Renungan Hari Minggu Biasa IX (Thn A, 6 Maret 2011)
Ul 11:18,26-28,32, Mzm 31:2-3a,3bc-4,17,25, Rm 3:21-25a,28, Mat 7:21-27
Ul 11:18,26-28,32, Mzm 31:2-3a,3bc-4,17,25, Rm 3:21-25a,28, Mat 7:21-27
"Setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan melakukannya, ia sama dengan orang yang bijaksana, yang mendirikan rumahnya di atas batu."
BACAAN INJIL:
Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga. Pada hari terakhir banyak orang akan berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi nama-Mu, dan mengusir setan demi nama-Mu, dan mengadakan banyak mujizat demi nama-Mu juga? Pada waktu itulah Aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata: Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan!" "Setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan melakukannya, ia sama dengan orang yang bijaksana, yang mendirikan rumahnya di atas batu. Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu, tetapi rumah itu tidak rubuh sebab didirikan di atas batu. Tetapi setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan tidak melakukannya, ia sama dengan orang yang bodoh, yang mendirikan rumahnya di atas pasir. Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu, sehingga rubuhlah rumah itu dan hebatlah kerusakannya."
Demikianlah Injil Tuhan bagi kita hari ini.
RENUNGAN:
Kesejatian pengikut Kristus adalah keseimbangan antara iman dan perbuatan, antara mendengarkan sabda Allan dan melaksanakannya dalam hidup sehari-hari. Apa yang kita imani tentu harus tampak nyata dalam kehidupan setiap hari, dan agar kita mampu melaksanakan kehendak Tuhan, kita harus tahu apa yang dikehendaki oleh Tuhan atas diri kita. Sama halnya dengan ktobah di bukit lainnya, sabda yang kita dengarkan hari ini yang disampaikan oleh Yesus merupakan pedoman hidup para pengikut Kristus. Dalam Injil hari ini, Yesus begitu terus terang akan rahasia untuk masuk ke dalam Kerajaan seorang dan juga pedoman hidup Kristiani.
Mungkin kita pernah mendengar ada imam/biarawan biarawati yang bekerja sangat baik, rajin dan bersemangat melaksanakan tugas yang diberikan pimpinan kepadanya, begitu bersemangat melayani umat, tetapi pada satu saat mengalami krisis iman dan panggilan. Ada pula orang yang selama hidupnya kita kenal baik, aktif dalam kegiatan masyarakat dan hidup menggereja, tetapi kita dengar dia meninggal bunuh diri. Kita bertanya, mengapa demikian bisa terjadi. Menurut para pakar rohani, hal itu bisa terjadi karena hidup tidak dilandasi fondasi yang kuat, yakni relasi yang mendalam dengan Tuhan. Relasi yang mendalam dengan Tuhan itu diwujudkan dengan hidup doa, membaca kitab Suci, karena lewat dua hal inilah kita mengetahui kehendak Tuhan atas diri kita, dan relasi yang mendalam dengan Tuhan akan menguatkan seseorang dalam menjalani hidup.
Sabda Yesus yang kita dengar hari ini, mungkin membuat kita terkejut karena Yesus mengatakan kepada orang yang berseru-seru kepada-Nya, orang yang mengaku sudah bernubuat dan mengusir setan atas nama-Nya, “Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan!" Bernubuat dan mengusir setan dalam nama Tuhan, tentu perbuatan atau hidup yang baik, namun tetap ditolak oleh Yesus, dan malah dikatakan sebagai orang jahat. Pernyataan Yesus ini mungkin dapat kita mengerti dengan membandingkan dengan orang yang pintar berkotbah atau bernubuat akan sabda Tuhan dan mengadakan pengusiran setan atau berdoa penyembuhan. Hal yang demikian saat ini marak terjadi.
Namun coba kita lihat sehubungan dengan hal itu, umumnya hidup mereka begelimang dengan harta, dan memasang tarif dalam pewartaan sabda dan doa. Mungkin sabda Yesus ini lebih ditujukan kepada mereka yang mengaku bernubuat, mengusir setan dan mendoakan atas nama Yesus, tetapi sebenarnya mereka hanya mencari popularitas dan kekayaan. Namun lewat sabda ini juga menyadarkan kita bahwa hidup kristiani yang layak untuk masuk surga, tidaklah cukup hanya dengan mengaku diri dibaptis, mengaku diri beriman kepada-Nya, tidak cukuplah hanya dengan rajin berdoa, rajin bergereja. Hidup kristiani yang sejati adalah hidup yang mendengarkan Sabda Tuhan dan melaksanakannya seperti kehendak Allah, hidup imannya tampak nyata dalam perbuatan baik seperti yang dikehendaki oleh Allah. Yesus mengharapkan bahwa iman itu tidak hanya sekedar hal-hal lahiriah saja tetapi sungguh tampak dalam aksi nyata.
Yesus juga mengatakan bahwa "Setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan melakukannya, ia sama dengan orang yang bijaksana, yang mendirikan rumahnya di atas batu.” Sabda Tuhan yang kita dengarkan harus kita laksanakan. Hidup kita harus senantiasa berpedoman akan Sabda Tuhan. Namun percoalannya, bagaimana kita mendengar sabda Tuhan kalau kita tidak pernah membaca Kitab Suci, bagaimana kita membaca Kitab Suci kalau kita sendiri tidak punya Kitab Suci. Kenyataan ini pasti ada dalam keluarga yang menyebut diri keluarga kristiani. Tidak sedikit keluarga yang memiliki televisi yang bagus, malah, setiap hari pasti menghabiskan banyak waktu menonton televisi, punya HP yang bagus dan mahal lebih dari satu, berlangganan majalah ini dan itu, tetapi tidak memiliki Kitab Suci dan tidak pernah membaca Kitab Suci. Hidup yang demikian tentu tidak hidup berlandaskan sabda Tuhan. Kalaupun orang itu baik, aktif dalam kegiatan social, orang demikian hanya didasari oleh kemanusiaan, nalurinya, bukan karena diresapi oleh sabda Tuhan yang didengar dan melaksanakannya. Hal yang sangat menyedihkan bahwa kalau dalam satu keluarga tidak ada Kitab Suci dan tidak pernah membacanya. Orang yang demikian pasti tidak akan berdiri kokoh kuat dalam menghadapi tantangan yang muncul, pada suatu saat akan sampai pada tingkat kejenuhan. Yesus mengatakan bahwa hidup orang yang demikian adalah orang yang membangun rumah hidupnya di atas pasir. Tetapi hidup yang dibangun atas dan berlandaskan sabda Tuhan, akan berdiri kohoh, kuat dan teguh walaupun mengalami badai kehidupan yang pasti datang, karena Tuhan sendiri akan menguatkannya. Hidup yang dibangun beralaskan pasir juga dalam artian hidup yang mengandalkan harta, uang, kekayaan, pangkat dan kuasa. Hidup yang demikian tidak akan pernah bertahan menghadapi badai kehidupan.
Semoga sabda Yesus hari ini menguatkan kita untuk hidup berlandaskan iman dan sabda Tuhan. Iman dan sabda Allah yang kita dengarkan tampak dalam perbuatan nyata. Amin.
BACAAN INJIL:
Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga. Pada hari terakhir banyak orang akan berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi nama-Mu, dan mengusir setan demi nama-Mu, dan mengadakan banyak mujizat demi nama-Mu juga? Pada waktu itulah Aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata: Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan!" "Setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan melakukannya, ia sama dengan orang yang bijaksana, yang mendirikan rumahnya di atas batu. Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu, tetapi rumah itu tidak rubuh sebab didirikan di atas batu. Tetapi setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan tidak melakukannya, ia sama dengan orang yang bodoh, yang mendirikan rumahnya di atas pasir. Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu, sehingga rubuhlah rumah itu dan hebatlah kerusakannya."
Demikianlah Injil Tuhan bagi kita hari ini.
RENUNGAN:
Kesejatian pengikut Kristus adalah keseimbangan antara iman dan perbuatan, antara mendengarkan sabda Allan dan melaksanakannya dalam hidup sehari-hari. Apa yang kita imani tentu harus tampak nyata dalam kehidupan setiap hari, dan agar kita mampu melaksanakan kehendak Tuhan, kita harus tahu apa yang dikehendaki oleh Tuhan atas diri kita. Sama halnya dengan ktobah di bukit lainnya, sabda yang kita dengarkan hari ini yang disampaikan oleh Yesus merupakan pedoman hidup para pengikut Kristus. Dalam Injil hari ini, Yesus begitu terus terang akan rahasia untuk masuk ke dalam Kerajaan seorang dan juga pedoman hidup Kristiani.
Mungkin kita pernah mendengar ada imam/biarawan biarawati yang bekerja sangat baik, rajin dan bersemangat melaksanakan tugas yang diberikan pimpinan kepadanya, begitu bersemangat melayani umat, tetapi pada satu saat mengalami krisis iman dan panggilan. Ada pula orang yang selama hidupnya kita kenal baik, aktif dalam kegiatan masyarakat dan hidup menggereja, tetapi kita dengar dia meninggal bunuh diri. Kita bertanya, mengapa demikian bisa terjadi. Menurut para pakar rohani, hal itu bisa terjadi karena hidup tidak dilandasi fondasi yang kuat, yakni relasi yang mendalam dengan Tuhan. Relasi yang mendalam dengan Tuhan itu diwujudkan dengan hidup doa, membaca kitab Suci, karena lewat dua hal inilah kita mengetahui kehendak Tuhan atas diri kita, dan relasi yang mendalam dengan Tuhan akan menguatkan seseorang dalam menjalani hidup.
Sabda Yesus yang kita dengar hari ini, mungkin membuat kita terkejut karena Yesus mengatakan kepada orang yang berseru-seru kepada-Nya, orang yang mengaku sudah bernubuat dan mengusir setan atas nama-Nya, “Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan!" Bernubuat dan mengusir setan dalam nama Tuhan, tentu perbuatan atau hidup yang baik, namun tetap ditolak oleh Yesus, dan malah dikatakan sebagai orang jahat. Pernyataan Yesus ini mungkin dapat kita mengerti dengan membandingkan dengan orang yang pintar berkotbah atau bernubuat akan sabda Tuhan dan mengadakan pengusiran setan atau berdoa penyembuhan. Hal yang demikian saat ini marak terjadi.
Namun coba kita lihat sehubungan dengan hal itu, umumnya hidup mereka begelimang dengan harta, dan memasang tarif dalam pewartaan sabda dan doa. Mungkin sabda Yesus ini lebih ditujukan kepada mereka yang mengaku bernubuat, mengusir setan dan mendoakan atas nama Yesus, tetapi sebenarnya mereka hanya mencari popularitas dan kekayaan. Namun lewat sabda ini juga menyadarkan kita bahwa hidup kristiani yang layak untuk masuk surga, tidaklah cukup hanya dengan mengaku diri dibaptis, mengaku diri beriman kepada-Nya, tidak cukuplah hanya dengan rajin berdoa, rajin bergereja. Hidup kristiani yang sejati adalah hidup yang mendengarkan Sabda Tuhan dan melaksanakannya seperti kehendak Allah, hidup imannya tampak nyata dalam perbuatan baik seperti yang dikehendaki oleh Allah. Yesus mengharapkan bahwa iman itu tidak hanya sekedar hal-hal lahiriah saja tetapi sungguh tampak dalam aksi nyata.
Yesus juga mengatakan bahwa "Setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan melakukannya, ia sama dengan orang yang bijaksana, yang mendirikan rumahnya di atas batu.” Sabda Tuhan yang kita dengarkan harus kita laksanakan. Hidup kita harus senantiasa berpedoman akan Sabda Tuhan. Namun percoalannya, bagaimana kita mendengar sabda Tuhan kalau kita tidak pernah membaca Kitab Suci, bagaimana kita membaca Kitab Suci kalau kita sendiri tidak punya Kitab Suci. Kenyataan ini pasti ada dalam keluarga yang menyebut diri keluarga kristiani. Tidak sedikit keluarga yang memiliki televisi yang bagus, malah, setiap hari pasti menghabiskan banyak waktu menonton televisi, punya HP yang bagus dan mahal lebih dari satu, berlangganan majalah ini dan itu, tetapi tidak memiliki Kitab Suci dan tidak pernah membaca Kitab Suci. Hidup yang demikian tentu tidak hidup berlandaskan sabda Tuhan. Kalaupun orang itu baik, aktif dalam kegiatan social, orang demikian hanya didasari oleh kemanusiaan, nalurinya, bukan karena diresapi oleh sabda Tuhan yang didengar dan melaksanakannya. Hal yang sangat menyedihkan bahwa kalau dalam satu keluarga tidak ada Kitab Suci dan tidak pernah membacanya. Orang yang demikian pasti tidak akan berdiri kokoh kuat dalam menghadapi tantangan yang muncul, pada suatu saat akan sampai pada tingkat kejenuhan. Yesus mengatakan bahwa hidup orang yang demikian adalah orang yang membangun rumah hidupnya di atas pasir. Tetapi hidup yang dibangun atas dan berlandaskan sabda Tuhan, akan berdiri kohoh, kuat dan teguh walaupun mengalami badai kehidupan yang pasti datang, karena Tuhan sendiri akan menguatkannya. Hidup yang dibangun beralaskan pasir juga dalam artian hidup yang mengandalkan harta, uang, kekayaan, pangkat dan kuasa. Hidup yang demikian tidak akan pernah bertahan menghadapi badai kehidupan.
Semoga sabda Yesus hari ini menguatkan kita untuk hidup berlandaskan iman dan sabda Tuhan. Iman dan sabda Allah yang kita dengarkan tampak dalam perbuatan nyata. Amin.
0 comments:
Post a Comment
Syalom. Terimakasih atas kunjungan dan komentarnya.Semoga Tuhan memberkati para Saudara.