Renungan Hari Biasa : Kamis 3 Maret 2011
Sir 42:15-25, Mzm 33:2-3,4-,5,6-7,8-9, Mrk 10:46-52
Sir 42:15-25, Mzm 33:2-3,4-,5,6-7,8-9, Mrk 10:46-52
"Apa yang kaukehendaki supaya Aku perbuat bagimu?"
BACAAN INJIL:
Lalu tibalah Yesus dan murid-murid-Nya di Yerikho. Dan ketika Yesus keluar dari Yerikho, bersama-sama dengan murid-murid-Nya dan orang banyak yang berbondong-bondong, ada seorang pengemis yang buta, bernama Bartimeus, anak Timeus, duduk di pinggir jalan. Ketika didengarnya, bahwa itu adalah Yesus orang Nazaret, mulailah ia berseru: "Yesus, Anak Daud, kasihanilah aku!" Banyak orang menegornya supaya ia diam. Namun semakin keras ia berseru: "Anak Daud, kasihanilah aku!" Lalu Yesus berhenti dan berkata: "Panggillah dia!" Mereka memanggil orang buta itu dan berkata kepadanya: "Kuatkan hatimu, berdirilah, Ia memanggil engkau." Lalu ia menanggalkan jubahnya, ia segera berdiri dan pergi mendapatkan Yesus. Tanya Yesus kepadanya: "Apa yang kaukehendaki supaya Aku perbuat bagimu?" Jawab orang buta itu: "Rabuni, supaya aku dapat melihat!" Lalu kata Yesus kepadanya: "Pergilah, imanmu telah menyelamatkan engkau!" Pada saat itu juga melihatlah ia, lalu ia mengikuti Yesus dalam perjalanan-Nya.
Demikianlah Injil Tuhan bagi kita hari ini.
RENUNGAN:
Kerap kita temui, para pejabat sebelum menduduki jabatannya atau pada saat mereka ingin mendapatkan dukungan dari masyarakat, mereka seakan begitu perhatian terhadap orang-orang kecil dan miskin. Mereka seakan begitu ramah, sabar mendengar keluhan rakyat kecil, malah ada yang membuat rumah pengaduan. Rumah pengaduan itu mereka buka, dan selalu terbuak, siap sedia mendengar pengaduan, keluhan rakyat kecil dan juga memberi makan siapa saja yang datang. Namun rumah pengaduan itu beroperasi hanya pada saat kampanye, setelah kampanye rumah pengaduan itupun tutup, hanya tinggal nama. Banyak orang atau pejabat setelah mendapatkan apa yang mereka kejar, mereka sibuk dengan pekerjaannya, sibuk untuk mengejar impiannya dan sibuk untuk dirinya sendiri, mereka tidak peduli dengan dunia sekitanya, mata dan telinga mereka seakan tertutup terhadap orang-orang yang menangis, berteriak minta tolong. Pekerjaan, kesibukan seakan menjadi senjata untuk menghindarkan diri dari dunia dan penderitaan sekitar.
Dalam Injil hari ini, Yesus bersama para murid keluar dari Yeriko dan banyak orang berbondong-bondong mengikut Yesus. Yesus berkeliling mewartakan Kerajaan Allah. Orang banyak yang berbondong-bondong itu tentu sibuk dengan pikiran dan keinginan mereka. Di tengah kerumunan itu ternyata ada seorang pengemis buta yang bernama Bartimeus. Dia mendengar Yesus yang melewati tempat itu. Kehadiran pengemis buta itu tidak diperhatian orang banyak yang berbondong-bondong. Baru kemudian ketika pengemis itu berteriak-teriak "Yesus, Anak Daud, kasihanilah aku!" orang banyak itu menyadari kehadiran si pengemis buta. Kehadiran pengemis buat itu akhirnya disadari orang banyak karena dia berseru, tetapi kehadirannya dirasakan mengganggu sehingga mereka yang mendengar seruannya menyuruh dia diam. Mungkin saat itu Yesus mengajar orang banyak sambil berjalan, sehingga teriakan pengemis buta itu dirasa mengganggu orang banyak, sehingga mereka menyuruh dia diam. Namun beda kiranya dengan Yesus, Yesus saat mendengar seruan itu pengemis buta itu, tidak merasa terganggu, tidak meminta agar orang menyuruh diam, tetapi meminta agar memanggil dia. Cintah kasih Yesus yang sungguh besar, terpancar pada perhatian dan telinga-Nya yang senantiasa mampu mendengarkan seruan si pengemis buat, yang tentu seruan pengemis buat itu tertelan oleh suara-suara orang banyak yang mengerumuni Dia. Cinta kasih Yesus juga nyata dalam kesediaan-Nya melayani si pengemis buta dan akhirnya menyembuhkan dia.
Seringkali banyak orang yang menganggap bahwa Tuhan tidak mendengarkan seruan doa-doa kita karena kita sudah berseru-seru, menganggap Tuhan begitu sibuk untuk mengurusi permohonan manusia yang begitu banyak. Kita mengatakan bahwa Tuhan tuli, tidak mau mendengarkan seruan permohonan kita. Bermenung dari perikop ini, bagi kita jelas bahwa Tuhan Yesus tidak pernah tuli atas seruan permohonan yang kita panjatkan tiada henti-hentinya. Tuhan tidak pernah istirahat, tidak pernah merasa sibuk sehingga tidak mendengarkan seruan umat-Nya yang berseru-seru minta tolong. Bartimeus menjadi contoh bagi kita, agar kita senantiasa yakin berseru-seru memohon pertolongan dari Yesus, walaupun mungkin kita merasa tidak didengarkan, walaupun mungkin ada yang menyuruh kita untuk diam. Yang menyuruh kita untuk diam, memang bukan orang lain, tetapi kelemahan manusiawi kita, rasa putus asa kita seakan menyuruh kita diam berseru kepada-Nya karena merasa tidak didengarkan. Belajar dari Bartimeus, hendaknya kita senantiasa berseru tidak jemu-jemunya kepada Yesus, kita percaya Yesus akan memanggil kita, menemui kita dan bertanya kepada kita, "Apa yang kaukehendaki supaya Aku perbuat bagimu?"
Orang banyak yang berbondong-bondong mengikuti Yesus, tidak menyadari kehadiran si Bartimeus atau tidak peduli dengan dia dan malah menyuruh dia diam karena merasa terganggu. Demikian juga halnya sering terjadi atas diri kita. Kita sibuk dengan pekerjaan kita, kita sibuk dengan kegiatan-kegiatan rohani atau kegiatan gereja, tetapi kita tidak menyadari kehadiran sesama kita yang menjerit karena penderitaan yang mereka alama, berseru-seru meminta pertolongan, tetapi seakan mata kita buta, telinga kita tuli, bahkan mungkin kita tidak peduli dengan mereka. Mungkit saat orang miskin, orang menderita mendatangi kita untuk minta tolong kita, kita malah mengusirnya karena merasa terganggu, karena kehadiran mereka menganggu pekerjaan, kesibukan dan kativitas kita. Kesibukan seringkali kita pakai jadi alasan untuk tidak peka, memperhatika dan membantu orang menderita.
Belajar dari Yesus, kita hendaknya dalam kesibukan kita ntah itu kesibukan karena pekerjaan, kesibukan dalam kegiatan Gereja, haruslah tetap perhatian dan peka terhadap sesama kita yang menderita, yang berseru-seru meminta pertolongan dari kita. Kita hendaknya berani memberi waktu mengunjungi, menyapa dan membantu sesama yang menderita. Orang miskin dan menderita tidak selamanya mengharapkan bantuan materi, tetapi mereka juga membutuhkan perhatian, sapaan dan penghargaan dari sesamanya. Di sekitar kita pasti banyak orang yang menderita dan miskin. Mari kita peka kenyadari kehadiran mereka dan menyapa mereka dengan penuh cinta kasih dengan berkata, “"Apa yang kaukehendaki supaya Aku perbuat bagimu?" Semoga kita berani mengatakan demikian kepada sesama kita yang memerlukan pertolongan kita. Amin.
Lalu tibalah Yesus dan murid-murid-Nya di Yerikho. Dan ketika Yesus keluar dari Yerikho, bersama-sama dengan murid-murid-Nya dan orang banyak yang berbondong-bondong, ada seorang pengemis yang buta, bernama Bartimeus, anak Timeus, duduk di pinggir jalan. Ketika didengarnya, bahwa itu adalah Yesus orang Nazaret, mulailah ia berseru: "Yesus, Anak Daud, kasihanilah aku!" Banyak orang menegornya supaya ia diam. Namun semakin keras ia berseru: "Anak Daud, kasihanilah aku!" Lalu Yesus berhenti dan berkata: "Panggillah dia!" Mereka memanggil orang buta itu dan berkata kepadanya: "Kuatkan hatimu, berdirilah, Ia memanggil engkau." Lalu ia menanggalkan jubahnya, ia segera berdiri dan pergi mendapatkan Yesus. Tanya Yesus kepadanya: "Apa yang kaukehendaki supaya Aku perbuat bagimu?" Jawab orang buta itu: "Rabuni, supaya aku dapat melihat!" Lalu kata Yesus kepadanya: "Pergilah, imanmu telah menyelamatkan engkau!" Pada saat itu juga melihatlah ia, lalu ia mengikuti Yesus dalam perjalanan-Nya.
Demikianlah Injil Tuhan bagi kita hari ini.
RENUNGAN:
Kerap kita temui, para pejabat sebelum menduduki jabatannya atau pada saat mereka ingin mendapatkan dukungan dari masyarakat, mereka seakan begitu perhatian terhadap orang-orang kecil dan miskin. Mereka seakan begitu ramah, sabar mendengar keluhan rakyat kecil, malah ada yang membuat rumah pengaduan. Rumah pengaduan itu mereka buka, dan selalu terbuak, siap sedia mendengar pengaduan, keluhan rakyat kecil dan juga memberi makan siapa saja yang datang. Namun rumah pengaduan itu beroperasi hanya pada saat kampanye, setelah kampanye rumah pengaduan itupun tutup, hanya tinggal nama. Banyak orang atau pejabat setelah mendapatkan apa yang mereka kejar, mereka sibuk dengan pekerjaannya, sibuk untuk mengejar impiannya dan sibuk untuk dirinya sendiri, mereka tidak peduli dengan dunia sekitanya, mata dan telinga mereka seakan tertutup terhadap orang-orang yang menangis, berteriak minta tolong. Pekerjaan, kesibukan seakan menjadi senjata untuk menghindarkan diri dari dunia dan penderitaan sekitar.
Dalam Injil hari ini, Yesus bersama para murid keluar dari Yeriko dan banyak orang berbondong-bondong mengikut Yesus. Yesus berkeliling mewartakan Kerajaan Allah. Orang banyak yang berbondong-bondong itu tentu sibuk dengan pikiran dan keinginan mereka. Di tengah kerumunan itu ternyata ada seorang pengemis buta yang bernama Bartimeus. Dia mendengar Yesus yang melewati tempat itu. Kehadiran pengemis buta itu tidak diperhatian orang banyak yang berbondong-bondong. Baru kemudian ketika pengemis itu berteriak-teriak "Yesus, Anak Daud, kasihanilah aku!" orang banyak itu menyadari kehadiran si pengemis buta. Kehadiran pengemis buat itu akhirnya disadari orang banyak karena dia berseru, tetapi kehadirannya dirasakan mengganggu sehingga mereka yang mendengar seruannya menyuruh dia diam. Mungkin saat itu Yesus mengajar orang banyak sambil berjalan, sehingga teriakan pengemis buta itu dirasa mengganggu orang banyak, sehingga mereka menyuruh dia diam. Namun beda kiranya dengan Yesus, Yesus saat mendengar seruan itu pengemis buta itu, tidak merasa terganggu, tidak meminta agar orang menyuruh diam, tetapi meminta agar memanggil dia. Cintah kasih Yesus yang sungguh besar, terpancar pada perhatian dan telinga-Nya yang senantiasa mampu mendengarkan seruan si pengemis buat, yang tentu seruan pengemis buat itu tertelan oleh suara-suara orang banyak yang mengerumuni Dia. Cinta kasih Yesus juga nyata dalam kesediaan-Nya melayani si pengemis buta dan akhirnya menyembuhkan dia.
Seringkali banyak orang yang menganggap bahwa Tuhan tidak mendengarkan seruan doa-doa kita karena kita sudah berseru-seru, menganggap Tuhan begitu sibuk untuk mengurusi permohonan manusia yang begitu banyak. Kita mengatakan bahwa Tuhan tuli, tidak mau mendengarkan seruan permohonan kita. Bermenung dari perikop ini, bagi kita jelas bahwa Tuhan Yesus tidak pernah tuli atas seruan permohonan yang kita panjatkan tiada henti-hentinya. Tuhan tidak pernah istirahat, tidak pernah merasa sibuk sehingga tidak mendengarkan seruan umat-Nya yang berseru-seru minta tolong. Bartimeus menjadi contoh bagi kita, agar kita senantiasa yakin berseru-seru memohon pertolongan dari Yesus, walaupun mungkin kita merasa tidak didengarkan, walaupun mungkin ada yang menyuruh kita untuk diam. Yang menyuruh kita untuk diam, memang bukan orang lain, tetapi kelemahan manusiawi kita, rasa putus asa kita seakan menyuruh kita diam berseru kepada-Nya karena merasa tidak didengarkan. Belajar dari Bartimeus, hendaknya kita senantiasa berseru tidak jemu-jemunya kepada Yesus, kita percaya Yesus akan memanggil kita, menemui kita dan bertanya kepada kita, "Apa yang kaukehendaki supaya Aku perbuat bagimu?"
Orang banyak yang berbondong-bondong mengikuti Yesus, tidak menyadari kehadiran si Bartimeus atau tidak peduli dengan dia dan malah menyuruh dia diam karena merasa terganggu. Demikian juga halnya sering terjadi atas diri kita. Kita sibuk dengan pekerjaan kita, kita sibuk dengan kegiatan-kegiatan rohani atau kegiatan gereja, tetapi kita tidak menyadari kehadiran sesama kita yang menjerit karena penderitaan yang mereka alama, berseru-seru meminta pertolongan, tetapi seakan mata kita buta, telinga kita tuli, bahkan mungkin kita tidak peduli dengan mereka. Mungkit saat orang miskin, orang menderita mendatangi kita untuk minta tolong kita, kita malah mengusirnya karena merasa terganggu, karena kehadiran mereka menganggu pekerjaan, kesibukan dan kativitas kita. Kesibukan seringkali kita pakai jadi alasan untuk tidak peka, memperhatika dan membantu orang menderita.
Belajar dari Yesus, kita hendaknya dalam kesibukan kita ntah itu kesibukan karena pekerjaan, kesibukan dalam kegiatan Gereja, haruslah tetap perhatian dan peka terhadap sesama kita yang menderita, yang berseru-seru meminta pertolongan dari kita. Kita hendaknya berani memberi waktu mengunjungi, menyapa dan membantu sesama yang menderita. Orang miskin dan menderita tidak selamanya mengharapkan bantuan materi, tetapi mereka juga membutuhkan perhatian, sapaan dan penghargaan dari sesamanya. Di sekitar kita pasti banyak orang yang menderita dan miskin. Mari kita peka kenyadari kehadiran mereka dan menyapa mereka dengan penuh cinta kasih dengan berkata, “"Apa yang kaukehendaki supaya Aku perbuat bagimu?" Semoga kita berani mengatakan demikian kepada sesama kita yang memerlukan pertolongan kita. Amin.
0 comments:
Post a Comment
Syalom. Terimakasih atas kunjungan dan komentarnya.Semoga Tuhan memberkati para Saudara.