Renungan Harian “ Jumat 11 Februari 2011
Kej 3:1-8, Mzm 32:1-2,5,6,7, Mrk 7:31-37
(SP Maria di Lourdes,Benediktus Aniane, Hari orang Sakit Sedunia)
Kej 3:1-8, Mzm 32:1-2,5,6,7, Mrk 7:31-37
(SP Maria di Lourdes,Benediktus Aniane, Hari orang Sakit Sedunia)
Semoga kita yang bisa mendengar, tidak menulikan diri dan semoga kita yang bisa berbicara tidak menggagapkan atau membisukan diri akan kebenaran dan sabda Tuhan.
BACAAN INJIL:
Kemudian Yesus meninggalkan pula daerah Tirus dan dengan melalui Sidon pergi ke danau Galilea, di tengah-tengah daerah Dekapolis. Di situ orang membawa kepada-Nya seorang yang tuli dan yang gagap dan memohon kepada-Nya, supaya Ia meletakkan tangan-Nya atas orang itu. Dan sesudah Yesus memisahkan dia dari orang banyak, sehingga mereka sendirian, Ia memasukkan jari-Nya ke telinga orang itu, lalu Ia meludah dan meraba lidah orang itu. Kemudian sambil menengadah ke langit Yesus menarik nafas dan berkata kepadanya: "Efata!", artinya: Terbukalah! Maka terbukalah telinga orang itu dan seketika itu terlepas pulalah pengikat lidahnya, lalu ia berkata-kata dengan baik. Yesus berpesan kepada orang-orang yang ada di situ supaya jangan menceriterakannya kepada siapapun juga. Tetapi makin dilarang-Nya mereka, makin luas mereka memberitakannya. Mereka takjub dan tercengang dan berkata: "Ia menjadikan segala-galanya baik, yang tuli dijadikan-Nya mendengar, yang bisu dijadikan-Nya berkata-kata."
Demikianlah Injil Tuhan bagi kita hari ini.
RENUNGAN:
Kisah penyembuhan kali ini, sungguh berbeda dengan kisah penyembuhan yang kemarin kita dengarkan. Dalam Injil hari ini, seakan Yesus bekerja keras untuk menyembuhkan orang tuli dan gagap yang dibawa kepada-Nya untuk disembuhkan. Kalau dalam kisah penyembuhan kemarin, Yesus tidak perlu menjamah atau bertemu dengan si sakit, Dia hanya menyembuhkan dari jarak jauh, tetapi kali ini Yesus memisahkan orang itu dari orang banyak dan membawanya ke tempat di mana mereka hanya berdua saja. Yesus juga memasukkan jari-Nya ke lidah orang itu, meludah, meraba lidah orang itu dan menengadah ke langit, menarik nafas lalu berkata “Efata”, artinya: Terbukalah. Sesudah itu, orang itupun sembuh. Mungkin kita bertanya mengapa Yesus dalam menyembuhkan penyakit tuli dan gagap seakan harus berjuang dan bekerja keras? Inilah cara Yesus dalam menyembuhkan. Tetapi yang penting, menurut kami bahwa penyakit tuli dan gagap adalah termasuk penyakit serius yang perlu menanganan khusus, bukan hanya sekedar disembuhkan dari penyakit itu.
Orang yang tuli biasanya juga bisu atau gagap. Orang yang berpenyakit demikian, tidak mampu berelasi dengan orang lain, dirinya seakan tertutup dari dunia lain. Tetapi orang bisa saja dapat mendengar tetapi pura-pura tuli dari suara dari luar, atau bahkan menulikan diri dari suara-suara lain. Orang sebenarnya bisa saja berkata-kata tetapi dia menjadi gagap atau bisa. Penyakit yang demikian adalah penyakit di mana orang menutup diri dari dunia sekitar, dia hidup hanya untuk dirinya, tidak peduli dengan dunia sekitarnya dan tidak berani mengatakan sesuatu pendapat yang benar karena dia hanya sibuk dengan dirinya. Penyakit yang demikian saat ini menggejala dalam hidup kita, khususnya dalam diri para penjabat dan penguasa.
Sekarang ini begitu banyak suara-suara yang meneriakkan kritikan, kebenaran demi perbaikan atau kesejahteraan banyak orang. Tetapi semua suara kritikan atau seruan kebenaran itu seakan tidak didengarkan oleh para pemerintah dan penguasa. Mereka menutup telinga atas semuanya, dan tetap melakukan apa yang sudah menjadi keingingan mereka. Kita masih ingat, peristiwa para tokoh agama menyampaikan 18 kebohongan kepada pemerintah dengan tujuan untuk perbaikan bangsa ini, tetapi para penguasa tidak mendengar dengan hati, tetapi mendengar dengan kuasa dan jabatannya, sehingga mereka gagap untuk menyerukan kebenaran. Demikian juga halnya, semua orang, termasuk penguasa atau pemerintah sudah mendengar tragedy yang dialami komunitas Ahmadiah dan juga perusakan Gereja, tetapi mereka tidak mendengar sungguh, sehingga tidak gagap untuk menyuarakan kebenaran, mereka hanya mengeluarkan kata-kata penghiburan, kata-kata manis belaka. Bahkan tidak sedikit yang dengan cerdik untuk membela diri dan malahan mempersalahkan orang lain.
Penyakit yang demikian juga menggejala di tengah masyarakat kita. Oleh karena itu dibutuhkan pendekatan khusus dan kita berdoa semoga Tuhan membuka telinga mereka sehingga mereka mau mendengarkan kebenaran, semoga Tuhan juga membukan pengikat lidah mereka sehingga mereka bisa mengatakan kebenaran.
Penyakit itu juga bisa jadi ada dalam diri kita. Kita sudah mendengarkan Sabda Tuhan, tetapi kita gagap untuk mewartakannya. Di sekitar kita banyak orang yang berseru, berteriak minta pertolongan kita, tetapi kita pura-pura tuli. Kita melihat ketidak adilan, tetapi kita hanya diam, tidak berani menyuarakan kebenaran. Kita hanya sibuk dengan diri sendiri, kepentingan pribadi dan tidak peduli dengan lingkungan sekitar dan bahkan seakan menutup diri dari dunia luar. Oleh karena itu, mari kita mohon kepada Yesus agar kita disembuhkan dari ketulian dan kegagapan kita dalam mewartakan kebenaran. Untuk itu, kita perlu membina hubungan dengan Yesus, menyediakan waktu sendiri hanya bersama dengan Yesus. Semoga kita yang bisa mendengar, tidak menulikan diri dan semoga kita yang bisa berbicara tidak menggagapkan atau membisukan diri akan kebenaran dan sabda Tuhan. Amin.
Kemudian Yesus meninggalkan pula daerah Tirus dan dengan melalui Sidon pergi ke danau Galilea, di tengah-tengah daerah Dekapolis. Di situ orang membawa kepada-Nya seorang yang tuli dan yang gagap dan memohon kepada-Nya, supaya Ia meletakkan tangan-Nya atas orang itu. Dan sesudah Yesus memisahkan dia dari orang banyak, sehingga mereka sendirian, Ia memasukkan jari-Nya ke telinga orang itu, lalu Ia meludah dan meraba lidah orang itu. Kemudian sambil menengadah ke langit Yesus menarik nafas dan berkata kepadanya: "Efata!", artinya: Terbukalah! Maka terbukalah telinga orang itu dan seketika itu terlepas pulalah pengikat lidahnya, lalu ia berkata-kata dengan baik. Yesus berpesan kepada orang-orang yang ada di situ supaya jangan menceriterakannya kepada siapapun juga. Tetapi makin dilarang-Nya mereka, makin luas mereka memberitakannya. Mereka takjub dan tercengang dan berkata: "Ia menjadikan segala-galanya baik, yang tuli dijadikan-Nya mendengar, yang bisu dijadikan-Nya berkata-kata."
Demikianlah Injil Tuhan bagi kita hari ini.
RENUNGAN:
Kisah penyembuhan kali ini, sungguh berbeda dengan kisah penyembuhan yang kemarin kita dengarkan. Dalam Injil hari ini, seakan Yesus bekerja keras untuk menyembuhkan orang tuli dan gagap yang dibawa kepada-Nya untuk disembuhkan. Kalau dalam kisah penyembuhan kemarin, Yesus tidak perlu menjamah atau bertemu dengan si sakit, Dia hanya menyembuhkan dari jarak jauh, tetapi kali ini Yesus memisahkan orang itu dari orang banyak dan membawanya ke tempat di mana mereka hanya berdua saja. Yesus juga memasukkan jari-Nya ke lidah orang itu, meludah, meraba lidah orang itu dan menengadah ke langit, menarik nafas lalu berkata “Efata”, artinya: Terbukalah. Sesudah itu, orang itupun sembuh. Mungkin kita bertanya mengapa Yesus dalam menyembuhkan penyakit tuli dan gagap seakan harus berjuang dan bekerja keras? Inilah cara Yesus dalam menyembuhkan. Tetapi yang penting, menurut kami bahwa penyakit tuli dan gagap adalah termasuk penyakit serius yang perlu menanganan khusus, bukan hanya sekedar disembuhkan dari penyakit itu.
Orang yang tuli biasanya juga bisu atau gagap. Orang yang berpenyakit demikian, tidak mampu berelasi dengan orang lain, dirinya seakan tertutup dari dunia lain. Tetapi orang bisa saja dapat mendengar tetapi pura-pura tuli dari suara dari luar, atau bahkan menulikan diri dari suara-suara lain. Orang sebenarnya bisa saja berkata-kata tetapi dia menjadi gagap atau bisa. Penyakit yang demikian adalah penyakit di mana orang menutup diri dari dunia sekitar, dia hidup hanya untuk dirinya, tidak peduli dengan dunia sekitarnya dan tidak berani mengatakan sesuatu pendapat yang benar karena dia hanya sibuk dengan dirinya. Penyakit yang demikian saat ini menggejala dalam hidup kita, khususnya dalam diri para penjabat dan penguasa.
Sekarang ini begitu banyak suara-suara yang meneriakkan kritikan, kebenaran demi perbaikan atau kesejahteraan banyak orang. Tetapi semua suara kritikan atau seruan kebenaran itu seakan tidak didengarkan oleh para pemerintah dan penguasa. Mereka menutup telinga atas semuanya, dan tetap melakukan apa yang sudah menjadi keingingan mereka. Kita masih ingat, peristiwa para tokoh agama menyampaikan 18 kebohongan kepada pemerintah dengan tujuan untuk perbaikan bangsa ini, tetapi para penguasa tidak mendengar dengan hati, tetapi mendengar dengan kuasa dan jabatannya, sehingga mereka gagap untuk menyerukan kebenaran. Demikian juga halnya, semua orang, termasuk penguasa atau pemerintah sudah mendengar tragedy yang dialami komunitas Ahmadiah dan juga perusakan Gereja, tetapi mereka tidak mendengar sungguh, sehingga tidak gagap untuk menyuarakan kebenaran, mereka hanya mengeluarkan kata-kata penghiburan, kata-kata manis belaka. Bahkan tidak sedikit yang dengan cerdik untuk membela diri dan malahan mempersalahkan orang lain.
Penyakit yang demikian juga menggejala di tengah masyarakat kita. Oleh karena itu dibutuhkan pendekatan khusus dan kita berdoa semoga Tuhan membuka telinga mereka sehingga mereka mau mendengarkan kebenaran, semoga Tuhan juga membukan pengikat lidah mereka sehingga mereka bisa mengatakan kebenaran.
Penyakit itu juga bisa jadi ada dalam diri kita. Kita sudah mendengarkan Sabda Tuhan, tetapi kita gagap untuk mewartakannya. Di sekitar kita banyak orang yang berseru, berteriak minta pertolongan kita, tetapi kita pura-pura tuli. Kita melihat ketidak adilan, tetapi kita hanya diam, tidak berani menyuarakan kebenaran. Kita hanya sibuk dengan diri sendiri, kepentingan pribadi dan tidak peduli dengan lingkungan sekitar dan bahkan seakan menutup diri dari dunia luar. Oleh karena itu, mari kita mohon kepada Yesus agar kita disembuhkan dari ketulian dan kegagapan kita dalam mewartakan kebenaran. Untuk itu, kita perlu membina hubungan dengan Yesus, menyediakan waktu sendiri hanya bersama dengan Yesus. Semoga kita yang bisa mendengar, tidak menulikan diri dan semoga kita yang bisa berbicara tidak menggagapkan atau membisukan diri akan kebenaran dan sabda Tuhan. Amin.
0 comments:
Post a Comment
Syalom. Terimakasih atas kunjungan dan komentarnya.Semoga Tuhan memberkati para Saudara.