RENUNGAN JUMAT AGUNG 22 April 2011
Yes 52:13-53:12, Mzm 31:2,6,12-13,15-16,17,25, Ibr 4:14-16, 5:7-9, Yoh 18:1-19:42
(Bacaan-bacaan hari ini, dapat dibaca di sini)
Yes 52:13-53:12, Mzm 31:2,6,12-13,15-16,17,25, Ibr 4:14-16, 5:7-9, Yoh 18:1-19:42
(Bacaan-bacaan hari ini, dapat dibaca di sini)
"Yesus adalah korban kejahatan dan dosa manusia. Tetapi Yesus juga adalah 'korban' cinta kasih-Nya yang besar kepada manusia."
RENUNGAN:
Pernah saat pemutaran Film The Passion, (Kisah sengsara Yesus) banyak umat yang menangis meyaksikannya, ada pula yang akhirnya pulang sebelum selesai dengan alasan tidak tahan melihat kekejaman yang dialami Yesus dalam film tersebut. Memang saat kita meyaksikan film sengsara dan penyaliban Yesus, juga saat mendengarkan kisah sengsara sebagaimana disampaikan pada kita hari ini, pasti kita merasa sedih, kasihan melihat Yesus yang didera, disiksa, dimaki-maki, dejek, diludahi dan akhirnya memikul salib yang berat dan mati disalibkan. Kita juga tentu jengkel terhadap orang-orang yang membenci Yesus, jengkel terhadap para imam-imam kepala, ahli-ahli Taurat, orang-orang farisi yang menuduh tuduhan palsu kepada Yesus. Kita juga pasti jengkel terhadap Pilatus yang tidak berani membela Yesus. Kejengkelan kita juga tertuju pada para serdadu yang dengan kejam menghina, mengejek, meludahi, menelanjangi dan mendera Yesus dengan kejamnya. Mereka adalah orang-orang yang seringkali tentu mendapat marah dari tuannya dan selalu hanya diperintah oleh tuannya, sehingga saat mendera Yesus seakan mereka melampiaskan kemarahan mereka kepada tuannya dan seakan mereka bebas melakukan apa saja kemauan mereka saat itu.
Mungkin kita juga jengkel melihat sikap Yesus yang hanya diam, tidak mau melawan padahal kalau Yesus melawan, pasti bisa karena Dia Tuhan yang bisa menghidupkan orang mati. Reaksi kita saat menonton atau mendengar kisah sengsara Yesus Kristus bukanlah keberhasilan sutradara yang membuat film tersebut atau keberhasilan pengarang suci yang menuliskan kisah sengsara itu, bukan pula keberhasilan para pemain dalam film tersebut, karena semuanya itu bukanlah rekayasa sutradara atau pengarang suci sebagaiman halnya dalam film hiburan. Kisah sengsara Yesus Kristus adalah peristiwa nyata yang sungguh dialami oleh Yesus Kristus. Kisah sengsara dan penyaliban Yesus yang kita dengarkan adalah tragedy kehidupan manusia dan juga tragedy kekejaman manusia yang dialami oleh Yesus.
Yesus menjadi korban kekesalan dan kekecewaan orang-orang yang merasa keinginan mereka tidak terwujud dalam Yesus. Karena semula mereka mengikuti dan mengelu-elukan Yesus ketika masuk Yerusalem karena mengharapkan Yesus adalah mesias politik yang membebaskan mereka dari penjajahan, tetapi nyatanya Yesus bukan mesias seperti yang mereka harapkan. Yesus menjadi korban dari ahli-ahli Taurat, orang-orang Farisi, Para imam kepala yang merasa cemburu kepada Yesus, karena kehadiran Yesus membuat banyak pengikut mereka akhirnya mengikuti Yesus. Hal ini membuat mereka merasa rugi karena kekurangan pengikut, takut kehabisan pengikut. Bagi mereka pengikut itu sangat penting karena mereka hidup dari pengikutnya lewat persembahan-persembahan pengikut mereka, dan bisa memperkaya diri dari pengikut-pengikutnya. Mereka juga sakit hati karena kritikan-kritikan pedas yang sering dilontarkan Yesus atas mereka, karena mereka hidup sebagai orang-orang munafik. Yesus menjadi korban para penguasa yang gila hormat, seperti Pilatus yang mengetahui bahwa Yesus tidak bersalah, tetapi dia tidak berani membela Yesus karena takut kehilangan simpati dan kekuasaannya. Dia lebih baik mengorbankan kebenaran dan Yesus daripada kehilangan kekuasaan dan hormat dari rakyatnya. Yesus juga menjadi korban dari orang-orang kecil yang hidupnya tertekan atau ditekan oleh penderitaan dan para penguasa dan tuan mereka, seperti digambarkan oleh para serdadu. Seakan kekesalan dan protes mereka akan penderitaan hidup dilampiaskan kepada Yesus, juga kemarahan mereka kepada tuan mereka dilambiaskan dengan mendera Yesus sepuas hati mereka. Sebab selama ini mereka tertekan dan ditekan oleh penderitaan dan oleh tuannya, mereka tidak bisa marah melawan tuannya, maka semuanya itu mereka salurkan dengan menyiksa Yesus sepuas-puasnya. Yesus juga menjadi korban para pengecut yang takut menderita karena menjadi pengikut Yesus. Mereka itulah para rasul dan murid yang lain, mereka lari meninggalkan Yesus dalam jalan salib-Nya, bahkan Petrus berani menyangkal Yesus. Intinya, Yesus menderita dan mati disalibkan bukan karena kesalahannya, tetapi karena kejahatan dan dosa manusia.
Kita boleh saja kecewa, kesal dan benci kepada mereka semua yang menyebabkan Yesus menderita dan mati di salib. Namun kita tidak boleh lupa, bahwa kitapun seringkali masih bertindak seperti itu dalam hidup kita hingga saat ini. Mungkin kita menjadi salah satu bagian dari mereka itu dalam mengikuti Yesus Kristus. Atau mungkin mereka semua merupakan gambaran sikap iman kita. Oleh karena itu, rasa kesal, jengkel dan benci kepada mereka yang menyalibkan Yesus tidaklah cukup kalau hal itu semua tidak membawa kita pada introspeksi diri dan bertobat. Sangat lebih indah bila sikap dan tindakan mereka membawa kita pada pertobatan diri dan pertobatan batin. Tanpa pertobatan, rasa jengkel, kekecewaan dan kebencian akan sikap mereka, justru akan membuat kita jatuh kembali ke dalam dosa. Maka ubahlah semuanya menjadi kasih yang mendalam kepada Yesus dan pertobatan diri.
Yesus menjadi korban kejahatan dan dosa manusia. Namun lebih dari itu, Yesus adalah korban dari kesetiaan cinta kasih-Nya kepada manusia yang sangat besar, yang menghendaki manusia selamat. Yesus menerima semuanya itu bukan karena Dia tidak bisa menghindari semuanya, tetapi Yesus menerima semuanya itu karena Dia mengasihi manusia. Allah yang mengasihi manusia menghendaki agar manusia selamat dan bahagia. Untuk itu, Dia mengutus Yesus Allah Putera untuk membawa manusia pada pertobatan dari dosa, kembali kepada Allah. Yesus datang mewartakan keselamatan Allah, mengajarkankan kehendak Allah, mewartakan pertobatan, mewartakan kasih Allah dan semuanya itu disertai dengan perbuatan mukjijat sebagai salah satu bentuk penegasan dari pewartaan Yesus. Dalam menjalankan tugas luhur ini, baik Allah Bapa dan Yesus mengetahui resiko ditolak, dibenci dan dibunuh oleh orang-orang yang tidak menghendaki kehadiran kerajaan Allah. Allah tahu semuanya itu dan siap menanggung semuanya itu. Yesus tidak mau menghindar dari resiko perutusan dan cinta-Nya kepada manusia, justru dengan rela dan senang hati menyambutnya. Maka nyatalah bagi kita, Yesus dan sengsara dan kematian-Nya di salib adalah bukti cinta kasih Allah yang sungguh besar kepada manusia. Yesus adalah korban cinta yang mendalam kepada manusia. Salib Kristus adalah tanda mutlak yang radikal akan kebenaran pewartaan Yesus, kesungguhan cinta-Nya yang hendak menyelamatkan manusia. Justru dengan sengsara di salib, kepada kita dinyatakan kesungguhan dari cinta Yesus yang mau menyelamatkan manusia, kesungguhan apa yang diwartakan-Nya.
Selain itu, salib Yesus adalah sebagai tebusan atas dosa-dosa kita. Karena kedosaan manusia, silih dara korban tidak lagi sanggup untuk menghapus dosa manusia, manusia juga dari dirinya tidak sanggup lagi memohon ampun kepada Allah atas dosa-dosa yang dilakukannya. Maka tinggal Allah sendirilah yang sanggup menghapus dosa manusia. Oleh karena itu, baik Allah Bapa dan Yesus sendiri rela menjadi korban silih penebusan dosa manusia dan untuk itu Yesus rela mengorbangkan darah dan hidup-Nya sebagai tebusan atas dosa-dosa manusia. Sekali lagi kita ingat, semuanya dilakukan oleh Yesus hanya karena cinta kasih-Nya kepada manusia. Maka benarlah bahwa salib Yesus adalah korban cinta kasih Allah kepada manusia dan salib Kristus adalah bukti nyata cinta kasih Allah kepada manusia.
Maka bermenung atas sengasara dan wafat Yesus di salib, sudah layak dan sepantasnyalah kita bersyukur atas cinta kasih Yesus kepada kita, sudah layak dan pantaslah kita mengasihi Dia. Pada jumat agung ini, memang kita sedih karena kematian Yesus Tuhan kita, tetapi kita bergembira karena nyata bagi kita kasih Allah yang rela mengorbankan diri demi keselamatan kita, kita patut bergembira dan bersyukur karena kesetiaan Yesus mengasihi kita. Sehingga di balik kematian Yesus yang mengerikan dan menyedihkan, terdapat kegembiraan, sukacita dan keselamatan bagi kita. Rasa syukur dan kegembiraan kita, kita nyatakan dengan hidup belajar tetap setia mengasihi Allah dalam hidup kita. Walaupun untuk semuanya itu, kita pasti akan mengalami penderitaan karena kesetiaan cinta dan iman kita kepada Yesus. Inilah salib kita. Kita tidak akan pernah terlepas dari persoalan dan penderitaan hidup, kita tidak akan lepas dari kejahatan yang tidak menghendaki kesetiaan kita kepada Yesus. Namun kiranya dalam perayaan hari ini, kita belajar dan dikuatkan bahwa kesetiaan kita itu akan berpuncak pada kebahagiaan hidup, keselamatan kekal.
Yesus telah membuktikan kepada kita bahwa karena kasih-Nya kepada kita, Dia rela menderita dan wafat di salib. Inilah artinya bahwa cinta yang tulus tidak akan menolak dan menghindari penderitaan tetapi siap menyambutnya. Yesus sendiri sudah rela menderita dan wafat di salib karena cinta kasih-Nya kepada kita. Oleh karena itu, semoga kita yang sudah merasakan dan bersukur atas cinta kasih Kristus, juga rela menerima resiko menderita karena kasih kepada Dia dan kepada sesama kita. Yesus yang adalah Tuhan mau mengasihi kita dan mau menderita karena kasih-Nya kepada kita, mengapa kita justru tidak mau mengasihi Dia dan tidak mau menderita karena kasih kepada Dia dan sesama kita? Amin.
Mungkin kita juga jengkel melihat sikap Yesus yang hanya diam, tidak mau melawan padahal kalau Yesus melawan, pasti bisa karena Dia Tuhan yang bisa menghidupkan orang mati. Reaksi kita saat menonton atau mendengar kisah sengsara Yesus Kristus bukanlah keberhasilan sutradara yang membuat film tersebut atau keberhasilan pengarang suci yang menuliskan kisah sengsara itu, bukan pula keberhasilan para pemain dalam film tersebut, karena semuanya itu bukanlah rekayasa sutradara atau pengarang suci sebagaiman halnya dalam film hiburan. Kisah sengsara Yesus Kristus adalah peristiwa nyata yang sungguh dialami oleh Yesus Kristus. Kisah sengsara dan penyaliban Yesus yang kita dengarkan adalah tragedy kehidupan manusia dan juga tragedy kekejaman manusia yang dialami oleh Yesus.
Yesus menjadi korban kekesalan dan kekecewaan orang-orang yang merasa keinginan mereka tidak terwujud dalam Yesus. Karena semula mereka mengikuti dan mengelu-elukan Yesus ketika masuk Yerusalem karena mengharapkan Yesus adalah mesias politik yang membebaskan mereka dari penjajahan, tetapi nyatanya Yesus bukan mesias seperti yang mereka harapkan. Yesus menjadi korban dari ahli-ahli Taurat, orang-orang Farisi, Para imam kepala yang merasa cemburu kepada Yesus, karena kehadiran Yesus membuat banyak pengikut mereka akhirnya mengikuti Yesus. Hal ini membuat mereka merasa rugi karena kekurangan pengikut, takut kehabisan pengikut. Bagi mereka pengikut itu sangat penting karena mereka hidup dari pengikutnya lewat persembahan-persembahan pengikut mereka, dan bisa memperkaya diri dari pengikut-pengikutnya. Mereka juga sakit hati karena kritikan-kritikan pedas yang sering dilontarkan Yesus atas mereka, karena mereka hidup sebagai orang-orang munafik. Yesus menjadi korban para penguasa yang gila hormat, seperti Pilatus yang mengetahui bahwa Yesus tidak bersalah, tetapi dia tidak berani membela Yesus karena takut kehilangan simpati dan kekuasaannya. Dia lebih baik mengorbankan kebenaran dan Yesus daripada kehilangan kekuasaan dan hormat dari rakyatnya. Yesus juga menjadi korban dari orang-orang kecil yang hidupnya tertekan atau ditekan oleh penderitaan dan para penguasa dan tuan mereka, seperti digambarkan oleh para serdadu. Seakan kekesalan dan protes mereka akan penderitaan hidup dilampiaskan kepada Yesus, juga kemarahan mereka kepada tuan mereka dilambiaskan dengan mendera Yesus sepuas hati mereka. Sebab selama ini mereka tertekan dan ditekan oleh penderitaan dan oleh tuannya, mereka tidak bisa marah melawan tuannya, maka semuanya itu mereka salurkan dengan menyiksa Yesus sepuas-puasnya. Yesus juga menjadi korban para pengecut yang takut menderita karena menjadi pengikut Yesus. Mereka itulah para rasul dan murid yang lain, mereka lari meninggalkan Yesus dalam jalan salib-Nya, bahkan Petrus berani menyangkal Yesus. Intinya, Yesus menderita dan mati disalibkan bukan karena kesalahannya, tetapi karena kejahatan dan dosa manusia.
Kita boleh saja kecewa, kesal dan benci kepada mereka semua yang menyebabkan Yesus menderita dan mati di salib. Namun kita tidak boleh lupa, bahwa kitapun seringkali masih bertindak seperti itu dalam hidup kita hingga saat ini. Mungkin kita menjadi salah satu bagian dari mereka itu dalam mengikuti Yesus Kristus. Atau mungkin mereka semua merupakan gambaran sikap iman kita. Oleh karena itu, rasa kesal, jengkel dan benci kepada mereka yang menyalibkan Yesus tidaklah cukup kalau hal itu semua tidak membawa kita pada introspeksi diri dan bertobat. Sangat lebih indah bila sikap dan tindakan mereka membawa kita pada pertobatan diri dan pertobatan batin. Tanpa pertobatan, rasa jengkel, kekecewaan dan kebencian akan sikap mereka, justru akan membuat kita jatuh kembali ke dalam dosa. Maka ubahlah semuanya menjadi kasih yang mendalam kepada Yesus dan pertobatan diri.
Yesus menjadi korban kejahatan dan dosa manusia. Namun lebih dari itu, Yesus adalah korban dari kesetiaan cinta kasih-Nya kepada manusia yang sangat besar, yang menghendaki manusia selamat. Yesus menerima semuanya itu bukan karena Dia tidak bisa menghindari semuanya, tetapi Yesus menerima semuanya itu karena Dia mengasihi manusia. Allah yang mengasihi manusia menghendaki agar manusia selamat dan bahagia. Untuk itu, Dia mengutus Yesus Allah Putera untuk membawa manusia pada pertobatan dari dosa, kembali kepada Allah. Yesus datang mewartakan keselamatan Allah, mengajarkankan kehendak Allah, mewartakan pertobatan, mewartakan kasih Allah dan semuanya itu disertai dengan perbuatan mukjijat sebagai salah satu bentuk penegasan dari pewartaan Yesus. Dalam menjalankan tugas luhur ini, baik Allah Bapa dan Yesus mengetahui resiko ditolak, dibenci dan dibunuh oleh orang-orang yang tidak menghendaki kehadiran kerajaan Allah. Allah tahu semuanya itu dan siap menanggung semuanya itu. Yesus tidak mau menghindar dari resiko perutusan dan cinta-Nya kepada manusia, justru dengan rela dan senang hati menyambutnya. Maka nyatalah bagi kita, Yesus dan sengsara dan kematian-Nya di salib adalah bukti cinta kasih Allah yang sungguh besar kepada manusia. Yesus adalah korban cinta yang mendalam kepada manusia. Salib Kristus adalah tanda mutlak yang radikal akan kebenaran pewartaan Yesus, kesungguhan cinta-Nya yang hendak menyelamatkan manusia. Justru dengan sengsara di salib, kepada kita dinyatakan kesungguhan dari cinta Yesus yang mau menyelamatkan manusia, kesungguhan apa yang diwartakan-Nya.
Selain itu, salib Yesus adalah sebagai tebusan atas dosa-dosa kita. Karena kedosaan manusia, silih dara korban tidak lagi sanggup untuk menghapus dosa manusia, manusia juga dari dirinya tidak sanggup lagi memohon ampun kepada Allah atas dosa-dosa yang dilakukannya. Maka tinggal Allah sendirilah yang sanggup menghapus dosa manusia. Oleh karena itu, baik Allah Bapa dan Yesus sendiri rela menjadi korban silih penebusan dosa manusia dan untuk itu Yesus rela mengorbangkan darah dan hidup-Nya sebagai tebusan atas dosa-dosa manusia. Sekali lagi kita ingat, semuanya dilakukan oleh Yesus hanya karena cinta kasih-Nya kepada manusia. Maka benarlah bahwa salib Yesus adalah korban cinta kasih Allah kepada manusia dan salib Kristus adalah bukti nyata cinta kasih Allah kepada manusia.
Maka bermenung atas sengasara dan wafat Yesus di salib, sudah layak dan sepantasnyalah kita bersyukur atas cinta kasih Yesus kepada kita, sudah layak dan pantaslah kita mengasihi Dia. Pada jumat agung ini, memang kita sedih karena kematian Yesus Tuhan kita, tetapi kita bergembira karena nyata bagi kita kasih Allah yang rela mengorbankan diri demi keselamatan kita, kita patut bergembira dan bersyukur karena kesetiaan Yesus mengasihi kita. Sehingga di balik kematian Yesus yang mengerikan dan menyedihkan, terdapat kegembiraan, sukacita dan keselamatan bagi kita. Rasa syukur dan kegembiraan kita, kita nyatakan dengan hidup belajar tetap setia mengasihi Allah dalam hidup kita. Walaupun untuk semuanya itu, kita pasti akan mengalami penderitaan karena kesetiaan cinta dan iman kita kepada Yesus. Inilah salib kita. Kita tidak akan pernah terlepas dari persoalan dan penderitaan hidup, kita tidak akan lepas dari kejahatan yang tidak menghendaki kesetiaan kita kepada Yesus. Namun kiranya dalam perayaan hari ini, kita belajar dan dikuatkan bahwa kesetiaan kita itu akan berpuncak pada kebahagiaan hidup, keselamatan kekal.
Yesus telah membuktikan kepada kita bahwa karena kasih-Nya kepada kita, Dia rela menderita dan wafat di salib. Inilah artinya bahwa cinta yang tulus tidak akan menolak dan menghindari penderitaan tetapi siap menyambutnya. Yesus sendiri sudah rela menderita dan wafat di salib karena cinta kasih-Nya kepada kita. Oleh karena itu, semoga kita yang sudah merasakan dan bersukur atas cinta kasih Kristus, juga rela menerima resiko menderita karena kasih kepada Dia dan kepada sesama kita. Yesus yang adalah Tuhan mau mengasihi kita dan mau menderita karena kasih-Nya kepada kita, mengapa kita justru tidak mau mengasihi Dia dan tidak mau menderita karena kasih kepada Dia dan sesama kita? Amin.
0 comments:
Post a Comment
Syalom. Terimakasih atas kunjungan dan komentarnya.Semoga Tuhan memberkati para Saudara.