RENUNGAN HARI SENIN DALAM PEKAN SUCI, 18 April 2011
Yes 42:1-7, Mzm 27:1,2,3,13-14, Yoh 12:1-11
Yes 42:1-7, Mzm 27:1,2,3,13-14, Yoh 12:1-11
Tuhan memberikan hidup, kasih dan berkat-Nya kepada kita dengan cuma-cuma.
BACAAN INJIL:
Enam hari sebelum Paskah Yesus datang ke Betania, tempat tinggal Lazarus yang dibangkitkan Yesus dari antara orang mati. Di situ diadakan perjamuan untuk Dia dan Marta melayani, sedang salah seorang yang turut makan dengan Yesus adalah Lazarus. Maka Maria mengambil setengah kati minyak narwastu murni yang mahal harganya, lalu meminyaki kaki Yesus dan menyekanya dengan rambutnya; dan bau minyak semerbak di seluruh rumah itu. Tetapi Yudas Iskariot, seorang dari murid-murid Yesus, yang akan segera menyerahkan Dia, berkata: "Mengapa minyak narwastu ini tidak dijual tiga ratus dinar dan uangnya diberikan kepada orang-orang miskin?" Hal itu dikatakannya bukan karena ia memperhatikan nasib orang-orang miskin, melainkan karena ia adalah seorang pencuri; ia sering mengambil uang yang disimpan dalam kas yang dipegangnya. Maka kata Yesus: "Biarkanlah dia melakukan hal ini mengingat hari penguburan-Ku. Karena orang-orang miskin selalu ada pada kamu, tetapi Aku tidak akan selalu ada pada kamu." Sejumlah besar orang Yahudi mendengar, bahwa Yesus ada di sana dan mereka datang bukan hanya karena Yesus, melainkan juga untuk melihat Lazarus, yang telah dibangkitkan-Nya dari antara orang mati. Lalu imam-imam kepala bermupakat untuk membunuh Lazarus juga, sebab karena dia banyak orang Yahudi meninggalkan mereka dan percaya kepada Yesus.
Demikianlah Injil Tuhan bagi kita hari ini.
RENUNGAN:
Seringkali dalam Gereja diumumkan adanya kegiatan gotong royong untuk membersihkan Gereja dan sekitarnya sebagai persiapan Paskah atau perayaan tertentu. Namun yang hadir hanya beberapa orang saja dan seringkali hanya mereka saja yang sering saya lihat. Melihat kenyataan yang demikian kita bertanya, “Mengapa banyak umat yang sulit berkorban buat Gereja dan buat Tuhan sendiri?” Sulitnya umat untuk memberi atau berkorban untuk Gereja bukan hanya dalam hal tenaga atau waktu, tetapi juga dalam hal materi. Karena bila ada permohonan dari Gereja untuk suatu kegiatan, biasanya umat bersungut-sungut atau sulit memberi, tetapi bukan suatu rahasia bahwa umat banyak menghadiri pesta-pesta atau kegiatan lain yang semuanya pasti mengeluarkan banyak uang, waktu jauh melebihi yang dimohonkan oleh Gereja. Orang Batak bisa menghadiri pesta 4 kali dalam sebulan dan dalam setiap pesta pasti ada iuran wajib dan sumbangan. Tapi untuk kegiatan gereja yang mungkin hanya beberapa kali dalam setahu, banyak umat yang mengeluh dan tidak ikut berpartisipasi. Belum lagi kolekte yang diberikan pada perayaan ekaristi, umumnya adalah uang paling kecil yang ada dalam kantong atau dompetnya.
Menganggapi hal seperti itu, yang memang tidak terjadi di semua tempat, orang mengatakan bahwa memang manusia zaman sekarang memegang prinsip untung rugi. Bila seseorang atau kegiatan atau kelompok itu dirasakan memberi keuntungan bagi dirinya, maka seseorang itu pasti tidak akan segan-segan untuk memberi karena berharap kelak bahwa dia akan mendapat keuntungan dengan keterlibatan dalam kegiatan itu. Ada juga yang mengatakan bahwa kalau seseorang sudah menyadari dan merasakan rahmat dari imannya, maka seseorang itu akan hidup dalam iman dan tidak akan segan-segan untuk memberi bagi kehidupan iman itu. Pendapat ini mungkin benar.
Bertolak dari prinsip hidup ini, kita patut bertanya pula, “Apa memang Gereja dan Tuhan tidak memberi ‘keuntungan’ bagi hidup manusia?” Apakah Tuhan tidak memberikan berkat-Nya kepada umat lewat Gereja-Nya?” Tentu kita sudah beroleh keuntungan sangat besar dari Tuhan, yakni hidup dan keselamatan. Keselamatan itu diwariskan Yesus lewat Gereja-Nya yang kudus, sehingga Gereja menjadi saluran berkat Allah. Yang menjadi persoalan adalah kesadaran dan keyakinan yang belum dimiliki oleh banyak orang. Sangat banyak umat yang tidak menyadari bahwa Tuhan telah memberi hidup dan telah melimpahkan berkat yang sangat banyak, terlebih Tuhan telah mengorbankan diri-Nya dengan menderita dan wafat di salib demi menyelamatkan manusia. Semuanya bukan karena jasa manusia tetapi hanya karena cinta kepada manusia.
Dalam Injil hari ini, Yesus memuji tindakan Maria yang meminyaki rambut Yesus dengan setengah kati minyak narwastu murni yang mahal harganya, bukan karena mahalnya minyak itu dan juga bukan karena Maria melap kaki Yesus dengan rambutnya yang menjadi makhota bagi seorang wanita, tetapi karena ketulusan hati Maria untuk melayani Yesus. Maria tidak merasa sayang menggunakan minyak yang mahal untuk meminyaki kaki Yesus dan juga tidak merasa hina memberikan rambutnya untuk melap kaki Yesus. Bahkan dari sikap Maria itu, kita bisa melihat bahwa bagi Maria minyak yang mahal harganya, rambut yang menjadi kebanggan dan makhota seorang wanita, tidak bernilai apa-apa untuk melayani Yesus. Ini semua dilakukan oleh Maria, karena Maria menyadari kasih Yesus yang begitu besar atas dirinya, atas keluarganya sehingga dia berani berkorban memberikan yang terbaik bagi Yesus. Nah bagaimana dengan kita masing-masing? Kita sering justru sulit memberi atau berkorban kepada Tuhan dan Gereja-Nya. Kalaupun kita memberi, kita memberi dengan terpaksa dan memberi bukan yang terbaik.
Bermenung atas Injil hari ini, kita diajak untuk menyadari kasih Allah yang begitu besar kepada kita, yang sudah diberikan sebelum kita mengenal Dia, dan Dia memberikan-Nya bukan karena jasa kita, tetapi hanya karena kasih-Nya kepada kita. Tuhan tidak pernah berpikir untung rugi dalam mengasihi kita. Tuhan memberikan kasih dan berkat-Nya kepada kita dengan cuma-cuma. Maka semoga, kita juga dalam relasi dengan sesama kita, tidak memegang prinsip untung rugi karena kita telah beroleh hidup dan berkat dengan cuma-cuma, sehingga kitapun berani mengasihi sesama dengan cuma-cuma pula. Amin.
Enam hari sebelum Paskah Yesus datang ke Betania, tempat tinggal Lazarus yang dibangkitkan Yesus dari antara orang mati. Di situ diadakan perjamuan untuk Dia dan Marta melayani, sedang salah seorang yang turut makan dengan Yesus adalah Lazarus. Maka Maria mengambil setengah kati minyak narwastu murni yang mahal harganya, lalu meminyaki kaki Yesus dan menyekanya dengan rambutnya; dan bau minyak semerbak di seluruh rumah itu. Tetapi Yudas Iskariot, seorang dari murid-murid Yesus, yang akan segera menyerahkan Dia, berkata: "Mengapa minyak narwastu ini tidak dijual tiga ratus dinar dan uangnya diberikan kepada orang-orang miskin?" Hal itu dikatakannya bukan karena ia memperhatikan nasib orang-orang miskin, melainkan karena ia adalah seorang pencuri; ia sering mengambil uang yang disimpan dalam kas yang dipegangnya. Maka kata Yesus: "Biarkanlah dia melakukan hal ini mengingat hari penguburan-Ku. Karena orang-orang miskin selalu ada pada kamu, tetapi Aku tidak akan selalu ada pada kamu." Sejumlah besar orang Yahudi mendengar, bahwa Yesus ada di sana dan mereka datang bukan hanya karena Yesus, melainkan juga untuk melihat Lazarus, yang telah dibangkitkan-Nya dari antara orang mati. Lalu imam-imam kepala bermupakat untuk membunuh Lazarus juga, sebab karena dia banyak orang Yahudi meninggalkan mereka dan percaya kepada Yesus.
Demikianlah Injil Tuhan bagi kita hari ini.
RENUNGAN:
Seringkali dalam Gereja diumumkan adanya kegiatan gotong royong untuk membersihkan Gereja dan sekitarnya sebagai persiapan Paskah atau perayaan tertentu. Namun yang hadir hanya beberapa orang saja dan seringkali hanya mereka saja yang sering saya lihat. Melihat kenyataan yang demikian kita bertanya, “Mengapa banyak umat yang sulit berkorban buat Gereja dan buat Tuhan sendiri?” Sulitnya umat untuk memberi atau berkorban untuk Gereja bukan hanya dalam hal tenaga atau waktu, tetapi juga dalam hal materi. Karena bila ada permohonan dari Gereja untuk suatu kegiatan, biasanya umat bersungut-sungut atau sulit memberi, tetapi bukan suatu rahasia bahwa umat banyak menghadiri pesta-pesta atau kegiatan lain yang semuanya pasti mengeluarkan banyak uang, waktu jauh melebihi yang dimohonkan oleh Gereja. Orang Batak bisa menghadiri pesta 4 kali dalam sebulan dan dalam setiap pesta pasti ada iuran wajib dan sumbangan. Tapi untuk kegiatan gereja yang mungkin hanya beberapa kali dalam setahu, banyak umat yang mengeluh dan tidak ikut berpartisipasi. Belum lagi kolekte yang diberikan pada perayaan ekaristi, umumnya adalah uang paling kecil yang ada dalam kantong atau dompetnya.
Menganggapi hal seperti itu, yang memang tidak terjadi di semua tempat, orang mengatakan bahwa memang manusia zaman sekarang memegang prinsip untung rugi. Bila seseorang atau kegiatan atau kelompok itu dirasakan memberi keuntungan bagi dirinya, maka seseorang itu pasti tidak akan segan-segan untuk memberi karena berharap kelak bahwa dia akan mendapat keuntungan dengan keterlibatan dalam kegiatan itu. Ada juga yang mengatakan bahwa kalau seseorang sudah menyadari dan merasakan rahmat dari imannya, maka seseorang itu akan hidup dalam iman dan tidak akan segan-segan untuk memberi bagi kehidupan iman itu. Pendapat ini mungkin benar.
Bertolak dari prinsip hidup ini, kita patut bertanya pula, “Apa memang Gereja dan Tuhan tidak memberi ‘keuntungan’ bagi hidup manusia?” Apakah Tuhan tidak memberikan berkat-Nya kepada umat lewat Gereja-Nya?” Tentu kita sudah beroleh keuntungan sangat besar dari Tuhan, yakni hidup dan keselamatan. Keselamatan itu diwariskan Yesus lewat Gereja-Nya yang kudus, sehingga Gereja menjadi saluran berkat Allah. Yang menjadi persoalan adalah kesadaran dan keyakinan yang belum dimiliki oleh banyak orang. Sangat banyak umat yang tidak menyadari bahwa Tuhan telah memberi hidup dan telah melimpahkan berkat yang sangat banyak, terlebih Tuhan telah mengorbankan diri-Nya dengan menderita dan wafat di salib demi menyelamatkan manusia. Semuanya bukan karena jasa manusia tetapi hanya karena cinta kepada manusia.
Dalam Injil hari ini, Yesus memuji tindakan Maria yang meminyaki rambut Yesus dengan setengah kati minyak narwastu murni yang mahal harganya, bukan karena mahalnya minyak itu dan juga bukan karena Maria melap kaki Yesus dengan rambutnya yang menjadi makhota bagi seorang wanita, tetapi karena ketulusan hati Maria untuk melayani Yesus. Maria tidak merasa sayang menggunakan minyak yang mahal untuk meminyaki kaki Yesus dan juga tidak merasa hina memberikan rambutnya untuk melap kaki Yesus. Bahkan dari sikap Maria itu, kita bisa melihat bahwa bagi Maria minyak yang mahal harganya, rambut yang menjadi kebanggan dan makhota seorang wanita, tidak bernilai apa-apa untuk melayani Yesus. Ini semua dilakukan oleh Maria, karena Maria menyadari kasih Yesus yang begitu besar atas dirinya, atas keluarganya sehingga dia berani berkorban memberikan yang terbaik bagi Yesus. Nah bagaimana dengan kita masing-masing? Kita sering justru sulit memberi atau berkorban kepada Tuhan dan Gereja-Nya. Kalaupun kita memberi, kita memberi dengan terpaksa dan memberi bukan yang terbaik.
Bermenung atas Injil hari ini, kita diajak untuk menyadari kasih Allah yang begitu besar kepada kita, yang sudah diberikan sebelum kita mengenal Dia, dan Dia memberikan-Nya bukan karena jasa kita, tetapi hanya karena kasih-Nya kepada kita. Tuhan tidak pernah berpikir untung rugi dalam mengasihi kita. Tuhan memberikan kasih dan berkat-Nya kepada kita dengan cuma-cuma. Maka semoga, kita juga dalam relasi dengan sesama kita, tidak memegang prinsip untung rugi karena kita telah beroleh hidup dan berkat dengan cuma-cuma, sehingga kitapun berani mengasihi sesama dengan cuma-cuma pula. Amin.
0 comments:
Post a Comment
Syalom. Terimakasih atas kunjungan dan komentarnya.Semoga Tuhan memberkati para Saudara.