pembangunan Gereja, ‘hanya’ untuk paroki yang ada di Keuskupan setempat. Suster itupun seakan diingatkan agar tidak mencarai dana dari umat lain. Suster itu berpikir “Apakah umat di situ tidak boleh membantu umat katolik yang ada di tempat lain? Apakah paroki tidak bisa membantu paroki di tempat lain, yang jelas juga sama-sama katolik? Apakah dana yang ada diparoki itu yang jelas-jelas mampu memberi, hanya diperuntukkan untuk paroki itu saja, tidak bisa membantu umat katolik di paroki lain? Itulah pikiran beliau sehubungan dengan hal tersebut.
Mungkin cerita di atas bisa sedikit dikaitkan dengan Injil hari ini. Seorang perempuan Yunani dari Siro datang meminta pertolongan dari Yesus. Yesus jelas adalah keturunan Yahudi. Bagi bangsa Yahudi umumnya menganggap bahwa bangsa di luar Yahudi adalah kafir dan bahkan menganggap mereka anjing. Yesus mengingatkan status yang diberikan bangsa Yahudi itu kepada wanita yang meminta pertolongan kepadaNya yang adalah keturunan Yahudi. Maksud Yesus mengatakan hal itu tentu bukan mau menghina wanita itu dan tentu bukan dengan maksud bahwa Dia juga berpikir demikian tentang bangsa Yunani, bukan juga seperti Yahudi lainnya menganggap bangsa Yunani dan peremuan itu adalah anjing. Yesus mengatakan demikian tentu dihadapan beberapa orang Yahudi dan mendengar apa yang dikatan Yesus. Yesus seakan mau mengatakan bahwa seorang perempuan dari keturunan bangsa Yunani, yang dianggap kafir dan keturunan anjing, tetapi justru datang kepada Yesus meminta pertolongan dan dia percaya kepada Yesus. Kepercayaan wanita itu semakin nyata ketika wanita itu tidak tersinggung akan perkataan Yesus, dan tidak malu akan status yang diberikan orang Yahudi atas bangsanya. Walaupun bangsanya dianggap hina, tetapi dia berani datang kepada Yesus, percaya kepada Yesus dan memohon pertolongan. Yesus yang tidak memandang rendah wanita itu dan bangsanya, nyata jelas dengan pujian Yesus atas iman wanita itu, dan dengan memberi kesembuhan kepada anak peremuan itu hanya dengan mengatakan, "Karena kata-katamu itu, pergilah sekarang sebab setan itu sudah keluar dari anakmu."
Lewat peristiwa ini Yesus menegaskan kepada orang yang ada pada saat itu dan juga kepada kita bahwa cinta kasih Allah tidak diperuntukkan hanya untuk bangsa tertentu, hanya untuk kelompok Yahudi, tetapi Dia datang untuk membawa keselamatan, mewartakan cinta kasih dan Kerajaan Allah kepada semua orang, kepada suku bangsa yang percaya kepada-Nya dan memohon pertolongan kepada-Nya dengan tulus ikhlas dan iman yang dalam. Cinta kasih Allah menembus batas, tanpa sekat-sekat yang membeda-bedakan atau mengelompokkan orang.
Cinta kasih kitapun hendaknya demikian. Dalam berbuat kasih hendaknya tidak melihat tempat, status, kedudukan orang yang hendak kita bantu. Bahkan Yesus seringkali ‘melanggar’ aturan yang ada demi menyatakan cinta kasih-Nya kepada manusia.
Kita juga bisa belajar dari perempuan itu, yang tidak malu akan status bangsanya datang kepada Yesus dengan iman mendalam memohon pertolongan. Mari kita belajar beriman dari perempuan itu. Apapun status kita, entah itu karena kondisi kita atau diberikan orang lain, hendaknya kita tidak takut datang kepada Yesus untuk memohon pertolongan. Yesus tidak membutuhkan status, kedudukan, pangkat kita, Dia tidak pula tidka melihat pakaian yang kita kenakan, dan lain-lain, tetapi Yesus melihat kedalaman iman kita kepada-Nya. Kita hendaknya datang tanpa rasa malu kepada Yesus dan menyerahkan diri seutuhnya kepada Dia, layaknya seperti suami isteri yang tidak merasa malu telanjang di hadapan pasangan. Berkat ikatan suci perkawinan mereka, mereka saling menyerahkan diri seutuhnya kepada pasangan mereka dan yakin bahwa pasangannya tidak akan mempermalukannya. Demikian juga Yesus, Dia tidak akan mempermalukan kita, tetapi akan berkata kepada kita, ‘: "Karena kata-katamu itu, pergilah sekarang sebab setan itu sudah keluar dari anakmu." Atau : "Karena imanmu itu, pergilah sekarang sebab Aku telah mengabulkan permohonanmu" Amin.
0 comments:
Post a Comment
Syalom. Terimakasih atas kunjungan dan komentarnya.Semoga Tuhan memberkati para Saudara.